Vous êtes sur la page 1sur 3

Askep Kematian Janin Dalam Uterus

Definisi dan hal-hal yang berkaitan dengan Kematian Janin Dalam Uterus (IUFD) :
a) menurut Monintja (2005), kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi
sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan.
Kematian di nilai dengan fakta bahwa sesudah di pisahkan dari ibunya janin tidak bernafas
atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat,
atau kontraksi otot.
b) sedangkan menurut Achadiat (2004), kematian janin dalam kandungan adalah kematian
janin ketika masing-masing berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan usia kehamilan
20 minggu atau lebih.
c) sementara itu, menurut WHO, kematian janin adalah kematian janin pada waktu lahir
dengan berat badan <1000gram.
d) menurut Wiknjosastro (2005) dalam buku ilmu kebidanan, kematian janin dapat di bagi
dalam 4 golongan yaitu :
i.
ii.
iii.
iv.

Golongan I
Golongan II
Golongan III
death)
Golongan IV
atas.

: Kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh.


: Kematian sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu.
: Kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (late foetal
: Kematian yang tidak dapat di golongkan pada ketiga golongan di

Etiologi :
a) Menurut Mochtar (2004), lebih dari 50% kasus, etiologi kematian janin dalam kandungan
tidak di temukan atau belum di ketahui penyebabnya dengan pasti.
b) Beberapa penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, antara lain
:
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.

Perdarahan : Plasenta previa dan solusio plasenta.


Preeklampsi dan eklampsia.
Penyakit-penyakit kelainan darah.
Penyakit infeksi dan penyakit menular.
Penyakit saluran kencing.
Penyakit endokrin : Diabetes Melitus.
Malnutrisi.

Faktor Resiko :
Faktor Resiko di tinjau dari berbagai faktor, yaitu faktor :
a) Ibu :

i.
ii.
iii.
iv.

Umur
Paritas
Pemeriksaan antenatal.
Penyakit/ penyulit ibu (anemia, preeklampsia / eklampsi, solusio plasenta, Diabetes
Melitus, Rhesus Isoimunisasi, infeksi dalam kehamilan, letak lintang).

b) Janin :
i.
ii.

Kelainan Kongenital.
Infeksi Intranatal.

c) Tali Pusat :
i.
ii.
iii.

Kelainan insersi tali pusat.


Simpul tali pusat.
Lilitan tali pusat.

d) Diagnosis :
Diagnosis kematian janin dalam kandungan dapat ditegakkan, dengan hal-hal berikut ini :
a) Anamnesis :
i.
ii.
iii.

Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat
berkurang.
Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau
kehamilan tidak seperti biasa.
Ibu merasakan belakangan ini perutnya sering menjadi keras dan merasa sakit-sakit
seperti mau melahirkan.

b) Inspeksi : Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama
pada ibu yang kurus.
c) Palpasi :
i.
ii.

Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakangerakan janin.
Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.

d) Auskultasi : Baik memakai stetoskop, monoral maupun dengan doptone tidak terdengar
denyut jantung janin (DJJ)
e) Reaksi kehamilan : Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati
dalam kandungan.
5) Pemeriksaan Penunjang :
Menurut Achadiat (2004) pemeriksaan penunjang untuk menentukan kematian janin
dalam kandungan, antara lain dengan :

A) Ultrasonografi : tidak di temukan DJJ (denyut jantung janin) maupun gerakan janin,
sering kali tulang-tulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkorak sering
dijumpai overlapping cairan ketuban berkurang.
B) Rontgen foto abdomen :
i.

Tanda Spalding :
Tanda spalding menunjukkan adanya tulang tengkorak yang saling
tumpang tindih (Overlapping) karena otak bayi yang sudah mencair.
Hal ini terjadi setelah bayi meninggal beberapa hari dalam kandungan.
Tanda Nojosk : Tanda ini menunjukkan tulang belakang janin yang saling
melenting (hiperpleksi)
Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah.
Tampak udema di sekitar tulang kepala.

ii.
iii.
iv.

C) pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar fibrinogen.

6) Penanganan Kematian Janin Dalam Kandungan :


Penanganan kematian janin dalam kandungan dapat dilakukan dengan 2 cara yakni :
a) Penanganan Pasif :
i.
ii.

Menunggu persalinan spontan dalam waktu 2-4 minggu.


Pemeriksaan kadar fibrinogen setiap minggu..

b) penanganan aktif :
i.
ii.

Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat dilakukan dilatasi
atau kuretase.
Untuk rahim yang usia lebih dari 12 minggu, dilakukan induksi persalinan
dengan oksitosin. Untuk oksitosin di perlukan pembukaan serviks dengan
pemasangan kateter foley intra uterus selama 24 jam (Achdiat, 2004)

Vous aimerez peut-être aussi