Vous êtes sur la page 1sur 8

LAPORAN PENDAHULUAN

SOL (Space Occupying Lesion)


A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai
adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. (Suzanne dan Brenda
G Bare. 2007). SOL disebut juga tumor otak atau tumor intracranial yaitu proses desak
ruang yang timbul didalam rongga tengkorak baik.(Satyanegara dalam aplikasi asuhan
keperawatan).
2. Etiologi
Penyebab tumor sampai saat ini belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau yaitu:
a. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma.
b. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus dengan maksud untuk mengetahui peran
infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum
ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat.
c. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogenik sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik.
3. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala umum:
a. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah bila batuk dan membungkuk.
b. Kejang.
c. Tanda-tanda peningkatan TIK: nyeri kepala, papil edema, muntah.
d. Perubahan kepribadian.
e. Gangguan memori dan alam perasa.

Menurut lokasi tumor:


a. Lobus frontalis
Gangguan mental/ gangguan kepribadian ringan: depresi, bingung, tingkah laku aneh,
sulit memberi argumentasi, gangguan bicara.
b. Lobus oksipital
Kejang, gangguan penglihatan.
c. Lobus temporalis
Tinnitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah.
d. Lobus parietalis
Hilang fungsi sensorik, gangguan penglihatan.
e. Cerebellum

Papil edema, nyeri kepala, gangguan motorik, hiperekstremitas sendi, hipotonia.


4. Patofisiologis
Fase awal abses otak ditandai dengan edema lokal, hiperemia infiltrasi leukosit atau
melunaknya parenkim. Trombisis sepsis dan edema. Beberapa hari atau minggu dari fase
awal terjadi proses liquefaction atau dinding kista berisi pus. Kemudian terjadi ruptur,
bila terjadi ruptur maka infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis.
( long, 2006).
Abses otak (AO) dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus infeksi
di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau secara langsung
seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi oleh penyebaran
hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering pada pertemuan substansia
alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat
permukaan otak pada lobus tertentu. Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus
pada jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan kongesti
jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan. Setelah beberapa hari sampai
beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk
suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang
nekrotik. Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan fibrosis
yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul antara
beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter.

5. Pathway
Idiopatik
Tumor otak
Penekanan jaringan otak
Invasi jaringan otak
Kerusakan jar. Neuron
( Nyeri )

Bertambahnya massa
Nekrosis jar. otak

Gang.Suplai
darah

Hipoksia
jaringan

Penyerapan cairan otak


Obstruksi vena di otak

Aspirasi
sekresi Gang.Neurologis Gang.Fungsi
Kejang
Ketidakefektifan
Oedema
Obs.
Jalan
fokal
otak
Perfusi jaringan
nafas
cerebral
Dispnea
Henti nafas Defisit
Peningkatan TIK Hidrosefalus
Disorientasi
Bradikardi
progresif,
Perubahan neurologis
Nyeri Menisefalon
Hambatan
Ancaman
terganggu,
Hernialis
ulkus
hipertensi
sitemik,Hambatan Bicara
( Suddart,
Brunner.
2010
)
Nyeri
akut
pola nafas
kepala
komunikasi
Resiko
Cidera
kematia mobilitas fisik
afasia verbal
tekanan
gang.pernafasan

Ansietas

6. Penatalaksanaan
a. Terapi antibiotik. Kombinasi antibiotik dengan antibiotik spektrum luas. Antibiotik
yang dipakai: Penicilin, chlorampenicol (chloramyetin) dan nafacillen (unipen). Bila
telah diketahui bakteri anaerob, metrodiazelo (flagyl) juga dipakai.
b. Surgery : aspirasi atau eksisi lengkap untuk evaluasi abses.
7. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
a. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas
tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi tentang
sistem vaskuler.
b. MRI : Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otak
dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan
CT Scan
c. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberi dasar pengobatan seta informasi prognosi.
d. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor
e. Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal.
8. Asuhan Keperawatan
a. Data fokus pengkajian
1) Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit dan askes.
2) Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian tekanan
intrakranial serta gejala nerologik fokal.
4) Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis
media, mastoiditis) atau infeksi paru paru (bronkiektaksis, abses paru,
empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).
5) Aktivitas / istirahat
Gejala : malaise
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.
6) Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis
Tanda : TD : meningkat N : menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan
pengaruh pada vasomotor).
7) Eliminasi
Gejala : Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
8) Nutrisi
Gejala : kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
9) Hygiene
Gejala : Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawatan diri (pada periode
akut).
10) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.

Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit dalam
keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK), nistagmus, kejang
umum lokal.
11) Nyeri / kenyamanan
Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher / pungung
kaku.
Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
12) Pernapasan
Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental (letargi
sampai koma) dan gelisah
13) Keamanan
Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, telinga tengah,
sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan,
fraktur pada tengkorak / cedera kepala.
b. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan kurangnya darah
ke jaringan otak.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran akibat
tekanan pada serebelum (otak kecil).
4. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan bicara terganggu
5. Ansietas

c. Intervensi keperawatan
No
1

Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi
jaringan cerebral
berhubungan dengan
kurangnya darah ke
jaringan otak

Tujuan dan Kriteria Hasil


NOC
Circulation status
Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan status
sirkulasi yang ditandai dengan
Tekanan systole dan diastole
dalam rentang yang diharapkan
Tidak ada ortostatik hipertensi
Tidak ada tanda-tanda
peningkatan tekanan
intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg)
Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif yang
ditandai dengan
Berkomunikasi dengan jelas
dan sesuai dengan kemampuan
Menunjukkan perhatian,

Intervensi
NIC
Peripheral Sensation Management
(Manajemen sensasi perifer)
- Monitor adanya daerah tertentu yang
hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
- Monitor adanya paretese
- Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada lesi atau
laserasi
- Gunakan sarung tangan untuk proteksi
- Batasi gerakan pada kepala, leher, dan
punggung
- Monitor kemampuan BAB
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Monitor adanya tromboplebitis
- Diskusikan mengenai penyebab
perubahan sensasi

Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan


TIK

konsentrasi dan orientasi


Memproses informasi
Membuat keputusan dengan
benar
Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan gerakan
involunter
Pain Level,
Pain Control,
Comfort Level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang

Pain Management
- Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
- Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
- Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat

Hambatan mobilitas
fisik berhubungan
dengan penurunan
kesadaran akibat
tekanan pada serebelum
(otak kecil).

Hambatan komunikasi

Joint Movement : Active


Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer performance
Kriteria Hasil :
Klien meningkat dalam
aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan perasaan
dalam meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
Memperagakan penggunaan
alat bantu mobilisasi (walker)

Anxiety self control


Coping
verbal berhubungan
Sensory function : hearing &
dengan bicara terganggu
vision
Fear self control
Kriteria Hasil :
Komunikasi : penerimaan,
interpretasi dan ekspresi pesan,

Cek instruksi dokter tentang jenis


obat, dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali
- Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala
Exercise therapy : ambulation
- Monitoring vital sign sebelum/sesudah
latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
- Konsultasikan dengan terapi fisik
tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
- Bantu klien untuk menggunakan
tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
- Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
lain tentang teknik ambulasi
- Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
- Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
- Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs pasien
- Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
- Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
Communication Enhancement : Speech
Deficit
- Gunakan penerjemah, jika diperlukan
- Beri satu kalimat simple setiap
bertemu, jika diperlukan
- Konsultasikan dengan dokter
kebutuhan terapi wicara
- Dorong pasien untuk berkomunikasi

Ansietas

tulisan, dan non verbal


meningkat
Komunikasi ekspresif
(kesulitan berbicara) : ekspresi
pesan verbal dan atau non
verbal yang bermakna
Komunikasi reseptif (kesulitan
mendengar) : penerimaan
komunikasi dan intrepretasi
pesan verbal dan/atau non
verbal
Gerakan terkoordinasi :
mampu mengkoordinasi
gerakan dalam menggunakan
isyarat
Pengolahan informasi : klien
mampu untuk memperoleh,
mengatur, dan menggunakan
informasi
Mampu mengontrol respon
ketakutan dan kecemasan
terhadap ketidakmampuan
berbicara
Mampu memanajemen
kemampuan fisik yang dimiliki
Mampu mengkomunikasikan
kebutuhan dengan lingkungan
sosial
Anxiety self-control
Anxiety level
Coping
Kriteria Hasil :
Klien mampu mengidentifikasi
dan mengungkapkan gejala
cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan

secara perlahan dan untuk mengulangi


permintaan
Dengarkan dengan penuh perhatian
Berdiri didepan pasien ketika
berbicara
Gunakan kartu baca, kertas, pensil,
bahasa tubuh, gambar, daftar kosakata
bahasa asing, computer, dan lain-lain
untuk memfasilitasi komunikasi dua
arah yang optimal
Ajarkan bicara dari esophagus, jika
diperlukan
Beri anjuran kepada pasien dan
keluarga tentang penggunaan alat
bantu bicara (misalnya, prostesi
trakeoesofagus dan laring buatan
Berikan pujian positive, jika
diperlukan
Anjurkan pada pertemuan kelompok
Anjurkan kunjungan keluarga secara
teratur untuk member stimulus
komunikasi
Anjurkan ekspresi diri dengan cara
lain dalam menyampaikan informasi
(bahasa isyarat)

Anxiety Reduction (penurunan


kecemasan)
- Gunakan pendekatan yang
menenangkan
- Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
- Pahami prespektif pasien terhadap
situasi stress
- Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
- Dorong keluarga untuk menemani
anak
- Lakukan back / neck rub
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi

kecemasan

DAFTAR PUSTAKA
Suzanne dan Brenda G Bare. 2007
Long, 2006
Suddart, Brunner. 2010
Diagnosis Keperawatan NANDA. 2014. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
https://id.scribd.com/doc/296484778/Laporan-Pendahuluan-Sol-Docx

Vous aimerez peut-être aussi