Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dengan demikian melalui tiga jalur ini glikogen otot pertama-tama dirubah
menjadi glukosa mono-fosfat kemudian dirombak menjadi CO 2 dan H2O serta 37 mol
ATP.
Adenosin tri-fosfat (ATP) akan digunakan sebagai sumber energi untuk
kontraksi, memompa ion Ca2 pada saat relaksasi, dan mengatur laju keseimbangan
Na dan K.Cepat lambatnya waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis
sangat tergantung pada sedikit banyaknya ATP yang tersedia pada saat ternak
disembelih. Kondisi ternak yang kurang istirahat menjelang disembelih dan terutama
pada kondisi stress atau kecapaian/kelelahan akan mempercepat terbentuknya rigor
mortis.
II. Mekanisme Terjadinya Rigor mortis
Rigor mortis adalah suatu proses yang terjadi setelah ternak disembelih
diawali fase prarigor dimana otot-otot masih berkontraksi dan diakhiri dengan
terjadinya kekakuan pada otot. Padasasat kekakuan otot itulah disebut sebagai
terbentuknya rigor mortis sering diterjemahkan dengan istilah kejang mayat.
Waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis tergantung pada
jumlah ATP yang tersedia pada saat ternak mati. Jumlah ATP yang tersedia terkait
dengan jumlah glikogen yang tersedia pada saat menjelang ternak mati. Pada ternak
yang mengalami kecapaian/kelelahan atau stress dan kurang istirahat menjelang
disembelih akan menghasilkan persediaan ATP yang kurang sehingga proses rigor
mortis akan berlangsung cepat. Demikian pula suhu yang tinggi pada saat ternak
disembelih akan mempercepat habisnya ATP akibat perombakan oleh enzim ATPase
sehingga rogor mortis akan berlangsung cepat.
Waktu yang singkat untuk terbentuknya rigor mortis mengakibatkan pH
daging masih tinggi (diatas pH akhir daging yang normal) pada saat terbentuknya
rigor mortis. Jika pH >5.5 5.8 pada saat rigor mortis terbentuk dengan waktu yang
cepat dari keadaan normal maka kualitas daging yang akan dihasilkan menjadi
rendah (warna merah gelap, kering dan strukturnya merapat) dan tidak bertahan
lama dalam penyimpanan sekalipun pada suhu dingin.
A. Fase Rigor Mortis
Ada tiga fase pada proses rigor mortis yakni fase prarigor, fase rigor mortis
dan fase pascarigor. Pada fase prarigor dibedakan atas fase penundaan dan fase
cepat.Pada gambar di bawah terlihat waktu pascamerta yang dibutuhkan untuk
proses rigor mortis pada otot yang berasal dari ternak kelinci. Pada grafik a
memperlihatkan waktu proses rigor mortis yang berlangsung sempurna; fase
penundaan membutuhkan waktu 8 jam dan fase cepat 3 jam. Waktu yang
dibutuhkan terbentuknya rigor mortis adalah 11 jam. Pada grafik b memperlihatkan
waktu rigor mortis pada kelinci yang mengalami kecapaian/kelelahan dimana waktu
yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis adalah 5 jam. Pada grafik c adalah
proses rigor mortis yang terjadi sangat cepat kurang dari 1 jam (30 menit) yang
terjadi pada ternak kelinci yang sudah sangat kelelahan (kehabisan sumber energi).
Ketiga grafik ini (a, b, c) menunjukkan bahwa waktu terbentuknya rigor mortis sangat
tergantung pada jenis ternak dan kondisi ternak sebelum mati; makin terkuras energi
maka makin cepat terbentuknya rigor mortis
Daging yang baru saja diperoleh dari hewan yang sudah disembelih jika didiamkan
pada keadaan suhu ruang tanpa ada perlakuan apapun, maka daging akan
mengalami beberapa perubahan baik secara fisik, kimia, mikrobiawi maupun secara
sensoris. Berikut tahapan perubahan yang terjadi pada daging
1.
fase prarigor
Pada hewan yang akan disembelih, glikolisis berjalan secara aerob dan
pengahasilan ATP dalam jumlah banyak melalui jalur asam piruvat. pada hewan
yang sudah disembelih reaksi glikolisis secara perlahan akan berhenti dan akan
berlangsung glikolisis secara anaerob dengan mengubah glikogen menjadi asam
laktat. daging yang didapatkan dari hewan yang baru saja disembelih simpanan ATP
dari hasil glikolisis tersebut menjadi bantalan atau pembatas bagi protein miofibril
berupa aktin dan miosin. jarak antar aktin dan miosin menetukan kontrkasi otot yang
terjadi. masih tersisanya ATP membuat jarak aktin dan misin saling berjauhan
sehingga kontraksi otot akan jarang terjadi. hal ini akan menjadikan tekstur daging
menjadi lunak dan masih kenyal karena pengubahan glikogen menjadi asam laktat
masih sangat minim terjadi. sehingga asam laktat yang terbentuk tidak signifikan
menurunkan pH. penurunan pH akan berpengaruh pada kapasitas pengikatan air
oleh protein daging (WHC/ Water Holding Capacity). pada fase pre rigor WHC
protein masih tinggi sehingga tidak banyak air yang keluar dari jaringan sehingga
tingkat juiceness daging masih tinggi. tingkat juiceness daging yang tinggi akan
membuat daging jauh lebih kenyal. umumnya daging pada fase pre rigor ini paling
baik untuk dimasak karena tekstur daging yang masih lunak dan kenyal, akan tapi
pada untuk mendapatkan daging pada fase ini sangatlah sulit.
2. fase rigor mortis
Pada fase ini hewan sudah terlalu lama di biarkan tanpa perlakuan, sehingga
proses glikolisis akan berhenti dan produksi ATP semakin berkurang. proses
glikolisis akan diubah secara anaerob untuk dihasilkan asam laktat.berkurangnya
ATP membuat pembatas aktin dan miosin semakin tipis sehingga aktin dan miosin
mudah untuk berdekatan dan kemudian bersatu dan membentuk aktoniosin.
keadaan ini memungkin terjadinya kontraksi yang lebih dan akan menjadikan daging
menjadi kaku. pemasakan daging pada fase ini sebaiknya dihindari karena tekstur
daging yang kaku akan mengakibatkan proses pengolahan yang lama untuk
mengempukkan daging. pemasakan yang kurang matang akan mengakibatkan
daging menjadi alot dan kaku.
3. fase post rigor
Semakin lamanya daging terpapar semakin banyak kontaminan mikrobia di
dalamnya. pada fase ini daging akan kembali lunak dikarenakan peranan enzim
katepsin yang membantu pemecahan protein aktomiosin menjadi protein sederhana.
daging pada fase post rigor baik utnuk diolah karena tekstur daging sudah kembali
melunak, namun pengolahan daging harus dilakukan sesegera mungkin untuk
menghindari kontaminasi mikrobia semakin banyak dan terjadinya perubahan ke
arah penurunan mutu terhindari.
Pemaparan daging lebih lanjut akan menjadikan daging semakin mengalami
penurunan mutu. daging akan menjadi lembek dan menghasilkan aroma busuk.
capacity) akan menurun, sebaliknya ketika pH akhir tinggi akan memberikan daya
ikat air yang tinggi.
Denaturasi protein miofibriler dapat terjadi pada pH otot dibawah titik
isoelektrik mengakibatkan otot menjadi pucat, berair dan strukturnya longgar (mudah
terurai). Hal ini bisa terjadi pada ternak babi atau ayam yang mengalami stress
sangat berat menjelang disembelih dan akibatnya proses rigor mortis berlangsung
sangat cepat; bisa beberapa menit pada ternak babi.
Warna daging menjadi merah cerah pada saat pH mencapai pH akhir
normal (5.5 5.8) pada saat terbentuknya rigor mortis.
IV. Faktor-faktor penyebab variasi waktu terbentuknya rigor mortis
Jangka waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis bervariasi dan
tergantung pada:
1.
Spesis; pada ternak babi waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis
lebih singkat, beberapa jam malahan bisa beberapa menmeit pada kasus PSE (pale
soft exudative) dibanding dengan pada sapi yang membutuhkan waktu 24 jam pada
kondisi rigor mortis sempurna. Dikatakan sempurna jika rigor mortis terjadi selama
24 jam pada ternak dengan kondisi cukup istirahat dan full glikogen sebelum
disembelih dan suhu ruangan sekitar 15C.
2.
Individu; terdapat perbedaan waktu terbentuk rigor mortis pada individu berbeda
dari jenis ternak yang sama. Sapi yang mengalami stress atau tidak cukup istirahat
sebelum disembelih akan memebutuhkan waktu yang lebih cepat untuk instalasi
rigor mortis dibanding dengan sapi yang cukup istirahat dan tidak stress pada saat
menjelang disembelih.
3.
Macam serat; ada dua macam serat berdasarkan warena yang menyusun otot
yakni serat merah dan serat putih. Rigor mortis terbentuk lebih cepat pada ternak
yang tersusun oleh serat putih yang lebih banyak dibanding dengan serat merah.
Pada otot dengan serat merah yang lebih banyak memperlihatkan pH awal lebih
tinggi dengan aktivitas ATP ase yang lebih rendah. Aktivitas ATP ase yang lemah
akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghabiskan ATP. Dengan
demikian pada otot merah membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terbentuknya
rigor mortis.
SUMBER REFERENSI:
http://cinnatalemien-eabustam.blogspot.com/2008/04/konversi-otot-menjadidaging.html.