Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
***
Oleh:
Alham Septian RB
13.06.2.149.0572
Ollivia Gita A.
13.06.2.149.0605
13.06.2.149.0577
Herwana Haji S.
13.06.2.149.0587
13.06.2.149.0583
Sartika Janiatri
13.06.2.149.0610
Leni Marliana
13.06.2.149.0591
Siti Roisyatus S.
13.06.2.149.0614
M. Fuad Firmansyah
13.06.2.149.0595
Tri Handika
13.06.2.149.0618
M. Shofiyyul Haq
13.06.2.149.0599
Yhamca Wira S.
13.06.2.149.0622
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Asuhan Keperawata Fraktur Femur
Tujuan dari penulisan makalah ini, agar kita dapat lebih mudah memahami
tentang Asuhan Keperawatan Fraktur Femur
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada
pembimbing mata kuliah MS (Musculoskeletal System).
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera
karena salah satu sebab. Penyebab trauma antara lain kecelakaan lalu
lintas, industri, olahraga, maupun kecelakaan rumah tangga. Dampak dari
meningkatnya
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
yang
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.2.9
1.2.10
1.2.11
1.3.2
TujuanUmum
1.3.1.1
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada
klien yang menderita Fraktur Femur
Tujuan Khusus
1.3.2.1
Untuk memahami pengertian Fraktur Femur
1.3.2.2
Untuk mengetahui anatomi Fraktur Femur
1.3.2.3
Untuk memahami etiologi Fraktur Femur
1.3.2.4
Untuk memahami klasifikasi Fraktur Femur
1.3.2.5
Untuk memahami patofisiologi Fraktur Femur
1.3.2.6
Untuk memahami WOC Fraktur Femur
1.3.2.7
Untuk memahami manifestasi klinis Fraktur Femur
1.3.2.8
Untuk memahami komplikasi Fraktur Femur
1.3.2.9
Untuk memahami pemeriksaan diagnostic Fraktur Femur
1.3.2.10
Untuk memahami penatalaksanaan Fraktur Femur
1.3.2.11
Untuk memahami pencegahan Fraktur Femur
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh
tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh
ketebalan tulang. (Price, 2006 : 1365).
Fraktur adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang
rawan yang disebabkan oleh kekerasan. Patah tulang dapat terjadi dalam
keadaan normal atau patologis. Pada keadaan patologis, misalnya kanker
tulang atau osteoporosis, tulang menjadi lebih lemah. Dalam keadaan ini,
kekerasan sedikit saja akan menyebabkan patah tulang. (Oswari , 2005 :
144).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontiunitas jaringan
tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Sjamsuhidayat, 2005 : 840).
Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa
terjadi akibat truma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian).
Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,
mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI dalam Jitowiyono, 2010 :
15).
Pasien datang dengan paha yang membesar, mengalami deformitas
dan nyeri sekali dan tidak dapat menggerakan pinggul maupun lututnya.
Fraktur dapat transversal, oblik, spiral maupun kominutif. Sering pasien
mengalami syok, karena kehilangan darah 2 sampai 3 unit kedalam jaringan,
sering terjadi pada faktur ini (Smeltzer & Bare, 2002:2379).
Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian
fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa atau kekerasan, bisa dalam keadaan
normal atau patologis.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh.
Ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang
membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk
menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat (Price, 2006: 1357).
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam empat
kategori: tulang panjang (mis: femur), tulang pendek (mis: tulang tarsalia),
tulang pipih (mis: sternum), dan tulang tak teratur (mis: tulang vertebra).
Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang
bekerja padanya (Smeltzer & Bare, 2002: 2264).
Gambar 1: Anatomi tulang
Bagian-bagian khas dari sebuah tulang panjang adalah diafisis
(batang) merupakan bagian tengah yang berbentuk silinder. Bagian ini
tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar.
Metafisis adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir
batang. Daerah ini disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa
yang mengandung sel-sel hematopoetik. Sum-sum merah juga terdapat di
bagian epifisis dan diafisis tulang.
Metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup
luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis. Lempeng epifisis
adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini
akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan
dengan sendi tulang panjang yang bersatu dengan metafisis sehingga
pertumbuhan memanjang tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh
lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang
dapat berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan tulang panjang.
Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteri nutrisi khusus. Lokasi dan
keutuhan dari arteri-arteri inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya
proses penyembuhan suatu tulang yang patah.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis
sel, yaitu :
a. Sel osteoblas
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu
proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan
jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase
alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium
dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan
masuk kedalam aliran darah, dengan demikian maka kadar fosfatase
alkali didalam darah dapat menjadi indikator yang baik dalam
pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang.
b.
Sel osteosit
Osteosit merupakan sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
c. Sel osteoklas
Osteoklas merupakan sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan
mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan
osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzimenzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang
melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke
dalam aliran darah (Price, 2005:1358).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pemeliharaan tulang
adalah:
a. Herediter
Masing-masing individu memiliki genetik untuk tinggi badan, dengan
gen diturunkan dari kedua orang tuanya. Ada banyak gen yang terlibat,
namun interaksinya belum diketahui secara pasti. Beberapa diantara
gen-gen ini kemungkinan gen untuk enzim yang terlibat dalam
pembentukan kartilago dan tulang karena demikianlah cara tulang
bertumbuh.
b. Nutrisi
Nutrien merupakan bahan mentah untuk pembuatan tulang. Kalsium,
fosfor, dan protein menjadi bagian matriks tulang. Vitamin D yang
diperlukan untuk absorbsi kalsium dan fosfor yang efisien oleh usus
halus. Viatamin A dan C bukan merupakan bagian tulang, namun
dibutuhkan untuk pembentukan matriks tulang (osifikasi).
c. Hormon
Kelenjar endokrin memproduksi hormon yang menstimulasi efek
spesifik pada sel tertentu. Beberapa hormon mempunyai peran penting
hormon tersebut meliputi hormon pertumbuhan, tiroksin, hormon
otot,
tendo
pekerjaanya.
d. Sebagai pengungkit:
dan
untuk
ligamentum
untuk
bermacam-macam
melaksanakan
aktivitas
selama
pergerakan.
e. Menyokong berat badan: memelihara sikap tegak tubuh manusia dan
menahan gaya tarikan dan gaya tekanan yang terjadi pada tulang, dapat
menjadi kaku dan menjadi lentur.
f. Proteksi: tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi
struktur yang halus seperti otak, medula spinalis, jantung, paru-paru,
alat-alat dalam perut dan panggul.
g. Hemopoiesis : sumsum tulang tempat pembentukan sel-sel darah.
h. Fungsi imunologi: limfosit B dan magrofag dibentuk dalam sistem
retikuloendotel sumsum tulang.
i. Penyimpanan kalsium: tulang mengadung 97 % kalsium yang terdapat
dalam tubuh baik dalam bentuk anorganik maupun garam-garam
terutama kalsium fosfat.
Tulang paha (femur)
Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang
berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut
kaput femoris. Disebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdapat taju
yang disebut trokanter minor dan trokanter minor. Dibagian ujung
membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut
kondilus medialis dan kondilus lateralis. Diantara kedua kondilus ini
terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patela) yang
disebut dengan fosa kondilus (syaifuddin, 2006:64).
Pada bagian proksimal posterior terdapat tuberositas glutea yakni
permukaan kasar tempat melekatnya otot gluteus maximus. Di dekatnya
terdapat bagian linea aspera, tempat melekatnya otot biceps femoris.
Salah satu fungsi penting kepala tulang paha adalah tempat produksi sel
darah merah pada sumsum tulangnya.
2.1.3
Etiologi
Menurut Sachdeva dalam Jitowiyono dkk (2010: 16), penyebab
fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung berarti pukulan/kekerasan langsung terhadap
tulang sehingga tulang patah secara spontan ditempat itu.
Pemukulan
biasanya
menyebabkan
fraktur
melintang
dan
2)
3)
c. Secara spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran (Jitowiyono
dkk, 2010:16).
2.1.4
Klasifikasi
a. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran (beregeser dari posisi normal).
b. Fraktur tidak komplet (incomplete) adalah patah hanya terjadi pada
sebagian dari garis tengah tulang.
c. Fraktur tertutup (fraktur simpel) tidak menyebabkan robeknya kulit.
d. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) merupakan fraktur
dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai ke patahan
tulang. Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu:
1)
Derajat I
Fraktur dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya.
2)
Derajat II
Fraktur dengan luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak
yang ekstensif.
3)
Derajat III
Fraktur yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat
Patofisiologi
Ada beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang :
a. Inflamasi
b. Proliferasi sel
Dalam sekitar 5 hari, hematome akan mengalami organisasi. Terbentuk
benang-benang fibrin dalam jendela darah , membentuk jaringan untuk
revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast.
c. Pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh
mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan
tulang di gabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang
serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang tergabung
dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis, fragmen tulang
tak bisa lagi digerakkan.
d. Penulangan kalus (osifikasi)
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu
patah tulang melalui proses penulangan endokondral. Mineral terus
menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dan keras.
Penulangan perlu waktu 3-4 bulan.
e. Remodeling menjadi tulang dewasa
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati
dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya.
Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun
tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang,
dan stres fungsional pada tulang (Smeltzer & Bare, 2002:2268).
2.1.6 WOC
2.1.7
Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer & Bare (2002:2358), manifestasi klinis fraktur
adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas,
krepitasi, pembengkakan lokal dan perubahan warna.
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada
fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas ekstremitas,
yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas yang
normal. Ektremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
c. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang, yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
yang dinamakan krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fragmen
satu dengan yang lainnya. ( uji kripitasi dapat membuat kerusakan
jaringan lunak lebih berat).
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa
baru terjadi setelah bebebrapa jam atau hari setelah cedera.
2.1.8
Komplikasi
Komplikasi fraktur yang terpenting adalah :
a. Komplikasi awal
1) Syok, dapat berakibat fatal dalam beberapa jam setelah edema
2) Emboli lemak, dapat terjadi 24-72 jam
3) Sindrom kompartemen, perfusi jaringan dalam otot kurang dari
kebutuhan
4) Infeksi dan tromboemboli
5) Koagulopati intravaskular diseminata
b. Komplikasi lanjutan
1) Mal-union/ non union
2) Nekrosis avaskular tulang
3) Reaksi terhadap alat fiksasi interna ( Suratun, 2008: 151).
2.1.9
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
b. Skan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d. Hitung darah lengkap: HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel.
e. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beeban kreatinin untuk klirens
ginjal.
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi multipel, atau cidera hati ( Doenges dalam Jitowiyono,
2010:21).
Maka
bila
dicurigai
adanya
fraktur,
penting
untuk
klien
sehingga
memungkinkan
untuk
memperbesar
penyakitnya.
6) Riwayat Psikososial
Pengkajian yang dilakukan pada klien imobilisasi pada dasarnya
sama dengan pengkajian psikososial pada gangguan sistem lain
yaitu mengenal konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri dan
identitas diri) dan hubungan serta interaksi klien baik dengan
anggota keluarga maupun dengan lingkungan di mana ia berada.
7) Aktivitas Sehari hari
Upaya mengetahui adanya perubahan pola yang berhubungan
dengan penyimpangan/terganggunya sistem tubuh tertentu serta
dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Breathing ( B1 )
Bagaimana pernafasannya, reguler/tidak, bagaimana kesimetrisannya,
bagaimana suaranya apakah terdapat suara tambahan. Apakah terdapat
pergerakan otot antar rusuk, bagaimana gerakan dada, bagaimana
suaranya apakah ada pembesaran dada.
2) Blood ( B2 )
Tanda :
- Hipertensi (kadang-kadang terlihat senbagai respon terhadap
-