Vous êtes sur la page 1sur 19

FARMAKOTERAPI II

MAKALAH
ANGINA PECTORIS

Nama

: Jenny Novita

NIM

: 1301043

Kelas

: SI-VIA

Kelas : S1-VIA
Dosen Pembimbing :
Husnawati, M.Si, Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1

1.1 Latar Belakang


Selain berfungsi sebagai penyair, jantung manusia juga melaksanakan tugas berat
untuk mengalirkan 6000 liter darah melalui tubuh setiap hari. Umumnya, jantung
melakukan tugasnya dengan tenang dan efisien, memberikan jaringan pasokan nutrien
vital secara terus-menerus dan mempermudah ekskresi zat sisa. Oleh karena itu, dapat
diperkirakan disfungsi jantung dapat menyebabkan akibat fisiologik yang sangat
merugikan. Penyakit jantung masih menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan di
negara industri dan saat ini merupakan penyebab hampir 40% kematian di Amerika
Serikat. (Kumar dkk, 2007)
Di negara industri, penyakit jantung dan pembuluh (PJP) seperti angina pectoris,
infark jantung, gagal jantung dan hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar. Hal
ini terutama disebabkan oleh factor makanan yang kaya kalori, protein dan lemak (jenuh)
tetapi miskin serat-serat nabati (Anonim, 2004)
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan dada
yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke
lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu
aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya (Mansjoer dkk, 2007)
Pada angina pectoris terdapat ketidakseimbangan antara penyediaan oksigen dan
kebutuhan oksigen (insufisiensi coroner), pada keadaan cadangan coroner yang berkurang
atau bahkan pada keadaan lanjut tak ada sama sekali (Mutshchler, 1991)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil rumusan masalahnya
sebagai berikut:
1. Apa itu angina pectoris?
2. Bagaimana etiologi dari angina pectoris?
3. Bagaimana patofisiologi angina pectoris?
4. Apa tanda dan gejala-gejala dari angina pectoris?
5. Bagaimana penetapan diagnosis angina pectoris?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari angina pectoris?
2

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian dari penyakit angina pectoris
2. Menjelaskan etiologi dari angina pectoris
3. Menjelaskan patofisiologi angina pectoris
4. Menjelaskan berbagai tanda dan gejala dari penyakit angina pectoris
5. Menjelaskan penetapan diagnosis angina pectoris
6. Menjelaskan penatalaksaan terhadap penyakit angina pectoris.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam mencari atau mengumpulkan data ini
menggunakan metode kepustakaan. Dimana metode ini pengumpulan data dengan cara
mengkaji dan menelaah data dari internet.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Angina Pectoris
Angina Pectoris adalah gangguan yang timbul sebagai akibat hypoxia
(kekurangan oksigen) otot jantung karena kelelahan fisik atau emosional dan dapat juga
disebabkan oleh penciutan arteri jantung, infark, kejang-kejang atau adanya tachycardia
tertentu, anemia hebat atau penciutan aorta (Anonim,2004)
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi sebagai
respon terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri angina
dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen
(Corwin, 2009)
Secara Klinis dikenal 3 jenis angina Pectoris :
1. Angina Stabil Kronik
3

Penyebab dasarnya adalah aterosklerosis coroner, merupakan jenis angina


yang paling umum ditemukan dan terjadi setelah kerja fisik, emosi atau makan.
(Gunawan dkk, 2007)
2. Angina Tidak Stabil
Serangan angina terjadi baik sewaktu istirahat maupun kerja fisik. Mekanisme
dasar dari angina ini adalah ketidakstabilan plak aterosklerotik coroner (Gunawan
dkk, 2007)
3. Angina Varian
Terjadi akibat vasospasme coroner, serangan nyer timbul spontan dalam
keadaan istirahat dan kebanyakan dimalam hari (Tjay Tan Hoan, 2007)

Jenis-Jenis Angina Pectoris


Berdasarkan kuantitas dan intensitasnya angina pectoris terbagi menjadi :
1. Angina Pektoris Stabil
Nyeri dada yang awalnya agak berat berangsur-angsur turun kuantitas dan intensitasnya
dengan atau tanpa pengobatan, berkurang pada saat istirahat kemudian menetap pada
aktivitas yang lebih berat dari sehari-hari, dan dapat menjadi asimtomatik. Angina tidak
berubah dalam waktu 6 bulan. Disebabkan karena kebutuhan metabolik otot jantung dan
energi yang tidak dapat dipenuhi karena terdapat stenosis yang menetap pada arteri koroner
yang disebabkan oleh proses aterosklerosis. Keluhan nyeri dada akan timbul bila melakukan
suatu pekerjaan.
Beberapa pencetusnya seperti:
a. Selalu timbul sesudah kegiatan berat
b. Timbul sesudah melakukan kegiatan sedang ( jalan cepat 1/2 km)
c. Timbul sesudah melakukan kegiatan ringan (jalan 100 m)
d. Jika melakukan aktivitas yang ringan (jalan biasa)
Beberpa contoh angina stabil :

Angina Nokturnal : Nyeri terjadi saat malam hari, biasanya saat tidur, dapat
dikurangi dengan duduk tegak. Biasanya akibat gagal ventrikel kiri.

Angina Dekubitus : Angina saat berbaring

Iskemia tersamar : Terdapat bukti obyektif ischemia (seperti tes pada stress tetapi
pasien tidak menunjukkan gejala)

2. Angina Pektoris Tidak Stabil


Nyeri dada biasanya lebih berat dan lebih lama, mungkin timbul pada waktu istirahat atau
aktivitas yang minimal, biasanya disertai dengan keluhan sesak napas, mual, muntah,
keringat dingin. Frekwensi, intensitas, dan durasi serangan angina meningkat secara
4

a.
b.
c.
d.

progresif. Rasa sakit di dada dapat berlangsung selama 10 atau 15 menit dan tidak berkurang
dengan istirahat atau obat-obatan. Unstable angina tidak mengikuti pola tertentu seperti stable
angina dan dapat menjadi indikasi serangan jantung dalam waktu dekat. Disebabkan primer
oleh kontraksi otot poles pembuluh koroner sehinggga mengakibatkan iskeia miokard.
Patogenesis spasme tersebut hingga kini belum dapat diketahui, kemungkinan tonus
alphaadrenergik yang berlebihan. Manifase pembuluh koroner yang paling sering adalah
variant (prinzmental).
Angina jenis ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Angina yang baru terjadi (dalam 1 bulan)
Crescendo Angina (meningkatnya frekuensi atau keparahan dalam beberapa hari atau
minggu)
Insufisiensi koroner akut (nyeri angina yang menetap pada saat istirahat tanpa adanya infark
miokardium)
Angina Refrakter atau intraktabel, angina yang sangat berat sampai tidak tertahan
3. Varian angina (Angina Prinzmetal)
Nyeri angina yang bersifat spontan disertai elevasi segmen ST pada EKG, di duga disebabkan
oleh spasme arteri koroner. Variant angina dapat diatasi dengan minum obat yang sesuai.
Angina ini terjadi biasanya antara tengah malam dan pagi hari. Disebabkan oleh vasospasma .
Vasospasma merupakan kekejangan yang disebabkan oleh penyempitan arteri koronari dan
berkurangnya aliran darah ke jantung. Angina jenis ini jarang terjadi.
Variant angina atau Prinzmetals angina pertama kali dikemukakan pada tahun 1959
digambarkan sebagai suatu sindroma nyeri dada sebagai akibat iskemia miokard yang hampir
selalu terjadi saat istirahat. Hampir tidak pernah dipresipitasi oleh stress / emosi dan pada
pemeriksaan EKG didapatkan adanya elevasi segmen ST.
Mekanisme iskemia pada Prinzmetals angina terbukti disebabkan karena terjadinya
spasme arteri koroner. Kejadiannya tidak didahului oleh meningkatnya kebutuhan oksigen
miokard. Hal ini dapat terjadi pada arteri koroner yang mengalami stenosis ataupun normal.
Proses spasme biasanya bersifat lokal hanya melibatkan satu arteri koroner dan sering terjadi
pada daerah arteri koroner yang mengalami stenosis.
Penderita dengan Prinzmetals angina biasanya terjadi pada penderita lebih muda
dibandingkan dengan angina stabil ataupn angina tdiak stabil. Seringkali juga tidak
didapatkan adanya faktor risiko yang klasik kecuali perokok berat. Serangan nyeri biasanya
terjadi antara tengah malam sampai jam 8 pagi dan rasa nyeri sangat hebat. Pemeriksaan fisik
jantung biasanya tidak menunjukkan kelainan.
Pemeriksaan elektrokardiografi menunjukkan adanya elevasi segmen ST (kunci diagnosis).
Pada beberapa penderita bisa didahului depresi segmen ST sebelum akhirnya terjadi elevasi.
Kadang juga didapatkan perubahan gelombang T yaitu gelombang T alternan, dan tidak
jarang disertai dengan aritmia jantung.
5

2.2 Etiologi Angina Pectoris


Angina Pektoris disebabkan oleh karena berkurangnya aliran darah ke arteria
koronaria yang salah satu penyebabnya adalah aterosklerosis, sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke myocardium dan kebutuhan oksigen
(Katzung, 2002)
Aterosklerosis dimulai dengan adanya kerusakan endotel. Dikarenakan kerusakan
pada endothelium, lemak, kolesterol, platelet, sampah produk selular, kalsium dan
berbagai substansi lainnya terdeposit pada dinding pembuluh darah. Hal itu dapat
menstimulasi sel dinding arteri untuk memproduksi substansi lainnya yang menghasilkan
pembentukannya dari sel (Katzung, 2002)
Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit.
Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke dalam aliran
darah atau bisa terbentuk bekuan darah di permukaan ateroma tersebut. Supaya bisa
berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung ( miokardium ) memerlukan
pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri koroner. Jika penyumbatan arteri
koroner semakin memburuk, bisa terjadi iskemi (berkurangnya pasokan darah) pada otot
jantung sehingga menyebabkan kerusakan jantung. Penyebab utama dari iskemi
miokardial adalah penyakit arteri koroner. Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner
adalah angina dan serangan jantung / infark miokardial (Katzung, 2002)
Faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian oksigen pada jantung, adalah
1. Denyut Jantung
Apabila denyut jantung bertambah cepat, maka kebutuhan oksigen tiap menitnya akan
bertambah.
2. Kontraktilitas.
Dengan bekerja, maka akan banyak mengeluarkan katekolamin (adrenalin dan nor
adrenalin) sehingga dapat meningkatkan kontraksi pada jantung.
6

3. Tekanan Sistolik Ventrikel Kiri


Makin tinggi tekanan, maka akan semakin banyak pemakaian oksigen.
4. Ukuran Jantung
Jantung yang besar, akan memerlukan oksigen yang banyak.
Faktor-faktor penyebab lainnya, antara lain adalah :
a. Aterosklerosis
b. Denyut jantung yang terlalu cepat
c. Anemia berat
d. Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis yang disebabkan oleh
sedikitnya aliran darah ke katup jantung.
e. Penebalan pada di dinding otot jantung - hipertropi- dimana dapat terjadi pada
penderita tekanan darah tinggi sepanjang tahun
f. Spasme arteri coroner (Mansjoer dkk, 2007)

2.3 Patofisiologi Angina Pectoris


Iskemi miokard ialah suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan oksigen jantung besarnya kebutuhan oksigen
jantungditentukan oleh frekuensi denyut jantung, tegangan dinding ventrikel kiri, serta
kontraktilitas miokard. Perubahan hemodinamik ini

misalnya terjadi dalam keadaan

latihan fisik yang sering kali merupakan factor terjadinya serangan angina pada pasien
arterosklerosis coroner. Besarnya kebutuhan oksigen jantungditentukan oleh frekuensi
denyut jantung, kapasitas angkut iksigen oleh sel darah merah dan kelainan pembuluh
darah coroner. Dalam keadaan normal ekstraksi oksigen oleh otot jantung hamper
maksimal sekitar 75%, sehingga supplai oksigen terutama ditentukan oleh aliran coroner
(Gunawan dkk, 2007)
Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan oksigen ini
diperbaiki dengan cara meningkatkan suplay oksigen atau menurunkan kebutuhan
oksigen ( menurunkan kerja jantung )

Penyebab umum iskemik jantung ialah arterosklerosis pembuluh darah epikardial.


Gangguan perfusi miokardium pada insufisiensi coroner menimbulkan perubahan
biokimiawi, elektrofisiologik, dan mekanik jantung. Hipoksemia pada bagian jantung
yang mengalami iskemik menyebabkan pergeseran metabolism dari aerobic menjadi
anaerobic, yang menghasilkan akumulasi asam laktat dan penurunan ph intrasel serta
menimbulkan nyeri angina yang khas. Berkurangnya produksi energy menyebabkan
penurunan konrtraktilitas da kemampuan mempertahankan homeos statis intrasel
(Gunawan dkk, 2007)
Iskemi juga menyebabkan perubahan elektrofisiologis jantung berupa inversi
gelombang T dan perubahan segmen ST. Dasar kelainan ini adalah terganggunya
homeostatis ion intrasel. Bagian intrasel menjadi lebih positif sehingga terjadi aksi yang
amplitudonya lebih kecil, berkurangnya kecepatan depolarisasi dan konduksi.
Ketidakstabilan elektrofisiologik jantung dapat menyebankan takikardi. Aritmia maligna
merupakan salah satupenyebab kematian mendadak pada pasien iskemik jantung
(Gunawan dkk, 2007)
Daerah paling rentan terhadap iskemia adalah subendokard merenggang sewaktu
diastole dan memendek sewaktu systole lebih kuat, sehingga kerjanya lebih besar dari
pada daerah lain seperti subepikard. Selain itu cadangan oksigen dalam daeran
subendokard lebih kecil dari pada subenpikard, sehingga daerah subendokard lebih dulu
mengalami iskemia (Gunawan dkk, 2007)
Berkurangnya oksigen pada iskemia jantung menimbulkan gejala angina pectoris
atau tanpa gejala. Gejala klasik pada angina pectoris ditandai dengan adanya referred pain
daerah dermaton yang dipersarafi oleh segmen T1 T4, yaitu nyeri substernal menjalar
ke lengan kiri bagian medial. Bila iskemia terjadi lama dan berat maka akan terjadi infark
jantung (Gunawan dkk, 2007)

2.4 Tanda dan Gejala Angina Pectoris


Tanda-tanda angina pectoris diantaranya :
1. Kepala sering pusing
8

2. Dada terasa sesak


3. Perut mual dan kembung
4. Nyeri di bagian ulu hati
5. Berkeringat
6. Badan terasa dingin
Gejalanya adalah rasa sakit hebat dibawah tulang dada yang menjalar kepundak kiri
dan lengan bagian atas, terutama bila berjalan atau sesudahnya; nyeri tersebut akan
hilang bila berhenti dan istirahat (Anonim, 2004)
Gejalanya pun berbeda untuk tiap-tiap angina pectoris :
1. Angina stabil kronik
a. Muncul ketika melakukan aktifitas berat
b. Biasanya dapat diperkirakan dan rasa nyeri yang muncul biasanya sama dengan
rasa nyeri yang datang sebelumnya
c. Hilang dalam waktu yang pendek sekitar 5 menit atau kurang
d. Hilang dengan segera ketika anda beristirahat atau menggunakan pengobatan
terhadap angina
e. Rasa sakitnya dapat menyebar ke lengan, punggung atau area lain
f. Dapat dipicu oleh tekanan mental atau stres.
2. Angina tidak stabil.
a. Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik frekuensi
berat dan lamanya meningkat.
b. Timbul waktu istirahat/kerja ringan.
c. Tidak dapat diperkirakan
d. Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama
9

e. Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina


f. EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.
3. Angina variant.
a. Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu aktifitas
ringan. Biasanya terjadi karena spasme arteri koroner
b. EKG deviasi segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada waktu serangan
yang kemudian normal setelah serangan selesai.

2.5 Diagnosis Angina Pectoris


Diagnosis dan pemeriksaan angina melibatkan pemeriksaan klinis, tes
laboratorium, dan pemeriksaan jantung secara spesifik. Pemeriksaan jantung secara
spesifik bisa non-invasif atau invasif dan mungkin digunakan untuk mengkonfirmasi
diagnosis iskemia pada pasien yang diduga mengalami angina stabil, untuk
mengidentifikasi kondisi terkait faktor pencetus, untuk stratifikasi risiko, dan untuk
mengevaluasi efektivitas pengobatan. Beberapa pemeriksaan tersebut seharusnya
dilakukan secara rutin pada semua pasien. Dalam prakteknya, pemeriksaan diagnostik dan
prognostik dilakukan bersama-sama, bukan terpisah, dan banyak dari investigasi yang
digunakan untuk diagnosis juga menawarkan informasi prognostic (Mansjoer dkk, 2007)
Diagnosis seringkali berdasarkan keluhan nyeri dada yang mempunyai ciri khas
sebagai berikut :

Letak
Sering pasien merasakan nyeri dada di daerah sternum atau di bawah sternum

(substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri, dapat
menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke lengan kanan. Nyeri dada juga dapat timbul
di tempat lain seperti di daerah epigastrium, leher, rahang, gigi, bahu.

Kualitas

10

Pada angina, nyeri dada biasanya seperti tertekan benda berat, atau seperti di
peras atau terasa panas, kadang-kadang hanya mengeluh perasaan tidak enak di dada
karena pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik, lebih-lebih jika pendidikan pasien
kurang.

Hubungan dengan aktivitas


Nyeri dada pada angina pektoris biasanya timbul pada saat melakukan

aktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang berjalan mendaki atau
naik tangga. Pada kasus yang berat aktivitas ringan seperti mandi atau menggosok gigi,
makan terlalu kenyang, emosi, sudah dapat menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada tersebut
segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina dapat timbul pada
waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.

Lamanya serangan
Lamanya nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit, kadang-kadang perasaan

tidak enak di dada masih terasa setelah nyeri hilang. Bila nyeri dada berlangsung lebih
dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan infark miokard akut dan bukan angina
pektoris biasa. Pada angina pektoris dapat timbul keluhan lain seperti sesak napas,
perasaan lelah, kadang-kadang nyeri dada disertai keringat dingin.
Pemeriksaan Penunjang, yaitu :
1. Elektrokardiogram (EKG)
Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan angina sering masih
normal. Gambaran EKG dapat menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark
miokard di masa lampau. Kadang-kadang menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada
pasien hipertensi dan angina; dapat pula menunjukkan perubahan segmen ST dan
gelombang T yang tidak khas. Pada saat serangan angina, EKG akan menunjukkan
depresi segmen ST dan gelombang T dapat menjadi negatif.
2. Foto rontgen dada
Foto rontgen dada seringmenunjukkan bentuk jantung yang normal; pada pasien
hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi
arkus aorta.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris.
Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut sering dilakukan
pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meningkat kadarnya
11

pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan
lipid darah seperti kolesterol, HDL, LDL, trigliserida dan pemeriksaan gula darah perlu
dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti hiperlipidemia dan/atau diabetes melitus.
4. Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pectoris gambaran EKG seringkalimasih normal, maka
seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada
waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda
ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan
selama latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di monitor. Tes
dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada waktu
latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping depresi segmen ST juga timbul rasa
sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar pasien memang
menderita angina pectoris.
Di tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara
Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum
dan sesudah melakukan latihan tersebut.
1. Thallium Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat
menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan secara intravena
pada puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah
latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila ada
iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita iskemia pada
waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini juga
menunjukkan bagian otot jantung yang menderita iskemia.

2.6 Penatalaksanaan Angina Pectoris


2.6.1

Terapi Farmakologi
Terapi farmakologis meliputi : (Gunawan dkk, 2007)
1

Nitrat Organik

12

Obat golongan nitrat merupakan lini (pilihan) pertama dalam pengobatan


angina pectoris. Mekanisme kerja obat golongan nitrat dimulai ketika
metabolisme obat pertama kali melepaskan ion nitrit (NO 2-). Di dalam sel, NO2diubah menjadi nitrat oksida (NO) yang kemudian mengaktivasi guanilat
siklase, terjadi peningkatan konsentrasi guanosin monofosfat siklik (cGMP)
intraseluler pada sel otot polos vaskular sehingga terjadi relaksasi otot polos,
termasuk arteri dan vena. Nitrat organik menurunkan kerja jantung melalui efek
dilatasi pembuluh darah sistemik. Venodilatasi menyebabkan penurunan aliran
darah balik ke jantung, sehingga tekanan akhir diastolik ventrikel (beban hulu)
dan volume ventrikel menurun. Beban hulu yang menurun juga memperbaiki
perfusi sub endokard. Vasodilatasi menyebabkan penurunan resistensi perifer
sehingga tegangan dinding ventrikel sewaktu sistole (beban hilir) berkurang.
Akibatnya, kerja jantung dan konsumsi oksigen menjadi berkurang.
2

Penghambat Adrenoseptor Beta (-blocker)


Memiliki mekanisme kerja mengurangi kebutuhan oksigen jantung dengan
cara mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard.

Penghambat Kanal Ca++


Obat antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
menghambat masuknya ion kalsium melewati slow channel yang terdapat pada
membran sel (sarkolema) pada otot polos jantung, dan pembuluh darah koroner
dan perifer sehingga terjadinya relaksasi.
Obat antagonis kalsium menjadi obat terpilih terutama bila :
a. Beta bloker merupakan kontra indikasi, misalnya pada gagal jantung, sick
sinus syndrome, blok AV derajat 2 atau lebih (untuk keadaan-keadaan ini
sebaiknya dipilih nifedipin), penyakit paru obstruktif, penyakit vaskular
perifer atau diabetes melitus yang berat.
b. Penderita tidak dapat mentoleransi efek samping beta bloker.
Pada penangan angina tidak stabil, obat antagonis kalsium biasanya
digunakan untuk kombinasi dengan golongan nitrat bila hasil pengobatan
dengan nitrat kurang memuaskan (Gunawan dkk, 2007)

2.6.2

Terapi Non Farmakologi

13

Tindakan umum yang perlu sekali dilakukan untuk membantu mengurangi


serangan angina (dan akhirnya menghindari infark jantung) adalah untuk
menurunkan kegiatan jantung dan kebutuhannya akan oksigen, yakni : (Tjay Tan
Hoan, 2007)
1. Berhenti merokok
Nikotin dari tembakau menimbulkan vasokontriksi dengan peningkatan TD
dan frekuensi denyutan jantung (heart rate) yang meningkatkan kebutuhan
jantung untuk oksigen. Lagi pula asap rokok mengandung karbon monoksida
yang memperkecil penyerapan oksigen di paru-paru. Juga berisi ter yang selain
bersifat karsinogen pada jangka panjang dapat pula merusak dinding pembuluh
dengan efek aterosklerosis.
2. Membatasi minum kopi dan alcohol
3. Meniadakan overweight (diet lemak dan kolesterol)
4. Menghindari beban berat, mental maupun fisik.
5. Berjalan 0,5 1 jam sehari atau 3-5 kali seminggu
6. Mengobati hipertensi bila ada, karena TD memperburuk keadaan pembuluh
darah (Tjay Hoan Tan, 2007)
Untuk pasien dengan gejala angina yang tidak dapat lagi diatasi dengan terapi
obat, pasien dengan stenosis arteri koroner kiri lebih besar dari 50% dengan atau
tanpa gejala, pasien dengan penyakit di tiga pembuluh darah dengan disfungsi
ventrikel kiri jantung, pasien dengan angina tidak stabil, dan pasien dengan postinfark miokard dengan lanjutan angina atau iskemik lebih parah, dapat dilakukan
revaskularisasi, yang dilakukan dengan prosedur yang disebut coronary artery
bypass grafting (CABG) dan percutaneous transluminal coronary angioplasty
(PTCA). (Tjay Hoan Tan, 2007)
2.7 Kasus Angina Pectoris dan Penyelesaiannya
Kasus :
Mr AG, a 57-year-old taxi driver of Indian origin, attends your community
pharmacy with a new prescription for: glyceryl trinitrate (GTN) spray 400 micrograms
one or two puffs as required. You dispense this item and speak with him and he tells you
that his GP thinks he has angina and has asked him to use the spray the next time he gets
any minor chest pain or tightness. You counsel Mr AG on the correct use of the spray.
14

Mr AG returns a few days later complaining of a headache following the use of the
spray. He is reluctant to use the spray again. He asks your advice on managing his
headache. He also smokes about ve cigarettes a week and asks if he should now stop.
Penyelesaian masalah menggunakan Metode SOAP :
Subjektif :

Nama Pasien

: Mr. AG

Umur Pasien

: 57 tahun

Asal

: Indian

Pekerjaan

: Supir Taxi

Objektif :

Tidak Dijelaskan pada kasus karena pasien sudah menderita angina sejak lama.

Assesment

Mr. AG mengalami angina pectoris (angin duduk) jenis angina stabil kronik

Mr.AG telah mendapatkan obat Spray Gliserin Trinitrat 400 mikrogram

Mr.AG mengeluh sakit kepala setelah menggunakan semprotan tersebut

Mr.AG menolak menggunakan spray lagi dan meminta saran tentang sakit kepala
yang dideritanya setelah penggunaan obat

Tn.AG juga seorang perokok lalu ia meminta saran apakah ia harus berhenti
merokok?

Plan :

Memberikan pengertian dan pengarahan terhadap pasien tentang penyakit angina


pectoris yang dideritanya dan pentingnya pengobatannya

Tn.AG diberikan obat golongan nitrogliserin yaitu Spary GTN 400 mikrogram,
pemakaian obat tersebut disarankan tidak lebih dari tiga dosis dalam 15 menit bila
terjadi sesak.

Beri penjelasan kepada pasien bahwa efek samping dari GTN adalah sakit kepala,
jadi pasien tidak perlu khawatir dan diusahakan penggunaan obat ini tidak dalam
keadaan mengendarai. Lebih baik saat istirahat karena beresiko dengan
pekerjaannya sebagai supir taxi.

Tn.AG disarankan untuk meminum paracetamol 500 mg 4 kali sehari setiap 6 jam
untuk meredakan sakit kepalanya akibat efek samping dari obat GNT.
15

Jika sakit kepala berlanjut konsultasikan kepada GP-nya

Tn.AG disarankan untuk berhenti merokok agar tidak memperparah penyakit


angina yang dideritanya.

Terapi Farmakologi

Pendekatan yang benar adalah pada awal serangan atau sebelum acara pencetus :
satu atau dua 400 mikrogram dosis meteran disemprotkan di bawah lidah .
Disarankan agar tidak lebih dari tiga dosis meteran diambil pada satu waktu dan
bahwa harus ada interval minimal 15 menit antara perlakuan berturut-turut . Untuk
pencegahan angina latihan -induced atau dalam kondisi pengendapan lain satu atau
dua dosis 400 mikrogram - meteran harus disemprotkan di bawah lidah segera
sebelum acara . Mr AG dapat disarankan untuk mengambil parasetamol hingga 4 g
sehari ( yaitu satu atau dua tablet 500 mg , setiap 4-6 jam ; maksimum delapan
tablet per 24 jam ) untuk meringankan sakit kepalanya . Jika sakit kepala berlanjut
atau parah dia harus mengatur untuk melihat GP untuk membahas pengobatannya.

Siapapun penderita angina yang merokok harus disarankan untuk berhenti ataupun
perokok pasif. karena efek dari nikotin pada rokok akan meningkatkan
vasokontriksi yang akan meningkatkan tekanan darah yang meningkatkan
kebutuhan jantung akan oksigen. Sedangkan pada penderita angina itu menghindari
aktivitas tinggi agar jantung tidak memompa terlalu keras.

Terapi Nonfarmakologi
-

Membatasi minum alkohol dan kopi

Menghindari beban berat, mental ( stress, emosi) maupun fisik, terutama setelah
makan atau mandi air hangat

Berjalan 0,5- 1 jam sehari atau 3-5 kali seminggu, secara bertenaga ( agak cepat)
atau berlari-lari santai guna memperbaiki sirkulasi jantung

16

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Angina Pectoris adalah gangguan yang timbul sebagai akibat hypoxia (kekurangan
oksigen) otot jantung karena kelelahan fisik atau emosional dan dapat juga disebabkan
oleh penciutan arteri jantung, infark, kejang-kejang atau adanya tachycardia tertentu,
anemia hebat atau penciutan aorta (Anonim, 2004).
Angina Pektoris disebabkan oleh karena berkurangnya aliran darah ke arteria
koronaria yang salah satu penyebabnya adalah aterosklerosis, sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke myocardium dan kebutuhan oksigen
(Katzung, 2002).
Penyebab umum iskemik jantung ialah arterosklerosis pembuluh darah epikardial.
Gangguan perfusi miokardium pada insufisiensi coroner menimbulkan perubahan
biokimiawi, elektrofisiologik, dan mekanik jantung. Hipoksemia pada bagian jantung
17

yang mengalami iskemik menyebabkan pergeseran metabolism dari aerobic menjadi


anaerobic, yang menghasilkan akumulasi asam laktat dan penurunan ph intrasel serta
menimbulkan nyeri angina yang khas. Berkurangnya produksi energy menyebabkan
penurunan konrtraktilitas da kemampuan mempertahankan homeos statis intrasel
(Gunawan dkk, 2007).
Tanda-tanda angina pectoris diantaranya :
1. Kepala sering pusing
2. Dada terasa sesak
3. Perut mual dan kembung
4. Nyeri di bagian ulu hati
5. Berkeringat
6. Badan terasa dingin
Diagnosis dan pemeriksaan angina melibatkan pemeriksaan klinis, tes laboratorium,
dan pemeriksaan jantung secara spesifik. Pemeriksaan jantung secara spesifik bisa noninvasif atau invasif dan mungkin digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis iskemia
pada pasien yang diduga mengalami angina stabil, untuk mengidentifikasi kondisi terkait
faktor pencetus, untuk stratifikasi risiko, dan untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan.
Beberapa pemeriksaan tersebut seharusnya dilakukan secara rutin pada semua pasien.
Dalam prakteknya, pemeriksaan diagnostik dan prognostik dilakukan bersama-sama,
bukan terpisah, dan banyak dari investigasi yang digunakan untuk diagnosis juga
menawarkan informasi prognostic (Mansjoer dkk, 2007).
Terapi Farmakologi
-

Nitrat Organik

Penghambat Adrenoseptor Beta (-blocker)

Penghambat Kanal Ca++

Beta bloker

Terapi Nonfarmakologi
-

Membatasi minum alkohol dan kopi

Meniadakan overwight (diet lemak dan kolesterol)

Menghindari beban berat, mental ( stress, emosi) maupun fisik, terutama setelah
makan atau mandi air hangat

Berjalan 0,5- 1 jam sehari atau 3-5 kali seminggu, secara bertenaga ( agak cepat)
atau berlari-lari santai guna memperbaiki sirkulasi jantung
18

3.2 Saran
Demi sempurnanya makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik untuk
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Farmakologi. Jakarta : Bakti Husada


Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dipiro, Joseph T., dkk. 2005. Pharmacotherapy. Texas : MC GRAW HILL
Kumar Vinay., dkk. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Bandung : Penerbit ITB
Tjay, Tan Hoan dan Rahardja Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo

19

Vous aimerez peut-être aussi