Vous êtes sur la page 1sur 25

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN MENURUT TEORI SELF CARE

OREM PADA PASIEN ULKUS DIABETES MELITUS DI RUANGAN DAHLIA 2


RS DR.ADHYATMA MPH SEMARANG
A. Gambaran umum kasus diabetes melitus
Ny. P, umur 51 tahun, menikah dengan Tn.S mempunyai 3 orang anak, pendidikan
SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, agama islam suku jawa, tinggi badan 155, dengan
berat badan 55 kg. Masuk rumah sakit Dr.Adhyatma MPH dengan keluhan di kaki
kiri, nyeri hilang timbul sejak 2 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien
di rawat karena kencing manis, saat di rumah menurut pasien lukanya di rawat oleh
suaminya, luka membusuk pada telapak kaki dan samping kaki dan tampak
menghitam, klien juga mengeluh sejak 1 minggu yang lalu batuk pilek, tidak ada
nafsu makan, lemas. Klien mengatakan ada riwayat DM selama 10 tahun. Namun
klien tidak pernah kontrol dan konsumsi obat darah tinggi. Klien mengatakan sering
haus lapar dan buang air kecil.
B. Penerapan teori keperawatan self care orem pada kasus gangguan diabetes melitus
1. Pengkajian
a. Basic conditioning factors
1) Identitas klien
Nama
: Ny.P
Umur
: 51 tahun
Jenis kelamin
: perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Tanggal MRS
: 18/11/2015
Tanggal pengkajian
: 30/11/2015
Alamat
: Jl. Taman Sriyatun 4/4 Semarang
Pekerjaan
: ibu rumah tangga
2) Identitas penanggung jawab
Nama
: Tn.S
Umur
: 46 tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jl.Taman Sriyatun 4/4 Semarang
Hubungan dengan klien
: Suami
3) Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan di kaki kiri, nyeri hilang timbul sejak 2
minggu yang lalu sebelum MRS. Pasien di rawat karena kencing
manis, saat di rumah menurut pasien lukanya di rawat oleh suaminya
luka membusuk pada telapak kaki dan samping kaki dan tampak
menghitam, klien juga mengeluh sejak 1 minggu yang lalu batuk pilek,
tidak ada nafsu makan muntah 4 kali, lemas.
4) Riwayat penyakit sekarang

Klien mengeluh sebelumnya sudah pernah berobat di RS Dr.Adhyatma


,dan luka di kakinya dirasakan nyeri hilang timbul. Dan di rumah
pasien hanya di tempat tidur sangat jarang berjalan-jalan di luar.GDS
sewaktu saat masuk RS jam 12.40 = 404, klien di infus dengan Nacl
0,9 % loding 1 flash 30 tetes per menit terapi injeksi Ceftriaxon dan
novorapid.
5) Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan ada riwayat DM 10 tahun yang lalu . Klien
mengatakan sering haus lapar dan buang air kecil.
6) Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya ada yang menderita DM yaitu
Bapaknya, dan mengalami DM di keluarga hanya Ny.P.
b. Universal self care requisites (kebutuhan perawatan diri universal)
Universal self care menggambarkan 8 tipe kebutuhan self care yang meliputi
mempertahankan intake udara, cairan, nutrisi, pemenuhan kebutuhan eliminasi,
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, keseimbangan antara interaksi dan
isolasi soasial, mencegah dan menghadapi resiko yang mengancam kehidupan
serta meningkatkan, fungsi dan kehidupan individu dalam kelompok sosial.
Pengkajian universal self care requisites pada Ny. P adalah sebagai berikut :
Mempertahankan kebutuhan udara/Oksigenasi
klien tidak mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
dengan data sebgi berikut : pernafasan 22 kali, TD 140/80, nadi 77 warna
kulit putih dan tidak pucat, tidak memeiliki penyakit paru seperti
bronchitis, asma, atau pneumonia, dan klien tidak pernah merokok,
kedalaman nafas normal, tidak ada tarikan dinding dada, bentuk dada
simetris, pola nafas reguler, suara nafas vesikuler, ronchi tidak ada,
wheezing tidak ada, tidak ada batuk, tidak ada sputum, nyeri dada tidak
ada.
Mempertahankan kecukupan pemasukan cairan
Pasien tidak mengalami gangguan pada kebutuhan pemasukan air dengan
data sebagai berikut : turgor kulit elastis/normal, tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, intake rata-rata per hari 6 gelas, pasien mengeluh sering haus,
karena klien saat ini tidak mengalami hiperglikemia (gula darah
terkontrol dengan penggunaan insulin lantus 3x 12 unit). Pasien juga
mendapat pengobatan diuretik Furosemid 3x1amp, nilai laboratorium
menunjukkan keseimbangan cairan dengan Ht 76,9%, natrium 132

mmol/L, kalium 3,6 mmol/L, clorida 109 mmol/L.


Mempertahankan kecukupan pemasukan makanan
Klien tidak pernah menghabiskan porsi makanannya selama di rumah
sakit, muntah berkurang, distensi abdomen tidak ada, pasien mengikuti
diet yang di berikan di RS (diet DM 1700 kkal) dan pasien tidak
memakan makanan di luar rumah sakit. Pasien merasa selama di Rumah
sakit berat badannya menurun dari 58 kg menjadi 55 kg. Dan pada saat
pengkajian di dapatkan tinggi badan 155 cm. Pasien dapat makan sendiri
tanpa bantuan. Hasil laboratorium di dapat Hb : 11,8 gr%, albumin 2,7
gr/dl.

Data

tersebut

menunjukkan

di

bawah

normal

sehingga

menunjukkan gangguan pemenuhan nutrisi.


Mempertahankan kemampuan memenuhi kebutuhan eliminasi
Pasien saat ini BAB teratur, tidak menggunakan obat pencahar, feses
semi padat, tidak ada hemoroid, konstipasi atau diare. Saat ini Ny. P
mengeluh sering, frekuensi tidak menentu selama di RS mau pun di
rumah, nokturia tidak ada, tidak ada kesulitan berkemih, tidak ada asites,
pasien memerlukan bantuan pada waktu BAK pasien a menggunkana
pispot. BAK 4-7 kali sehari, warna kuning, bau khas, minum 1500
cc/hari, tidak terpasang cateter, ureum darah 44 mg/dl, kreatinin darah
3,11 mg/dl, natrium 132,0 mmol/l, Cl 109,0 mmol/l.
Mempertahanakan keseimbangan antara akfivitas dan istirahat
Pasien mengeluh lemah, sulit berjalan karena ada ulkus pada kaki kiri,
kram otot tidak ada, tonus otot tidak menurun, pasien tidak ada gangguan
istirahat atau tidur, tidak ada sesak nafas pada waktu istirahat maupun
aktivitas, pasien lebih banyak tiduran di tempat tidur.
Mempertahankan keseimbangan antara interaksi sosial dan kesendirian
Pasien melakukan kontak sosial dengan orang lain setiap hari terutama
perawat. Support system dari keluarga yaitu suami, anak dan
menantunya. Rencana pasien setelah dapat melakukan kegiatan sebagai
ibu rumah tangga, dan bermain dengan cucu, pasien mengatakan selama
di RS tidak ada yang bisa di lakukan selain baring, kadang kadang
duduk karena karena pusing dan kaki masih ada luka di kaki sebelah kiri,
aktivitas nya di bantu oleh suaminya.
Resiko yang mengancam kehidupan dan kesejahteraan
Sebelum masuk rumah sakit klien sudah mengetahui penyakitnya tetapi
klien tidak mengontol gula darah dan luka di kakinya di rawat seadanya
oleh suaminya, sehingga luka terasa nyeri. Pasien baru melakukan

pengecekan gula darah pada saat di rumah sakit akibat adanya luka yang
tidak sembuh-sembuh.
Peningkatan fungsi dan perkembangan selama hidup
Pasien mempunyai 3 orang anak, 2 menantu dan 2 cucu, aktifitas seksual
pasien mengatakan masih baik. Klien mengatakan sering memikirkan
pengobatan yang di jalaninya karena membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Interaksi sosial selama di RS dengan kondisinya sedang sakit
pasien sangat bergantung dengan suami dan anak-anaknya karena anakanaknya sebagian besar sudah berkeluarga, dan selalu bersyukur karena
anak-anaknya masih memperhatikannya, dan selama pasien di rawat
keluarga sangat mendukung dan sangat kooperatif.
c. Developmental self care requisites (pengembangan kebutuhan perawatan diri)
Perkembangan keluarga saat ini terganggu karena pasien tidak dapat

menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.


Pasien juga nanti pada saat pulang beradaptasi dengan berjalan karena
menggunakan satu kaki karena belum boleh menampakkan kaki ketika

berjalan.
Pasien mengatakan saat ini dalam berhubungan seksual tidak

mengalami hambatan.
Perubahan fisik pada pasien DM antara lain, pasien sering BAK, selera
makan menurun, berat badan menurun, pasien mudah lelah, luka pada

kaki kiri tidak sembuh-sembuh.


d. Health deviation self care reqiusites (penyimpangan kesehatan kebutuhan
perawatan diri)
Kondisi luka :
Terdapat gangren ulkus pada plantar dan dorsal pedis sinistra, dengan
ukuran panjang 10 cm, lebar 5 cm dan kedalaman 5 cm. Keadaan luka
terdapat gangren pada plantar dan dorsal pedis sinistra, kakinya
terdapat slougty, granulasi ada, pus yang banyak dan berbau. Dengan
keadaan luka : sampai ke fasia otot dan tendo. Kulit sekitar luka
terdapat maserasi dan kemerahan. rencana debridement jika kondisi
sudah membaik dan menunggu persetujuan keluarga, ganti balut per

hari, post transfusi PRC 120 cc tanggal 29/11/15.


Pemeriksaan penunjang dan kadar gula darah
Perkembangan gula darah pasien masih mengalami fluktuasi, namun
masih dapat terkontrol dengan novorapid 3x12 unit.
Medical problem and plan

Masalah medis yang di alami pasien adalah gangren ulkus pada telapak
kaki dan lateral pedis sinistra, DM tipe 2 dengan gula darah tidak
terkontrol, hipoalbumin. Obat-obatan yang di berikan : furosemid 3x1
amp, mecobalamin 3x1, ondancentron 3x4 mg, meropenem 3x1, vit.B

complek 3x1, amilodipin 1x10mg, novorapid 3x12 unit, NaCl 3 %.


Hasil kultur pus = tidak dilakukan
Pemeriksaan kaki diabetik
Pemeriksaan keadaan kaki menggunakan pengkajian PEDIS yang di
jabarkan sebagai berikut :
Perfusi : ankle brachial indeks : grade 2= terdapat keluhan dan tanda
PAD, ABI kanan 1,34 dan ABI kiri 0,69.
Extent (ukuran luka) : 10x5x5 cm
Dept (kedalaman luka) : dasar luka kaki kiri menembus lapisan
subkutis yang meliputi fasia, otot, dan tendo.
Infeksi : pengerasan dan gangren warna hitam pada plantar dan dorsal
pedis sinistra, memucat dari tepi luka, secret warna kuning bercampur
darah, kurang lebih 5 cc, berbau.
Sensasi : klien tidak merasakan kakinya dari jari hingga pergelangan

kaki.
Hasil labratorium
Hasil laboratorium/penunjang : tgl 29/11/2015
Jenis

Hasil

Nilai normal

Leukosit

10.68

5-10 ribu/mm3

Netrofil

76.1

50-70 %

Limfosit

16.8

25-40%

Monosit

6.6

2-8%

Eosinofil

0.2

2-4%

Basofil

0,3

0-1%

Hemoglobin

11,8

13,0-18,0 g/dl

Eritrosit

3.58

4.5-6.5 jt/ul

Hematokrit

76,9

40-52 %

Trombosit

445

150-440

pemeriksaan

ribu/mm3

Elektrolit
Na

132.0

135-145 mmol/L

3,6

3,5-5,0 mmol/L

Cl

109.0

98-109 mm0l/L

GDS

191

74-106 mg/dl

Ureum

44

20-40 mg/dl

Kreatinin

3,11

0,8-1,5 mg/dl

Lekosit

1-3 lpb

3-6 lpb

Eritrosit

0-1 lpb

0-1 lpb

Sel epitel

Positif (+)

Positif

Mikroskopis
urine

Silinder granular Negatif


cost

(-)

Silinder hyalin

Negatif

Negatif

Negatif

(-)
Bacteri

Negatif

Negatif

(-)
Kristal

Urid acid Negatif


positif (+)

Albumin

2,7 gr/dl

3-4 gr/dl

PEMBAHASAN
2. Pembahasan pengkajian
Pembahasan pengkajian yang di temukan pada kasus Ny.P dengan DM tipe 2 gangren
pedis sinistra, saat ini melakukan pengkajian klien dan keluarga kooperatif sehingga

memudahkan dalam mendapatkan data-data, berikut ini uraian dalam pembahasan


untuk melihat faktor kesenjangan atau hambatan dan persamaan teori juga pada kasus
Ny.P pada pasien datang dengan keluhan di kaki kiri, nyeri di rasakan hilang timbul
sejak 2 minggu yang lalu, ini terjadi karena adanya luka ulkus dan gangren pada kaki
luka membusuk pada telapak kaki dan samping kaki dan tampak menghitam.
Terjadinya kaki diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar gula (glukosa) darah pada
penyandang diabetes. Tingginya kadar gula darah yang berkelanjutan dan dalam
jangka waktu yang lama dapat menimbulkan masalah pada kaki penyandang diabetes,
yakni: Kerusakan saraf, Masalah pertama yang timbul adalah kerusakan saraf di
tangan dan kaki. Saraf yang telah rusak membuat penyandang diabetes tidak dapat
merasakan sensasi sakit, panas, atau dingin pada tangan dan kaki. Luka pada kaki
dapat menjadi buruk karena penyandang diabetes tidak menyadari adanya luka
tersebut. Hilangnya sensasi rasa ini disebabkan kerusakan saraf yang disebut sebagai
neuropati

diabetik.

Neuropati

diabetik

terjadi

pada

lebih

dari

50%

penyandang diabetes. Gejala yang umum terjadi adalah rasa kebas (baal) dan
kelemahan pada kaki dan tangan. Selain itu bisa terjadi Gangguan pembuluh darah
Masalah kedua adalah terjadinya gangguan pada pembuluh darah, sehingga
menyebabkan tidak cukupnya aliran darah ke kaki dan tangan. Aliran darah yang
buruk ini akan menyebabkan luka dan infeksi sukar sembuh. Ini disebut penyakit
pembuluh darah perifer (pembuluh darah tepi) yang umum menyerang kaki dan
tangan. Penyandang diabetes yang merokok akan semakin memperburuk aliran
darahnya. Ulkus Diabetikum adalah ulkus yang tejadi pada pasien Diabetes Mellitus.
Ulkus ini terjadi pada setiap bagian tubuh yang teletak pada bagian tubuh yang teletak
di ujung, terutama extemitas bawah. Seiring timbul rasa nyeri yang hebat pada bagian
yang terkena ulkus diabetikum. Bagian tersebut menjadi pucat kebirubiruan dan
bercak-bercak, kemudian cairan menguap, menjadi kering dan mengeriput dingin
pada perabaan, bau, tidak terasa denyut nadi, dan perasaan nyeri berangsur-angsur dan
hilang sama sekali.
Ulkus atau luka kaki dapat menjadi masalah yang sangat serius bagi penderita
diabetes. Penting untuk menyembuhkan ulkus secepatnya. Kerusakan saraf pada
diabetes dapat mengurangi nyeri sehingga ulkus kaki kadang tidak menimbulkan rasa
nyeri jadi sering diabaikan. Sejalan dengan waktu ulkus kaki atau gejala-gejala
penyakit dapat merusak kaki secara serius. Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan
kulit atau selaput lendir. Ulkus bisa dikatakan kematian jaringan yang luas dan

disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus
berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer. Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan
komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat diabetes mellitus.
Pasien mempunyai riwayat DM 10 tahun yang lalu, walaupun Ny.P ada keluarga yang
menderita sakit DM namun faktor genetik bukanlah merupakan faktor penyebab dari
penyakit DM Ny.P tetapi kemungkinan penyebab utama adalah perilaku dan gaya
hidup dan faktor usia dari pasien itu sendiri. Kemudian Tn. R ada keluhan tidak ada
nafsu makan dan badan lemas, dan penurunan berat badan dalam wakti relatif singkat
merupakan gejala yang sering di jumpai, karena kehabisan glikogen yang telah di
lebur jadi glukosa, tubuh mendapat dari lemak dan protein., karena tubuh terus
merasakan lapar, maka tubuh memecahkan cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk jaringan otot dan lemak, sehingga klien walaupun banyak makan tetap
menjadi kurus, apalagi kalau makan tidak adekuat, maka ini akan memperburuk
kondisi dari pasien itu sendiri, dimana Ny.P sebelumnya berat badan 58 kg menjadi 55
kg.sedangkan hasil pengkajian intake dan output tidak seimbang. Dan pasien sering
merasa kelelahan.
Data lain yang di dapatkan

pada saat pengkajian, pasien masuk di lakukan

pemeriksaan gula darah sewaktu dan di dapatkan hasil 404 mg/dl,( hiperglekemia)
yang tanpa di sadari oleh pasien sehingga memperburuk kondisi luka dan produksi
ulkus semakin banyak. Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil,
arteri kecil sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang
akan menyebabkan luka tidak cepat sembuh, dan bahkan semakin buruk jika gula
darah tidak terkontrol karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat yang akan
menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadi gangren.
Di tambah lagi pasien di rumah tidak pernah menggunakan alas kaki karena pasien
sering mengalami rasa tebal di kulit, terutama bila ada benjolan terasa seperti ada
bantal atau gabus,sehingga Ny.P ini lupa menggunakan sendal/sepatu karena sudah
terbiasa.
Pada tabel hasil pemeriksaan laboratorium terlihat sebagian hasil laboratorium masih
dalam batas normal namun ada beberapa hasil yang meningkat seperti leukosit,
kalium, GDS, dan ureum. Sel epitel positif satu, dan kristal urid acid positif.
Sedangkan nilai laboratorium yang mengalami penurunan adalah Hb, albumin,
eritrosit dan hematokrit. Pasien yang mengalami penurunan nilai albumin yaitu

2,7gr/dl. Hal ini di sebabkan karena keluarnya albumin melalui ulkus pedis yang di
alami pasien (perkeni, 2002).
3. Diagnosa keperawatan dan pembahasannya
Diagnosa keperawatan model orem di dasarkan pada defisit self care, dan
perencanaan yang di buat harus sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.
Berdasarkan pengajian orem pada pasien Ny.P di temukan diagnosa :
a. Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke
daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah
b. Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan
Keluhan nyeri dirasakan oleh klien pada kaki kiri, nyeri hilang timbul seperti
ditusuk-tusuk, skala nyeri 6,
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan ketidakmampuan tubuh dalam
menggunakan glukosa, defisiensi insulin.
Diagnosa keperawatan ini timbul atau di tegakkan karena adanya faktor penunjang
yang di temukan yaitu sesuai dengan tanda dan gejala adanya keluhan tidak ada
nafsu makan, dan makanan tidak di habiskan, kemudian penurunan berat badan
dan di sertai dengan riwayat DM sehingga kebutuhan metabolik tetap meningkat,
dan akibat glukosa darah yang tidak bisa masuk kedalam sel mengakibatkan
sumber energi berkurang untuk sel maka terjadilah starvasi atau kelaparan sel,
maka diagnosa ini penulis mengangkat menjadi masalah gangguan pemenuhan
nutrisi karena Ny.P mengalami penurunan BB dari 58 kg turun menjadi 55 kg.
GDS 191mg/dl yang merupakan manifestasi nutrisi jaringan yang kurang akibat
gangguan metabolisme karbohidrat. Albumin 2,7 % dan kadar Hb 11,8 mg%
menyebabkan masalah nutrisi semakin jelas, Intervensi keperawatan yang di
berikan adalah memberikan penjelasan kepada klien tentang pentingnya diet yang
di berikan padanya untuk memperbaiki toleransi insulin serta untuk membantu
proses penyembuhan penyakitnya, hal ini di harapkan agar terjadi perubahan
perilaku pada klien dan keluarga agar dapat menyadari faktor-faktor yang
mempengaruhi kesembuhannya terhadap kebutuhan nutrisi.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia ada luka, penurunan fungsi
leukosit, perubahan dalam sirkulasi darah.
Diagnosa keperawatan ini bisa di tegakkan dengan data suhu tubuh masih batas
normal tetapi leukosit dan GDS mengalami peningkatan yaitu 1068 ribu/mm dan
191 mg/dl, terdapat dasar luka kaki kiri menembus lapisan subkutis yang meliputi
fasia, otot, dan tendo. pengerasan dan gangren luka membusuk pada telapak kaki
dan samping kaki dan tampak menghitam, dengan ukuran luka panjang 10 cm,
lebar 5 cm dan dalam 5 cm, memucat dari tepi luka, secret terdapat gangren pada

jari 4 dan 5 di kaki dan ulkus pada plantar dan dorsalis pedis sinistra program
debridement warna kuning bercampur darah, kurang lebih 5 cc, berbau. Klien
tidak merasakan sentuhan di kakinya dari jari hingga pergelangan kakinya.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, hambatan
mobilitas fisik, faktor tekanan dan penurunan sensibiltas.
Diagnosa keperawatan ini di tegakkan karena adanya luka gangren pada kaki
sebelah kiri , dimana terjadi kerusakan membran mukosa, jarigan integumen dan
subkutan, hambatan mobilitas fisik, penurunan sensibilitas. terdapat gangren pada
ulkus pada plantar dan dorsalis pedis sinistra menghitam program debridement
warna kuning bercampur darah, kurang lebih 5 cc, berbau, dengan ukuran luka
panjang 10 cm, lebar 5 cm dan dalam 5 cm. Sehingga penulis mengangkat ini
sebagai masalah.
4. Rencana tindakan keperawatan menurut Teori Orem
No
1

Diagnosa keperawatan
Nutrisi
kurang
dari
kebutuhan berhubungan
ketidakmampuan
tubuh
dalam
menggunakan
glukosa, defisiensi insulin.
Batasan karakteristik :
Berat badan 20 % atau
lebih di bawah ideal
Kehilangan
berat
badan dengan asupan
makanan
yang
adekuat
Faktor-faktor
yang
behubungan :
Penyakit diabetes :
insufisiensi insulin

Tujuan dan kriteria hasil


NOC :
Kebutuhan
nutrisi
terpenuhi
Kriteria hasil :
Berat badan normal
sesuai dengan tinggi
badan
Nilai lab dalam batas
normal
:
Hb,
albumin,
elektrolit
dan kadar glukosa
darah.
Tidak ada tandatanda malnutrisi

Intervensi
NIC :
Manajemen nutrisi
Kolaborasi denagn ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang di butuhkan pasien.
Yakinkan diet yang di
makan
mengandung
tinggi

serat untuk mencegah


konstipasi.
Berikan makan yang
terpilih
(sudah
di
konsultasikan dengan ahli
gizi)
Ajarkan klien bagaiman
mencatat makanan harian
Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
Berikan
informasi
tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien
untuk
mendapatkan
nutrisi yang di butuhkan
Monitor
adannya
penurunan berat badan
Monitor aktifitas yang di
lakukan
Jadwalkan
pengobatan

Resiko
ketidakstabilan NOC :
kadar
gula
darah Kadar gula darah
berhubungan
dengan
stabil,
yang
di
pemantauan glukosa darah
buktikan
dengan,
tidak
tepat,
kurang
hemoglobin
kepatuhan, pada rencana
glikolisasi, glukosa
manajemen
diabetik,
urine dan keton urine.
status kesehatan fisik, dan Faktor
resiko
stres.
terkendali,
di
Factor resiko :
buktikan
oleh
Tingkat perkembangan
manajemen menadiri
Asupan diet
diabetes yang di
Pemantauan glukosa
terapkan
secara
konsisten,
darah tidak tepat
pengetahuan
Kurang
kepatuhan
manajemen diabetes
pada
rencana
yang mendalam dan
manajemen diabetik
tidak
ada
Kurang
manajemen
penyimpangan kadar
diabetik
glukosa darah.
Manajemen medikasi
Menunjukkan
Tingkat aktifitas fisik
prosedur yang benar,
Status kesehatan fisik
untuk
memeriksa
Stress.
kadar glukosa darah
Mematuhi regimen
yang di programkan
untuk
pemantauan
glokosa darah
Mematuhi
rekomendasi diet dan
latihan
fisik.memperlihatkan
prosedur yang benar
untuk pemberian obat
secara mandiri.
Menguraikan gejala
hipoglikemia
dan
hiperglikemia.

dan
tindakan
tidak
selama jam makan
Monitor turgor kulit,
mual muntah

Monitor kadar Hb,


albumin, dan kadar Ht
Monitor
mkanan
kesukaan
Monitor kalori dan intake
nutrisi.
NIC :
Pengkajian
Kaji faktor yang dapat
yang dapat meningkatkan
resiko
ketidakseimbangan
glukosa.
Pantau kadar glukosa
sesuai dengan program
Pantau keton urine
Pantau
asupan
dan
haluaran
Pantau tanda dan gejala
hipoglikemia
Tentukan
penyebab
hipoglikemia
atau
hiperglikemia jika terjadi
Penyuluhan untuk pasien
dan keluarga
Beri informasi mengenai
diabetes
Beri informasi mengenai
penerapan
diet
dan
latihan
fisik
untuk
mencapai keseimbangan
kadar glukosa
Beri informasi mengenai
obat-obatan yang di
gunakan
untuk
mengendalikan diabetes
Beri informasi mengenai
penatalaksanaan diabetes
selama sakit
Beri informasi mengenai
pemantauan
secara
mandiri kadar glukosa
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan pasien
dan tim diabetes untuk

Resiko atau defisit volume NOC :


cairan
berhubungan Kekurangan volume
dengan diuresis osmotik
cairan akan teratasi
(hiperkaliemia,
Keseimbangan
pengeluaran cairan, dan
elektrolit dan asam
penurunan pemasukan).
basa akan tercapai
Batasan karakteristik :
Kriteria hasil :
Kelelahan
Mempertahankan
Haus
urine output sesuai
Penurunan
turgor
dengan usia dan berat
kulit/lidah
badan
Membran
Berat jenis urine
mukosa/kulit kering
normsal, hemoglobin
Peningkatan frekuensi
dan
hematokrit
normal
nadi,
penurunan
Tekanan darah, nadi,
tekanan darah,
Pengisian
vena
suhu tubuh dalam
batas normal
menurun

Tidak ada tanda Perubahan


status
tanda
dehidrasi,
mental
elasitas turgor kulit
Konsentrasi
urine
baik,
membran
meningkat
mukosa lembab, tidak
Suhu
tubuh
ada rasa haus yang
meningkat
berlebihan.
Hematokrit meninggi
Faktor
lain
yang
berhubungan :
Kehilangan volume
cairan secara aktif :
diuresis osmotik
Kegagalan
mekanisme
pengaturan.

membuat
perubahan
dalam pengobatan jika
perlu
Beritahu dokter jika
tanda
dan
gejala
hipoglikemia/hiperglikem
ia terjadi dan tidak dapat
di kembalikan dengan
aktifitas mandiri.
NIC :
Pengkajian :
Pantau warna, jumlah,
dan frekuensi kehilangan
cairan.
Identifikasi
faktor
pengaruh
terhadap
bertambah
buruknya
dehidrasi, misalnya :
obat-obatan,
demam,
sterss,
dan
program
pengobatan.
Pantau hasil laboratorium
yang relevan dengan
keseimbangan cairan :
protein toral, osmolalitas,
serum, dan berat jenis
urine
Kaji adanya vertigo dan
hipotensi
Kaji orientasi terhadap
orang, waktu dan tempat.
Manajemen cairan :
Pertahankan
catatan
intake dan output yang
akurat
Monitor status dehidrasi
Monitor tanda-tanda vital
Monitor
pemasukan
makanan/cairan
dan
hitung
intake
kalori
harian.
Kolaborasi
pemberian
cairan IV
Dorong pemasukan oral
Perikan bemberian NGT
sesuai output
Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan

Kolaborasi dokter jika


tanda cairan berlebih
muncul memburuk.
NIC :
Infection control (kontrol
infeksi)
Berikan
lingkungan
setelah di pakai pasien
lain
Pisahkan pasien dengan
penyakit
menular/dan
tidk menular.
Batasi pengunjung bila
perlu
Anjurkan
pengunjung
untuk cuci tangan saat
dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien
Anjurkan tim kesehatan
lain untuk cuci tangan
untuk setiap sebelum dan
sesudah tindakan ke
pasien
Gunakan tehnik septik
dan
aseptik
selama
perawatan luka
Ajarkan pada pasien dan
keluarga tanda dan gejala
dan cara pencegahan
infeksi
Berikan terapi antibiotik
bila perlu.
NIC :
Perawatan kaki
insfeksi keadaan kulit
seperti adanya iritasi,
keretakan, kalus, lesi,
deformitas, atau edema.
Keringkan kaki secara
hati-hati di antara jari-jari
kaki
Berikan lotion, pelembab,
untuk kaki sesuai dngan
indikasi
Diskusikan dan anjurkan
pasien atau keluarga
untuk
melakukan
perawatan kaki
Monitor
adanya

Resiko
infeksi
berhubungan
dengan
hiperglikemia
adaluka,
penurunan fungsi lekosit,
perubahan dalam sirkulasi
darah.
Factor-faktor resiko :
Penyakit kronik :
diabetes melitus
Penekanan
sistem
imun
Ketidakadekuatan
imun buatan
Pertahanan
primen
tidak tidak adekuat
kulit luka, trauma
jaringan
Tidak
adekuat
pertahanan sekunder
(supresi
respon
inplamasi)

NOC :
Faktor resiko infeksi akan
hilang
Kriteria hasil :
Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
Status imun dalam
batas normal (jumlah
leukosit dalam batas
normal).

Kerusakan integritas kulit NOC :


berhubungan
dengan integritas jaringan :
perubahan
sirkulasi,
kulit dan membran
hambatan mobilitas fisik,
mukosa
faktor
tekanan
dan penyembuhan luka :
penurunan sensibiltas.
primer
penyembuhan luka :
sekunder
kriteria hasil :
kulit utuh
tidak ada lesi
tidak terjadi nekrosis
luka mengecil dalam
ukuran
dan
peningkatan granulasi
jaringan.

kelembaban
dan
insufiensi
pembuluh
darah arteri dan edema
pada kaki pasien
Anjurkan kaki untuk
memperhatikan kaki jika
terjadi penurunan sensasi
pada kaki.
Wound care
Catat karakteristik luka :
tentukan ukuran dan
kedalamam luka, dan
klasifikasi
pengaruh
ulcers
Catat karakteristik cairan
sekret yang keluar
Bersihkan dengan cairan
anti bakteri
Bilas dengan NaCl 0,9 %
Lakukan nekrotomi jika
perlu
Lakukan tampon yang
sesuai
Dressing dengan kasa
sterill.

5. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


NO/
DX
1

TGL 30/11/2015
TINDAKAN KEPERAWATAN
NIC :
Manajemen nutrisi
berkolaborasi denagn ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di
butuhkan pasien.
Meyakinkan kepada pasien bahwa diet yang di
makan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi.
memberikan makan yang terpilih (sudah di
konsultasikan dengan ahli gizi)
mengajarkan
klien
bagaiman
mencatat
makanan harian
Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
memberikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
mengkaji
kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan nutrisi yang di butuhkan
Memonitor adannya penurunan berat badan
Memonitor aktifitas yang di lakukan

TGL 30/11/2015
EVALUASI
S : Klien mengatakan
makanannya
tidak di
habiskan, nafsu makan (-)
O : makananya hanya di
habiskan porsi, bibir
tampak kering, muntah (-),
GDS masih 250 mg%, Hb
masih nunggu hasil, diet
DM 1700 kkal/ protein 0,8
g/kg/hari+loss
protein
/hari.
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

menjadwalkan pengobatan dan tindakan tidak


selama jam makan
Memonitor turgor kulit, mual muntah
Memonitor kadar Hb, albumin, dan kadar Ht
Memonitor mkanan kesukaan
Memonitor kalori dan intake nutrisi.

NIC :
Pengkajian
Mengkaji faktor yang dapat meningkatkan
resiko ketidakseimbangan glukosa.
Memantau
kadar glukosa sesuai dengan
program
memantau keton urine
memantau asupan dan haluaran
memantau tanda dan gejala hipoglikemia
menentukan penyebab hipoglikemia atau
hiperglikemia jika terjadi
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
memberikan informasi mengenai diabetes
memberikan informasi mengenai penerapan
diet dan latihan fisik untuk mencapai
keseimbangan kadar glukosa
memberikan informasi mengenai obat-obatan
yang di gunakan untuk mengendalikan
diabetes
memberikan
informasi
mengenai
penatalaksanaan diabetes selama sakit
memberikan informasi mengenai pemantauan
secara mandiri kadar glukosa
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan pasien dan tim diabetes
untuk membuat perubahan dalam pengobatan
jika perlu
memberi tahu dokter jika tanda dan gejala
hipoglikemia/hiperglikemia terjadi dan tidak
dapat di kembalikan dengan aktifitas mandiri.
NIC :
Pengkajian :
memantau warna, jumlah, dan frekuensi
kehilangan cairan.
mengidentifikasi faktor pengaruh terhadap
bertambah buruknya dehidrasi, misalnya :
obat-obatan, demam, sterss, dan program
pengobatan.
memantau hasil laboratorium yang relevan
dengan keseimbangan cairan : protein toral,
osmolalitas, serum, dan berat jenis urine
mengkaji adanya vertigo dan hipotensi

S : klien mengatakan gula


darahnya sdh di periksa,
dan mengetahui tanda dan
gejala hipoglekemia,
O : diberikan lantus 1x6
unit, KGDH senin dan
kamis.
Klien
hanya
berbaring di tempat tidur,
klien tampak rileks.
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi

S :
klien mengatakan
badannya lemah, minum
hanya 6 gelas per hari dan
BAK 4-6 kali per hari.
O : TD : 130/80, nadi 90
kali/menit, pernafasan 20
kali/menit, suhu 36 c.
Turgor kulit masih kering,
klien tampak lemah masih
berbaring di tempat tidur.
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

mengkaji orientasi terhadap orang, waktu dan


tempat.
Manajemen cairan :
mempertahankan catatan intake dan output
yang akurat
Memonitor status dehidrasi
Memonitor tanda-tanda vital
Memonitor pemasukan makanan/cairan dan
hitung intake kalori harian.
berkolaborasi pemberian cairan IV
mendorong pemasukan oral
memberikan bemberian NGT sesuai output
mendorong keluarga untuk membantu pasien
makan
berkolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul memburuk.
NIC :
Infection control (kontrol infeksi)
memberikan lingkungan setelah di pakai
pasien lain
memisahkan
pasien
dengan
penyakit
menular/dan tidk menular.
membatasi pengunjung bila perlu
menganjurkan pengunjung untuk cuci tangan
saat dan setelah berkunjung meninggalkan
pasien
menganjurkan tim kesehatan lain untuk cuci
tangan untuk setiap sebelum dan sesudah
tindakan ke pasien
menggunakan tehnik septik dan aseptik selama
perawatan luka
mengajarkan pada pasien dan keluarga tanda
dan gejala dan cara pencegahan infeksi
memberikan terapi antibiotik bila perlu.
NIC :
Teaching : disease process
memberikan
penilaian
tentang
tingkat
pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik
menjelaskan
pengertian dan perjalanan
penyakit dengan cara yang tepat
menggambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit dengan cara yang tepat
menggambarkan proses penyakit dengan cara
yang tepat
mengidentifikasi
kemungkinan penyebab
dengan cara yang tepat
mendiskusikan perubahan gaya hidup yg di

S:O : tampak luka di kaki


sebelah
kiri
tertutup
verban, diberikan obat
antibiotik
ampicillin
sulbactan
dan
metronidazole,
ganti
verban per hari, merawat
luka dengan NaCl 0,9 %.
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi

S :
klien mengatakan
sudah mengerti apa yang
di sampaikan oleh perawat
O : klien tampak ceria
A : masalah sdh teratasi
P : pertahankan intervensi

perlukan untuk mencegah komplikasi


mendiskusikan
pemilihan
terapi
dan
penanganan
menginstruksikan pasien mengeni tanda dan
gejala yang perlu di laporkan pada pemberi
perawatan kesehatan dengan cara yg tepat.

NIC :
Perawatan kaki
menginsfeksi keadaan kulit seperti adanya
iritasi, keretakan, kalus, lesi, deformitas, atau
edema.
mengeringkan kaki secara hati-hati di antara
jari-jari kaki
memberikan lotion, pelembab, untuk kaki
sesuai dngan indikasi
mendiskusikan dan anjurkan pasien atau
keluarga untuk melakukan perawatan kaki
Memonitor adanya kelembaban dan insufiensi
pembuluh darah arteri dan edema pada kaki
pasien
menganjurkan kaki untuk memperhatikan kaki
jika terjadi penurunan sensasi pada kaki.
Wound care
mencatat karakteristik luka : tentukan ukuran
dan kedalamam luka, dan klasifikasi pengaruh
ulcers
mencatat karakteristik cairan sekret yang
keluar
membersihkan dengan cairan anti bakteri
membilas dengan NaCl 0,9 %
melakukan nekrotomi jika perlu
melakukan tampon yang sesuai
mendressing dengan kasa sterill.
6.

NO/
DX
1

S : klien mengatakan
kakinya bau dan ingin
cepat di bersihkan dan di
ganti verbannya
O : luka tampak abu-abu
kehitaman,
terdapat
gangren di jari ke 4 dan ke
5. Pus masih ada warna
kuning kemerahan, di cuci
dengan NaCl 0,9 %.
A : maslah belum teratasi
P : pertahankan intervensi

CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN


TGL 30/11/2015
TINDAKAN KEPERAWATAN
NIC :
Manajemen nutrisi
berkolaborasi denagn ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di
butuhkan pasien.
meyakinkan diet yang di makan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
memerikan makan yang terpilih (sudah di
konsultasikan dengan ahli gizi)
mengajarkan
klien
bagaiman
mencatat

TGL 30/11/2015
EVALUASI
S : Klien mengatakan
makanannya sudah di
habiskan, nafsu makan sdh
membaik
O : makananya
di
habiskan 3 porsi/hari, bibir
tampak lembab, muntah
(-), klien tampak makan
buah yang di berikan di
RS, GDS 132 mg%,

makanan harian
Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
memberikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
mengkaji
kemampuan
pasien
untuk
mendapatkan nutrisi yang di butuhkan
Memonitor adannya penurunan berat badan
Memonitor aktifitas yang di lakukan
menjadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
Memonitor turgor kulit, mual muntah
Memonitor kadar Hb, albumin, dan kadar Ht
Memonitor mkanan kesukaan
Memonitor kalori dan intake nutrisi.

NIC :
Pengkajian
mengkaji faktor yang dapat yang dapat
meningkatkan
resiko
ketidakseimbangan
glukosa.
memantau kadar glukosa sesuai dengan
program
memantau keton urine
memantau asupan dan haluaran
memantau tanda dan gejala hipoglikemia
menentukan penyebab hipoglikemia atau
hiperglikemia jika terjadi
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
memberi informasi mengenai diabetes
memberi informasi mengenai penerapan diet
dan
latihan
fisik
untuk
mencapai
keseimbangan kadar glukosa
memberi informasi mengenai obat-obatan
yang di gunakan untuk mengendalikan
diabetes
memberi informasi mengenai penatalaksanaan
diabetes selama sakit
memberi informasi mengenai pemantauan
secara mandiri kadar glukosa
Kolaborasi :
berkolaborasi dengan pasien dan tim diabetes
untuk membuat perubahan dalam pengobatan
jika perlu
memberitahu dokter jika tanda dan gejala
hipoglikemia/hiperglikemia terjadi dan tidak
dapat di kembalikan dengan aktifitas mandiri.
NIC :
Pengkajian :
memantau warna, jumlah, dan frekuensi

pasien di transfusi 450 cc,


Hb 9, diet DM 1700 kkal/
protein 0,8 g/kg/hari+loss
protein /hari.
A : masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi

S : klien mengatakan gula


darahnya sdh di periksa,
dan mengetahui tanda dan
gejala hipoglekemia.
O : diberikan lantus 1x6
unit, KGDH 132 mg%.
Klien tampak duduk di
tempat tidur, klien tampak
rileks.
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi

S :
klien mengatakan
badannya lemah, minum
hanya 6 gelas per hari dan

kehilangan cairan.
mengidentifikasi faktor pengaruh terhadap
bertambah buruknya dehidrasi, misalnya :
obat-obatan, demam, sterss, dan program
pengobatan.
memantau hasil laboratorium yang relevan
dengan keseimbangan cairan : protein toral,
osmolalitas, serum, dan berat jenis urine
mengkaji adanya vertigo dan hipotensi
mengkaji orientasi terhadap orang, waktu dan
tempat.
Manajemen cairan :
mempertahankan catatan intake dan output
yang akurat
Memonitor status dehidrasi
Memonitor tanda-tanda vital
Memonitor pemasukan makanan/cairan dan
hitung intake kalori harian.
berkolaborasi pemberian cairan IV
mendorong pemasukan oral
memberikan NGT sesuai output
mendorong keluarga untuk membantu pasien
makan
berkolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul memburuk.
NIC :
Infection control (kontrol infeksi)
memberikan lingkungan setelah di pakai
pasien lain
memisahkan
pasien
dengan
penyakit
menular/dan tidk menular.
membatasi pengunjung bila perlu
menganjurkan pengunjung untuk cuci tangan
saat dan setelah berkunjung meninggalkan
pasien
menganjurkan tim kesehatan lain untuk cuci
tangan untuk setiap sebelum dan sesudah
tindakan ke pasien
mengunakan tehnik septik dan aseptik selama
perawatan luka
mengajarkan pada pasien dan keluarga tanda
dan gejala dan cara pencegahan infeksi
memberikan terapi antibiotik bila perlu.
NIC :
Teaching : disease process
memberikan
penilaian
tentang
tingkat
pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik

BAK 4-6 kali per hari.


O : TD : 12/70, nadi 100
kali/menit, pernafasan 22
kali/menit, suhu 370c.
Turgor kulit masih kering,
klien tampak lemah masih
berbaring di tempat tidur.
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

S:O : tampak luka di kaki


sebelah
kiri
tertutup
verban, diberikan obat
antibiotik
ampicillin
sulbactan
dan
metronidazole,
ganti
verban per hari, merawat
luka dengan NaCl 0,9 %.
A : masalah belum teratasi
P : pertahankan intervensi

S :
klien mengatakan
sudah mengetahui dan
memahami apa yang di
sampaikan oleh perawat
O : klien tampak senang

menjelaskan pengertian dan perjalanan dan rileks


A : masalah sdh teratasi
penyakit dengan cara yang tepat
menggambarkan tanda dan gejala yang biasa P : hentikan intervensi
muncul pada penyakit dengan cara yang tepat
menggambarkan proses penyakit dengan cara
yang tepat
mengidentifikasi kemungkinan penyebab
dengan cara yang tepat
mendiskusikan perubahan gaya hidup yg di
perlukan untuk mencegah komplikasi
mendiskusikan
pemilihan
terapi
dan
penanganan
menginstruksikan pasien mengeni tanda dan
gejala yang perlu di laporkan pada pemberi
perawatan kesehatan dengan cara yg tepat.
NIC :
S : klien mengatakan
Perawatan kaki
kakinya sdh tidak berbau
menginsfeksi keadaan kulit seperti adanya lagi
iritasi, keretakan, kalus, lesi, deformitas, atau O : luka tampak abu-abu
kehitaman,
terdapat
edema.
mengeringkan kaki secara hati-hati di antara gangren di jari ke 4 dan ke
5. Pus masih ada warna
jari-jari kaki
memberikan lotion, pelembab, untuk kaki kuning kemerahan, di cuci
dengan NaCl 0,9 %.
sesuai dngan indikasi
mendiskusikan dan anjurkan pasien atau A : maslah belum teratasi
P : pertahankan intervensi
keluarga untuk melakukan perawatan kaki
Memonitor adanya kelembaban dan insufiensi
pembuluh darah arteri dan edema pada kaki
pasien
menganjurkan kaki untuk memperhatikan kaki
jika terjadi penurunan sensasi pada kaki.
Wound care
mencatat karakteristik luka : tentukan ukuran
dan kedalamam luka, dan klasifikasi pengaruh
ulcers
mencatat karakteristik cairan sekret yang
keluar
membersihkan dengan cairan anti bakteri
membilas dengan NaCl 0,9 %
melakukan nekrotomi jika perlu
melakukan tampon yang sesuai
mendressing dengan kasa sterill.

7. Manajemen pengobatan dan peran perawat


Manajemen obat-obatan untuk pasien DM di berikan dengan tujuan untuk
menurunkan dan mempertahankan kadar gula darah menjadi normal atau mendekati
normal. Selain obat-obatan kontol gula darah dapat di lakukan dengan
menyeimbangkan diet dan latihan, tetapi sebagian besar pasien merasa kesulitan
menurunkan berat badan dan melakukan olah raga secara teratur, oleh karena itu di
butuhkan pemberian terapi insulin atau obat hipoglikemik (penurunan kadar gula) per
oral. Intervensi obat-obatan di berikan ketika pasien tidak dapat mencapai kadar gula
darah normal dengan menggunakan terapi nutrisi dan latihan. Diabetes tipe 1 hanya
bisa di obati dengan insulin tetapi DM tipe 2 dapat di obati dengan obat oral.
Obat anti diabetik oral di gunakan pada saat modifikasi gaya hidup tidak cukup di
tingkatkan. Meskipun obat-obatan oral tersebtu akan sangat efektif jika individu juga
mempertahankan atau mengontrol berat badan dan latihan. Kombinasi obat oral dapat
di gunakn jika kontrol gula darah tidak adekuat dengan terapi tunggal.
Insulin pada umumnya merupakan langkah terakhir dari terapi untuk mengontrol gula
darah. Insulin merupakan terapi tambahan.
PERAN PERAWAT
Pencegahan hiperglikemia merupakan tujuan utama dari pengobatan diabetes.
Pemeberian edukasi dapat mengoptimalkan pencapaian gula darah yang terkontrol.
ADA (2004) merekomendasikan pasien dengan diabetes mendapat perawatan dari tim
profesional yang terintegrasi, yang terdiri dari dokter, perawat, perawat pelaksana,
ahli gizi dan farmasi, dan perawat jiwa. Pada umumnya perawat merupakan kunci
dalam tatanan pelayanan termasuk dalam program edukasi pasien seperti edukasi
tentang self monitoring glukosa, pemberian obat-obatan dan tanda serta dampak yang
merugikan dari buruknya kontrol glukosa darah.
Hal-hal yang perlu di ketahui oleh pasien dan informasi yang perlu di berikan pada
pasien diabetes tipe 2 yang menggunakn terapi obat-obatan anti diabetes adalah :
Pasien perlu mengetahui kesehatan jantung, ginjal, mata dan ekstremitas

bawah akan mendapatkan dampak negatif akibat hiperglikemia.


Perawat juga perlu memberikan penguatan terhadap modifikasi gaya hidup
dengan mengontrol diet, mengontrol berat badan dan melakukan latihan

olahraga.
Pasien di berikan pembelajaran bagaimana menggunakan lancet, glukosa
strip dan dan glukometer. Pasien harus di berikan demonstrasi bagaimana

cara penggunaan glukometer dan memahami nilai dari hasil pengukuran

kadar gula darah.


Pasien harus mendapatkan informasi tentang tanda dan gejala yang
berhubungan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia (kondisi stres, sakit
akut, demam, infeksi, atau pembedahan dapat menyebabkan gangguan kadar
gula darah yang dramatis). Poliuri (urinari yang berlebihan) dan polidipsi

(haus yang berlebihan) merupakan tanda hiperglikemia pada DM tipe 2.


Hal yang perlu di waspadai oleh pasien adalah takikardi (palpitasi), diaforesis
(keringat yang berlbihan), tremor, sakit kepala, sulit konsentrasi, dan cemas
merupakan gejala hipoglikemia. Pasien harus segera mendapatkan sumber
glukosa untuk episode hipoglikemi. Mengunyah permen, krackers, atau jus

jeruk dapat di gunakan sebagai cara efektif untuk hipoglikemi.


Pasien di anjurkan untuk menghetikan sementara penggunaan obat antidiabetik oral jika sedang menggunakan obat beta-adrenergik bloker, karena
akan

meningkatkan

kejadian

hipoglikemi

dan

menunjukkan

gejala

hipoglikemi tersembunyi. Beta-bloker merupakan antgonis glikogenolisis di


hepar dan menumpulkan respon sistem saraf simpatik terhadap kondisi

hipoglikemia.
Perawat perlu mengkaji secara akurat riwayat penggunaan obat-obatan
pasien. Hal ini di lakukan untuk mengidentifikasi adanya kemungkinan

interaksi obat yang dapat menyebabkan dampak merugikan.


Pasien di berikan informasi tentang dosis, jadwal minum obat dan efek

samping yang mungkin terjadi.


Komunikasi terapeutik perawat-pasien, pelaksanaan komunikasi terapeutik di ruangan
jarang sekali di lakukan, sehingga dapat berdampak terhadap keberhasilan dalam
tujuan yang di harapkan dalam setiap tindakan keperawatan,penulis mengamati dan
berpendapat mungkin karena beban perawat yang terlalu berat dengan jumlah pasien
yang banyak ditambah lagi sarana dan prasarana yang terbatas sehingga perawat tidak
sempat melakukan asuhan keperawatan secara komprehensip sehingga penaganan
sangat lambat dalam hal ini terbukti kegagalan perawat ruangan dalam melakukan
komunikasi, pasien di ruangan banyak yang pulang bukan karena sembuh, tetapi
pulang dengan terpaksa salah satu alasan karena takut di amputasi , karena pelayanan
yang lambat dan komunikasi yang sangat kurang.
Peran perawat sebagai pendidik sangat penting di lakukan kepada pasien terutama
pada pasien DM sangat membutuhkan pengelolaan untuk mengontrol gula darah dan

penggunaan obat-obat DM, seperti yang terjadi pada pasien Tn,R tidak pernah kontrol
gula darah, apa lagi minum obat. Sehingga pengetahuan sangat penting di perhatikan
dan di berikan pengetahuan oleh perawat tentang pelaksanaan pasien DM.
Adapun peran perawat dalam perawatan kaki pada kasus diabetes ini (Ny.P) adalah
Berikan perawatan luka dan antibiotik jika perlu. Antibiotik biasanya di

berikan melalui intravena jika di temukan adanya luka


Berikan edukasi pada apasien yang meliputi pengetahuan tentang :
a. Efek diabetes pada kaki
b. Pengetahuan tentang alas kaki
c. Kemampuan mengidentifikasi faktor resiko kaki
d. Pemahaman tentang efek kadar gula darah yang tidak terkontrol pada
kesehatan kaki
e. Sarana pelayanan yang dapat membantu tentang pelayanan diabetes dan
perawatan kaki
f. Kemampuan perawatan kaki dan memeriksa kaki setiap hari dan mencari
pertolongan jika di temukan masalah pada kaki
g. Mengontrol bau pada luka gangren dengan menggunakan balutan luka
yang tepat dan menjaga kebersihan kaki.

DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C dan Hall John. E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC.
1997
Long, Barbara C. Perawatan Medikal bedah. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawtaan Bandung. 1996

Http//google.com
Curtis L. Triplitt, Charles A. Reasner, and William L. Isley, 1999, Diabetes Mellitus in Dipiro,
J.T., Talbert, R.l., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., (Eds.),
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 3th edition, 1333-1363, Appleton & Lange,
Stamford.
Mayfield, J.A., 2004, Insulin Therapy for Type 2 Diabetes: Rescue, Augmentation, and
Replacement
of
Beta-Cell
Function,
http://www.postgradmed.com/issues/
1997/02_97/skyler.htm.
.
Tjokorda Gde Dalem Pemanyun, 2007, Rasionalisasi Terapi Kombinasi Insulin dengan OHO,
dalam Simposium Insulin Sahabat Diabetisi Dalam Rangka Memperingati Hari Diabetes
Nasional
Darmono, 2007, Pengobatan Insulin Glargine (Long-Acting Insulin Analouge) Pada
Penderita Diabetes Melitus, dalam Simposium Insulin Sahabat Diabetisi Dalam Rangka
Memperingati Hari Diabetes Nasional
Hidayat, AA.2004.Pengantar Konsep Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika
Nursalam.2003.Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Ann Marriner Tomey & Martha Raile Alligood, nursing theorist and their work. 1998: Mosby
erathenurse.blogspot.com//model-konseptual-keperawatan.htm.
Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medlkal - Bedah Ed. 8. Jakarta: EGC.
Carpenito & Moyet (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Doenges, dkk., (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Lanywati, Endang (2007). Diabetes Melitus Penyakit Kencing Manis. Yokyakarta: kanisius.
Price & Wilson (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin &
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tjokronegoro, Aijatmo (1996). Buku Ajar Urnu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nic Noc. Jakarta: EGC.

Vous aimerez peut-être aussi