Vous êtes sur la page 1sur 42

ANIS FITRIANA

01.211.6326
LI LBM 4 KGD

FUNGSI KULIT
Mencegah kehilangan
cairan sehingga tidak
terjadi syok
hipovolemik
Mencegah infeksi
supaya tidak timbul
Sepsis
Pembungkus elastis
dari sendi supaya
tidak terjadi kekakuan
sendi / kontraktur

LUKA BAKAR / COMBUSTIO

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan
menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka
bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan,
masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin,
berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan
produksi urin yang berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan,
maksimal terjadi setelah delapan jam. Pada kebakaran ruang tertutup atau
bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena
gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema laring yang ditimbulkannya
dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas,
takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan
mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi
mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing,
mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari
60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi
serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai
dengan meningkatnya diuresis.
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang
merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan
mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak
tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh
ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab
infeksi pada luka bakar, selain berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari
kontaminasi kuman saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan
rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena
kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang
berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi
invasi kuman Gram negatif, Pseudomonas aeruginosa yang dapat
menghasilkan eksotoksin protease dari toksin lain yang berbahaya,
terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi
pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar.
Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan
eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah.

Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah


terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan
keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang
mula-mula sehat menadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula
derajat II menjadi derajat III. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada
pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis
sehingga jaringan yang didarahinya nanti.
Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya
ditemukan kuman dan terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan
sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut luka bakar septik.
Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti stafilokokus atau
basil Gram negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman
lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi
di usus. Syok sepsis dan kematian dapat terjadi karena toksin
kuman yang menyebar di darah.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat
sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini
dimulai dari sisa elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar
sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka
bakar derajat II yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik
yang nyeri, gatal, kaku dan secara estetik jelek. Luka bakar derajat III
yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila terjadi di
persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.

Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase
akut, peristalsis usus menurun atau berhenti karena syok,
sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat menurun
karena kekurangan ion kalium.
Stres atau badan faali yang terjadi pada penderita luka bakar
berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung
atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala tukak
peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme
sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh
banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi dan infeksi.
Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerluka
kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini
terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh
karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan
berat badan menurun. Dengan demikian, korban luka bakar
menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka bakar. Bila
luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai
wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin mengalami
beban kejiwaan berat. Jadi prognosis luka bakar ditentukan oleh
luasnya luka bakar.

Patofisiologi
luka bakar

Berat ringannya luka bakar tergantung pada faktor, agent, lamanya terpapar, area yang
terkena, kedalamannya, bersamaan dengan trauma, usia dan kondisi penyakit sebelumnya.

Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler secara
massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskular karena hilangnya atau rusaknya
kapiler, yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang dari compartment intravaskuler
kedalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan
peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi
sehingga terjadi kekurangan cairan.

Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan respon
dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat terjadi ilius paralitik,
tachycardia dan tachypnea merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler
dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan sistem.
Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi vasokontriksi yang akan berakibat
pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguri.

Repon luka bakar akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan menurunkan aliran
darah ke perifer dan organ yang tidak vital.

Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang merupakan hasil dari
peningkatan sejumlah energi, peningkatan katekolamin; dimana terjadi peningkatan
temperatur dan metabolisme, hiperglikemi karena meningkatnya pengeluaran glukosa untuk
kebutuhan metabolik yang kemudian terjadi penipisan glukosa, ketidakseimbangan nitrogen
oleh karena status hipermetabolisme dan injury jaringan.

Kerusakan pada sel daerah merah dan hemolisis menimbulkan anemia, yang kemudian akan
meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan perfusi.

Pertumbuhan dapat terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena terfokus pada
penyembuhan jaringan yang rusak.

Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada saat yang
sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler.
Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel dan cairan interstisial dimana secara
khusus natrium masuk kedalam sel dan kalium keluar dari dalam sel. Dengan demikian
mengakibatkan kekurangan sodium dalam intravaskuler.

Kontak
dengan
agen
kausal

Edema
mukosa
orofaring &
laring s/d
membran
alveoli

Obstruksi
(jarang
dijumpai,
terjadi 8
jam pasca
cedera)

Inflamasi
mukosa,
hipersekre
si
Disrupsi,
silia
mukosa
nekrosis
kemudian
lepas
(sloughing
mucosa)

Terbentuk
fibrin dan
atau partikel
karbon
bereaksi
dengan
sekret
membentuk
cast (mucus
plug)

Obstruksi
lumen
(lebih sering
dijumpai,
terjadi pada
hari ke-2 s/d
4 pasca
cedera)

Gejala
berupa
suara
serak/strid
or, sulit
bernafas,
gelisah
(hipoksik)

Clinical Lung Injury


Alveolar
Epithelial
Damage

Endothelial damage

Platelet
agrgegation
Type II
pneumocyte
damage

Decrease
surfactant
production

Atelectasis and
Impaaired lung
compliance

Release of neutrophil
chemotactic aggregation
Neutrophil aggregation and
release of mediator:
- Oxygen Radicals
- Proteolytic enzymes
- Arachidonic Acid Metabolites
- PAF
Alveolocapilary membrane
permeability
Exudation of fluid protein. RBCs
into interstitium
Pulmonary edema and
hemorrhage with severe
impairment of alveolar ventilation
Right to left shunt, hyaline
membrane formation, and finally
fibrosis
Acute respiratory failure

Complement
(C5a) Activation
Endotoxin
Macrophage
mobilization
Release of
cytokines (TNF,
IL-1)
Vasocontriction
Decreased flow to
selected areas
V/Q Mismatching

Scheme of
ARDS !!

Cedera Panas
Edema
Kehilangan Epitel Hipermetabolism
Syok

Malnutrisi

Imunosupresi
Paru

Ginjal

Usus

Insuf.
Paru

ARF

Ileus

ARDS

ATN

Kehilangan protein

Transl. Bakteri

Infeksi Luka

Sepsis
MODS
Kematian

FASE PADA LUKA BAKAR


Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar,
yaitu:

1. Fase awal, fase akut, fase syok


Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran
nafas yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar
melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi
seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.

2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut


Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome
(SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini
merupakan dampak dan atau perkembangan masalah yang timbul pada fase
pertama dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis
luka.

3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.
Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,
kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau
struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama

Pembagian zona kerusakan jaringan:


Zona koagulasi, zona nekrosis
Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein)
akibat pengaruh cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan ini
mengalami nekrosis beberapa saat setelah kontak. Oleh karena
itulah disebut juga sebagai zona nekrosis.

Zona statis
Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona koagulasi. Di
daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai
kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguam
perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas kapilar
dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca
cedera dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.

Zona hiperemi
Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa
vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan
umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga dapat mengalami
penyembuhan spontan, atau berubah menjadi zona kedua bahkan zona
pertama.

ber: Deirdre, C., Elsayed, S., Reid, O., Winston, B., Lindsay, R. Burn Wound Infection. Clin Microbiol Rev. 2006; 19(2): 403

Sebutkan derajat luka bakar


Berdasarkan kedalaman luka bakar
Derajat 1 : epidermis
Derajat 2 : dermis
Derajat 3 : dermis + organ
di bawahnya

Luka bakar
derajat I
1.

Kerusakan terjadi
pada lapisan
epidermis

2.

Kulit kering,
hiperemi berupa
eritema

3.

Tidak dijumpai
bullae

4.

Nyeri karena
ujung-ujung saraf
sensorik teriritasi

5.

Penyembuhan
terjadi spontan
dalam waktu 5-10
hari

Luka bakar derajat II


Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi.
Dijumpai bulae.
Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi
diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Derajat II dangkal (superficial) IIA

Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis lapisan atas dari


corium/dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh benih2 epitel
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatrik

Derajat II dalam (deep) IIB

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa sisa jaringan
epitel tinggal sedikit. Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama
dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu
lebih dari satu bulan.

Luka bakar derajat III


1.
2.
3.
4.

5.
6.

7.

Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan


yang lebih dalam.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
Tidak dijumpai bulae.
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat.
Karena kering letaknya lebih rendah dibanding
kulit sekitar.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis
yang dikenal sebagai eskar.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh
karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami
kerusakan/kematian.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses
epitelisasi spontan

LUAS LUKA BAKAR

Rule of Nines
(Wallace)
cepat, hampir
akurat
anak-anak sendiri

Berdasarkan luasnya luka bakar

Rumus 9 atau rule of nine untuk


orang dewasa
Pada dewasa digunakan rumus
9, yaitu luas kepala dan leher,
dada, punggung, pinggang dan
bokong, ekstremitas atas
kanan, ekstremitas atas kiri,
paha kanan, paha kiri, tungkai
dan kaki kanan, serta tungkai
dan kaki kiri masing-masing 9%.
Sisanya 1% adalah daerah
genitalia. Rumus ini membantu
menaksir luasnya permukaan
tubuh yang terbakar pada orang
dewasa.

Berdasarkan luasnya luka bakar

PEMBAGIAN LUKA BAKAR

Luka bakar berat (major burn)

Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah


10 tahun atau di atas usia 50 tahun
Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain
disebutkan pada butir pertama
Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan
perineum
Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi)
tanpa memperhitungkan luas luka bakar
Luka bakar listrik tegangan tinggi
Disertai trauma lainnya
Pasien-pasien dengan resiko tinggi

Luka bakar sedang (moderate burn)

Luka bakar dengan luas 15 25 % pada dewasa,


dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
Luka bakar dengan luas 10 20 % pada anak usia <
10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka
bakar derajat III kurang dari 10 %
Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak
maupun dewasa yang tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum

Luka bakar ringan

Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa


Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia
lanjut
Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia
(tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum

Macam macam luka bakar menurut penyebab!!


1.
a.

b.

2.

Paparan api
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan cedera
langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai
tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung
meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar yang
dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah
luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.

Scalds (air panas) Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental
cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan
berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan
pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus
yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola
sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.

3.

Uap panas Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan


radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang
tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap
panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.

4.

Gas panas

Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.

Aliran listrik

Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus

jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka
bakar tambahan.

Zat kimia (asam atau basa)


Radiasi
Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan


yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis
trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.

Respon tubuh terhadap kejadian luka bakar


Respon kardiovaskuiler
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler mengakibatkan kehilangan Na, air dan
protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung.
Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh.
Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Tubuh kehilangan cairan
antara % - 1 %, Blood Volume setiap 1 % luka bakar.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan
karena penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat).

Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun
mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal

Respon Gastro Intestinal


Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini
disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin
terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen,
muntah dan aspirasi. Sering terdapat ileus paralitik dan Curling Ulcer yang
dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan yang timbul sebagai hematesis
melena.

Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk.
Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka.

Bagaimana cara menentukan terapi cairan pada pasien luka


bakar?
Cairan Isotonik:
Osmolaritas (tingkat kepekatan)
cairannya mendekati serum (bagian
cair dari komponen darah),
sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah. Bermanfaat pada
pasien yang mengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload
(kelebihan cairan), khususnya pada
penyakit gagal jantung kongestif
dan hipertensi. Contohnya adalah
cairan Ringer-Laktat (RL), dan
normal saline/larutan garam
fisiologis (NaCl 0,9%).

Povidone iodine

Algoritma
penangan
an
Luka
Bakar

PENANGANAN LUKA BAKAR

1.
2.

3.
4.

AIRWAY
Pada luka bakar ditempat
tertutup
Api langsung : luka bakar
leher, muka, bulu mata,
hidung
Sputum berwarna kehitaman
/ karbon
Suara serak terlambat

Trauma inhalasi

Mengapa produksi urin hanya 5cc dan berwarna


kemerahan ???
TRAUMA LISTRIK
1. Mempengaruhi denyut jantung
2. Kerusakan didalam sering lebih parah dibanding kulit
luar. Kerusakan otot hebat menyebabkan mioglobulinuria
ARF (acute renal failure)
3. Sering menyebabkan compartment syndrome fasciotomi
4. Disertai trauma lain : fraktur, cedera kepala

fasciotomi

mioglobulinu
ria

PROGNOSIS

Prognosis dan penanganan luka bakar


tergantung:

Dalam dan luasnya permukaan luka bakar


Penanganan sejak awal hingga penyembuhan
Letak daerah yang terbakar
Usia dan keadaan kesehatan penderita
Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien.
Penyulit yang timbul pada luka bakar: gagal ginjal
akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta
parut hipertrofik dan kontraktur.

Komplikasi

Syok hipovolemik
Kekurangan cairan dan elektrolit
Hypermetabolisme
Infeksi
Gagal ginjal akut
Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi
gastric, pneumonia bakteri, edema.
Paru dan emboli
Sepsis pada luka
Ilius paralitik

Vous aimerez peut-être aussi