Vous êtes sur la page 1sur 10

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK

PENUAAN PADA SISTEM


MUSKULOSKELETAL

Oleh :

DOVI ASTONI
NIM. 07.060

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


MALANG
SEPTEMBER 2009

DEFINISI PROSES MENUA


Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. (Constantinides, 1994).
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak mencolok.
Penuaan akan terjadi pada hampir semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan
mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan
gambaran yang universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan dan
mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda.
Proses menua merupakan proses yang teus menerus (berlanjut) secara alamiah.
Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Menua bukanlah
suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Manifestasi proses menua antara lain rambut
rontok dan memutih atau abu-abu, permukaan kulit keriput, banyak gigi yang tanggal
(ompong), daya penglihatan atau pendengaran berkurang, perubahan sistem saraf pusat,
sistem endokrin, dan lain-lain.
Peran teori dalam memahami penuaan adalah sebagai landasan dan sudut pandang
untuk melihat fakta, menjawab pertanyaan filosofi, dan dasar memberikan asuhan
keperawatan pada pasien. Penuaan pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa bagian seperti
biologi, psikologi, social, fungsional dan spiritual. Ada banyak teori yang menjelaskan
tentang penuaan, antara lain :
A. Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan perubahan
secara komulatif dan merupakan perubahan serta berakhir dengan kematian. Teori
biologis tentang penuaan dibagi menjadi :
1. Teori Instrinsik
Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab dalam
diri sendiri.
2. Teori Ekstrinsik

Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan pengaruh lingkungan.
Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi :
a. Teori Genetik Clock
Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk
species species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuklei (inti selnya)
suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi
menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun
tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep
ini didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada
beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.
b. Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatik . sebagai
contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur
sebaliknya menghindarinya dapqaat mempperpanjang umur.menurut teori ini
terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan
terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel tersebut. Sebaai salah satu hipotesis
yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis error catastrope.
c. Teori Auto imun
Dalam proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi oleh zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut, sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksigenasi bahan - bahan organik seperti KH dan protein.radikal ini
menyebabkansel sel tidak dapat beregenerasi.
B. Teori Sosial
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori
pembebasan (disengagement teori). Teori tersebut menerangkan bahwa dengan
berubahnya usi seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik
secara kualitatif maupun kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu :
1. Kehilangan peran

2. Hambatan kontak fisik


3. Berkurangnya momitmen
C. Teori Psikologi
Teori tugas perkembangan :
Menurut Hangskerst, ( 1992 ) bahwa setiap individu harus memperhatikan tugas
perkembangan yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan
bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini tergantung pada maturasi
fisik, penghargaan kultural masyarakat dan nilai serta aspirasi individu. Tugas
perkembangan pada dewasa tua meliputi penerimaan adanya penurunan kekuatan fisik
dan kesehatan, penerimaan masa pensiun dan penurunan income.penerimaan adanya
kematian dari pasangannya dan orang orang yang berarti bagi dirinya. Mempertahankan
hubungan dengan group yang seusianya, adopsi dan adaptasi deengan peran sosial secara
fleksibel dan mempertahankan kehidupan secara memuaskan.
Perubahan pada sistem muskuloskeletal antara lain sebagai berikut :
Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai protein pendukung
utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago, dan jaringan ikat mengalami perubahan menjadi
bentangan cross linking yang tidak teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan
hubungan tarikan linear pada jaringan kolagen merupakan salah satu alasan penurunan
mobilitas pada jaringan tubuh. Setelah kolagen mencapai puncak fungsi atau daya
mekaniknya karena penuaan, tensile strenght dan kekakuan dari kolagen mulai menurun.
Kolagen dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung mengalami
perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan.
Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia
sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan
kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan
dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari.
Kartilago. Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi
dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif. Proteoglikan
yang merupakan komponen dasar matriks kartilago berkurang atau hilang secara bertahap.
Setelah matriks mengalami deteriorasi, jaringan fibril pada kolagen kehilangan kekuatannya
dan akhirnya kartilago cenderung mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di
beberapa tempat, seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif,

tidak hanya sebagai peredam kejut , tetapi juga sebagai permukaan sendi yang berpelumas.
Konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.
Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan. Akibat
perubahan itu sendi mudah mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan
terganggunya aktifitas sehari-hari.
Tulang. Berkurangnya kepadatan tulang, setelah diobservasi, adalah bagian dari
penuaan fisiologis. Trabekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula transversal terabsorpsi
kembali. Sebagai akibat perubahan itu, jumlah tulang spongiosa menjadi berkurang dan
tulang kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang terjadi adalah penurunan estrogen
sehingga produksi osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan kalsium di usus,
peningkatan kanal Haversi sehingga tulang keropos. Berkurangnya jaringan dan ukuran
tulang secara keseluruhan menyebabkan kekakuan dan kekuatan tulang menurun.
Dampak berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan osteoporisis yang lebih lanjut
akan menyebabkan nyeri, deformitas dan fraktur.
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi. Penurunan jumlah dan
ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif.
Perubahan Fisik pada Sistem Muskuuloskeletal
1. Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
2. Kifosis.
3. Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan tangan terbatas.
4. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
5. Persendian membesar dan menjadi kaku.
6. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
7. Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) :
Serabut-serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot
kram dan menjadi tremor.
8. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

Perubahan Sistem Kulit pada Penuaan


1. Penurunan jumlah serabut otot.
2. Atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril menjadi tidak teratur dan hipertrofi pada
beberapa serabut otot yang lain.
3. Berkurangnya 30% massa otot.
4. Penumpukan lipofuscin.
5. Peningkatan jaringan lemak dan jaringan penghubung.
6. Adanya badan sitoplasma.
7. Degenerasi myofibril.
8. Timbulnya bekas garis Z pada serabut otot.

KEPERAWATAN GERONTIK.
Definisi
Gerontologi adalah cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang
mungkin terjadi pada lanjut usia. Geriatri nursing adalah spesialis keperawatan lanjut usia
yang dapat menjalankan perannya pada tiap peranan pelayanan dengan menggunakan
pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut
usia secara komprehensif. Karena itu, perawatan lansia yang menderita penyakit dan dirawat
di RS merupakan bagian dari gerontic nursing.
Pendekatan Perawatan Lanjut Usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas 2 bagian yakni :
Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-hari masih mampu
melakukan sendiri.
Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap

segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut
usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
d.

Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan tuhan atau agama yang dianutnya, terutama jika klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.

Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan :
a. Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
b. Pencegahan penyakit.
c. Pemeliharaan kesehatan.
Sehingga memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai akhir hidup.
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut
dengan jalan perawatan dan pencegahan.
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien
lanjut usia (Life Support).
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami
gangguan tertentu (kronis maupun akut).
5. Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan
tertentu.
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit/gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang ,aksimal tanpa perlu
suatu pertolongan (memerlukan kemandirian secara maksimal).
Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental.

4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.


Tahap-tahap Askep usia lanjut
Pengkajian :
Tujuan :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2. Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Meliputi Aspek :
1. Fisik
Wawancara.
Pemeriksaan fisik : Head to toe, sistem tubuh.
2. Psikologis
3. Sosial Ekonomi
4. Spiritual
Pengkajian dasar meliputi : Temperatur, nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan,
tingkat orientasi, memori (ingatan), pola tidur, penyesuaian psikososial.
Sistem tubuh meliputi : Sistem persyarafan, kardiovaskuler, gastrointestinal,
genitovrinarius, sistem kulit, sistem musculoskeletal.
Pelaksanaan.
Tahap dimana perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi /
perencanaan yang telah ditentukan.
Evaluasi
Penilaian terhadap tindakan keperawatan yang diberikan / dilakukan dan mengetahui apakah
tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai yang telah ditetapkan.
Kesimpulan
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-teori
biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung berbagai
definisi mengenai proses menua.

Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki
kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total pada
lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional dan aspekaspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang baik saat
merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien lansia.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi ke-6, Jakarta :
EGC, 2000.
Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2, Jakarta : EGC, 2000.
Leeckenotte, Annete Glesler. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2, Jakarta : EGC, 1997.
Watson, Roger. Perawatan Lansia, Edisi ke-3, Jakarta : EGC, 2003.
www.google.com

Vous aimerez peut-être aussi