Vous êtes sur la page 1sur 29

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP PADA

PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SETS TEMA PEMANASAN GLOBAL

PROPOSAL TESIS
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan

oleh
Shinta Rosiana Dewi
0402514013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2016
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

PROPOSAL TESIS
Nama

: Shinta Rosiana Dewi

NIM

: 0402514013

Prodi

: Pendidikan IPA

A. Judul
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP PADA
PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SETS TEMA PEMANASAN GLOBAL
B. LATAR BELAKANG
Perkembangan pendidikan seharusnya selalu direspon agar generasi muda
dapat menyiapkan diri untuk menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan baik
dalam kehidupan masyarakat, lingkungan, kemajuan IPTEK, industri dan budaya
maupun perkembangan pendidikan interrnasional.
Perkembangan pendidikan Indonesia saat ini masih rendah dan belum
memuaskan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh hasil PISA siswa SMP di Indonesia.
Dalam hasil PISA tahun 2012 menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains siswa
Indonesia di peringkat ke 64 dari 65 negara peserta dengan skor berkisar 382 dengan
rata-rata skor dari semua negara peserta adalah 500. Menurut Organization for
Economic Coorporation and Development (OECD), literasi sains dengan rentang
antara 335409 poin termasuk level 1 yang berarti

kecakapan siswa rendah.

Rendahnya kecakapan siswa ini, menunjukkan bahwa pengetahuan sains siswa


terbatas dan hanya dapat menerapkan pada beberapa situasi. Siswa juga hanya dapat
memberi penjelasan ilmiah dan mengikuti bukti-bukti secara eksplisit (OECD,2012).
Perolehan level ini bermakna bahwa siswa Indonesia bermasalah dalam kemampuan
literasi sains.
Pembelajaran IPA di SMP pada umumnya guru menggunakan metode
ceramah dan jarang menggunakan praktikum sehingga siswa hanya mampu
memahami konsep. Guru juga hanya memberi tugas rumah untuk mengejar
pencapaian materi pelajaran. Penggunaan pendekatan saintifik dalam proses
pembelajaran kurang ditekankan, siswa lebih banyak melakukan pengamatan secara
tidak langsung melalui buku dan LKS yang dimilikinya. Pembelajaran IPA masih
terpisah-pisah dan kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Penilaian yang
dilakukan guru hanya pemahaman konsep dan tidak melakukan penilaian proses dan
penalaran tingkat tinggi, soal-soal yang diberikan pilihan ganda dan uraian bersifat
hafalan.
Literasi sains merupakan kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasikan pertanyaan-pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti dan data yang ada agar dapat memahami dan membantu membuat
keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam (Rustaman
etal.,2000). Menurut Hayat dan Yusuf (2006) lingkungan belajar di sekolah
mempengaruhi skor literasi sains. Selain itu, kondisi infrastruktur sekolah,sumber
daya manusia sekolah dan tipe organisasi serta manajemen sekolah juga

mempengaruhi prestasi literasi sains siswa. Menurut Firman (2007) rendahnya literasi
sains siswa Indonesia berkaitan erat dengan adanya kesenjangan antara pembelajaran
IPA yang diterapkan di sekolah dan tuntutan PISA.
Berdasarkan hasil studi terhadap literasi sains yang dilakukan PISA setiap
tiga tahun sekali menunjukkan hasil sebagai berikut.
Tabel.1 Data Literasi Sains Siswa Indonesia yang dari PISA
Tahun Studi

Skor Rata-Rata Skor Rata-Rata Peringkat


Indonesia
Internasional
Indonesia
PISA 2000
393
500
38
PISA 2003
395
500
38
PISA 2006
393
500
50
PISA 2009
383
500
60
PISA 2012
382
500
64
( Sumber : litbang.kemedikbud.go.id)

Jumlah Negara
Peserta Studi
41
40
57
65
65

Hasil tersebut menunjukan bahwa literasi sains siswa di Indonesia masih rendah
karena skor rata-rata mengalami penurunan 10 poin pada tahun 2000 sampai dengan
2012. Oleh karena itu, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk
membantu meningkatkan kemmpuan literasi sains siswa salah satunya adalah adan
pendekatan Science, Enviorement,Technology dan Society (SETS).
Pendekatan SETS merupakan pendekatan yang mengintegrasikan antara sains,
teknologi, lingkungan dan masyarakat. Pendekatan ini dapat diterapkan dalam upaya
membuat siswa, mengetahui, memahami, serta mengambil manfaat dari pengetahuan
bahwa di dalam konsep yang dipelajari terkandung unsur-unsur SETS.
Dalam pembelajaran IPA berbasis SETS untuk membangun literasi sains
siswa dapat diterapkan dalam materi pemanasan global. Materi ini membahas
penyebab dan dampak pemanasan global bagi lingkungan dapat diintegrasikan

sains,teknologi,masyarakat dan lingkungan. Pemanasan global merupakan damapak


negatif yang diakibatkan oleh manusia yang dampak merusak lingkungan dan
berpengaruh dengan keadaan iklim.
Hakikat pembelajaran IPA adalah sebagai produk dan proses sehingga dalam
penilaian pembelajaran IPA melibatkan penilaian produk, nilai, hasil belajar dan
proses belajar. Penilaian yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru dalam menilai
ketercapaian kompetensi siswa adalah penilaian yang tidak hanya menilai hasil
belajar tetati juga menilai proses belajar siswa selama kegiatan pembelajaran.
Bentuk penilaian atau asesmen yang baik dapat memberikan kontribusi positif
terhadap proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Stiggins(1994) menyatakan
tidak perlu diragukan bawa pembelajaran yang efektif, efisien, dan produktif pasti
dibutuhkan penilaian atau asesmen yang baik. Penilaian merupakan salah satu aspek
penting dalam pembelajaran karena menjadi indikator dalam mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Dalam Permendikbud Nomor 104 Tahun
2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah mempersyaratkan penggunaan penilaian autntik yaitu bentuk
penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan
pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan
tugas pada situasi yang sebenarnya. Penilaian autentik merupakan penilaian yang
tepat untuk menilai literasi sains. Prinsip-prinsip penilaian autentik antara lain : 1)
proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, 2) penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata bukan masalah

dunia sekolah, 3) penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria
yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar, 4) penilaian harus
bersifat

holistik

yang

mencakup

semua

aspek

dari

tujuan

pembelajaran

(kognitif,afektif,sensorik-motorik). Menurut Muller (2005) berbagai metode asesmen


harus mampu mengukur semua aspek yang siswa ketahui dan lakukan. Miller (dalam
Chiu dan Chang, 2005) menyatakan asesmen autentik berbasis literasi sains
memberikana pemahaman terhadap konsep dan metode sains, dampak teknologi dan
sains bagi lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul
Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP dalam Pembelajaran IPA Berbasis
SETS Tema Pemanasan Global
C. Identifikasi Masalah
1. Dalam pembelajaran IPA di kelas guru menggunakan metode ceramah tanpa
melakukan praktikum sehingga siswa hanya mampu memahami konsep.
2. Guru hanya memberi tugas untuk mengejar materi.
3. Siswa tidak mengamati langsung tetapi hanya melakukan pengamatan pada
buku dan LKS
4. Penilaian guru hanya pada hasil akhir tidak melakukan penilaian pada proses
pembelajaran

D. Cakupan Masalah

1. Kemampuan siswa yang berkembang hanya pada pemahaman konsep


sehingga siswa harus diarahkan untuk menumbuhkan dan mengembangkan
literasi sains dalam pembelajaran IPA. Siswa tidak hanya konsep yang
dipahami namun ketrampilan proses siswa dapat ditingkatkan serta sikap
ilmiah.
2. Guru hanya melakukan penilaian hasil akhir dan tidak melakukan penilaian
ketrampilan proses serta sikap ilmiah sehingga guru dapat melakukan
penilaian autentik agar penilaian dapat mencakup pengetahuan, ketrampilan
proses, dan sikap ilmiah.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
yang dapat dirumuskan yaitu bagaimana kemampuan literasi sains siswa SMP dalam
pembelajaran IPA berbasis SETS tema Pemanasan Global. Dari rumusan masalah
tersebut dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kemampuan literasi sains siswa SMP pada aspek pengetahuan
dalam pembelajaran IPA berbasis SETS ?
2. Bagaimana kemampuan literasi sains siswa SMP pada aspek sikap dalam
pembelajaran IPA berbasis SETS?
3. Bagaimana kemampuan literasi sains siswa SMP pada aspek keterampilan
dalam pembelajaran IPA berbasis SETS?
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, maka ada beberapa tujuan
yang ingin dicapai antara lain :

1. Mendeskripsikan kemampuan literasi sains siswa pada aspek pengetahuan


dalam pembelajaran IPA.
2. Mendeskripsikan kemampuan literasi sains siswa pada aspek sikap dalam
pembelajaran IPA
3. Mendeskripsikan kemampuan literasi sains siswa pada aspek ketrampilan
dalam pembelajaran IPA
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya para
guru dan siswa :
1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan
tentang literasi sains, pembelajaran yang berpusat pada siswa khususnya pada
proses pembelajaran IPA di SMP beserta penilaiannya.
2. Bagi siswa, proses pembelajaran melatih kemampuan literasi sains dan
mendapatkan pengalaman belajar yang menarik dan bermakna serta mampu
memahami ketrampilan proses sains

H. Kajian Pustaka
Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang dipelajari melalui
pengamatan langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar siswa
dapat memahami alam secara ilmiah. Pembelajaran IPA bukan hanya
menekankan konsep, namun IPA juga memadukan pemahaman konsep sains
dengan pengalaman proses sains dan pengalaman produk sains dengan bentuk
pengalaman langsung.
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA
salah satunya SETS. Pendekatan ini mampu mengintegrasikan antara

pemahaman konsep sains dengan pengalaman proses sains dan pengalaman


produk sains yang melibatkan teknologi, lingkungan, masyarakat. Menurut Mitri
(2007), ratarata daya serap siswa dengan pendekatan SETS adalah baik pada
materi alat-alat optik. Belajar siswa dan tujuan pembelajaran klasikal dapat
mencapai target ketuntasan. Sesuai dengan daya serap rata-rata siswa maka
tingkat efektifitas pembelajaran dengan pendekatan SETS adalah cukup efektif.
Menurut Hotimah (2008) ada perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok
siswa yang diberi model pembelajaran IPA terpadu bervisi SETS dengan
kelompok siswa yang diberi model pembelajaran konvensional. Hasil belajar
siswa yang diberi model pembelajaran IPA terpadu bervisi SETS lebih tinggi
daripada hasil belajar peserta didik yang diberi model pembelajaran
konvensional. Ketercapaian ketuntasan belajar individu dan klasikal pada
kelompok siswa yang diberi model pembelajaran IPA terpadu bervisi SETS
lebih tinggi daripada ketercapaian ketuntasan belajar individu dan klasikal pada
kelompok siswa yang diberi model pembelajaran konvensional.
Menurut Djuniar (2010), pembelajaran IPA pada materi larutan
elektrolit dan non elektronik berbasis literasi sains dapat
meningkatkan hasil belajar karena di kelas siswa lebih aktif dan
rasa ingin tahu siswa bertambah karena siswa diberikan
kesempatan untuk mengenali, menemukan, dan mencari tahu
berbagai

aplikasi

sains

dalam

kehidupan

sehari-hari.

Pembelajaran berbasis literasi sains tidak berpusat pada guru,

tetapi berlangsung secara dua arah serta siswa dapat leluasa


untuk mengutarakan pendapatnya.
Menurut Yeni (2010), pembelajaran IPA mempengaruhi
literasi sains.
Kompetensi ilmiah literasi sains yang dapat berkembang yaitu
dalam

hal

bersikap

positif

terhadap

sains,

kemampuan

mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan, menjelaskan gejalagejala atau fenomena-fenomena secara ilmiah dan kemampuan
menggunakan bukti ilmiah. Menurut Indra (2015), ndengan
menggunakan pendekatan SETS, literasi sains siswa dapat
meningkat karena siswa dapat memahami, mengkomunikasikan
dan

menerapkan

kemampuan

sains

untuk

memecahkan

masalah.
I. Kajian Teoretis
1. Literasi Sains
Pada tahun 1997, Organisation for Economic Co-Operation and Development
(OECD) memunculkan Programme for International Student Assesment (PISA).
Programme for International Student Assesment (PISA) bertujuan untuk memonitor
hasil dari sistem pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian belajar siswa yang
berusia 15 tahun. Selain itu PISA didesain untuk membantu pemerintah tidak hanya
memahami tetapi juga meningkatkan keefektifan sistem pendidikan. PISA
mengumpulkan informasi yang reliabel setiap tiga tahun. Temuan-temuan PISA
digunakan antara lain untuk: (a) membandingkan literasi membaca, matematika dan

sains siswa-siswa suatu negara dengan negara peserta lain; dan (b) memahami
kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan masing-masing negara
Kemampuan literasi sains yang lemah merupakan salah satu temuan hasil studi
komperatif yang dilakukan PISA tahun 2012, ini terungkap dari nilai rerata tes literasi
sains anak Indonesia adalah 382, yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-64
dari 65 negara peserta PISA.
Pengertian Literasi Sains
Istilah sains berasal dari bahasa Inggris Science yang bearti ilmu pengetahuan.
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan (Depdiknas 2007).
Kemampuan literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari
65 negara. Skor rata-rata sains yang diperoleh siswa Indonesia adalah 382. Skor ratarata tertinggi dicapai oleh Finlandia (563) dan terendah dicapai oleh Kyrgyzstan
(322). Kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia tidak berbeda secara
signifikan dengan kemampuan literasi sains siswa dari Argentina, Brazil, Colombia,
Tunisia, dan Azerbaijan. Kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia lebih
tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kemampuan literasi sains siswa dari
Qatar dan Kyrgyzstan. Dua negara yang berada dua peringkat di atas Indonesia
adalah Mexico dan Montenegro.
Hasil Studi PISA tahun 2009 menunjukkan tingkat literasi sains siswa
Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi tahun 2006. Tingkat literasi
sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke 57 dari 65 negara peserta dengan skor

yang diperoleh 383 dan skor ini berada di bawah rata-rata standar dari PISA (OECD,
PISA 2009 ).
Aspek Literasi Sains
PISA menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya,
yakni proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi sains.
1. Aspek Konten
Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan
untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam
melalui aktivitas manusia. Dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi
cakupan konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi materi kurikulum
sains sekolah, namun termasuk pula pengetahuan yang dapat diperoleh melalui
sumber-sumber informasi lain yang tersedia.
Oleh karena PISA bertujuan mendeskripsikan seberapa jauh siswa mampu
mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks yang terkait kehidupannya, dan soalsoal PISA hanya mencakup sampel pengetahuan sains, maka PISA menentukan
-

kriteria pemilihan konten sains sebagai berikut;


Relevan dengan situasi kehidupan nyata
Merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang
Sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun
Berdasarkan kriteria konten seperti itu, dipilih pengetahuan yang diperlukan untuk
memahami alam dan memaknai pengalaman dalam konteks personal, sosial dan
global. Pengetahuan yang dipilih tersebut diambil dari bidang-bidang studi biologi,
fisika, kimia, serta ilmu pengetahuan bumi dan anTARiksa dengan merujuk pada
kriteria tersebut. Peserta didik harus mampu mengaplikasikan pengetahuan dan

kompetensi sains dalam konteks yang dipandang sebagai sistem.


2. Aspek Proses

PISA memandang pendidikan sains berfungsi untuk mempersiapkan warga


negara

masa depan, yakni warga negara yang mampu berpartisipasi dalam

masyarakat yang semakin terpengaruh oleh kemajuan sains dan teknologi. Oleh
karenanya pendidikan sains perlu mengembangkan kemampuan peserta didik
memahami hakekat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan limitasi sains. Peserta
didik perlu memahami bagaimana ilmuwan sains mengambil data dan
mengusulkan

eksplanasi-eksplanasi

terhadap

fenomena

alam,

mengenal

karakteristik utama penyelidikan ilmiah, serta tipe jawaban yang dapat diharapkan
dari sains. Karakteristik utama sains mencakup: pengumpulan data dipandu oleh
gagasan dan konsep, sifat tentatif dari pengetahuan sains, keterbukaan terhadap
pengujian dan pengkajian, menggunakan argumen logis, serta kewajiban untuk
melaporkan metode dan prosedur yang digunakan dalam pengumpulan bukti.
Sejak kelahirannya, PISA menjadikan proses sains ini sebagai salah satu domain
penilaiannya. Namun dalam perkembangan terakhir, PISA memilih istilah
kompetensi sains sebagai pengganti proses sains. Proses sains merujuk pada
proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan
masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan
kesimpulan. Termasuk di dalamnya mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan
tidak di jawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan dalam suatu
penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang
tersedia.
3. Aspek Konteks
PISA menilai pengetahuan sains relevan dengan kurikulum pendidikan sains
di negara partisipan tanpa membatasi diri pada aspek-aspek umum kurikulum

nasional setiap negara. Penilaian PISA dibingkai dalam situasi kehidupan umum
yang lebih luas dan tidak terbatas pada kehidupan di sekolah saja.
Dalam memilih konteks, pikiran dasarnya adalah PISA bertujuan menilai
pemahaman dan kemampuan dalam sains, serta sikap-sikap yang harus dimiliki
siswa pada akhir masa wajib belajar. Sebagai studi Internasional, konteks yang
digunakan untuk soal-soal PISA harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan minat dan kehidupan peserta didik di setiap negara-negara partisipan.
Butir-butir soal PISA dikembangkan dan dipilih dengan memperhatikan faktor
keragaman budaya dan bahasa di negara-negara partisipan PISA.
Aspek yang dikembangkan pada tiap pelaksanaan PISA mulai dari tahun 2000,
2003 dan 2006 dapat dilihat pada tabel berikut:
N

PISA 2000

o
1

PISA 2003

Konten :
pengetahuan
sains

pemahaman
konseptual
yang dibutuhkan dalam

Pengetahuan Sains atau

konsep:
Fisika
Kimia
Sains Bumi &
Ruang angkasa
Berdasarkan 3 kriteria:

penggunaan prosesproses.

PISA 2006
Pengetahuan :
Pengetahuan
sains
(basis dasar konsep)
Pengetahuan tentang
sains
Sikap dan
kearah

Relevan dengan situasi


sehari-hari
Lingkup pengetahuan dan
aplikasi: relevan dengan
kehidupan masa depan
Kombinasi pengetahuan

teknologi

tindakan

sains

dan

dengan konsep-konsep
sains terkait
Konteks:
Konteks:
Konteks:
penerapan pengetahuan aplikasi pengetahuan sains pengetahuan&teknolo

& keterampilan

& poses sains dalam situasi gi dalam kehidupan


nyata,

dan

melibatkan

gagasan sains
Proses Sains
TINDAKAN MENTAL

Proses:
PROSES MENTAL
untuk menyoroti

Proses Sains
KOMPETENSI:

Mengidentifika

untuk:

Menggambarkan,

si pertanyaan atau

pertanyaan atau isu

tentang:
Mengenali
pertanyaan yang dapat

diselidiki secara sains.


Mengidentifikasi

menjelaskan dan

merumuskan

memprediksi fenomena

pertanyaan yang

sains.

dapat diselidiki
Memahami

penyelidikan sains:
mengkomunikasikan

kan bukti yg
dibutuhkan dalam

penyelidikan sains
Menarik &
menilai kesimpulan
Mengkomunikasi
kan kesimpulan yang
valid dari bukti
pendukung (aneka

sumber).
Mendemonstrasi

secara ilmiah.
Mengidentifika
si dan menerapkan

dan mengenali

pengetahuan yang

pertanyaan yang dapat

relevan, membahas

diinvestigasi secara

pengetahuan

ilmiah
mengetahui apa yang
terlibat dalam

tambahan (jika

perlu)
Interpretasi

dan evaluasi data


Mengkomunik

penyelidikan tersebut
Menginterpretasikan bukti
sains dan kesimpulan:

asikan gagasan siswa

kan pemahaman

mengkomunikasikan

dan pandangan yang

terhadap konsep sains

kesimpulan berdasarkan

lain

(relevansi

bukti sains untuk

pengetahuan untuk

memperoleh

memprediksi)

pengetahuan/pemahaman

Penilaian Literasi Sains


Penilaian yang dilakukan PISA tahun 2006. pada tiap aspek literasi Sains,
sebagai berikut:
1. Aspek Konten
PISA menentukan kriteria pemilihan konten sains sebagai berikut.
- Relevan dengan situasi kehidupan nyata
- Merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang
- Sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun.
Berdasarkan kriteria konten seperti itu, dipilih pengetahuan yang diperlukan
untuk memahami alam dan memaknai pengalaman dalam konteks personal, sosial
dan global. Pengetahuan yang dipilih tersebut diambil dari bidang-bidang studi
biologi, fisika, kimia, serta ilmu pengetahuan bumi dan anTARiksa dengan merujuk
pada kriteria tersebut.
Tabel 6. Konten Sains dalam PISA 2006
Kategori
Sistem Fisik

Cakupan Pengetahuan
Struktur dan sifat materi (a.l. hanTARan panas dan
listrik)
Perubahan fisik materi (a.l. perubahan wujud)
Perubahan kimia materi (a.l. reaksi kimia)
Gerak dan gaya (a.l. kecepatan dan gesekan)
Energi dan transformasinya (a.l. perubahan bentuk energi
dan kekekalan energi)
Interaksi energi dan materi (a.l. gelombang cahaya, radio,

Sistem Hidup

dan suara)
Sel (a.l. struktur dan fungsi, tumbuhan dan hewan)
Tubuh manusia (a.l. kesehatan, nutrisi, sub-sub sistem
tubuh manusia yang mencakup pencernaan, pernafasan,
sirkulasi, ekskresi, serta penyakit dan reproduksi)
Populasi (a.l. spesi, evolusi, keanekaragaman hayati,

variasi genetik)
Ekosistem (a.l. rantai makanan, aliran materi dan energi)
Biosfer (a.l. kelesTARian alam)
Sistem bumi dan Struktur dan sistem bumi (a.l. atmosfer, litosfer,
anTARiksa

hidrosfer)
Energi dalam sistem bumi (a.l. sumber daya alam, iklim
global)
Perubahan dalam sistem bumi (a.l. tektonik lempeng,
siklus geokimia, gaya-gaya konstruktif dan destruktif)
Sejarah bumi (a.l. fosil, asal-usul dan evolusi bumi)
Bumi dalam anTARiksa (a.l. sistem tata surya)

2. Aspek Proses
PISA menetapkan tiga aspek dari komponen proses/kompetensi
sains berikut dalam penilaian literasi sains, yakni mengidentifikasi
pertanyaan

ilmiah,

menjelaskan

fenomena

secara

ilmiah

dan

menggunakan bukti ilmiah.


a. Mengidentifikasi pertanyaan ilimiah
Ciri hakiki pertanyaan ilmiah yang membedakannya dari
bentuk lain pertanyaan adalah pertanyaan ilmiah meminta jawaban
berlandaskan bukti ilmiah. Termasuk di dalamnya mengenal
pertanyaan yang mungkin diselidiki secara ilmiah dalam situasi yang
diberikan, mengidentifikasi kata-kata kunci untuk mencari informasi
ilmiah tentang suatu topik yang diberikan.
b. Menjelaskan fenomena secara ilmiah

Peserta didik mendemonstrasikan kemampuan proses sains ini


dengan mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang
diberikan.

Kompetensi

ini

mencakup

mendeskripsikan

atau

menafsirkan fenomena, memprediksi perubahan. Kompetensi ini


melibatkan pengenalan dan identifikasi deskripsi, eksplanasi dan
prediksi yang sesuai.
c. Menggunakan bukti ilmiah
Kompetensi ini menuntut peserta didik memaknai temuan
ilmiah sebagai bukti untuk suatu kesimpulan. Kompetensi ini dinilai
dengan cara-cara berikut:
- Penilaian peserta terhadap informasi ilmiah
- Menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah
- Memilih dari alternatif-alternatif kesimpulan yang terkait bukti
-

yang diberikan
Memberikan alasan untuk setuju atau menolak kesimpulan yang

ditarik dari data yang tersedia


Mengidentifikasi asumsi-asumsi yang dibuat dalam mencapai

kesimpulan
Membuat refleksi berdasarkan implikasi sosial dari kesimpulan
ilmiah
Tabel 7. proses Sains dalam PISA 2006

Kategori
Mengidentifikasi

Cakupan Proses Sains


Mengenal pertanyaan yang mungkin diselidiki

pertanyaan ilmiah

secara ilmiah
Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk mencari

Menjelaskan
fenomena secara

informasi ilmiah
Mengenal fitur-fitur kunci penyelidikan ilmiah
Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi
yang diberikan
Mendeskripsikan atau menginterpretasi fenomena

ilmiah

secara ilmiah dan memprediksi perubahan


Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi

Menggunakan
bukti ilmiah

yang memadai
Menafsirkan bukti ilmiah dan menarik kesimpulan
Memberikan alasan untuk mendukung atau menolak
kesimpulan dan mengidentifikasi asumsi-asumsi
yang dibuat dalam mencapai kesimpulan
Mengkomunikasikan kesimpulan dan bukti dan
penalaran dibalik kesimpulan dan penalaran dibalik
kesimpulan

3. Aspek Konteks
Tabel 8. Konteks Aplikasi Sains dalam PISA 2006
Kesehatan

Personal
Pemeliharaan

Sosial
Pengendalian

Global
Penyebaran

kesehatan
Nutrisi

penyakit

penyakit
Pilihan

makanan
Kualitas hidup
Pasokan energy

Sumber daya

Konsumsi
bahan dan

infeksi

energi untuk

Sistem alam
terbarukan dan
tak-terbarukan

keperluan
Lingkungan

pribadi
Perilaku
ramah
lingkungan

Sebaran populasi
Dampak
lingkungan

Keragaman
makhluk hidup
KelesTARian
ekologi

Bahaya

Keputusan

Perubahan-

tentang

perubahan di

perumahan

bumi (erosi,

Pengendalian

populasi
Perubahan
iklim

sedimentasi,
Penemuan
baru

Minat dalam

cuaca buruk)
Material,

eksplanasi

peralatan dan

sains terhadap

proses baru
Modifikasi

fenomena

genetic

alam

Penciptaan

spesi
Asal-usul dan
struktur alam
semesta

2. Pendekatan Science, Enviroment, Technology dan Society ( SETS )


Pendekatan

SETS

merupakan

pendekatan

yang

digunakan

dalam

pembelajaran yang menintegrasikan antara sains, teknologi, lingkungan dan


masyarakat. Siswa menghubungkan konsep yang dipelajari dengan teknologi
penerapan konsep tersebut serta pengaruh teknologi tersebut terhadap masyarakat dan
lingkungan baik kelebihan maupun kekurangannya. Secara mendasar dapat dikatakan
bahwa melalui pembelajaran bervisi SETS diharapkan peserta didik akan memiliki
kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan memperhatikan keempat
unsur SETS sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
pengetahuan yang dimilikinya (Binadja,1996).
Tujuan model pembelajaran IPA bervisi SETS Menurut Binadja (1999a),
pengembangan model pembelajaran IPA bervisi SETS perlu selalu dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut: 1) Lebih menekankan untuk memperoleh kegiatan

pembelajaran dan bukan pengajaran. 2) Memperoleh dorongan dan menerima inisiatif


serta otonomi. 3) Memperhatikan siswa sebagai makhluk yang memiliki keinginan
dan tujuan. 4) Mengambil bagian terbesar pada pengalaman peserta didik dalam
proses pembelajaran. 5) Memperoleh bimbingan untuk mengembangkan rasa ingin
tahu terhadap alam dan segala hal. 6) Pendidikan memperhatikan model mental
peserta didik. 7) Menekankan pentingnya kinerja dan pemahaman ketika memulai
proses pembelajaran. 8) Mendorong peserta didik untuk melibatkan diri dalam
perbincangan dengan guru dan sesama peserta didik secara bersama (cooperative)
9) Melibatkan peserta didik dalam situasi yang sebenarnya. 10) Mempertimbangkan
keyakinan dan sikap peserta didik. 11) Memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk membangun pengetahuan baru dan pemahaman serta pengalaman yang
sebenarnya berlandaskan pada pengetahuan yang telah dimilikinya (metode
konstruktivisme).
Menurut Ahmad Binadja ( dalam Mubarokah, 2009 : 14) ada beberapa
kelebihan dan kekurangan pendekatan SETS dalam pembelajaran IPA yaitu :
a. Kelebihan Pembelajaran dengan Pendekatan SETS
1. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan
dengan tingkat perkembangan peserta didik
2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan keinginan peserta didik
3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga
hasil belajar akan bertahan lebih lama.
4. Pendekatan SETS menumbuhkembangkan keterampilan berpikir peserta
didik
5. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan peserta didik

3. Pemanasan Global
Pada saat ini di belahan manapun di dunia, industri telah menjadi harapan
baru setelah era agraris berakhir. Industri merupakan komponen yang dapat
meningkatakan sektor ekonomi misalnya : kendaraan bermotor sebagai salah satu
produk industri. Namun disisi lain berdampak negatif terhadap lingkungan hidup
manusia. Mesin-mesin kendaraan itu menggunakan bahan bakar minyak bumi.
Hasil pembakaran bahan bakar tersebut menghasilkan unsur CO dan CO2. Kedua
gas itu merupakan satu diantara gasgas lain yang menyebabkan suhu bumi
meningkat. Tatkala CO dan CO2 menumpuk di udara akan menghasilkan efek
seperti rumah kaca terhadap cahaya matahari yang akan masuk ke bumi. Bumi
seolah-olah dilapisi oleh kedua gas tadi. Akibatnya, bumi terasa lebih panas dari
biasanya, disebut Pemanasan Global.( Mohamad : 2003)
Adapun beberapa penyebab dari pemanasan global antara lain efek rumah
kaca, penggunaan bahan bakar secara berlebihan yang berpengaruh terhadap
pencemaran udara, penebangan pohon secara besar-besaran,penggunaan AC
dalam ruangan dan sebagainya. Hal ini memiliki dampak pada lingkungan antara
lain : Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini
mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat
mengakibatkan sejumlah pulau-pulau kecil tenggelam. Kehidupan masyarakat
yang hidup di daerah pesisir terancam. Permukiman penduduk dilanda banjir rob

akibat air pasang yang tinggi, dan ini berakibat kerusakan fasilitas sosial dan
ekonomi. Jika ini terjadi terus menerus maka akibatnya dapat mengancam sendi
kehidupan masyarakat. 2.) Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrim. Perubahan iklim menyebabkan musim sulit diprediksi. Petani tidak dapat
memprediksi perkiraan musim tanam akibat musim yang juga tidak menentu.
Akibat musim tanam yang sulit diprediksi dan musim penghujan yang tidak
menentu maka musim produksi panen juga demikian. Hal ini berdampak pada
masalah penyediaan pangan bagi penduduk, kelaparan, lapangan kerja bahkan
menimbulkan kriminal akibat tekanan tuntutan hidup. 3.) Punahnya berbagai jenis
fauna. Flora dan fauna memiliki batas toleransi terhadap suhu, kelembaban, kadar
air dan sumber makanan. Kenaikan suhu global menyebabkan terganggunya
siklus air, kelembaban udara dan berdampak pada pertumbuhan tumbuhan
sehingga menghambat laju produktivitas primer. Kondisi ini pun memberikan
pengaruh habitat dan kehidupan fauna. 4.) Habitat hewan berubah akibat
perubahan faktor-faktor suhu, kelembaban dan produktivitas primer sehingga
sejumlah hewan melakukan migrasi untuk menemukan habitat baru yang sesuai.
Migrasi burung akan berubah disebabkan perubahan musim, arah dan kecepatan
angin, arus laut (yang membawa nutrien dan migrasi ikan). 5.) Peningkatan muka
air laut, air pasang dan musim hujan yang tidak menentu menyebabkan
meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir. 6.) Ketinggian gunung-gunung
tinggi berkurang akibat mencairnya es pada puncaknya. 7.) Perubahan tekanan
udara, suhu, kecepatan dan arah angin menyebabkan terjadinya perubahan arus

laut. Hal ini dapat berpegaruh pada migrasi ikan, sehingga memberi dampak pada
hasil perikanan tangkap. 8.) Berubahnya habitat memungkinkan terjadinya
perubahan terhadap resistensi kehidupan larva dan masa pertumbuhan organisme
tertentu, kondisi ini tidak menutup kemungkinan adanya pertumbuhan dan
resistensi organisme penyebab penyakit tropis. Jenis-jenis larva yang berubah
resistensinya terhadap perubahan musim dapat meningkatkan penyebaran
organisme ini lebih luas. Ini menimbulkan wabah penyakit yang dianggap baru.
9.)Mengancam kerusakan terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk Konservasi lingkungan, dengan
melakukan penanaman pohon dan penghijauan di lahan-lahan kritis. Tumbuhan
hijau memiliki peran dalam proses fotosintesis, dalam proses ini tumbuhan
memerlukan karbondioksida dan menghasilkan oksigen. Akumulasi gas-gas
karbon di atmosfer dapat dikurangi. 2. )Menggunakan energi yang bersumber dari
energi alternatif guna mengurangi penggunaan energi bahan bakar fosil (minyak
bumi dan batu bara). Emisi gas karbon yang terakumulasi ke atmosfer banyak
dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Kita mengenal bahwa paling
banyak mesin-mesin kendaraan dan industri digerakkan oleh mesin yang
menggunakan bahan bakar ini. Karena itu diupayakan sumber energi lain yang
aman dari emisi gas-gas ini, misalnya; menggunakan energi matahari, air, angin,
dan bioenergy. Di daerah tropis yang kaya akan energi matahari diharapkan
muncul teknologi yang mampu menggunakan energi ini, misalnya dengan mobil
tenaga surya, listrik tenaga surya. Sekarang ini sedang dikembangkan bioenergy,

antara lain biji tanaman jarak (Jathropa. sp) yang menghasilkan minyak. 3.) Daur
ulang dan efisiensi energi. Penggunaan minyak tanah untuk menyalakan kompor
di rumah, menghasilkan asap dan jelaga yang mengandung karbon. Karena itu
sebaiknya diganti dengan gas. Biogas menjadi hal yang baik dan perlu
dikembangkan, misalnya dari sampah organik. 4.) Upaya pendidikan kepada
masyarakat luas dengan memberikan pemahamaan
J. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori, diperoleh alur kerangka berpikir yang
disajikan pada Gambar 2. Mempelajari tentang fenomena/ peristiwa/ konsep alam
yang berkaitan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari

Pembelajaran IPA berbasis SETS


Tema Pemanasan Global
Siswa hanya diberikan tugas dan melakukan
pengamatan tidak langsung melalui LKS
atau buku teks.

Pembelajaran IPA masih terpisahpisah dan kurang dikaitkan dengan


kehidupan sehari-hari.

Diperlukan kemampuan untuk memahami


fenomena/peristiwa/ konsep alam yang
berkaitan dengan permasalahan dalam
kehidupan sehari - hari

Siswa dapat mengembangkan kemampuan


literasi sains untuk memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari hari
melalui pembelajaran berbasis SETS

Guru masih menggunakan metode


ceramah, tidak menggunakan
metode SETS.

Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP


pada Pembelajaran IPA Berbasis SETS Tema
Pemanasan Global

Pengumpulan data dengan cara subjek


mengerjakan soal soal uraian untuk
mengetahui pemahaman konsep, angket, dan
wawancara

K. Metode Penelitian

Diperoleh data tingkat pengaruh pembelajaran


berbasis SETS terhadap kemampuan literasi sains
siswa

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif sebagai metode


ilmiah

karena

telah

memenuhi

kaidah-kaidah

ilmiah

yaitu

konkrit/

empiris,obyektif,terukur,rasional dan sistematis ( Sugiyono,2010).


Desain Penelitian
Penelitian ini secara umum dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap
persiapan,tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
1.Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi untuk mencari permasalahan yang muncul dalam
pembelajaran IPA pada siswa.
b. Mengidentifikasikan permasalahan penelitian
c. Melakukan studi kepustakaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi
yang berkaitan materi yang dipilih dan mendukung penelitian
d.Menyusun proposal penelitian, melakukan seminar proposal dan perbaikan
proposal penelitian berdasarkan masukan dari dosen-dosen penguji dan
pembimbing

2.Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini antara lain :
a. Menyusun RPP dan instrumen penelitian (tes tertulis,angket dan draf
wawancara) yang disesuaikan dengan SK,KD dan indikator yang telah
ditentukan.
b. Melakukan pengujian validitas instrumen literasi sains dilakukan oleh dosen
pembimbing
c. Melakukan uji coba instrumen kepada siswa yang sudah mendapatkan materi
tersebut
d. Menganalisis hasil uji instrumen dan menetukan soal yang layak untuk
penelitian dengan dosen pembimbimng
e. Melakukan proses pembelajaran IPA dengan menggunakan autentik assesmen
untuk menilai kemampuan literasi sains siswa.
f. Memberikan angket pada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap
proses pembelajaran.
g. Melakukan wawancara pada siswa dan guru
3.Tahap Akhir
Tahap terakhir dalam penelitian antara lain :
a.Menganalisis dan mengolah data yang diperoleh dari hasil penelitian
b.Menyimpulkan hasil penelitian
c. Menyusun laporan penelitian
Populasi dan sampel

Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Ambarawa. Sampel penelitian
adalah siswa kelas VIII pada tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 30 orang yang
sudah mendapatkan pembelajaran IPA terpadu tema pemanasan global

Teknik Pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan teknik triangulasi dimana pengumpulan datanya dilakukan dengan
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada. Teknik triangulasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data
sekaligus menguji kredibilitas data (Sugiyono, 2010). Beberapa teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam metode penelitian campuran strategi triangulasi kongruen
antara lain tes, angket, wawancara dan dokumentasi

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S.(2003).Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara
Binadja, A. 1999a. STL (Science and Technology Literacy) in the SETS (Science,
Binadja, Ahmad, 1996. Constructivism and the Process of Science. Classroom
Teachers 2.2
Chiu,M dan Chang, S.(2005).The Development of Authentic Assesment to
Investigate Ninth Graders Scientific Literacy. International Journal of Science
and Mathemaics Education, Volume 3.Hal 117-140
Depdiknas.(2014).Permendikbud No.104 tahun 2014 tentang Standar Penilaian
Pendidikan.Jakarta : Depdiknas

Depdiknas.2007.Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA.Jakarta :


Depdiknas-Balitbang
Echols,J.M & Hasan Shadily.(2003). Kamus Inggris Indonesia.Jakarta. PT Gramedia
Environment, Technology, and Society Education) Perspective. Paper
Hayat, B,(2004).Penilaian Kelas dalam Penerapan Standar Kompetensi.Jurnal
Pendidikan Penabur No.03
Hotimah, Husnul.(2008).Penerapan Model Pembelajaran IPA Terpadu Bervisi SETS
untuk Meningkatkan Hasil Bealajar Siswa SMP.Skripsi.Universitas Negeri
Semarang
Irianti, Mitri.(2007). Pembelajaran Sains Fisika melalui Pendekatan SETS pada
Literacy for All, Conducted by SEAMEO RECSAM In Collaboration with
presented in the Regional Workshop on Scientific and Technological
PISA

(2015)
Draft
Science
Framework,
https://www.oecd.org/pisa/pisaproducts.pdf. 31 Maret 2016

diambil

dari

Ramlan, Mohamad.(2002).Pemanasan Global. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3,


No. 1 Januari 2002 : 30-32 Siswa Kelas VIII MTs Nurul Falah Air Molek.
Jurnal Geliga Sains 1 (2), 1 - 7, 2007
UNESCO and ICASE, Penang, 10 15 May 1999.
Yuliastuti, Margareta.(2009).Peningkatan Aspek Literasi Sains dan Teknologi
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Sains Bervisi SETS di SMP.
Skripsi.Universitas Negeri Semarang

Vous aimerez peut-être aussi