Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Erlina Intan Swasti
20130013
20130034
Tanggal
Mengetahui,
Mahasiswa
Pembimbing Lahan
Pembimbing Akademik
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Diagnosa
Medis Pre dan Post Operasi Abses Punggung di Bangsal Marwa Rumah Sakit Nur
Hidayah . Laporan ini di susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah IV.
Dalam menyusun laporan ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak dan teman-teman yang telah mendukung
terselesaikannya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
LAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Latar Belakang......................................................................................1
Rumusan Masalah.................................................................................2
Ruang Lingkup......................................................................................2
Tujuan....................................................................................................3
Manfaat.................................................................................................3
Metode...................................................................................................4
Sistematika Penulisan............................................................................5
Pengertian..............................................................................................7
Jenis-jenis Abses...................................................................................7
Etiologi..................................................................................................9
Patofisiologi..........................................................................................9
Manifestasi Klinis...............................................................................10
Komplikasi..........................................................................................11
Penatalaksanaan Medis.......................................................................11
Pathway...............................................................................................13
Konsep Asuhan Keperawatan.............................................................14
Pengkajian...........................................................................................20
Analisa Data........................................................................................27
Diagnosa Keperawatan........................................................................28
Rencana Keperawatan.........................................................................28
Implementasi dan Evaluasi.................................................................30
Pembahasan Pengkajian......................................................................37
Pembahasan Diagnosa.........................................................................38
Pembahasan Perencanaan....................................................................38
Pembahasan Implementasi..................................................................39
Pembahasan Evaluasi..........................................................................40
Pembahasan Dokumentasi..................................................................41
Faktor Pendukung dan Penghambat....................................................42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................43
B. Saran....................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan
sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat
kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi
yang fatal (meskipun jarang) apabila abses tersebut mendesak struktur yang
vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan trakhea. Abses luka
biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan antibiotik. Namun
demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah,
debridemen, dan kuretase. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk
mengidentifikasi penyebabnya, utamanya apabila disebabkan oleh benda
asing, karena benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan
oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya,
bersamaan dengan pemberian obat analgesik dan mungkin juga antibiotik.
Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya
diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang
keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak. Hal ini dinyatakan dalam sebuah
aforisme Latin: Ubi pus, ibi evacua. Apabila menimbulkan risiko tinggi,
misalnya pada area-area yang kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau
dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu dilakukan. Drainase abses
paru dapat dilakukan dengan memposisikan penderita sedemikian hingga
memungkinkan isi abses keluar melalui saluran pernapasan. Memberikan
kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak dapat dilakukan untuk
membantu penanganan abses kulit.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus, antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin
sering digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten
Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut
menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat melalui
komunitas,
digunakan
antibiotik
lain:
clindamycin,
trimethoprim-
D. Tujuan
Tujuan penulisan dan penyusunan laporan uji komprehensif ini adalah:
1. Tujuan Umum
Penulis mampu mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan Diagnosa
Medis Pre dan Post Operasi Abses Punggung di Bangsal Marwa Rumah
Sakit Nur Hidayah secara komprehensif dan berkesinambungan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu
melaksanakan
pengkajian,
merumuskan
diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada pasien Tn.
A dengan Diagnosa Medis Pre dan Post Operasi Abses Punggung di
Bangsal Marwa Rumah Sakit Nur Hidayah.
b. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
yang
telah
dilakukan pada pasien Tn. A dengan Diagnosa Medis Pre dan Post
Operasi Abses Punggung di Bangsal Marwa Rumah Sakit Nur
Hidayah.
c. Mampu mengidentifikasikan faktor pendukung dan penghambat
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien Tn. A dengan
Diagnosa Medis Pre dan Post Operasi Abses Punggung di Bangsal
Marwa Rumah Sakit Nur Hidayah.
E. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman secara nyata
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Tn. A dengan
Diagnosa Medis Pre dan Post Operasi Abses Punggung di Bangsal
Marwa Rumah Sakit Nur Hidayah.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan untuk menyamakan
persepsi dan pandangan dalam meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan pada pasien dengan pleura pneumonia dextra dan efusi
pleura dextra.
3. Bagi Institusi
a. Bagi Istitusi Pendidikan
Hasil laporan uji komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan
untuk menambah wawasan dan memberikan gambaran tentang
G. Sistematika Penulisan
Sistem penulisan uji komprehensif ini terdiri dari lima BAB yang
disusun sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN meliputi : Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Ruang Lingkup, Tujuan, Manfaat, Metode, Sistematika
BAB II
Penulisan.
: TINJAUAN PUSTAKA meliputi Gambaran Umum Abses
Punggung, Tinjauan Asuhan Keperawatan, Tinjauan Asuhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Abses
1. Pengertian
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil
yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena
adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena
adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik).
Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah
infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.
(Siregar, 2004).
Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat
dari infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu
campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah
mati yang dicairkan oleh enzim autolitik. (Morison, 2003)
Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik mata, yang
kemudian pecah; rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis,
meninggalkan jaringan parut yang kecil. (Underwood, 2000)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah
suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena
adanya benda asing (misalnya luka peluru maupun jarum suntik) dan
4. Patofisiologi
Jika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
suatu infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang
berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang
merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak kedalam
rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati, sel
darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga
tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan
terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi
dinding pembatas. Abses dalam hal ini merupakan mekanisme tubuh
mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam
tubuh, maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah
permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses. (Utama, 2001)
5. Manifestasi Klinis
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru,
mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau
tepat dibawah kulit terutama jika timbul diwajah.
Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung
kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf.
Gejalanya bisa berupa:
a. Nyeri
b. Nyeri tekan
c. Teraba hangat
d. Pembengakakan
e. Kemerahan
f. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan
tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan
lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh,
sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar.
Paling sering, abses akan menimbulkan Nyer tekan dengan massa yang
berwarna merah, hangat pada permukaan abses , dan lembut.
Abses yang progresif, akan timbul "titik" pada kepala abses sehingga
Anda dapat melihat materi dalam dan kemudian secara spontan akan
terbuka (pecah).
6. Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan
sekitar atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang
ekstensif (gangren). Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya
diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses
dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal. Meskipun jarang, apabila
abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher dalam
yang dapat menekan trakea. (Siregar, 2004)
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak membutuhkan
penanganan menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut
butuh ditangani dengan intervensi bedah dan debridement.
Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi
penyebabnya, terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda
asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing,
biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan
pemberian obat analgetik dan antibiotik.
Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan
apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras
10
menjadi tahap nanah yang lebih lunak. Drain dibuat dengan tujuan
mengeluarkan cairan abses yang senantiasa diproduksi bakteri.
Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang
kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai
tindakan terakhir yang perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan
meninggikan posisi anggota gerak dapat dilakukan untuk membantu
penanganan abses kulit.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus, antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin
sering digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus
resisten Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik
biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang
didapat melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin,
trimethoprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline.
Adapun hal yang perlu diperhatikan bahwa penanganan hanya
dengan menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang
merupakan tindakan yang efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik
sering tidak mampu masuk ke dalam abses, selain itu antibiotik tersebut
seringkali tidak dapat bekerja dalam pH yang rendah.
8. Pathway
Bakteri Gram Positif
(Staphylococcus aureus Streptococcus mutans)
Mengeluarkan enzim hyaluronidase dan enzim koagulase
11
Jaringan terinfeksi
Peradangan
Sel darah putih mati
Demam
Jaringan menjadi abses
& berisi PUS
Pembedahan
MK 3: Gangguan
Thermoregulator
(Pre Operasi)
Pecah
Reaksi Peradangan
(Rubor, Kalor,Tumor,Dolor,Fungsiolaesea)
Resiko Penyebaran
Infeksi
(MK 2: Pre dan Post
Operasi)
MK 1 : Nyeri
(Pre
Luka Insisi
MK 1 : Nyeri
(Post Operasi)
12
yang telah diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada klien,
berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan
saling berhubungan. (Aziz Alimul, 2007)
Pelaksanaan proses keperawatan secara umum bertujuan untuk
menghasilkan asuhan keperawatan yang berkualitas sehingga berbagai
masalah kebutuhan klien dapat teratasi. Untuk mencapai kebutuhan secara
umum
dalam
proses
keperawatan,
diantaranya
pertama,
dapat
diagnosis
ditegakkan;
ketiga,
dapat
melaksanakan
tindakan
13
14
ganda)
: Measurable (tujuan keperawatan harus dapat diukur,
khususnya tentang perilaku klien, dapat dilihat, didengar,
A
R
secara ilmiah)
: Time (ada batas waktu yang ditentukan untuk pencapaian
tujuan)
c. Menentukan Rencana Tindakan
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk
membantu klien dalam membantu kriteria hasil (Nursalam, 2001).
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada
klien yang dilaksanakan oleh perawat.Tindakan tersebut meliputi
15
tindakan
independent
keperawatan
berdasarkan
diagnosa
16
17
gangguan
rasa
nyaman
nyeri
teratasi.
Kriteria Hasil
Intervensi
1) Observasi TTV
Rasional
1) Sebagai data awal untuk melihat
18
hebat
dirasakan
klien
mempermudah
3) Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan.
4) Dorong
yang
sehingga
intervensi
selanjutnya
3) Reaksi non verba menandakan
menggunakan
teknik
manajemen relaksasi.
5) Kolaborasikan
nyeri
obat
analgetik
dirasakan
sesuai indikasi.
klien
dengan
non
farmakologis
5) Mempercepat
penyembuhan
terhadap nyeri
Kriteria hasil
C).
Intervensi
Rasional
1) Observasi TTV, terutama suhu 1) Untuk data awal dan memudahkan
tubuh klien.
2) Anjurkan
intervensi
2) Untuk mencegah dehidrasi akibat
klien
untuk
banyak
darah
mempercepat
hilangnya demam
4) Mempercepat penurunan demam
19
b) Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan luka insisi akibat pembedahan.
Tujuan
gangguan
rasa
nyaman
nyeri
teratasi.
Kriteria Hasil
Intervensi
1) Observasi TTV
Rasional
1) Sebagai data awal untuk melihat
nyeri.
seberapa
hebat
dirasakan
klien
mempermudah
4) Dorong
sehingga
intervensi
menggunakan
obat
teknik
manajemen relaksasi.
5) Kolaborasikan
yang
selanjutnya
nyeri
analgetik
klien
dengan
non
farmakologis
sesuai indikasi.
5) Mempercepat
penyembuhan
terhadap nyeri
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
20
penyembuhan
serta
mengurangi
peradangan
dan
pembengkakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi
adalah
tindakan
intelektual
untuk
melengkapi
proses
demam,kemerahan )
e) Tidak terjadi komplikasi.
21
22