Vous êtes sur la page 1sur 6

ASTIGMATISME

Astigmatisme pertama kali dideskripsi dengan tepat oleh Thomas Young pada tahun 1801.
George Biddle Airy pada tahun 1829 merupakan orang pertama untuk mengkoreksi
astigmatisme dengan menggunakan lensa sferosilinder. Pada tahun 1866, Dr. John Green
menghasilkan chart jarak jauh pertama untuk menilai astigmatisme. Pada tahun yang sama,
H. Knapp telah memperkenalkan metode untuk menentukan lokasi aksis pada astigmatisme
yang digunakan hingga sekarang.
Definisi
Terminologi astigmatisme berasal dari Bahasa Yunani yang bermaksud tanpa satu titik.
Astigmatisme merupakan kondisi dimana sinar cahaya tidak direfraksikan dengan sama pada
semua meridian. Jika mata astigmatism melihat gambaran palang, garis vertikal dan
horizontalnya akan tampak terfokus tajam pada dua jarak pandang yang berbeda. Mata
astigmatisme bisa dianggap berbentuk seperti bola sepak yang tidak memfokuskan sinar pada
satu titik tapi banyak titik.
Epidemiologi
Astigmatisme merupakan kelainan refraksi yang sering terjadi. 5% dari pasien yang memakai
kaca mata mempunyai kelainan astigmatisme. Sebanyak 3% dari populasi mempunyai
kelainan astigmatisme yang melebihi 3.00 D. Di Indonesia, diperkirakan sebanyak 40 juta
populasinya mempunyai kelainan astigmatisme. Tidak ada perbedaan frekuensi terjadinya
astigmatisme pada lelaki dan perempuan. Prevalensi astigmatisme meningkat dengan usia.
Etiologi
Mata mempunyai 2 bagian untuk memfokuskan bayangan kornea dan lensa. Pada mata
yang bentuknya sempurna, setiap elemen untuk memfokus mempunyai kurvatura yang rata
seperti permukaan bola karet. Kornea atau lensa dengan permukaan demikian merefraksikan
semua sinar yang masuk dengan cara yang sama dan menghasilkan bayangan yang tajam
terfokus pada retina.
Berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan
konea (90 %) dan kelainan kelengkungan permukaan lensa (10 %). Pada mata astigmatisme,
lengkungan jari-jari pada satu meridian kornea lebih panjang daripada jari-jari meridian yang
tegak lurus padanya.
Jika permukaan kornea atau lensa tidak rata, sinar tidak direfraksikan dengan cara yang sama
dan menghasilkan bayangan-bayangan kabur yang tidak terfokus pada retina.
Penyebab astigmatisma secara garis besar :
1. Kelainan kornea
Perubahan lengkung kornea dengan atau tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter
anteroposterior bola mata. Bisa kongenital atau akuisita akibat kecelakaan, peradangan
kornea ataupun operasi. Astigmatisma konea harus diperiksa dengan tes placido, dimana
gambaran kornea terlihat tak teratur.
2. Kelainan lensa
Kekeruhan lensa biasanya katarak insipien atau imatur.
Selain hal-hal diatas, terdapat penyebab astigmatisma yang lain diantaranya:
pembiasan sinar pada mata tidak sama pada semua bidang atau meridian

astigmatisma disebabkan karena pembiasan mata yang tidak sama pada berbagai
sumbu penglihatan mata
keadaan dimana mata lebih rabun jauh pada salah satu sumbu (misal 90 derajat)
dibanding sumbu lainnya (180 derajat)
umumnya akibat kornea berbentuk lonjong (oval) seperti telur, makin lonjong bentuk
kornea makin tingggi astigmatisma mata
astigmatisma biasanya diturunkan atau terjadi sejak lahir
astigmatisma biasanya berjalan bersama dengan miopia dan hipermetropia dan tidak
banyak terjadi perubahan selama hidup
pada usia pertengahan, kornea menjadi lebih sferis kembali sehingga astigmatisma menjadi
astigmatism againts the rule (astigmatisma tidak lazim).
Astigmatisme bisa terjadi dengan kombinasi kelainan refraksi yang lain, termasuk:
Miopia. Ini terjadi bila kurvatura kornea terlalu melengkung atau jika aksis mata lebih
panjang dari normal. Bayangan terfokus di depan retina dan menyebabkan objek dari
jauh terlihat kabur.
Hiperopia. Ini terjadi jika kurvatura kornea terlalu sedikit atau aksis mata lebih
pendek dari normal. Bayangan terfokus di belakang retina dan menyebabkan objek
dekat terlihat kabur.
Biasanya astigmatisme terjadi sejak lahir. Astigmatisme dipercayai diturunkan dengan cara
autosomal dominan. Astigmatisme juga bisa terjadi setelah trauma atau jaringan parut pada
kornea, penyakit mata yang termasuk tumor pada kelopak mata, insisi pada kornea atau
karena faktor perkembangan. Astigmatisme tidak menjadi lebih parah dengan membaca di
tempat yang kurang pencahayaan, duduk terlalu dekat dengan layar televisi atau squinting.
Jika distorsi terjadi pada kornea, disebut astigmatisme kornea, sedangkan jika distorsi terjadi
pada lensa, disebut astigmatisme lentikular.
Astigmatisme juga bisa terjadi karena traksi pada bola mata oleh otot-otot mata eksternal
yang merubah bentuk sklera menjadi bentuk astigma, perubahan indeks refraksi pada
vitreous, dan permukaan yang tidak rata pada retina.
Klasifikasi
Berdasarkan keteraturan meridiannya, astigmatisma terbagi atas:
1. Astigmatisma reguler
Suatu astigmatisme yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang
perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian berikutnya. Meridian-meridian
prinsipal bersudut tegak antara satu dengan yang lainnya. Kondisi ini bisa dikoreksi dengan
lensa silinder. Bayangan yang terjadi pada astigmatisme reguler dengan bentuk yang teratur,
dapat berbentuk garis, lonjong atau lingkaran.
2. Astigmatisma irreguler
Suatu astigmatisma yang tidak memiliki 2 meridian yang saling tegak lurus. Pada
astigmatisma ireguler, kekuatan pembiasan meridian-meridian utamanya selalu berubah
sepanjang bukaan pupil. Astigmatisma ini dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada
meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi lebih irreguler. Astigmatisma
irreguler terjadi akibat infeksi kornea, trauma, distrofi atau akibat kelainan pembiasan pada
meridian lensa yang berbeda. Pada tes placido terdapat gambaran yang irreguler.
Astigmatisma reguler berdasarkan letak pembiasan dibagi atas :
Astigmatisma miopia simpleks

Satu meridian berupa miopia sedangkan meridian yang lain emetropia


Contoh : C-2.00 X 90
Astigmatisma miopia compositium
Kedua meridian berupa miopia
Contoh : CS-1.50 C-1.00 X 60
Astigmatisma hipermetropia simpleks
Satu meridian berupa hipermetropia, sedangkn meridian yang lain emetropia
Contoh : C+2.00 X 45
Astigmatisma Hipermetropia compositium
Kedua meridian berupa hipermetropia
Contoh : S+3.00 C+2.000 X 30
Astigmatisma mixtus
Satu meridian berupa miopia sedangkan meridian yang lain hipermetropia
Contoh : S+2.00 C-5.00 X 180

Ast. M.Simplex

Simplex

Ast. M Compositium

Ast. H. Simplex

Ast. H Compositium

Ast. Mixtus

Berdasarkan letak meridian utamanya, astigmatisma reguler dibagi atas:


Astigmatism with the rule
Pada Astigmatism with the rule, Meridian vertikal dari mata mempunyai kurvatura yang
terbesar antara sudut 60o hingga 120o. Kondisi ini dikoreksi dengan cx. 180o atau +cx. 90o.
Keadaan ini lazim didapatkan pada anak atau orang muda dan bayi baru lahir akibat dari
perkembangan normal serabut-serabut kornea.
Astigmatism against the rule
Pada Astigmatism against the rule, Meridian horizontal dari mata mempunyai kurvatura yang
terbesar antara sudut 0o hingga 30o dan 150o hingga 180o. Kondisi ini dikoreksi dengan cx.
90o atau dengan +cx. 180o. Ini lebih jarang dibandingkan dengan with-the-rule astigmatism..
Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan kornea pada bagian meridian horizontal lebih kuat
dibandingkan kelengkungan kornea vertikal. Keadaaan ini sering ditemukan pada usia lanjut
karena kornea menjadi lebih sferis kembali.
Astigmatisma oblik
Merupakan astigmatisma regular dengan meridian-meridian utamanya tidak terletak dalam 20
derajat horizontal atau vertikal. Meridian-meridian prinsipal berada antara sudut 30o hingga
60o atau antara sudut 120o hingga 150o

Terdapat beberapa bentuk dari astigmatisme .


1. Symmetrical Meridian-meridian prinsipal setiap mata berada pada posisi simetris
dari deviasi garis median. Jika aksis dari setiap mata dikoreksi dengan lensa silinder
dengan tanda yang sama dan jumlah sudutnya 180o, astigmatisme itu simetris. Variasi
maksimum yang bisa ditoleransi sebesar 15 o. Contoh symmetrical astigmatism: O.D. :
-cx. 600, O.S. : -cx. 120o
2. Asymmetrical Tidak ada hubungan simetris dari meridian-meridian prinsipal dari
garis median. Kepala yang dimiringkan seringkali disebabkan oleh asymmetrical
astigmatism ataupun oblique. Ini adalah salah satu jenis tortikolis tipe okular, yang
akan hilang jika astigmatismenya dikoreksi dengan benar. Asymmetrical lebih jarang
dibandingkan dengan symmetrical. Contoh asymmetrical astigmatism: O.D. : -cx.
120o, O.S. : -cx. 180o
Gejala-gejala dan Tanda-tanda
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Distorsi dari bagian-bagian lapang pandang


Tampak garis-garis vertikal, horizontal atau miring yang kabur
Memegang bahan bacaan dekat dengan mata
Sakit kepala
Mata berair
Kelelahan mata
Memiringkan kepala untuk melihat dengan lebih jelas

Diagnosis Astigmatisme
1. Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda astigmatisme
2. Terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu Snellen,
pasang pinhole untuk menentukan apakah penurunan tajam penglihatan diakibatkan
oleh kelainan refraksi. Bila setelah diberi pinhole tajam penglihatan bertambah baik
maka kemungkinan ada kelainan refraksi (miopia, hipermetropia atau astigmatisme),
lakukan tes fogging bila dengan lensa cekung atau cembung tidak memberikan
perbaikan pada ketajaman penglihatan.
Setelah pemberian lensa foging penderita disuruh melihat gambaran kipas dan
ditanyakan garis manakah dari kipas yang dilihatnya paling jelas garis yang paling
jelas ini menunjukkan meridian yang paling ametropia, yang harus dikoreksi dengan
pemberian lensa silinder, dengan aksis tegak lurus dengan pada meridian ini. Dengan
lensa silinder ini kita dapat mempersatukan fokus. Kemudian berikan lensa silindris
didepan mata, geser sumbu sedikit-sedikit, bila penglihatan bertambah tajam maka
sumbu silinder telah dapat ditentukan, naikkan perlahan-lahan kekuatan lensa silinder.
Penglihatan terjelas lensa silinder yang dipasang menunjukkan lensa silinder yang
akan dipakai.
Pemeriksaan astigmatisma yang lain :
1. Test Fogging
Uji pemeriksaan astigmatisma dengan memakai prinsip mengistirahatkan akomodasi
dengan memakai lensa positif. Dengan mata istirahat pasien disuruh melihat astigmatisma
dial (juring astigmat). Bila garis vertikal yang terlihat jelas berarti garis ini telah
terproyeksi baik pada retina sehingga diperlukan koreksi bidang vertikal dengan memakai
lensa silinder negatif dengan sumbu 180 derajat.
2. Uji celah stenoptik

Celah selebar 1 mm lurus yang terdapat pada lempeng dan dipergunakan untuk:
(1) mengetahui adanya astigmat, penglihatan akan bertambah bila letak sumbu celah
sesuai dengan sumbu astigmat yang terdapat,
(2) Melihat sumbu koreksi astigmat, penglihatan akan bertambah bila sumbunya
mendekati sumbu silinder yang benar, untuk memperbaiki sumbu astigmat dilakukan
dengan menggeser summbu celah stenopik berbeda dengan sumbu silinder dipasang, bila
terdapat perbaikan penglihatan maka mata ini menunjukkan sumbu astigmatisme belum
tepat, (3) untuk mengetahui besarnya astigmat, dilakukan hal yang sama dengan sumbu
celah berhenti pada ketajaman maksimal. Pada sumbu ini ditaruh lensa positif atau negatif
yang memberikan ketajaman aksimal. Kemudian sumbu stenopik diputar 90 derajat dari
sumbu pertama. Ditaruh lensa positif aau negatif yang memberikan ketajaman maksimal.
Perbedaan antara kedua kekuatan lensa sferis yang dipasangkan merupakan besarnya
astigmatisma kornea tersebut.
3. Uji silinder silang
Dua lensa silinder yang sama akan tetapi dengan kekuatan berlawanan dan diletakkan
dengan sumbu saling tegak lurus (silinser silang jackson). Ekivalen sferisnya adalah nihil.
Lensa silinser silang terdiri atas silinder -0.25 (-0.50) dan silinder +0.25 (+5.00) yang
sumbunya saling tegak lurus. Lensa ini digunakan untuk
(1) melihat koreksi silinder yang telah dilakukan pada kelainan astigmat pasien sudah
cukup atau telah penuh, pada mata ini dipasang silinder silang yagn sumbunya sejajar
dengan sumbu koreksi. Bila sumbu lensa silinder silang diputar 90 derajat ditanakan
apakah penglihatan membaik atau menurang. Bila membaik berarti pada kedudukan
kedua lensa silinder mengakibatkan perbaikan penglihatan. Bila silinder itu dalam
kedudukan lensa silinder positif maka untuk koreksi pasien diperlukan pemasangan
tambahan lensa silinder positif.
(2) melihat apakah sumbu lensa silinder pada koreksi yang telah diberikan sudah sesuai.
3. Pemeriksaan Oftalmologi
a. Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi termasuk
pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes Hirschberg,
amplitud dan fasilitas akomodasi, dan steoreopsis
b. Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum untuk
mendiagnosa penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan astigmatisme.
Pemeriksaan ini termasuk reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, penglihatan
warna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan
segmen anterior dan posterior dari mata dan adnexanya. Biasanya pemeriksaan
dengan ophthalmoskopi indirect diperlukan untuk mengevaluasi segmen
media dan posterior
Penatalaksanaan Astigmatisme
Astigmatisme bisa dikoreksi dengan menggunakan lensa silinder tergantung gejala
dan jumlah astigmatismenya
Untuk astigmatisme yang kecil, tidak perlu dikoreksi dengan silinder
Untuk astigmatisme yang gejalanya timbul, pemakaian lensa silender bertujuan untuk
mengurangkan gejalanya walaupun kadang-kadang tidak memperbaiki tajam
penglihatan
Aturan koreksi dengan lensa silinder adalah dengan meletakkannya pada aksis 90 o
dari garis tergelap yang dilihat pasien pada kartu tes astigmatisme. Untuk

astigmatisme miopia, digunakan silinder negatif, untuk astigmatisme hiperopia,


digunakan silinder positif
Untuk astigmatisme irregular, lensa kontak bisa digunakan untuk meneutralisasi
permukaan kornea yang tidak rata
Bedah refraktif Laser
keratectomy photorefractive ( PRK ): permukaan anterior kornea dibentuk
kembali menggunakan energi laser
laser assisted in situ keratomileusis ( LASIK ): laser digunakan untuk menghapus
jaringan dari stroma kornea setelah flap lenticular kornea diangkat
Laser Epithelial Keratomileusis (LASEK): sebuah bedah refraktif di mana epitel
dipotong dengan pisau halus, yang disebut trefin, dan melibatkan penggeseran lapisan
epitel kornea dan kemudian menggantinya untuk bertindak sebagai perban alami.

Vous aimerez peut-être aussi