Vous êtes sur la page 1sur 14

BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU

(BBPBAP) JEPARA

Oleh :
Devita Kharsen (B0A015006)
Amanah Nur Isnaini (B0A01512)
Fifi Hardianti (B0A015024)
Andhiani Saras Ati Riyadi (B0A015026)
Nur Baskoro (B0A015032)
Sugiarto (B0A015036)

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN
PURWOKERTO

2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan Kunjungan Ilmiah di
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) ini dapat
terselesaikan dengan baik tanpa kendala. Adapun penyusunan Laporan Kunjungan
Ilmiah ini berdasarkan data-data yang diperoleh selama melakukan Kunjungan
Ilmiah, bukubuku pedoman, serta data-data dan keterangan dari pembimbing.
Penulisi menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kunjungan Ilmiah ini tidak
lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Indarmawan selaku Ketua Program Studi DIII Pengelolaan Sumberdaya
Perikanan Fakultas Biologi
2. Bapak Romanus Edy Prabowo dan Bapak Sugiharto selaku Pembimbing
Kunjungan ilmiah.
3. Seluruh panitia yang telah merancang kegiatan kunjungan ilmiah di SemarangJepara sehingga acara kunjungan dapat berjalan dengan lancar.
4. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan, terima kasih atas bantuan dan
doa restu yang berhubungan dengan kegiatan Kunjungan Ilmiah.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kunjungan
ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan. Hal itu disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan Laporan
Kunjungan Ilmiah ini. Demikian kata pengantar ini kami buat, semoga dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar belakang diadakanya kunjungan ilmiah ini agar penulis mengenal
dunia kerja. Selain itu penulis dapat mengetahui lebih jauh tentang cara kerja yang
berada ditempat kunjungan ilmiah, kedisiplinan dalam lingkungan kerja, tata
tertib kerja, peralatan peralatan canggih yang mendukung proses kerja serta
pengelolaan secara langsung dalam ligkup dunia kerja.
Penulis juga diharapkan tidak hanya menganggap kunjungan ilmiah
sebagai sarana rekreasi, melainkan kunjungan ilmiah ini diharapkan dapat berguna
sebagai sarana belajar dan menambah pengetahuan dalam mengetahui dunia kerja
yang sesungguhnya.
Kunjungan ilmiah dipilih untuk menambah pengalaman penulis tentang
dunia kerja. Penulis dituntut untuk aktif menggali informasi tentang kunjungan
ilmaiah untuk memperoleh pengetahuan tentang dunia perikanan. Kunjungan
ilmiah dilakukan untuk memberikan gambaran kepada penulis tentang industri
dan proses produksi di bidang bisnis dan managemen. Penulis harus
membandingkan proses produksi didunia kerja dengan ilmu yang diperoleh di
perkuliahan. Penulis diwajibkan membuat laporan atas informasi yang diperoleh
selama kunjungan ilmiah tentang balai yang bersangkutan.
1.2 Tujuan
Ada beberapa tujuan diadakannya kunjungan ilmiah bagi penulis sebagai
berikut :
1. Memperluas pengatahuan penulis mengenai lingkungan dunia kerja.
2. Mendorong penulis agar mempunyai minat bekerja di perusahaan.
3. Memberi informasi tentang cara kerja dan tenaga kerja di perusahaan.
4. Mendorong penulis agar mempunyai rasa kedisiplinan dan tanggung jawab.
5. Membantu penulis melaksanakan program diklat.

BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Sejarah Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
Rentang sejarah Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
dapat dikatakan dimulai pada tahun 1971, diawali dengan berdirinya lembaga
Research Center Udang (RCU) yang secara hierarkhi berada di bawah Badan
Penelitian
utamanya

dan Pengembangan
adalah

meneliti

Perikanan,
siklus

Departemen

hidup

udang

Pertanian. Sasaran
windu

(Penaeus

monodon) dari proses kematangan telur (gonad), perkembangan larva hingga


dewasa secara terkendali untuk selanjutnya dibudidayakan di tambak.
Pada tahun 1978 berdasarkan SK Menteri Pertanian RI No. :
306/Kpts/Org/5/1978 tentang susunan organisasi dan tata laksana balai, telah
diatur dan ditetapkan lembaga yang semula bernama Research Center Udang
menjadi Balai Budidaya Air Payau (BBAP). BBAP Jepara ini merupakan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) yang berada dibawah Direktorat Jenderal Perikanan,
Departemen Pertanian. Seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi
akuakultur, dimana komoditas yang dikembangkan tidak hanya terbatas pada
udang windu saja, tetapi juga komoditas ikan bersirip, ekinodermata dan moluska
air.
Pada periode ini BBAP Jepara telah berhasil menorehkan prestasi
gemilang yang menjadi pendorong bagi perkembangan industri udang secara
nasional. Keberhasilan yang diraih adalah dengan diterapkannya teknik
pematangan gonad induk udang dengan cara ablasi mata, sehingga hal tersebut
dapat mengatasi kesulitan penyediaan induk matang telur yang pada masa itu
merupakan masalah yang serius. Dengan keberhasilan penemuan teknik ablasi
mata tersebut telah berpengaruh positif terhadap pengembangan usaha
pembenihan (hatchery).
Selanjutnya, selain keberhasilan dalam hal teknik ablasi mata, pada
periode 1979-1988 BBAP Jepara juga telah berhasil melakukan pengkajian
teknologi pembenihan udang skala rumah tangga (backyard hatchery). Dalam
waktu yang singkat usaha backyard hatchery ini telah berkembang dan

meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir & nelayan sekitar Jepara. Sejak


tahun 1993 usaha ini mulai berkembang ke daerah-daerah lain di Indonesia.
Pada era masa kepemimpinan Presiden KH. Abdulrahman Wahid, telah
dibentuk Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan yang merupakan cikal bakal
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hingga akhirnya berdasarkan SK Menteri
Kelautan dan Perikanan No.: 26C/MEN/2001, BBAP Jepara mengalami
perubahan nama & status (eselonisasi) menjadi Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Payau (BBPBAP), peningkatan status dari eselon III menjadi eselon
II. Kedudukan BBPBAP Jepara merupakan Unit Pelaksana Teknis yang secara
administratif dan teknis bertanggung jawab pada Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya, Kementerian Kelautan & Perikanan.
2.2 Visi dan Misi
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP), memiliki visi
dan misi sebagai berikut :
a. Visi :
Penghasil teknologi budidaya air payau yang inovatif, adaptif untuk mewujudkan
peningkatan produksi yang berdaya saing, ramah lingkungan dan berkelanjutan
b. Misi :
Meningkatkan kerekayasaan dan layanan prima dalam penerapan sistem
budidaya air payau yang efektif, efisien dan menguntungkan .

2.3 Tugas dan fungsi Balai


BBPBAP mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan penerapan
teknik perbenihan, pembudidayaan, pengelolaan kesehatan ikan dan pelestarian
lingkungan budidaya, diantaranya sebagai berikut :
1.

Identifikasi dan perumusan program pengembangan teknik


budidaya air payau.

2.

Pengawasan perbenihan, pembudidayaan ikan, serta pengendalian


hama dan penyakit ikan.

3.

Pengujian standard perbenihan, pembudidayaan ikan, alat, mesin,


dan teknik perbenihan.

4.

Pelaksanaan produksi, pengelolaan induk jenis, induk dasar urusan


tata usaha dan rumah tangga.

5.

Pengembangan teknik dan pengujian standard pengendalian


lingkungan, sumberdaya induk dan benih, sistem informasi dan
publikasi pembudidayaan.

6.

Pengelolaan sistem jaringan laboratorium penguji, pengawasan


perbenihan dan pembudidayaan ikan.

7.

Tempat pendidikan calon tenaga kerja ahli madya, sarjana,


magister dan doctor dalam ilmu perairan.

8.

Pusat informasi ilmu dan teknologi perikanan budidaya.

9.

Pusat penyediaan tenaga ahli untuk supervise teknis usaha


budidaya.

10.

Pusat jasa layanan analisis laboratorium.

2.4 Sarana dan prasarana balai


Balai memiliki sarana dan prasarana yang berguna untuk mendukung seluruh
kegiatan BBPBAP Jepara. Sarana dan prasarana yang telah dimiliki oleh
BBPBAP untuk mendukung seluruh kegiatan dibalai sampai dengan tahun 2008
meliputi.
Hatchery
Dalam melaksanakan kegiatan perbenihan (ikan dan udang) yang meliputi
kegiatan pemeliharaan induk dan larva, penyediaan pakan (hidup dan buatan)
serta kesehatan ikan dan lingkungan, sarana dan prasarana yang tersedia berupa
bak, hatchery indoor maupun outdoor serta saranan prasarana lainnya sebagai
berikut :

Outdoor Hatchery udang

Bak pengendapan air laut

: 2 Unit

Bak sand filter air laut

: 2 Unit

Bak stirilisasi air laut

: 2 Unit

Bak tower air laut

: 1 Unit

Bak tandon air laut

: 2 Unit

Bak tandon air tawar

: 2 Unit

Bak mini hatchery

: 6 Unit

Bak larva udang

: 6 Unit

Bak artemia dewasa

: 10 Unit

Bak bulat induk udang

: 3 Unit

Bak kotak induk udang

: 9 Unit

Bak kecil pemijahan induk udang

: 5 Unit

Bak Besar Pemijahan Induk Udang : 2 Unit

Indoor NSBC

Bak famili (larva udang)

: 10 Unit

Bak besar induk udang

: 4 Unit

Bak kecil induk udang

: 9 Unit

Bak tower air laut

: 2 Unit

Bak penampungan kotak

: 4 Unit

Bak penampungan bulat

: 1 Unit

Bak bulat induk kerapu

: 3 Unit

Pembenihan ZEE

Bak induk udang

: 5 Unit

Bak induk kerapu/kakap

: 14 Unit

Bak plankton indoor

: 8 Unit

Bak kepiting rajungan

: 6 Unit

Bak larva ikan

: 2 Unit

Bak plankton outdoor

: 7 Unit

Bak induk kerapu

: 4 Unit

Bak induk abalon

: 1 Unit

Bak larva abalon

: 1 Unit

Bak pembenihan ikan/kepiting

: 12 Unit

Bak tower

: 1 Unit

Bak penampungan bulat

: 6 Unit

Bak induk ikan

: 6 Unit

Bak penampungan kotak

: 4 Unit

Sand filter

: 2 Unit

Bak limbah

: 2 Unit

Laboratorium pakan buatan

:1Unit

Sarana penunjang lab basah

Bak fiber kotak kecil

: 48 Buah

Bak fiber bulat

: 36 Buah

Bak penampungan pakan buatan

: 1 Unit

Bak beton luar pakan buatan

: 5 Unit

Bak beton dalam pakan buatan

: 2 Unit

Laboratorium pakan alami

Bak bulat kecil

: 5 Buah

Bak bulat sedang

: 3 Buah

Bak bulat besar

: 13 Buah

Bak kotak

: 5 Buah

Akuarium

: 6 Buah

Laboratorium hama dan penyakit

Bak bulat sedang

: 5 Buah

Bak fiber oval

: 2 Buah

Akuarium kecil

: 14 Buah

Akuarium sedang

: 62 Buah

Akuarium besar

: 13 Buah

Laboratorium fisika kimia lingkungan

Bak fiber kotak besar

: 3 Buah

Bak fiber kotak kecil

: 20 Buah

Bak beton luar pakan buatan

: 2 Unit

Tambak
Kegiatan penerapan teknologi budidaya/pembesaran ikan, udang dan
komoditas lain tersedia petakan tambak dengan rincian sebagai berikut :

Tandon

: 8,18 Ha

tambak produksi

: 25,14 Ha

saluran

: 1,64 Ha

jalan

: 5,55 Ha

pematang/talud

: 9,49 Ha

tambak non produktif : 9,82 Ha sedangkan sarana penunjang operasional

tambak berupa

pompa air

: 33 unit

kincir ganda

: 46 unit

kincir ganda

: 36 unit

pompa diesel

: 20 unit

Laboratorium
Beberapa unit laboratorium telah dioperasionalkan guna menunjang
pencapaian produksi dan penerapan teknik budidaya berwawasan lingkungan.
Laboratorium tersebut meliputi:

Laboratorium pakan

: 2 unit

Laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan

: 2 unit

JaringanListrik
Listrik adalah sarana vital dan merupakan salah satu pendukung utama
kegiatan balai secara umum. Listrik diperlukan secara terus menerus selama 24
jam. Pembangkit tenaga listrik yang digunakan berasal dari jaringan PLN dengan
daya terpasang sebesar 147 KVA dan 197 KVA dengan panjang jaringan 5000 m,
6 buah Genset masing-masing dengan daya 150 KVA (2 buah), 80 KVA (1
buah/rusak ringan), 250 KVA (1 buah), 125 KVA (1 buah) yang digunakan untuk
menanggulangi sewaktu-waktu aliran listrik PLN mengalami gangguan/padam.

Jaringan Air Tawar dan Air Laut


Air tawar dan air laut merupakan kebutuhan utama dalam kegiatan
perbenihan dan pembesaran. BBPBAP Jepara memiliki jaringan air tawar dalam
komplek perbenihan, perkantoran dan rumah tangga sepanjang 1.000 m dengan
tandon air dan pompa. Jaringan air laut digunakan untuk mensuplai kebutuhan di
perbenihan serta laboratorium sepanjang 2.500 m yang dilengkapi dengan tandon,
tower serta jaringan aerasi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil pembahasan penulis menyimpulkan bahwa Balai
Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) yang terletak di daerah
Jepara ini telah mengalami beberapa kali perubahan nama. Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau pada awal berdirinya merupakan lembaga
Research Center Udang (RCU) kemudian berganti nama menjadi Balai Budidaya
Air Payau (BBAP), hingga yang terakhir menjadi Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Payau (BBPBAP). Selain itu, pada awal berdirinya BBPBAP
memiliki sasaran utama yaitu

meneliti siklus hidup udang windu (Penaeus

monodon) dari proses kematangan telur (gonad), perkembangan larva hingga


dewasa secara terkendali untuk selanjutnya dibudidayakan di tambak. Seiring
dengan perkembangan kemajuan teknologi akuakultur, dimana komoditas yang
dikembangkan tidak hanya terbatas pada udang windu saja, tetapi juga komoditas
ikan bersirip, ekinodermata dan moluska air.

Lampiran

Vous aimerez peut-être aussi