Vous êtes sur la page 1sur 23

KELUARGA BERENCANA

DAN ABORTUS DALAM


PANDANGAN ISLAM
ANGGOTA :
Anisa Nur Ardillah
Annisa Ika S
Desvita Arifiasti Utami
Gladis Risna Aisya
Meita Astriati Kusuma D.
Yuni Puspitasari

KELUARGA BERENCANA

Keluarga Berencana dalam Pandangan


Islam

Pengertian
KB usaha-usaha untuk mencapai
kesejahteraan
dan
kebahagiaan
keluarga, dengan menerima dan
memperaktikkan gagasan keluarga
kecil yang potensial dan bahagia

Hukum Keluarga Berencana


Pelaksanaan KB dengan pertimbangan
kemashlahatan, dibolehkan dalam Islam
karena pertimbangan (misalnya) ekonomi,
kesehatan dan pendidikan.
Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah bila
seandainya mereka meninggalkan anaka-anaknya
yang dalam keadaan lemah; yang mereka
khawatirkan terhadap (kesejahteraan mereka), oleh
sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah
dan mengucapkan perkataan yang benar. (QS anNis, 4: 9)

Selain hukum islam yang mendukung keluarga


berencana , ada pula para ulama yang menafsirkan
larangan
keluarga
berencana seperti yang
tercantum dalam QS. Al-Anam : 151
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan
atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah
kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan
kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di
antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab)
yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh
Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).

MUI (Majelis Ulama Indonesia) juga telah


mengeluarkan fatwa serupa dalam Musyawarah
Nasional Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan dan
Pembangunan tahun 1983. Betapapun secara teoritis
sudah banyak fatwa ulama yang membolehkan KB
dalam arti tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap
memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode
kontrasepsi yang akan digunakan untuk ber-KB.

Penggunaan Alat
Kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepesi yang
dibolehkan untuk digunakan untuk wanita:
a) IUD (ADR)
b) Pil
c) Obat Suntik
d) Susuk
e) Cara tradisional dan metode sederhana,
misalnya minuman jamu dan metode
kalender (Metode Ogino Knans)

Penggunaan alat kontrasepsi


yang dibolehkan untuk laki-laki :
a) Kondom
b) Coituis Interruptus(al-Azl)
Kami pernah melakukan azal (coitus
interruptus) di masa Rasulullah SAW
sedangkan al-Quran (ketika itu) masih
(selalu) turun.(H.R. Bukhari-Muslim dari
Jabir).

Alat kontrasepsi yang dilarang


dalam Islam untuk wanita :
a) Menstrual Regulation(MRatau
pengguguran kandungan yang
masih muda)
b) Abortusatau pengguguran
kandungan yang sudah bernyawa
c) Ligasi Tuba(mengikat tuba falopi)
dan tubektomi (mengangkat tempat
ovum)

Alat kontrasepsi yang dilarang dalam


Islam untuk laki-laki:
Vasektomi
Mengikat atau memutuskan saluran
sperma dari buah zakar

Jadi pada dasarnya Islam (dalam


perspektif fiqih), tidak mengharamkan
KB (Keluarga Berencana). Tetapi perlu
dicatat bahwa tindakan KB seharusnya
diorientasikan
untukTanzhm
alNasl(Pengaturan Keturunan), atau yang
dalam istilah kesehatan modern disebut
dengan sebutanBirth Planning. Atau
bahkan lebih jauh dapat dinyatakan
sebagai sebuah tindakanFamily Planning.

ABORSI

Pengertian Aborsi
Dalam Bahasa Inggris abortion berarti gugur
kandungan/ keguguran. Kata tersebut kemudian
diserap kedalam bahasa Indonesia dengan tiga
arti, yaitu :
1) Terpecahnya embrio yang tidak mungkin lagi
hidup (sebelum bulan keempat dari kehamilan),
keguguran, keluron;
2) Keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal
(tentang makhluk hidup);
3) Guguran (janin).

Pengertiaan Aborsi Menurut


Pakar Hukum Islam
Menggunakan
beberapa
term
untuk
menyatakan tindakan abortus, seperti term
isqaat, ijhaad, ilqa, taih, dan inzaal. Kelima
kata tersebut mengandung pengertian
yang berdekatan, yaitu pengguguran janin
dari
kandungan
sebelum
mencapai
kesempurnaannya.

Abortus dalam
Pandangan Islam
Ulam madzhab Al- Zhaahirii,
sebagaimana diungkapkan oleh
ulama al-Azhar, mengharamkan
abortus sebelum peniupan ruh
pada setiap tahap pertumbuhan
janin (al-nuthfah, al-alaqah , dan
al-mudghah).
Pandangan
ini
merupakan pendapat terkuat
dalam madzhab al-Maalikii,

Abortus dalam
Pandangan Islam
Abortus Pra meniup ruh
1. Pendapat yang mengatakan haram
pada setiap pertumbuhan manusia.
2. Pendapat yang membolehkan pada
setiap
proses
kejadian
dan
pertumbuhan manusia.
3. Pendapat yang membolehkan pada
satu tahap tetapi mengharamkan
pada tahap lain.

Abortus Pasca Meniup Ruh


Ulama
sepakat
mengharamkan
penguguran janin yang telah diberi
nyawa, yaitu setelah janin yang telah
berusia 120 hari. Menggugurkan
kandungan setelah janin diberi
nyawa tanpa alas an atau indikasi
medis
yang
dibenarkan
dalam
agama, dipandang sebagai tindakan
pidana yang disamakan dengan
pembunuhan
terhadap
manusia
yang telah sempurna wujudnya.

Mahmuud
Syaltuut
dan
Yuusuf
alQardhaawii
membenarkan
abortus
guna
menyelamatkan jiwa sang ibu. Dalam hal seperti
ini keselmatan ibu lebih diutamakan daripada
keselamatan bakal bayi, apalagi bila kehidupan
ibu benar-benar telah nyata sedangkan bayi
diragukan akan lahir dalam keadaan hidup. Itu
berarti juhmurulama membolehkan abortus
artificialis therapicus untuk menyelamatkan jiwa
sang ibu.

Apabila bertemu dua mafsadah, maka


yang lebih kecil kemudharatannya
harus diutamakan dengan
mengorbankan yang lebih besar
kemudaratannya.

Hukuman
Hukuman
bagi
pelaku
abortus
didasarkan pada sebuah hadis tentang
pelaku pemukulan terhadap seorang
wanita hamil dari Bani Lahyaan , yang
Rasulullah saw menetapkan atas janin
menyebabkan
gugurnya
janin
dan
seorang wanita Bani Lahyaan yang gugur
matinya
sang ibu.
dalam keadaan
mati, dengan al-ghurrah

berupa seorang hamba laki-laki atau seorang


hamba perempuan. Kemudian wanita yang
ditetapkan baginya al-ghurrah meninggal
dunia, maka Rasulullah saw menetapkan ahli
warisnya kepada anak-anaknya dan suaminya,
sedangkan diat kematiannya (sang ibu)

Dari hadis diatas dapat disimpulkan,


hukuman bagi setiap pelaku abortus
adalah kewajiban membayar al-ghurrah
berupa budak laki-laki atau budak
perempuan. Kewajiban membayar alghurrah merupakan denda atau diyyah
al-janiin yang paling sempurna bagi janin
yang telah lengkap bentuk fisiknya.

Vous aimerez peut-être aussi