Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Hepatitis adalah suatu keradangan hati atau kerusakan dan nekrosis sel
hepatosit yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan
metabolik, maupun kelainan autoimun. Secara klinis hepatitis ditandai dengan
peningkatan kadar trsaminase. Menurut lamanya waktu terinfeksi hepatitis dibagi
menjadi hepatitis akut dan kronis. Dikatakan hepatitis kronis apabila berlangsung
lebih dari 6 bulan. Infeksi yang disebabkan disebabkan oleh virus, bakteri,
maupun parasit merupakan penyebab terbanyak hepatitis akut. Hepatitis biasanya
terjadi karena virus hepatitis A, B, C, D dan E. Virus tersebut dapat menyebabkan
keadaan hepatitis akut dan manifestasi klinis yang bervariasi dari tanpa gejalan
sampai gejala yang paling berat, bahkan kematian. Hepatitis A dan E tidak
menyebabkan kronisitas, sebaliknya hepatits B, C, D dapat menimbulkan keadaan
infeksi yang menetap. (1) (2)
Hepatitis A disebabkan oleh virus HAV. Virus hepatitis A merupakan virus
RNA dalam famili Picornaviridae. Virus hepatitis A (HAV) menginfeksi hati,
infeksi ini dapat menyebabkan ikterik maupun non-ikterik. Ada tidaknya tanda
klinis ikterik tergantung oleh usia pasien yang mengalami hepatitis A. Pada anak
berusia kurang dari 6 tahun, lebih dari 90 % yang menderita infeksi HAV bersifat
asimtomatik. Kontrasnya, lebih dari dua pertiga anak yang lebih besar dan orang
dewasa mengalami tanda klinis ikterik setelah infeksi HAV (3)
Penyebaran
virus hepatitis A terjadi melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh
feses yang terinfeksi(WHO). Gejala yang di timbulkan oleh penyakit ini dapat
berupa mual, muntah, lemas, hilang nafsu makan, kulit dan sklera mata dan badan
berubah menjadi kuning, demam, dan gejalan lainnya Proses penyembuhan
penyakit ini membutuhkan waktu sekitar beberapa minggu hingga beberapa bulan.
(4) (5)
Infeksi virus hepatitis A atau sering disebut hepatitis A banyak ditemukan di
seluruh dunia terutama di negara berkembang danIndonesia dikatagorikan oleh
WHO pada are endemisisitas tinggi, Anak-anak sangat berperan terhadap
penularan hepatitis A ini, manifestasi klinis padaanak-anak yang terinfeksi virus
hepatitis A ini sangat bervariasi mu;ai tanpa gejala klinis sampai hepatitis
1
fulminan. Sebagai besar anak yang terinfeksi virus hepatitis A ini adalah
asimptomatik.
Di negara berkembang dimana HAV masih endemis seperti Afrika,
Amerika selatan, Asia tengah dan tenggara, paparan terhadap HAV hampir
mencapai 100% pada anak berusia 10 tahun. Infeksi virus hepatitis merupakan
suatu masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia. Dari berbagai
penelitian yang ada, frekuensi pengidap hepatitis berkisar 3-20%. Penelitian dari
berbagai daerah di Indonesia menunjukkan angka yang sangat bervariasi
tergantung pada tingkat endemitas hepatitis di tiap-tiap daerah (2). Di Indonesia
prevalensi di Jakarta, Bandung, dan Makasar berkisar antara 35%-45% pada usia
5 tahun, di Papua pada umur 5 tahun prevelensi anti HAV mencapai hampir 100%
Di daerah dengan 4 musim, infeksi virus hepatits A terjadi secara
enpidemik musiman yang puncaknya terjadi pada akhir musim semi dan awal
musim dingin. Di daerah tropis, puncak insidensi pernah melaporkan cenderung
terjadi selama musim hujan dan pola epidemik siklik berulang setiap 5-10 tahun
sekali yang mirip dengan penyakit virus lainnya. Di indonesia berdasarkan data
yang berasal dari rumah sakit,hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari
kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar 39,8-68,3%. Peningkatan
prevelensi anti HAV yang berhubungan dengan umur mulai terjadi dan lebih nyata
di daerah dengan kondisi kesehatan dbawah standar. Sebagian besar infeksi HAV
yang didapat pada awal kehidupan, kebanyakan asimtomatik atau sekurangnya
anikterik. Pada tahun 2011-2012, dilaporkan terjadi kejadian luar biasa hepatitis A
di beberapa daerah seperti Bandung, Bogor, Lampung, Depok dan Tasikmalaya.
Kejadian ini sering mengenai anak sekolah dan mahasiswa. (6)
BAB II
2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama
No. CM
: 0-87-83-66
Tanggal Lahir
: 17 Januari 2010
Umur
Suku
: Aceh
Agama
: Islam
Alamat
: Aceh Besar
Tanggal Masuk RS
: 17 Januari 2016
Tanggal Pemeriksaan
: 20 Januari 2016
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri perut
Keluhan Tambahan
Mual, muntah, demam, BAB cair, mata terlihat kuning
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami nyeri perut sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Nyeri perut dirasakan di sekitar pusat dan hilang timbul, nyeri juga terasa di
bagian perut bagian atas. Pasien juga mengalami demam yang dirasakan hilang
timbul sejak 1 mingu yang lalu, demam tidak disertai menggigil demam turun
dengan obat penurun panas. Pasien juga mengalami mual dan muntah, muntah
pertama kali dirasakan 4 hari sebelum masuk rumah sakit, terakhir muntah di
alami pasien kemarin pagi sebelum masuk rumah sakit. Muntah hijau tidak ada,
muntah hitam tidak ada. Muntah yang dikeluarkan berisikan makanan yang
dimakan pasien. Ibu pasien juga mengatakan bahwa mata pasien terlihat kuning,
mata yang kuning telah dialami sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengalami buang air besar cair sejak 3 hari terakhir. Namun sekarang
tidak dikeluhkan lagi.
: ASI
: ASI + MPASI
: sakit ringan
Kesadaran
: compos mentis
Frekuensi nadi
: 100 kali/menit
Frekuensi pernapasan
: 20 kali/menit
Temperatur
: 36,70C
Status Antropometri
Berat Badan (BB)
: 15 kg
: 140 cm
: 20 kg
HA
: 5 Tahun
BB/U
: 15/20 = 75%
TB/U
BB/TB
: 15/18 =83 %
Kesimpulan
: Gizi Baik
Kebutuhan cairan
Kebutuhan Kalori
Kebutuhan Protein
: RDA x BB Ideal
1.1 x 20 = 22 gram/hari
Status General
a. Kulit
Warna
: kuning langsat
Turgor
: kembali cepat
: tidak ada
Ikterik
: Ada
Pucat
: tidak ada
b. Kepala
Bentuk
: normocepali
Rambut
Wajah
: simetris
Mata
Telinga
Hidung
c. Mulut
Bibir
Lidah
Tonsil
Faring
: hiperemis (-)
d. Leher
KGB
: R-2cmH2O
e. Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
f. Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
g. Genitalia
laki-laki, tidak ada kelainan
h. Anus
Tidak dilakukan pemeriksaan
i. Ekstremitas
Penilaian
Superior
Kanan
Inferior
Kiri
Kanan
Kiri
Pucat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sianosis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tonus otot
Normal
Normal
Normal
Normal
Atrofi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
21/01/2016
Nilai normal
11,5
12,0
12,0-14,5
Hematokrit (%)
34
35
45-55
Eritrosit (106/mm3)
4,5
4,5
4,7-6,1
Leukosit (103/mm3)
5,7
8,7
4,5-10,5
170
186
150-450
Hemoglobin (g/dl)
HBsAg
17/01/2016
Negatif
Negatif
Bilirubin Total
4,29
0,3-1,2
Bilirubin direc
3,55
< 0,52
AST/SGOT
1358
92
<35
2/0/0/40/48/10
5/1/0/30/57/7
0-6/0-2/2-6/50-70/20-40/2-6
1361
207
<45
Albumin
3,73
3,5-5,2
Natrium
139
135-145
Kalium
3,4
3,5-4,5
Klorida
104
90-110
106
<200
Ureum
25
13-43
0,34
0,67-1,17
Kreatinin
Anti-HAV
Reaktif
USG Abdomen
- USG ginjal : Ginjal kanan kiri tak tampak kelainan
- USG Hepar/GB/Lien : Hepar/ Lien tak tampak kelainan
- USG vesica urinaria : Buli Tak tampak kelainan
2.4 Diagnosis Banding
1. Hepatitis viral e.c Hepatitis A
Hepatitis B
2. Diare Akut tanpa dehidrasi
2.5 Diagnosis Kerja
Hepatitis viral e.c Hepatitis A + Diare akut tanpa dehidrasi
2.6 Terapi
- IVFD 2:1 8 gtt/i (mikro)
- Inj. Ranitidin 15mg/ 12 jam
-Domperidon 3x1 cth
- Xanvit 2x1 cth
- Zinkid 2x1 cth
- Lacto b 2x1
- Urdafalk 2x150mg
- Cetirizine 2x tab
2.7 Planning
Non reaktif
- Periksa SGPT,SGOT,billirubbin
- Konsul Alergi
2.8 Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanactionam
: dubia ad bonam
seperti teh
O/ Kes: CM
HR: 102x/i
RR: 19x/i
T: 37,0 oC
A/ Susp. Hepatitis A
P/ Periksa lab
- Igm Anti HAV
- Urinalisa
2. 19 Januari 2016
Gastro
Bak cair
O/ Kes: CM
HR: 100x/i
RR: 22x/i
- Diet M II
T: 36,9 oC
A/ Susp hepatitis A
3. 20 Januari 2016
Gastro
Mencret
Perut kembung
O/ Kes: CM
HR: 100x/i
RR: 22x/i
- Diet M II
T: 36,9 oC
A/ Susp hepatitis A+ Diare akut
P/ USG abdomen
4. 21 Januari 2016
Gastro
S/ Nyeri perut
Mencret
Kuning
O/ Kes: CM
HR: 96x/i
RR: 22x/i
- Lacto B 2x1
T: 35,3 oC
- urdafalk 2x150mg
- Diet MB
10
5. 22 Januari 2015
Gastro
S/ Kuning
Gatal
O/ Kes: CM
HR: 90x/i
- Lacto B 2x1
RR: 20x/i
- urdafalk 2x150mg
T: 36,5 oC
- cetirizine 2 x tab
A/ Hepatitis Virus A
- Diet MB
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Hepatitis adalah proses terjadinya inflamasi dan atau nekrosis jaringan
hati
yang
dapat
disebabkan
oleh
infeksi,obat-obatan,toksin,gangguan
Epidemiologi
Hepatitis virus akut saat ini menduduki urutan pertama dari berbagai
12
Etiologi
Hepatitis A disebabkan oleh virus HAV. Virus hepatitis A merupakan virus
RNA virus
Susah dikultur
Empat genotif
3.4
Patogenesis
Virus awalnya masuk melalui mulut dan tertelan, kemudian akan
13
14
3.5
Manifestasi Klinis
Fase Ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah timbul
ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru terjadi perbaikan
klinis yang nyata.
Fase Konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan
abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat dan
kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3
minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam
9 minggu dan 16 minggu untuk hepatitis B. pada 5-10% kasus perjalanan
klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1% yang menjadi fulminan
HAV resisten terhadap asam, sehingga memungkinkan virus ini untuk bisa
melewati lambung dan masuk ke dalam usus halus. Setelah masa inkubasi selama
28 hari (antara 15-50 hari), orang yang terinfeksi dapat mengalami vague dan
gejala-gejala non-spesifik. Salah satu gejala awal yang sering menjadi perhatian
medis yaitu terlihatnya urine yang berwarna gelap, yang biasanya didahului oleh
penyakit prodromal ringan selama 1-7 hari, yaitu meliputi anoreksia, malaise,
demam, mual, dan muntah. Dalam beberapa hari setelah onset bilirubinemia, feses
mulai clay colored, dan sklera, kulit, serta membran mukosa mulai menjadi
jaundice (kuning). Hepatomegali dapat ditemukan dalam pemeriksaan fisik. Tidak
adanya pewarnaan feses dapat kembali normal dalam 2 hingga 3 minggu, yang
sering mengindikasikan adanya perbaikan dari penyakit. Pruritus jarang terjadi.
Durasi penyakit bervariasi, tetapi sebagian besar pasien secara signifikan
membaik dalam 3 hingga 4 minggu, termasuk perbaikan dari meningkantnya
konsentrasi enzim-enzim hepatoseluler. (3)
16
3.6
Pemeriksaan penunjang
Tes Serologi untuk mengetahui kadar immunoglobulin M Hepatitis-A
Virus (IgM HAV) dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi virus hepatitis
A serta untuk menentukan apakah infeksi terjadi akut atau tidak. Tes Serologi ini
penting untuk screening anak-anak yang rentan terkena penyakit ini. Para penulis
jurnal menyatakan biaya vaksinasi dengan screening 3 kali lebih murah
dibandingkan biaya vaksinasi tanpa adanya screening dan menyarankan pula
bahwa screening sebelum vaksinasi lebih murah, aman, dan rasional. (10)
IgM anti-HAV adalah subkelas antibody terhadap HAV. Respons inisial
terhadap infeksi HAV hampir seluruhnya adalah IgM. Antibodi ini akan hilang
dalam waktu 3-6 bulan. IgM anti-HAV adalah spesifik untuk diagnosis dan
konfirmasi infeksi hepatitis A akut. Infeksi yang sudah lalu atau adanya imunitas
ditandai dengan adanya anti-HAV total yang terdiri atas IgG anti-HAV dan IgM
anti-HAV. Antibodi IgG akan naik dengan cepat setelah virus dieradikasi lalu akan
turun perlahan-lahan setelah beberapa bulan. Petanda anti-HAV berguna bagi
penelitian epidemiologis dan status imunitas.
Diagnosis hepatitis A ditegakkan dengan tes darah. Tes darah ini mencari
dua jenis antibodi terhadap virus, yang disebut sebagai IgM dan IgG . Pertama,
dicari antibodi IgM, yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh lima sampai sepuluh
hari sebelum gejala muncul, dan biasanya hilang dalam enam bulan. Tes juga
mencari antibodi IgG, yang menggantikan antibodi IgM dan untuk seterusnya
melindungi terhadap infeksi HAV.
Bila tes darah menunjukkan negatif untuk antibodi IgM dan IgG, kita
kemungkinan
tidak
pernah
terinfeksi
HAV,
17
dan
sebaiknya
Bila tes menunjukkan positif untuk antibodi IgM dan negative untuk IgG,
kita kemungkinan tertular HAV dalam enam bulan terakhir ini, dan sistem
3.7
Tatalaksana
18
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring
selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim.
Pemberian makanan intravena mungkin penting selama fase akut bila pasien
terus-menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala
mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
Yang terpenting adalah istirahat mutlak kepada penderita. Bahkan cara ini
merupakan perawatan yang sudah lama dianjurkan kepada penderita dengan
hepatitis virus akut. Lama istirahat mutlak tergantung keadaan umum penderita
dan hasil tes faal hati terutama terhadap kadar bilirubin serum. Sebaiknya
pendetita dipulangkan, setelah kadar bilirubin serum kurang dari 1,5 mg%. Pada
umumnya, penderita yang ringan akan memakan waktu istirahat mutlak 3 minggu,
sedangkan penderita berat memakan waktu 6 minggu
Penatalaksanaa hepatitis A virus sebagian besar adalah terapi suortif, yang
terdiri dari bed rest sampai dengan ikterus mereda, diet tinggi kalori, penghentian
pengobatan yang beresiko hepatotoxic, dan pembatasan dari konsumsi alkohol.
Sebagian besar dari kasus hepatitis A virus tidak memerlukan rawat inap. Rawat
inap direkomendasikan untuk pasien dengan usia lanjut, malnutrisi, kehamilan,
terapi imunosupresif, pengobatan yang mengandung obat hepatotoxic, pasien
muntah berlebihan tanpa diimbangi dengan asupan cairan yang adekuat, pasien
dengan gagal hati fulminant, didefinisikan dengan onset dari enchepalophaty
dalam waktu 8 minggu sejak timbulnya gejala. Pasien dengan gagalhati fulmnan
harus dirujuk untuk pertimbangan melakukan trasplantasi hati. (9)
Selama fase akut diberikan asupan kalori dan cairan yang adekuat. Bila
diperlukan dilakukan pemberian cairan dan elektrolit intravena, makan-makanan
yang dapat menimbulkan gangguan pencernaan, seperti makanan yang berlemak.
Obat-obatan diberikan hanya untuk mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan,
yaitu bila diperlukan diberikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati,
antiemetik golongan fenotiazin pada mual dan muntah yang berat, serta vitamin K
pada kasus yang kecenderungan untuk perdarahan. Pemberian obat-obatan
terutama untuk mengurangi keluhan misalnya tablet antipiretik parasetamol untuk
demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi.
19
3.8
Pencegahan
Vaksin Hepatitis A yang dilisensi di Amerika Serikat tidak aktif, whole-
cell virus vaccine yang diproduksi dari virus hepatitis A tumbuh dalam human
diploid fibroblast cells. Terdapat 2 single-antigen vaccines, Vaqta dan Havrix, dan
a combined hepatitis A/hepatitis B vaccine, Twinrix (GlaxoSmithKline) . (3)
Keamanan
Vaksin Hepatitis A telah terbukti sangat aman. Pada clinical trials terhadap
vaksin Havrix dan Vaqta, efek samping tidak umum terjadi dan ringan jika
ada, dengan perbaikan terjadi kurang dari 1 hari. Efek samping yang paling
umum terjadi, dilaporkan pada 10-15% subjek, yaitu nyeri, kemerahan dan
bengkak pada tempat injeksi. (3)
20
21
BAB IV
ANALISA KASUS
Telah diperiksa seorang anak laki-laki dengan usia 6 tahun di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tanggal 20 Januari 2016
dengan keluhan utama nyeri pada perut dan keluhan tambahan mual, muntah,
demam, BAB cair, mata kuning. Pasien didiagnosa dengan hepatitis A. Diagnosa
ditegakkan melalui anamnesia, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dari hasil heteroanamnesis terhadap ibu pasien, didapatkan pasein datang ke
IGD RSUD Zainal Abidin dengan keluhan nyeri perut dirasakan di sekitar pusat
dan hilang timbul, nyeri juga terasa di bagian perut bagian atas. Pasien juga
mengalami demam yang dirasakan hilang timbul sejak 1 mingu yang lalu, demam
tidak disertai menggigil demam turun dengan obat penurun panas. Pasien juga
mengalami mual dan muntah, muntah pertama kali dirasakan 4 hari sebelum
masuk rumah sakit, terakhir muntah di alami pasien kemarin pagi sebelum masuk
rumah sakit. Muntah hijau tidak ada, muntah hitam tidak ada. Muntah yang
dikeluarkan berisikan makanan yang dimakan pasien. Ibu pasien juga mengatakan
bahwa mata pasien terlihat kuning, mata yang kuning telah dialami sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengalami buang air besar cair
sejak 3 hari terakhir. Namun sekarang tidak dikeluhkan lagi.
Dari keluhan tersebut menunjukkan bahwa pasien memiliki gejala
hepatitis secara umumnya yang terbagi menjadi 4 tahap yang dibedakan menjadi
masa inkubasi, masa prodromal, fase ikterik, dan fase penyembuhan yang
memberikan manisfestasi klinis berupa ikterus, malaise, anoreksia, nyeri perut
kanan atas. Pada penderita ini juga memiliki riwayat kontak dengan saudaranya
yang menderita sakit kuning saat itu dan sebelumnya sempat makan dan bermain
bersama. Hal ini sesuai dengan penularan infeksi virus hepatitis, dimana
penularan infeksi virus hepatitis A melalui rute fekal oral, yaitu melalui
mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh HAV. (9)
Pada anamnesis pasien mengalami demam yang dirasakan hilang timbul
sejak 1 mingu yang lalu, demam tidak disertai menggigil demam turun dengan
obat penurun panas. Demam dapat terjadi oleh karena adanya perubahan
pengaturan homeostatik suhu normal pada hipothalamus yang dapat disebabkan
22
Pasien juga mengeluhkan mual, muntah dan juga nyeri pada perut kanan
atas terus menerustetapi tidak menjalar sering ditemukan pada pasien hepatitis.
23
Buang air kecil lancar namun berwarna coklat seperti teh biasanya ditemukan
pada ikterus intra hepatik yang diantaranya penyebabnya adalah hepatitis. (9)
Dari hasil pemeriksaan hematologi didapatkan nilai SGOT: 1358
U/L , SGPT: 1361 U/L, Bilirubin Total: 4,29 mg/dl , Bilirubin Direk: 3,55 mg/dl,
Hasil tersebut menunjukan bahwa pasien terinfeksi hepatitiss virus dimana
peningkatan kadar SGOT, SGPT dan billirubin dapat menunjukan diagnosis
infeksi HAV bila didapatkan riwayat kontak dengan penderita ikterus. Diagnosis
hepatitis biasanya ditegakan dengan pemeriksaan tes fungsi hati khususnya Alanin
Aminotransferase (ALT atau SGPT) dan Aspartat Aminotransferase (AST atau
SGOT). Bila perlu ditambah dengan pemeriksaan bilirubin. Kadar transaminase
(SGOT/SGPT) mulai meningkat pada masa prodromal dan mencapai puncak pada
saat timbulnya ikterus. Peninggian kadar SGOT dan SGPT yang menunjukan
adanya kerusakan sel-sel hati adalah 50 20.000 IU/ml. Terjadi peningkatan
bilirubin total serum berkisar 5-20 mg/dl.
Pada tatalaksana hepatitis A tidak ada pengobatan, pengobatan hanya
berupa tirah baring sedangkan terapi yang dilakukan hanya untuk mengatasi
gejala yang ditimbulkan. Terapi harus mendukung dan bertujuan untuk menjaga
keseimbangan gizi yang cukup Diet disesuaikan dengan kebutuhan dan hindarkan
makanan yang mengandung zat pengawet hepatotoksik ataupun zat hepatotoksik
lainnya. Pada pasien dengan gangguan hati dapat diberikan diet berupa diet hati.
Diet hati diberikan guna mempercepat perbaikan faal hati tanpa memberatkan
kerja hati. Pemberian diet hati ini diberikan secara berangsur disesuaikan dengan
nafsu makan dan toleransi penderita
BAB V
KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
25
on
Infectious
Disease
Pediatrics.
Hepatitis
A Vaccine
26
27