Vous êtes sur la page 1sur 21

ABSORPSI

I.

Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, kami diharapkan mampu :
-

Menentukan penurunan tekanan didalam kolom absorpsi.

Menentukan kelarutan CO2 didalam air dan NaOH

II.

III.

Perincian Kerja
-

Menentukan penurunan tekanan aliran gas dengan kolom kering,

Menentukan penurunan tekanan aliran gas dengan kolom basah,

Menentukan jumlah CO2 yang terserap dengan alat HEMPL

Menentukan jumlah CO2 yang terserap dengan metode titrasi


Dasar Teori
Absorbsi adalah operasi penyerapan komponen-komponen yang terdapat

didalam gas dengan menggunakan cairan. Suatu alat yang banyak digunakan
dalam absorpsi gas ialah menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom
berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan
ruang distribusi padabagian bawah, pemasukan zat cair pada bagian atas, sedang
pengeluaran gas dan zat cair masing-masing diatas dan dibawah, serta suatu zat
padat tak aktif (inert) diatas penyangganya yang disebut packing.
Adanya packing (bahan isian) didalam kolom absorpsi akan menyebabkan
terjadinya hambatan terhadap aliran fluida yang melewati kolom. Akibatnya gas
maupun cairan yang melewati akan mengalami pressure drop atau penurunan
tekanan.
Persyaratan pokok yang diperlukan untuk packing :
1. Harus tidak bereaksi (kimia) dengan fluida didalam menara.
2. Harus kuat, tetapi tidak terlalu berat.

3. Harus mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tampa terlalu
banyak zat cair yang terperangkap atau menyebkan penurunan tekanan
terlalu tinggi.
4. Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair
dan gas.
5. Harus tidak terlalu mahal.
Penurunan tekanan akan menjadi lebih besar jika bahan isian yang digunakan
tidak beraturan (random packing). Selain itu, penurunan tekanan juga
dipengaruhi oleh laju alir gas maupun cairan.
Pada laju alir tetep, penurunasn tekanan gas sebanding dengan kenaikan
laju alir cairan. Hal ini disebabkan karena ruang antara bahan pengisi yang
semula dilewati gas menjadi lebih banyak dilewati cairan. Sehingga akan
menyebabkan hold up (cairan yang terikat dalam ruangan) bertambah. Akibatnya
peningkatan laju alir cairan lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya
pengumpulan cairan dibagian atas kolom. Keadaan ini biasa disebut flooding
(banjir). Titik terjadinya peristiwa disebut flooding point. Operasi pada keadaan
flooding tidak akan menghasilkan perpindahan massa yang bagus. Perpindahan
massa yang optimum, dilakukan pada keadaan loading point (titik belok kurva).
Jika laju alir cairan dipertahankan tetap sedang laju gas bertambah, maka
terdapat beberapa kemungkinan yang akan terjadi :
1.

Terbentuk lapisan cairan yang menyerupai gelembung gas diatas


permukaan packing.

2.

Cairan tidak akan dapat mengalir keluar kolom karena adanya


tekanan yang besar dari aliran udara. Akibatnya cairan akan mengisi kolom
dari bawah keatas sehingga terjadi inversi dari gas terdispersi kecairan
berubah menjadi cairan terdispersi kealiran gas.

3.

Terjadi gelembung/ buih-buih udara didalam kolom yang makin


lama makin keatas dan akhirnya tumpah keluar kolom. Pada kondisi
demikian, penurunan tekanan gas berlangsung dengan cepat.

Hal-hal lain yang berpengaruh terhadap penurunan tekanan antara lain ;


bentuk isian,tinggi isian, jenis, susunan dan lain-lain.
Didalam industri, proses ini banyak digunakan antara lain dalam proses
pengambilan Amonia yang ada dalam gas kota yang berasal dari pembakaran
batu bara dengan menggunakan air, atau penghilangan gas H 2S yang dikandung
dalam gas alam dengan menggunakan larutan Alkali.
Banyak hal yang mempengaruhi absorpsi gas kedalam cairan, antara lain :
-

Temperatur operasi

Tekanan operasi

Konsentrasi komponen dalam cairan

Konsentrasi komponen didalam aliran gas

Luas bidang kontak

Lama waktu kontak

Karana itu, dalam operasi harus dipilih kondisi yang tepat sehingga diperoleh
hasil yang maksimal.
Karekteristik suatu cairan dalam menyerap komponen didalam aliran gas
ditunjukkan oleh harga koefisien perpindahan massa antara gas-cairan, yaitu
banyaknya mol gas yang berpindah persatuan luas serta tiap fraksi mol (gram
mol) / (detik) (cm2) (fraksi mol).
Untuk menentukan harga koefisien perpindahan massa suatu kolom absorpsi
dapat digunakan perhitungan berdasarkan neraca massa.
Tinggi isian dalam kolom biasa dinyatakan dalam persamaan :
Yo

H=

Yi

d[ N.Y]
*
og a A ( Y Y )

Yi = fraksi mol CO2 dalam aliran gas masuk


Y0 = fraksi mol CO2 dalam aliran gas keluar
Y* = fraksi mol gas CO2 yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan
Y = fraksi mol CO2 didalam larutan

Persamaan diatas dapat diubah menjadi :

H a A Kog

Yo

Yi

dy
Y

Ruas kanan persamaan diatas sulit untuk dipecahkan. Karena itu,


penenyuan kog lebih mudah jika dipecahkan dengan persamaan :
N = Kog x a.A.H x P
Dim ana :
Kog

= Laju Absorbsi, mol/detik

a.A.H = Luas bidang transfer massa, m2


P

= Perbedaan tekanan rat-rata logaritma (atm)

Pi
ln
N
Po
Kog =
X
a.A.H ( Pi Po)

Pi = tekanan partikel gas CO2 masuk kolom (atm)


Po = tekanan gas CO2 keluar kolom (atm)
N = jumlah CO2 yang terserap dengan alt HEMPL
A = luas spesifik packing / unit volume.
Pada percobaan ini dipakai Rasching ring dengasn luas bidang kontak 440 m2 /
m3
A.H = volume kolom berisi packing
Tekanan partikel gas CO2 = fraksi volume x (tekanantotal / 760) atmosfir.
a. Penentuan kadar CO2 yang diserap didalam air/NaOH dengan alat HEMPL
Misal :

laju alir udara F2 liter/detik

- laju alir CO2 F3 liter/detik


- volum campuran udara dan CO2 didalam alat HEMPL V1 ml
- volume CO2 V2 ml

Fraksi gas CO2 didalam aliran gas masuk :


Yi = (V2/V1)
=

F3
F2 F3

Fraksi gas CO2 didalam aliran gas keluar :


Yo = V2/V1
Jika jumlah CO2 yang diabsorpsi sepanjang kolom adalah Fa liter/ detik.
Neraca massa :
CO2 masuk - CO2 keluar = CO2 diabsorpsi
Atau
[F2 + F3 ]Yi [F2 + (F3 Fa)] Yo = Fa
Dengan penurunan secara sistimatis diperoleh :
Fa =

(Yi Y0 )( F2 F3 ) (Yi Y0 )

x total gas masuk (liter/detik)


1 Y0
(i Y0 )

Atau
N =

Fa
tek.rata 2kolom (mmhg)
273
x
x
22,42
760
tem.kolom (K )

(g mol CO2

terabsorpsi/detik)
Catatan : Pada percobaan ini diasumsikan bahwa laju alir volum air tidak
dipengaruhi oleh penurunan tekana didalam kolom, dianggap penurunan
tekanan yang terjadi sangat kecil dibandingkan tekanan atmosfir.
b. Penentuan kadar CO2 yang terabsorpsi denganmetoda titrasi

Absorpsi CO2 dengan menggunakan air


Jika larutan H2CO3 ditirasi denganlarutan NaOH maka reaksi yang terjadi:
H2CO3 + NaOH

Na2CO3 + H2O

Jika :
-

Laju alir air F1 liter/detik

Volume larutan NaOH V1 ml

Konsentrasi larutan NaOH C1 ml

Volume sampel V2 ml

Maka konsentrasi CO2 didalam sample :


Cd =

V1xC1
(M)
V2

Laju rata-rata CO2 yang diabsorpsi pada suatu periode :


=

Cd ( t n ) Cd ( t m) volumsistem
gmol / det
( n m) x 60

CO2 pada aliran masuk = F1 x Cd gmol/det


CO2 pada aliran keluar = F1 x Co gmol/det
Laju absorpsi = F1 x (Cd Co) gmol/det
Karena kelarutan CO2 sangat dipengaruhi oleh temperatur maka ketelitian
metode ini sekitar 10 %.

Absorbsi CO2 dengan menggunakan larutan NaOH


Secara stokiometri reaksi pada proses absorbsi ini adalah :
CO2 + 2NaOH Na2CO3 + H2O (1)
Pada proses titrasi tahap reaksi pertama yang terjadi
2NaOH + Na2CO3 + 2HCl 2NaHCO3 +2NaCl + H2O (2)
Jika :

IV.

Volume sample yang digunakan V1, ml

Konsentrasi HCl C, g/mol

Indikator yang digunakan phenolphatalein

Alat dan Bahan


Alat :

Seperangkat alat absorbsi dengan kolom isian

Gelas kimia 50 ml dan 100 ml

Erlenmeyer asah 250 ml

Pipet ukur 25 ml

Dosimat

Bola isap

Bahan :

NaOH 0,1 N

Indikator pp

Gas CO2

V.

Prosedur Kerja
Penentuan penurunan tekanan aliran gas dengan kolom

kering

Kolom dan isinya dikeringkan dengan jalan

mengalirkan udara kedalam kolom lewat bagian bawah sehingga semua


airnya menguap.
-

Udara dialirkan dengan laju 60 liter/menit

Penurunan tekanan yang terjadi dicatat dalam


bentuk tabel
Percobaan diulangi lagi dengan menggunakan

laju alir udara 70,80,90,100,110,120 liter/menit


Penentuan penurunan tekanan aliran gas dengan kolom

basah

Tangki dalam sistem absorbsi diisi dengan air

hingga bagian
Air dialirkan ke dalam kolom dengan laju alir 2

liter/menit
-

Udara dialirkan dengan laju 60 liter/menit

Penurunan tekanan yang terjadi dicatat dalam


bentuk tabel

Percobaan diulangi lagi dengan menggunakan


laju alir udara 70,80,90,100,110,120 l/mnt

Penentuan kadar CO2 yang terserap dengan alat HEMPL

Bola tandon diisi dengan larutan NaOH 0,1 N

hingga permukaannya rata dengan bola tandon yang disampingnya


(hingga tanda 0).
Air dialirkan kedalam kolom dengan laju alir 2

liter/menit.
Regulator gas karbon dioksida dibuka dan

dialirkan dengan laju alir 2 liter/menit


Kompresor udara dinyalakan dan udara dialirkan

pada laju alir 70 liter/menit


Sample air yang masuk dan keluar sistem diambil

pada saat t = 0
Tabung analisa HEMPL dibilas dengan cara

menarik piston dan yang telah terisap dibuang ke atmosfer dengan volume
V1 (10 ml).
Saluran keluar ke atmosfer ditutup dan campuran

gas dari kolom absorbsi diisap kembali dengan cara menarik piston.
-

Volume campuran gas yang diisap (V2) dicatat

Saluran gas dari kolom absorbsi ditutup.

Tekanan didalam tabung HEMPL diseimbangkan


dengan udara luar dengan jalan membuka-menutp keran saluran buang ke
atmosfir (permukaan NaOH diusahakan agar tetap pada tanda 0).
Perbedaan tekanan pada manometer yang terbaca

dicatat.
Percobaan diatas diulangi dengan variasi waktu

20 menit selama 1 jam.


-

Percobaan diatas diulangi lagi pada laju alir gas


karbon dioksida 4 liter/menit.

Penentuan kadar CO2 yang terabsorbsi dengan metoda

titrasi

Masing-masing sample yang diambil pada waktu

(t) tertentu dititrasi dengan NaOH 0,1 N.


Mencatat volume NaOH yang digunakan untuk

mentitrasi larutan sample.

VI.

Data Pengamatan
Penentuan penurunan tekanan aliran gas dengan kolom

kering
No
1.

Q udara (l/menit)
60

P (cmH20)
0,6

2.

70

1,2

3.

80

1,8

4.

90

2,6

5.

100

6.

110

3,6

7.

120

4,6
Penentuan penurunan tekanan aliran gas dengan kolom

basah

No
1.

Q udara (l/menit)
60

Q air (l/menit)
2

P (cmH20)
2,8

2.

70

3,6

3.

80

5,6

4.

90

5.

100

6.

110

11

7.

120

13

Penentuan kadar CO2 yang terserap dengan alat HEMPL

Pada Q air = 2 liter/menit ; dan Q CO2 = 2 Liter/menit


t(menit)

Q udara
(l/mnt)

V1 (ml)

V2 (ml)

Vol NaOH (ml)

(cmH2O)

(Titrasi)

70

10

0,3

0,382

20

70

10

0,6

0,448

40

70

10

1,2

0,502

60

70

10

1,6

4,4

0,696

Penentuan kadar CO2 yang terserap dengan alat HEMPL

Pada Q air = 2 liter/menit ; dan Q CO2 = 4 Liter/menit


t(menit)

Q udara
(l/mnt)

V1 (ml)

V2 (ml)

Vol NaOH (ml)

(cmH2O)

(Titrasi)

70

10

0,7

0,562

20

70

10

1,4

4,2

0,670

40

70

10

1,7

4,4

0,716

60

70

10

2,3

4,4

0,721

Untuk titrasi sample mula-mula:


Volume sample = 50 ml
NaOH 0,1 N
Volume titrasi (Vo) = 0,364 ml

VII.

Data Hasil Perhitungan


Log P dan Log Q Udara pada penentuan penurunan

tekanan aliran gas dengan kolom kering


No
1.

Q udara (l/menit)
60

P (cmH20)
0,6

Log P
-0,222

Log Q Udara
1,778

2.

70

1,2

0,079

1,845

3.

80

1,8

0,255

1,903

4.

90

2,6

0,415

1,954

5.

100

0,477

6.

110

3,6

0,556

2,041

7.

120

4,6

0,663

2,079

Grafik Hubungan antara Log P Vs Log Q Udara untuk Kolom Kering

Log P dan Log Q Udara pada penentuan penurunan

tekanan aliran gas dengan kolom basah


Q udara

Q air

1.

(l/menit)
60

(l/menit)
2

(cmH20)
2,8

2.

70

3.

80

4.

No

Log P

Log Q

0,447

Udara
1,778

3,6

0,556

1,845

5,6

0,748

1,903

90

0,845

1,954

5.

100

0,954

6.

110

11

1,041

2,041

7.

120

13

1,114

2,079

Grafik Hubungan antara Log P Vs Log Q Udara untuk Kolom Basah

Penentuan kadar CO2 yang terserap dengan alat HEMPL,

untuk Q Air = 2 Liter/menit dan Q CO2 = 2 Liter/menit


t

Yi

Pi

Yo

Po

Fa

Kog

Total
CO2
(liter)

N (mol

0,03 0,0301 33,33 33,33

74,16

0,0087

mol

2
atm m menit
6,736.10-4

20

0,06 0,0602 16,67 16,67

76,32

0,0119

1,48.10-3

1526,4

40

0,12 0,1205

8,33

8,33

80,64

0,0125

2,371.10-3

3225,6

60

0,16 0,1607

6,25

6,25

83,52

0,0143

3,161.10-3

5011,2

(menit)

(atm)

(atm) (liter/menit) CO2/menit)

Kadar CO2 yang diserap dengan metode titrasi, untuk Q Air

= 2 Liter/menit dan Q CO2 = 2 Liter/menit


t (menit)
0

Cd (N)
7,64.10-4

Co (N)
7,28.10-4

C (N)
0,36.10-4

20

8,96.10-4

7,28.10-4

1,68.10-4

40

1,004.10-3

7,28.10-4

2,76.10-4

60

1,392.10-3

7,28.10-4

6,64.10-4

Penentuan kadar CO2 yang terserap dengan alat HEMPL,

untuk Q Air = 2 Liter/menit dan Q CO2 = 4 Liter/menit


t

Yi

Pi

Yo

Po

Fa

Kog

Total
CO2
(liter)

N (mol

0,07 0,0703 14,29 14,29

77,04

0,0119

mol

2
atm m menit
1,635.10-3

20

0,14 0,1406

7,14

7,14

82,08

0,0134

2,764.10-3

1641,6

40

0,17 0,1707

5,88

5,88

84,25

0,0144

3,282.10-3

3370

60

0,23 0,2309

4,35

4,35

88,55

0,0151

3,957.10-3

5313

(menit)

(atm)

(atm) (liter/menit) CO2/menit)

Kadar CO2 yang diserap dengan metode titrasi, untuk Q Air

= 2 Liter/menit dan Q CO2 = 4 Liter/menit


t (menit)
0

Cd (N)
1,124.10-3

Co (N)
7,28.10-4

C (N)
3,96.10-4

20

1,34.10-3

7,28.10-4

6,12.10-4

40

1,432.10-3

7,28.10-4

7,04.10-4

60

1,442.10-3

7,28.10-4

7,14.10-4

VIII.

Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan dua tahap percobaan. Dimana pada

percobaan pertama dilakukan dengan tujuan untuk menentukan penurunan


tekanan aliran gas, dan pada percobaan kedua dilakukan bertujuan untuk
menentukan kadar CO2 yang terserap dengan alat HEMPL.
Pada percobaan pertama dilakukan lagi variasi, yaitu dengan kolom kering
dan dengan kolom basah. Dari data yang diperoleh baik dengan kolom kering
maupun kolom basah nampak bahwa semakin banyak volume udara yang
dimasukkan dalam setiap menitnya maka beda tekanannya akan semakin tinggi
pula. Akan tetapi kenaikan beda tekanan yang terjadi pada kolom basah lebih
besar. Ini disebabkan karena adanya pengaruh tekanan dari air yang dialirkan
kedalam kolom Absorbsi. Pada grafik hubungan antara Log P Vs Log Q Udara
juga dapat dilihat hubungan antara beda tekanan dan laju alir, dimana semakin
besar logaritma dari laju alir udara maka logaritma perbedaan tekanan akan
semakin besar pula. Akan tetapi kurva yang diperoleh pada grafik tidak
menunjukkan garis yang lurus padahal seharusnya membentuk suatu garis yang
lurus.
Pada percobaan kedua juga dilakukan variasi laju alir CO 2 yaitu pada 2
liter/menit dan pada 4 liter/menit. Laju alir CO 2 yang masuk mempengaruhi
koefisien perpindahan massa antara gas dan cairan, dimana semakin besar laju
alir CO2 yang masuk maka koefisien perpindahan massa antara gas dan cairan

akan semakin besar pula. Koefisien perpindahan massa ini kemudian akan
sangat mempengaruhi daya serap cairan terhadap komponen yang terdapat pada
aliran gas, dalam hal ini CO2. Dimana dari hasil yang diperoleh nampak bahwa
semakin besar koefisien perpindahan massa antara gas dan cairan maka kadar
CO2 yang diserap akan semakin banyak pula. Selain itu waktu juga
mempengaruhi kadar CO2 yang terserap, dimana semakin lama waktu kontak
antara cairan dan gas maka kadar CO2 yang terserap akan semakin besar pula.
Pada metode titrasi, untuk t = 0 terdapat nilai kadar CO2 yang terserap
dalam air. Sebenarnya nilai ini tidak menunjukkan kadar CO2 yang terserap,
dalam air tetapi nilai ini menunjukkan bahwa air ini sebelumnya telah
mengandung CO2.
IX.

Kesimpulan
Laju alir udara berbanding lurus dengan perbedaan

tekanan. Dimana semakin banyak volume udara yang dimasukkan dalam


setiap menitnya maka beda tekanannya akan semakin tinggi pula.
Faktor laju alir CO2 yang masuk, koefisien perpindahan

massa antara gas dan cairan serta waktu sangat mempengaruhi kadar CO 2
yang diserap. Dimana semakin besar atau lama faktor-faktor ini maka kadar
CO2 yang diserap akan semakin besar pula.
X.

Daftar Pustaka
Petunjuk Praktikum Satuan Operasi Teknik Kimia, PEDC, Bandung.
Operasi Teknik Kimia, Jilid 2, Mc-Cabe, terjemahan Ir. E. Jasifi, Msc,
Erlangga, 1990.

XI.

Lampiran
LAMPIRAN I Perhitungan
Penentuan Jumlah CO2 yang terserap dalam HEMPL Pada

Q air = 2 liter/menit dan Q CO2 = 2 Liter/menit


Untuk t = 0 menit
a. Yi =

V2 0,3 ml

0,03
V1 10 ml

P Kolom = 3 cm H2O = 30 mmH2O


= 30 mmH2O x

1 mmHg
2,206 mmHg
13,6 mmH 2O

Pi = Yi x Pt
Pi = Yi x

(760 P Kolom) mmHg


1 atm
760 mmHg

= 0,03 x

(760 2,206) mmHg


1 atm
760 mmHg

Pi = 0,0301 atm
b. Yo =

V1 10 ml

33,33
V2 0,3 ml
1atm

Po = Yo x 760 mmHg x 760mmHg


1atm

= 33,33 x 760 mmHg x 760mmHg


= 33,33 atm
c. Fa =
=

( Y1 Yo )(F2 air F3 udara )


(1 Yo )
(0,03 33,33)( 2 70) liter / menit
(1 33,33)

= 74,16 liter/menit
d. N =

Fa
PKolom
273 K

22,42 760 mmHg TKolom

74,16 liter / menit

2,206 mmHg

273 K

= 22,42 liter / mol 760 mmHg (30 273)K


= 0,0087 mol CO2/menit
Pi
ln
N
e. Kog =
Po

a A H (Pi Po)

0,0301 atm
33,33 atm

(0,0301 33,33)atm
ln

0,0087 mol CO 2 / menit


2

(440 m 3 (0,075 m) 2 1,4 m)


m 4

= 6,736 x 10-4

mol
atm m 2 menit

f. Total CO2 yang diserap = Fa x t


= 74,16 liter/menit x 0 mnt
=0L
Jumlah CO2 yang diserap dengan metode titrasi
Cd =
=

V1 C1
V2
0,382 ml 0,1 N
50 ml

= 7,64 x 10-4 N
Co =
=

V0 C0
V2
0,364 ml 0,1 N
50 ml

= 7,28 x 10-4 N

Jadi Banyaknya CO2 yang diserap adalah :

C = Cd Co
= 7,64 x 10-4 N 7,28 x 10-4 N = 0,36 x 10-4 N
Penentuan Jumlah CO2 yang terserap dalam HEMPL Pada

Q air = 2 liter/menit dan Q CO2 = 4 Liter/menit


Untuk t = 0 menit
g. Yi =

V2 0,7 ml

0,07
V1 10 ml

P Kolom = 4 cm H2O = 40 mmH2O


= 40 mmH2O x

1 mmHg
2,941 mmHg
13,6 mmH 2O

Pi = Yi x Pt
Pi = Yi x

(760 P Kolom) mmHg


1 atm
760 mmHg

= 0,03 x

(760 2,941) mmHg


1 atm
760 mmHg

Pi = 0,0703 atm
h. Yo =

V1
10 ml

14,29
V2 0,7 ml
1atm

Po = Yo x 760 mmHg x 760mmHg


1atm

= 14,29 x 760 mmHg x 760mmHg


= 14,29 atm
i. Fa =
=

( Y1 Yo )(F2 air F3 udara )


(1 Yo )
(0,07 14,29)(2 70) liter / menit
(1 14,29)

= 77,04 liter/menit
j. N =

Fa
PKolom
273 K

22,42 760 mmHg TKolom

77,04 liter / menit

2,941 mmHg

273 K

= 22,42 liter / mol 760 mmHg (30 273)K


= 0,0119 mol CO2/menit
Pi
ln
N
k. Kog =
Po

a A H (Pi Po)

0,0703 atm
14,29 atm

(0,0703 14,29)atm
ln

0,0119 mol CO 2 / menit


2

(440 m 3 (0,075 m) 2 1,4 m)


m
4

= 1,635 x 10-3

mol
atm m 2 menit

l. Total CO2 yang diserap = Fa x t


= 77,04 liter/menit x 0 mnt
=0L
m. Jumlah CO2 yang diserap dengan metode titrasi
Cd =
=

V1 C1
V2
0,562 ml 0,1 N
50 ml

= 1,124 x 10-3 N
Co =
=

V0 C0
V2
0,364 ml 0,1 N
50 ml

= 7,28 x 10-4 N

Jadi Banyaknya CO2 yang diserap adalah :

C = Cd Co
= 1,124 x 10-3 N 7,28 x 10-4 N = 3,96 x 10-4 N
LAMPIRAN II Grafik
Grafik Hubungan antara Log P Vs Log Q Udara untuk Kolom Kering

Grafik Hubungan antara Log P Vs Log Q Udara untuk Kolom Basah

Vous aimerez peut-être aussi