Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PROPOSAL TESIS
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan
oleh
Shinta Rosiana Dewi
0402514013
PROPOSAL TESIS
Nama
NIM
: 0402514013
Prodi
: Pendidikan IPA
A. Judul
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP PADA
PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SETS TEMA PEMANASAN GLOBAL
B. LATAR BELAKANG
Perkembangan pendidikan seharusnya selalu direspon agar generasi muda
dapat menyiapkan diri untuk menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan baik
dalam kehidupan masyarakat, lingkungan, kemajuan IPTEK, industri dan budaya
maupun perkembangan pendidikan interrnasional.
Perkembangan pendidikan Indonesia saat ini masih rendah dan belum
memuaskan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh hasil PISA siswa SMP di Indonesia.
Dalam hasil PISA tahun 2012 menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains siswa
Indonesia di peringkat ke 64 dari 65 negara peserta dengan skor berkisar 382 dengan
rata-rata skor dari semua negara peserta adalah 500. Menurut Organization for
Economic Coorporation and Development (OECD), literasi sains dengan rentang
antara 335409 poin termasuk level 1 yang berarti
mempengaruhi prestasi literasi sains siswa. Menurut Firman (2007) rendahnya literasi
sains siswa Indonesia berkaitan erat dengan adanya kesenjangan antara pembelajaran
IPA yang diterapkan di sekolah dan tuntutan PISA.
Berdasarkan hasil studi terhadap literasi sains yang dilakukan PISA setiap
tiga tahun sekali menunjukkan hasil sebagai berikut.
Tabel.1 Data Literasi Sains Siswa Indonesia yang dari PISA
Tahun Studi
Jumlah Negara
Peserta Studi
41
40
57
65
65
Hasil tersebut menunjukan bahwa literasi sains siswa di Indonesia masih rendah
karena skor rata-rata mengalami penurunan 10 poin pada tahun 2000 sampai dengan
2012. Oleh karena itu, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk
membantu meningkatkan kemmpuan literasi sains siswa salah satunya adalah adan
pendekatan Science, Enviorement,Technology dan Society (SETS).
Pendekatan SETS merupakan pendekatan yang mengintegrasikan antara sains,
teknologi, lingkungan dan masyarakat. Pendekatan ini dapat diterapkan dalam upaya
membuat siswa, mengetahui, memahami, serta mengambil manfaat dari pengetahuan
bahwa di dalam konsep yang dipelajari terkandung unsur-unsur SETS.
Dalam pembelajaran IPA berbasis SETS untuk membangun literasi sains
siswa dapat diterapkan dalam materi pemanasan global. Materi ini membahas
penyebab dan dampak pemanasan global bagi lingkungan dapat diintegrasikan
dunia sekolah, 3) penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria
yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar, 4) penilaian harus
bersifat
holistik
yang
mencakup
semua
aspek
dari
tujuan
pembelajaran
D. Cakupan Masalah
H. Kajian Pustaka
Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang dipelajari melalui
pengamatan langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar siswa
dapat memahami alam secara ilmiah. Pembelajaran IPA bukan hanya
menekankan konsep, namun IPA juga memadukan pemahaman konsep sains
dengan pengalaman proses sains dan pengalaman produk sains dengan bentuk
pengalaman langsung.
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA
salah satunya SETS. Pendekatan ini mampu mengintegrasikan antara
aplikasi
sains
dalam
kehidupan
sehari-hari.
hal
bersikap
positif
terhadap
sains,
kemampuan
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan, menjelaskan gejalagejala atau fenomena-fenomena secara ilmiah dan kemampuan
menggunakan bukti ilmiah. Menurut Indra (2015), ndengan
menggunakan pendekatan SETS, literasi sains siswa dapat
meningkat karena siswa dapat memahami, mengkomunikasikan
dan
menerapkan
kemampuan
sains
untuk
memecahkan
masalah.
I. Kajian Teoretis
1. Literasi Sains
Pada tahun 1997, Organisation for Economic Co-Operation and Development
(OECD) memunculkan Programme for International Student Assesment (PISA).
Programme for International Student Assesment (PISA) bertujuan untuk memonitor
hasil dari sistem pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian belajar siswa yang
berusia 15 tahun. Selain itu PISA didesain untuk membantu pemerintah tidak hanya
memahami tetapi juga meningkatkan keefektifan sistem pendidikan. PISA
mengumpulkan informasi yang reliabel setiap tiga tahun. Temuan-temuan PISA
digunakan antara lain untuk: (a) membandingkan literasi membaca, matematika dan
sains siswa-siswa suatu negara dengan negara peserta lain; dan (b) memahami
kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan masing-masing negara
Kemampuan literasi sains yang lemah merupakan salah satu temuan hasil studi
komperatif yang dilakukan PISA tahun 2012, ini terungkap dari nilai rerata tes literasi
sains anak Indonesia adalah 382, yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-64
dari 65 negara peserta PISA.
Pengertian Literasi Sains
Istilah sains berasal dari bahasa Inggris Science yang bearti ilmu pengetahuan.
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan (Depdiknas 2007).
Kemampuan literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari
65 negara. Skor rata-rata sains yang diperoleh siswa Indonesia adalah 382. Skor ratarata tertinggi dicapai oleh Finlandia (563) dan terendah dicapai oleh Kyrgyzstan
(322). Kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia tidak berbeda secara
signifikan dengan kemampuan literasi sains siswa dari Argentina, Brazil, Colombia,
Tunisia, dan Azerbaijan. Kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia lebih
tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kemampuan literasi sains siswa dari
Qatar dan Kyrgyzstan. Dua negara yang berada dua peringkat di atas Indonesia
adalah Mexico dan Montenegro.
Hasil Studi PISA tahun 2009 menunjukkan tingkat literasi sains siswa
Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi tahun 2006. Tingkat literasi
sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke 57 dari 65 negara peserta dengan skor
yang diperoleh 383 dan skor ini berada di bawah rata-rata standar dari PISA (OECD,
PISA 2009 ).
Aspek Literasi Sains
PISA menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya,
yakni proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi sains.
1. Aspek Konten
Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan
untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam
melalui aktivitas manusia. Dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi
cakupan konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi materi kurikulum
sains sekolah, namun termasuk pula pengetahuan yang dapat diperoleh melalui
sumber-sumber informasi lain yang tersedia.
Oleh karena PISA bertujuan mendeskripsikan seberapa jauh siswa mampu
mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks yang terkait kehidupannya, dan soalsoal PISA hanya mencakup sampel pengetahuan sains, maka PISA menentukan
-
masyarakat yang semakin terpengaruh oleh kemajuan sains dan teknologi. Oleh
karenanya pendidikan sains perlu mengembangkan kemampuan peserta didik
memahami hakekat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan limitasi sains. Peserta
didik perlu memahami bagaimana ilmuwan sains mengambil data dan
mengusulkan
eksplanasi-eksplanasi
terhadap
fenomena
alam,
mengenal
karakteristik utama penyelidikan ilmiah, serta tipe jawaban yang dapat diharapkan
dari sains. Karakteristik utama sains mencakup: pengumpulan data dipandu oleh
gagasan dan konsep, sifat tentatif dari pengetahuan sains, keterbukaan terhadap
pengujian dan pengkajian, menggunakan argumen logis, serta kewajiban untuk
melaporkan metode dan prosedur yang digunakan dalam pengumpulan bukti.
Sejak kelahirannya, PISA menjadikan proses sains ini sebagai salah satu domain
penilaiannya. Namun dalam perkembangan terakhir, PISA memilih istilah
kompetensi sains sebagai pengganti proses sains. Proses sains merujuk pada
proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan
masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan
kesimpulan. Termasuk di dalamnya mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan
tidak di jawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan dalam suatu
penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang
tersedia.
3. Aspek Konteks
PISA menilai pengetahuan sains relevan dengan kurikulum pendidikan sains
di negara partisipan tanpa membatasi diri pada aspek-aspek umum kurikulum
nasional setiap negara. Penilaian PISA dibingkai dalam situasi kehidupan umum
yang lebih luas dan tidak terbatas pada kehidupan di sekolah saja.
Dalam memilih konteks, pikiran dasarnya adalah PISA bertujuan menilai
pemahaman dan kemampuan dalam sains, serta sikap-sikap yang harus dimiliki
siswa pada akhir masa wajib belajar. Sebagai studi Internasional, konteks yang
digunakan untuk soal-soal PISA harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan minat dan kehidupan peserta didik di setiap negara-negara partisipan.
Butir-butir soal PISA dikembangkan dan dipilih dengan memperhatikan faktor
keragaman budaya dan bahasa di negara-negara partisipan PISA.
Aspek yang dikembangkan pada tiap pelaksanaan PISA mulai dari tahun 2000,
2003 dan 2006 dapat dilihat pada tabel berikut:
N
PISA 2000
o
1
PISA 2003
Konten :
pengetahuan
sains
pemahaman
konseptual
yang dibutuhkan dalam
konsep:
Fisika
Kimia
Sains Bumi &
Ruang angkasa
Berdasarkan 3 kriteria:
penggunaan prosesproses.
PISA 2006
Pengetahuan :
Pengetahuan
sains
(basis dasar konsep)
Pengetahuan tentang
sains
Sikap dan
kearah
teknologi
tindakan
sains
dan
dengan konsep-konsep
sains terkait
Konteks:
Konteks:
Konteks:
penerapan pengetahuan aplikasi pengetahuan sains pengetahuan&teknolo
& keterampilan
dan
melibatkan
gagasan sains
Proses Sains
TINDAKAN MENTAL
Proses:
PROSES MENTAL
untuk menyoroti
Proses Sains
KOMPETENSI:
Mengidentifika
untuk:
Menggambarkan,
si pertanyaan atau
tentang:
Mengenali
pertanyaan yang dapat
menjelaskan dan
merumuskan
memprediksi fenomena
pertanyaan yang
sains.
dapat diselidiki
Memahami
penyelidikan sains:
mengkomunikasikan
kan bukti yg
dibutuhkan dalam
penyelidikan sains
Menarik &
menilai kesimpulan
Mengkomunikasi
kan kesimpulan yang
valid dari bukti
pendukung (aneka
sumber).
Mendemonstrasi
secara ilmiah.
Mengidentifika
si dan menerapkan
dan mengenali
pengetahuan yang
relevan, membahas
diinvestigasi secara
pengetahuan
ilmiah
mengetahui apa yang
terlibat dalam
tambahan (jika
perlu)
Interpretasi
penyelidikan tersebut
Menginterpretasikan bukti
sains dan kesimpulan:
kan pemahaman
mengkomunikasikan
kesimpulan berdasarkan
lain
(relevansi
pengetahuan untuk
memperoleh
memprediksi)
pengetahuan/pemahaman
Cakupan Pengetahuan
Struktur dan sifat materi (a.l. hanTARan panas dan
listrik)
Perubahan fisik materi (a.l. perubahan wujud)
Perubahan kimia materi (a.l. reaksi kimia)
Gerak dan gaya (a.l. kecepatan dan gesekan)
Energi dan transformasinya (a.l. perubahan bentuk energi
dan kekekalan energi)
Interaksi energi dan materi (a.l. gelombang cahaya, radio,
Sistem Hidup
dan suara)
Sel (a.l. struktur dan fungsi, tumbuhan dan hewan)
Tubuh manusia (a.l. kesehatan, nutrisi, sub-sub sistem
tubuh manusia yang mencakup pencernaan, pernafasan,
sirkulasi, ekskresi, serta penyakit dan reproduksi)
Populasi (a.l. spesi, evolusi, keanekaragaman hayati,
variasi genetik)
Ekosistem (a.l. rantai makanan, aliran materi dan energi)
Biosfer (a.l. kelesTARian alam)
Sistem bumi dan Struktur dan sistem bumi (a.l. atmosfer, litosfer,
anTARiksa
hidrosfer)
Energi dalam sistem bumi (a.l. sumber daya alam, iklim
global)
Perubahan dalam sistem bumi (a.l. tektonik lempeng,
siklus geokimia, gaya-gaya konstruktif dan destruktif)
Sejarah bumi (a.l. fosil, asal-usul dan evolusi bumi)
Bumi dalam anTARiksa (a.l. sistem tata surya)
2. Aspek Proses
PISA menetapkan tiga aspek dari komponen proses/kompetensi
sains berikut dalam penilaian literasi sains, yakni mengidentifikasi
pertanyaan
ilmiah,
menjelaskan
fenomena
secara
ilmiah
dan
Kompetensi
ini
mencakup
mendeskripsikan
atau
yang diberikan
Memberikan alasan untuk setuju atau menolak kesimpulan yang
kesimpulan
Membuat refleksi berdasarkan implikasi sosial dari kesimpulan
ilmiah
Tabel 7. proses Sains dalam PISA 2006
Kategori
Mengidentifikasi
pertanyaan ilmiah
secara ilmiah
Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk mencari
Menjelaskan
fenomena secara
informasi ilmiah
Mengenal fitur-fitur kunci penyelidikan ilmiah
Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi
yang diberikan
Mendeskripsikan atau menginterpretasi fenomena
ilmiah
Menggunakan
bukti ilmiah
yang memadai
Menafsirkan bukti ilmiah dan menarik kesimpulan
Memberikan alasan untuk mendukung atau menolak
kesimpulan dan mengidentifikasi asumsi-asumsi
yang dibuat dalam mencapai kesimpulan
Mengkomunikasikan kesimpulan dan bukti dan
penalaran dibalik kesimpulan dan penalaran dibalik
kesimpulan
3. Aspek Konteks
Tabel 8. Konteks Aplikasi Sains dalam PISA 2006
Kesehatan
Personal
Pemeliharaan
Sosial
Pengendalian
Global
Penyebaran
kesehatan
Nutrisi
penyakit
penyakit
Pilihan
makanan
Kualitas hidup
Pasokan energy
Sumber daya
Konsumsi
bahan dan
infeksi
energi untuk
Sistem alam
terbarukan dan
tak-terbarukan
keperluan
Lingkungan
pribadi
Perilaku
ramah
lingkungan
Sebaran populasi
Dampak
lingkungan
Keragaman
makhluk hidup
KelesTARian
ekologi
Bahaya
Keputusan
Perubahan-
tentang
perubahan di
perumahan
bumi (erosi,
Pengendalian
populasi
Perubahan
iklim
sedimentasi,
Penemuan
baru
Minat dalam
cuaca buruk)
Material,
eksplanasi
peralatan dan
sains terhadap
proses baru
Modifikasi
fenomena
genetic
alam
Penciptaan
spesi
Asal-usul dan
struktur alam
semesta
SETS
merupakan
pendekatan
yang
digunakan
dalam
3. Pemanasan Global
Pada saat ini di belahan manapun di dunia, industri telah menjadi harapan
baru setelah era agraris berakhir. Industri merupakan komponen yang dapat
meningkatakan sektor ekonomi misalnya : kendaraan bermotor sebagai salah satu
produk industri. Namun disisi lain berdampak negatif terhadap lingkungan hidup
manusia. Mesin-mesin kendaraan itu menggunakan bahan bakar minyak bumi.
Hasil pembakaran bahan bakar tersebut menghasilkan unsur CO dan CO2. Kedua
gas itu merupakan satu diantara gasgas lain yang menyebabkan suhu bumi
meningkat. Tatkala CO dan CO2 menumpuk di udara akan menghasilkan efek
seperti rumah kaca terhadap cahaya matahari yang akan masuk ke bumi. Bumi
seolah-olah dilapisi oleh kedua gas tadi. Akibatnya, bumi terasa lebih panas dari
biasanya, disebut Pemanasan Global.( Mohamad : 2003)
Adapun beberapa penyebab dari pemanasan global antara lain efek rumah
kaca, penggunaan bahan bakar secara berlebihan yang berpengaruh terhadap
pencemaran udara, penebangan pohon secara besar-besaran,penggunaan AC
dalam ruangan dan sebagainya. Hal ini memiliki dampak pada lingkungan antara
lain : Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini
mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat
mengakibatkan sejumlah pulau-pulau kecil tenggelam. Kehidupan masyarakat
yang hidup di daerah pesisir terancam. Permukiman penduduk dilanda banjir rob
akibat air pasang yang tinggi, dan ini berakibat kerusakan fasilitas sosial dan
ekonomi. Jika ini terjadi terus menerus maka akibatnya dapat mengancam sendi
kehidupan masyarakat. 2.) Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrim. Perubahan iklim menyebabkan musim sulit diprediksi. Petani tidak dapat
memprediksi perkiraan musim tanam akibat musim yang juga tidak menentu.
Akibat musim tanam yang sulit diprediksi dan musim penghujan yang tidak
menentu maka musim produksi panen juga demikian. Hal ini berdampak pada
masalah penyediaan pangan bagi penduduk, kelaparan, lapangan kerja bahkan
menimbulkan kriminal akibat tekanan tuntutan hidup. 3.) Punahnya berbagai jenis
fauna. Flora dan fauna memiliki batas toleransi terhadap suhu, kelembaban, kadar
air dan sumber makanan. Kenaikan suhu global menyebabkan terganggunya
siklus air, kelembaban udara dan berdampak pada pertumbuhan tumbuhan
sehingga menghambat laju produktivitas primer. Kondisi ini pun memberikan
pengaruh habitat dan kehidupan fauna. 4.) Habitat hewan berubah akibat
perubahan faktor-faktor suhu, kelembaban dan produktivitas primer sehingga
sejumlah hewan melakukan migrasi untuk menemukan habitat baru yang sesuai.
Migrasi burung akan berubah disebabkan perubahan musim, arah dan kecepatan
angin, arus laut (yang membawa nutrien dan migrasi ikan). 5.) Peningkatan muka
air laut, air pasang dan musim hujan yang tidak menentu menyebabkan
meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir. 6.) Ketinggian gunung-gunung
tinggi berkurang akibat mencairnya es pada puncaknya. 7.) Perubahan tekanan
udara, suhu, kecepatan dan arah angin menyebabkan terjadinya perubahan arus
laut. Hal ini dapat berpegaruh pada migrasi ikan, sehingga memberi dampak pada
hasil perikanan tangkap. 8.) Berubahnya habitat memungkinkan terjadinya
perubahan terhadap resistensi kehidupan larva dan masa pertumbuhan organisme
tertentu, kondisi ini tidak menutup kemungkinan adanya pertumbuhan dan
resistensi organisme penyebab penyakit tropis. Jenis-jenis larva yang berubah
resistensinya terhadap perubahan musim dapat meningkatkan penyebaran
organisme ini lebih luas. Ini menimbulkan wabah penyakit yang dianggap baru.
9.)Mengancam kerusakan terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk Konservasi lingkungan, dengan
melakukan penanaman pohon dan penghijauan di lahan-lahan kritis. Tumbuhan
hijau memiliki peran dalam proses fotosintesis, dalam proses ini tumbuhan
memerlukan karbondioksida dan menghasilkan oksigen. Akumulasi gas-gas
karbon di atmosfer dapat dikurangi. 2. )Menggunakan energi yang bersumber dari
energi alternatif guna mengurangi penggunaan energi bahan bakar fosil (minyak
bumi dan batu bara). Emisi gas karbon yang terakumulasi ke atmosfer banyak
dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Kita mengenal bahwa paling
banyak mesin-mesin kendaraan dan industri digerakkan oleh mesin yang
menggunakan bahan bakar ini. Karena itu diupayakan sumber energi lain yang
aman dari emisi gas-gas ini, misalnya; menggunakan energi matahari, air, angin,
dan bioenergy. Di daerah tropis yang kaya akan energi matahari diharapkan
muncul teknologi yang mampu menggunakan energi ini, misalnya dengan mobil
tenaga surya, listrik tenaga surya. Sekarang ini sedang dikembangkan bioenergy,
antara lain biji tanaman jarak (Jathropa. sp) yang menghasilkan minyak. 3.) Daur
ulang dan efisiensi energi. Penggunaan minyak tanah untuk menyalakan kompor
di rumah, menghasilkan asap dan jelaga yang mengandung karbon. Karena itu
sebaiknya diganti dengan gas. Biogas menjadi hal yang baik dan perlu
dikembangkan, misalnya dari sampah organik. 4.) Upaya pendidikan kepada
masyarakat luas dengan memberikan pemahamaan
J. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori, diperoleh alur kerangka berpikir yang
disajikan pada Gambar 2. Mempelajari tentang fenomena/ peristiwa/ konsep alam
yang berkaitan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
K. Metode Penelitian
karena
telah
memenuhi
kaidah-kaidah
ilmiah
yaitu
konkrit/
2.Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini antara lain :
a. Menyusun RPP dan instrumen penelitian (tes tertulis,angket dan draf
wawancara) yang disesuaikan dengan SK,KD dan indikator yang telah
ditentukan.
b. Melakukan pengujian validitas instrumen literasi sains dilakukan oleh dosen
pembimbing
c. Melakukan uji coba instrumen kepada siswa yang sudah mendapatkan materi
tersebut
d. Menganalisis hasil uji instrumen dan menetukan soal yang layak untuk
penelitian dengan dosen pembimbimng
e. Melakukan proses pembelajaran IPA dengan menggunakan autentik assesmen
untuk menilai kemampuan literasi sains siswa.
f. Memberikan angket pada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap
proses pembelajaran.
g. Melakukan wawancara pada siswa dan guru
3.Tahap Akhir
Tahap terakhir dalam penelitian antara lain :
a.Menganalisis dan mengolah data yang diperoleh dari hasil penelitian
b.Menyimpulkan hasil penelitian
c. Menyusun laporan penelitian
Populasi dan sampel
Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Ambarawa. Sampel penelitian
adalah siswa kelas VIII pada tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 30 orang yang
sudah mendapatkan pembelajaran IPA terpadu tema pemanasan global
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S.(2003).Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara
Binadja, A. 1999a. STL (Science and Technology Literacy) in the SETS (Science,
Binadja, Ahmad, 1996. Constructivism and the Process of Science. Classroom
Teachers 2.2
Chiu,M dan Chang, S.(2005).The Development of Authentic Assesment to
Investigate Ninth Graders Scientific Literacy. International Journal of Science
and Mathemaics Education, Volume 3.Hal 117-140
Depdiknas.(2014).Permendikbud No.104 tahun 2014 tentang Standar Penilaian
Pendidikan.Jakarta : Depdiknas
(2015)
Draft
Science
Framework,
https://www.oecd.org/pisa/pisaproducts.pdf. 31 Maret 2016
diambil
dari