Vous êtes sur la page 1sur 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa kanak-kanak merupakan masa pembentukkan karakter dan juga jiwa dari
seorang anak itu sendiri. Di mana mereka mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitar
orangtua, teman-temannya baik di rumah maupun di sekolah. Untuk mencapai kelancaran
dan kesempurnaan dalam menjalani hidup ke depan, yang diperlukan bukan hanya
dukungan dari orang tua tetapi juga dari anak itu sendiri.
Prestasi di sekolah, atau setidaknya dapat mengikuti pelajaran sebagai bekal
hidupnya kelak merupakan aspek yang penting dalam perkembangan sang anak. Baik
social maupun demi melanjutkan kehidupan..
Beberapa anak tidak dilahirkan dengan sempurna dan memiliki kemunduran
intelejensi. Hal ini meruapakan suatu hal yang harus dihadapi, bukanlah disesali.
Kemunduran intelejensi tidaklah dapat disembuhkan tetapi setidaknya kita sebagai
praktisi kesehatan tahu mengenai keadaan ini, yaitu keadaan retardasi mental akan kami
bahas di makalah ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan pleno ini adalah untuk mengetahui definisi, insidensi, etiologi,
epidemiologi,

patofisiologi,

manifestasi

klinik,

diagnosis,

diagnosis

banding

dan

penatalaksanaan dari

BAB II
PEMBAHASAN

1 | LBM IIIAnakku Tidak Mampu

2.1 Skenario
LBM III
ANAKKU TIDAK MAMPU
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahn, dibawa konsultasi ke psikolog dengan keluhan
kesulitan untuk melakukan komunikasi, tidak dapat mengikuti percakapan sederhana, hanya
bisa melakukan komunikasi secara sederhana dan seadanya, untuk memenhi kebutuhan
dasarnya. Didapatkan juga anak mengalami kesulitan dalam belajar membaca dan menulis.
Anak kurang mampu untuk merawat diri seperti berpakaian, mandi, dan BAK/BAB. Setelah
dilakukan tes IQ, diperoleh Intellegence Quotient (IQ) 47.
Anak berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah sehingga anak tidak
mendapatkan kebutuhan nutrisi yang cukup pada usia balita, padahal di usia tersebut
merupakan periode penting bagi pertumbuhan sel-sel otak. Tidak ditemukan adanya riwayat
penyakit sebelumnya pada anak tersebut.
2.2 Terminologi
2.3 Permasalahan pada scenario
1. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak !
2. Klasifikasi Intellegence Quotient (IQ) !
3. Kemampuan yang normal yang bisa dilakukan anak usia 9 tahun!
4. Mekanisme gejala diskenario !
5. Hubungan tingkat sosial ekonomi rendah dengan Intellegence Quotient (IQ) Rendah !
6. Diagnosis Banding !
7. Diagnosis !

2.4 Pembahasan
1. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak !
1) Factor genetic
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak.Melalui instruksi genetic yang terkandung didalam sel telur yang telah
dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Potensi genetic yang
bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga

2 | LBM IIIAnakku Tidak Mampu

dapat diperoleh hasil akhir yang optimal. Penyakit keturunan yang disebabkan
oleh kelainan kromosom seperti Sindro Down, Sindrom Turner, dan lain-lain.
2) Factor lingkungan
a. Lingkungan prenatal
yang termasuk factor lingkungan prenatal adalah gizi ibu saat hamil, adanya
toksin atau zat kimia, radiasi, stress, anoksia embrio, imunitas,infeksi dan
lain-lain.
b. Lingkungan post natal
3) Factor biologis
Yang termasuk didalamnya adalah rass (suku bangsa), jenis kelamin,umur,
gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit,penyakit kronis,fungsi
metabolisme, hormone.
4) Factor fisik
Yang termasuk didalamnya adalah cuaca (musim, keadaan geografis),
keadaan rumah, sanitasi, radiasi.
5) Factor psikososial
Yang termasuk didalamnya adalah stimulasi, ganjaran/hukuman yang wajar,
motivasi belajar, keluarga sebaya, sekolah, stress, cinta dan kasih saying,
kualitas interaksi anak dan orang tua.
6) Factor keluarga dan adat istiadat
Yang termasuk didalamnya adalah pekerjaan/ pendapatan keluarga, pendidikan
ayah dan ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah
tangga, kepribadian ayang dan ibu, adapt istiadat, norma, agama, dan lain-lain.

2. Klasifikasi Intellegence Quotient (IQ) !


Menurut nilai IQ-nya, maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai berikut
(dikutip dari Swaiman 1989) :
3 | LBM IIIAnakku Tidak Mampu

Sangat superior

130 atau lebih

Superior

120 129

Diatas rata-rata

110 119

Rata-rata

90 110

Dibawah rata-rata

80 89

Retardasi mental borderline

70 79

Retardasi mental ringan (mampudidik)

52 69

Retardasi mental sedang (mampulatih)

36 -51

Retardasi mental berat

20 35

Retardasi mental sangatberat

dibawah 20

BerdasarkanThe ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders,


WHO, Geneva tahun 1994, retardasi mental dibagimenjadi 4 golonganyaitu :

Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69


Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34
Profound retardation (retardasi mental sangatberat), IQ <20

Gejala retardasi mental berdasarkan tipenya:


Retardasi mental ringan
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dididik
(educable).Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu menguasainya
untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik. Umumnya mereka juga
mampu mengurus diri sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju,
mengontrol saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya
sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan
akademik sekolah, dan banyak yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam
4 | LBM IIIAnakku Tidak Mampu

kontek ssosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada
masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa
mereka mengalami gangguan, missal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau
mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
Retardasi mental sedang
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih
(trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan perkembangan
pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian
kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan,
dan beberapa diantaranya membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di
sekolah terbatas, sebagian masih bisa belajar dasar dasar membaca, menulis dan
berhitung.
Retardasi mental berat
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang
dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait.
Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan
motor yang bermakna atau adanya deficit neurologis.

Retardasi mental sangatberat


Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya anak
sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi
nonverbal yang sangat elementer.

3. Kemampuan yang normal yang bisa dilakukan anak usia 9 tahun!


a. Fisik dan motorik

5 | LBM IIIAnakku Tidak Mampu

BB 16-23,6 kg, TB 106,6-123,5 cm, pemunculan gigi insisor mandibula tengah,


kehilangan gigi pertama, sering kembali menggigit jari, lebih menyadari tangan
sebagai alat, suka menggambar, melukis dan mewarnai
b. Mental
Mengembangkan konsep angka, mengetahui pagi atau siang, mengetahui
bagaimana yang cantik, jelek dr wajah, mematuhi 3 perintah sekaligus, mengetahui
tangan kanan dan kiri, mendefinisikan objek umum spt garpu, kursi.
c. Adaptif
Dimeja, menggunakan pisau untuk mengoleskan mentega, pada saat bermain,
memotong, melipat, menjahit dengan kasar bila diberi jarum, mandi tanpa
pengawasan, tidur sendiri, membaca dari ingatan, dan menikmati permainan mengeja.
d. Personal-sosial
Dapat berbagi dan bekerjasama dengan lebih baik, mempunyai cara sendiri untuk
melakukan sesuatu, sering cemburu terhadap adik, meningkatkan sosialisasi, dan akan
curang untuk menang.
e. Stimulasi motorik kasar yang bisa dilakukan:
Bermain kasti, basket, dan bola kaki. Kegiatan ini sangat baik untuk melatih
keterampilan menggunakan otot kaki. Anak juga belajar mengenal adanya aturan
main, sportivitas, kompetisi dan kerja sama dalam sebuah tim.
Berenang. Manfaat dari kegiatan ini sangat banyak karena melatih semua unsur
motorik kasar anak. Anak pun mendapat pelajaran dan latihan mengenai perbedaan
berat jenis maupun keseimbangan tubuh.
Lompat jauh. Manfaatnya hampir sama dengan bermain bola kaki dan sejenisnya.
Pada kegiatan ini anak mendapatkan point plus, yaitu prediksi terhadap jarak. Lari
maraton. Manfaatnya mirip sekali dengan lompat jauh, hanya caranya yang berbeda.
Kegiatan outbound. Seperti halnya berenang, maka dengan ber-outbound semua
kemampuan motorik kasar dilatih. Malahan anak bisa mendapatkan hal yang lain,
seperti keberanian, survival, dan kedekatan dengan Maha Pencipta serta kesadaran
pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia dengan hewan dan tumbuhan.
f. Stimulasi motorik halus:
- Menggambar, melukis dengan berbagai media.
- Membuat kerajinan dari tanah liat.
- Membuat seni kerajinan tangan, misalnya membuat boneka dari kain perca.
6 | LBM IIIAnakku Tidak Mampu

- Bermain alat musik seperti gitar, biola, piano dan sebagainya.


g. Stimulasi Kognitif
Sebelum menstimulasi kognisi anak, orang tua harus mengetahui terlebih dulu
perkembangan kognitifnya sesuai usia. Misalnya, untuk anak balita perkembangan
kognitifnya berkaitan dengan perkembangan berbagai konsep dasar seperti mengenal
bau, warna, huruf, angka, serta pengetahuan umum yang akrab dengan kehidupan
sehari-harinya. Disamping itu perkembangan kognitif berkaitan erat dengan
perkembangan bahasa.

Aneka kegiatan yang bisa orang tua lakukan guna menstimulasi kognisi anak
adalah:
* Mengadakan acara mendongeng.
* Membaca buku cerita, baik dilakukan oleh orang tua atau si anak sendiri.
* Menceritakan kembali suatu kisah dari buku cerita yang sudah dia baca.
* Sharing mengenai pengalaman sehari-hari yang bisa dilakukan secara verbal,
gambar atau tulisan.
* Berdiskusi tentang suatu tema.
Anak usia 6-12 tahun, perkembangan kognitifnya sangat berkaitan dengan
kemampuan akademis yang dipelajari di sekolah. Akan tetapi kemampuan kognitif
bisa menjadi lebih optimal apabila otak kanan anak mendapat stimulasi. Anak yang
memiliki fungsi otak seimbang akan lebih responsif, kreatif, dan fleksibel.
Kegiatan yang bisa dilakukan oleh anak 6-12 tahun adalah:
Ketika mempelajari berbagai kemampuan akademis, guru dan orang tua hendaknya
memperhatikan kondisi anak. Contohnya, saat anak sudah terlihat bosan seharusnya
secara otomatis materi yang disampaikan pada anak dibumbui atau diselingi dengan
permainan atau hal jenaka yang bisa membuat anak tertantang dan gembira. Ingat,
selingan seperti ini sebaiknya tetap pada konteks pembicaraan atau pembahasan.
7 | LBM IIIAnakku Tidak Mampu

Stimulasi otak kanan untuk menstimulasi kemampuan kognitif dapat dilakukan


melalui kegiatan music & movement (gerak dan lagu) atau dengan memainkan alat
musik tertentu. Bisa juga dengan melakukan kegiatan drama.
h. Stimulasi Afeksi
Stimulasi afeksi dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal maupun
intrapersonal anak balita maupun 6-12 tahun. Manfaat utamanya adalah
mengembangkan rasa percaya diri, memupuk kemandirian, mengetahui dan menjalani
aturan, memahami orang lain, dan mau berbagi.
Cara memberikan stimulasi bisa dengan cara sebagai berikut:
Biarkan anak melakukan sendiri apa yang bisa ia lakukan.
Buatlah kesepakatan tentang berbagai hal yang baik/boleh dan tidak, serta
konsekuensinya. Tentu dengan bahasa yang bisa dipahami anak.
Berikan penghargaan untuk hal-hal yang dapat dilakukanya dengan baik atau lebih
baik dari sebelumnya. Bisa juga ketika anak dapat mengikuti aturan (terutama pada
awal mula diterapkan suatu aturan).
Berikan konsekuensi negatif atau punishment terhadap tingkah laku anak yang
kurang

baik

atau

tidak

sesuai

dengan

aturan.

Untuk

hal

ini

perlu

mempertimbangkan usia anak.


Berikan perhatian untuk berbagai reaksi emosi anak. Contoh, saat dia sedih,
gembira, marah, berikanlah respons yang sesuai dengan kebutuhannya kala itu.
Anak difasilitasi untuk bermain peran.
Biasakan anak untuk mampu mengungkapkan perasaanya, baik secara verbal,
tulisan, ataupun gambar.
Biasakan mau berbagi dalam setiap kesempatan.

8 | LBM IIIAnakku Tidak Mampu

Khusus untuk anak 6-12 tahun, mulai perkenalkan dengan berbagai permainan
dalam rangka mengenalkan aturan main, sportivitas, dan kompetisi.
4. Mekanisme gejala diskenario !
Gangguan gizi saat anak dalam kandungan ataupun sudah lahir bisa menyebabkan
perubahan bentuk dan fungsi otak. Jika ibu kekurangan gizi pada kehamilan trimester
satu, sel saraf janin bisa berkurang, sedangkan bila kekurangan terjadi pada trimester
ketiga, kematangan sel sarafnya yang terganggu.
Bila anak pernah kekurangan nutrisi, ketika sekolah ia menunjukkan gangguan
fungsi motorik kasar, motorik halus, kecerdasan, perilaku, dan interaksi sosial.
Konsentrasi anak menjadi berkurang, anak kurang gembira, dan terjadi perubahan
hormonal yang nantinya juga akan mempengaruhi kecerdasannya.
Banyak ahli yang memfokuskan diri pada jenis nutrisi yang diduga paling penting
untuk otak, salah satu yang banyak diteliti adalah zat besi:

Zat besi adalah unsur penting dalam produksi dan pemeliharaan mielin serta
mempengaruhi aktivitas saraf.

Zat besi membantu kerja enzim yang penting untuk perangsangan saraf.

Zat besi ditemukan dalam otak secara tidak merata, sesuai dengan kebutuhan masingmasing bagian otak tersebut.
Di scenario dikatakan bahwa anak berasal dari keluarga dengan tingkat social
ekonomi rendah sehingga anak tidak mendapatkan kebutuhan nutrisi yang cukup
padausia balita hal ini akan menyebabkan :
a. Proses mielinasi terganggu
Fungsi pendengaran ditemukan menurun pada hewan penelitian yang sengaja
dibuat kekurangan zat besi. Anak yang mengalami kekurangan zat besi saat usia 6
bulan menunjukkan gangguan kecepatan hantar saraf dari pendengaran karena kurang
sempurnanya mielinasi. Efek ini menetap hingga anak berusia 2-4 tahun walau sudah
diobati. Mielinasi saraf penglihatan berlanjut sampai anak berusia 2 tahun. Jika anak
9 | LBM IIIAnakku Tidak Mampu

pernah alami kekurangan zat besi, saat usia 3-5 tahun respon penglihatannya menjadi
lebih lambat. Pembentukan zat kimia penunjang kerja otak (neurotransmitter)
terhambat Sel saraf diatur oleh zat kimia disebut neurotransmiter dan kekurangan zat
besi bisa menghambat produksinya. Misalnya, zat besi turut berperan dalam
pembentukan neurotransmiter dopamine. Anak yang kekurangan dopamine akan
memperlihatkan perilaku hiperaktif.
b.

Berkurangnya kemampuan belajar dan kecerdasan


Anak yang pernah kekurangan zat besi menunjukkan skor motorik dan IQ lebih
rendah pada usia 11-14 tahun. Kekurangan zat besi pada usia sekolah juga
menyebabkan sulit konsentrasi dan gangguan kecerdasan terutama untuk pelajaran
matematika. Suatu penelitian di Indonesia menunjukkan anak sekolah yang kadar
hemoglobinnya kurang dari 11 g/dl (anemia akibat kekurangan zat besi) lalu diobati
selama tiga bulan, terjadi perbaikan kemampuan belajar tetapi tetap saja lebih rendah
daripada anak normal. Kekurangan zat besi pada anak juga dapat menyebabkan
penurunan nilai tes psikologi, tes konsentrasi, mengurangi kemampuan belajar konsep,
dan menurunkan daya ingat.

c. Menyebabkan anemia dan segala efeknya.


Zat besi penting untuk pembentukan sel darah merah, sehingga kekurangan zat ini
bisa menimbulkan anemia atau penyakit kurang darah. Sel darah merah punya tugas
mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika terjadi kekurangan, anak akan
kekurangan oksigen secara kronis. Akibat anemia ditambah efek kekurangan zat besi
yang lain, anak bisa alami berbagai penyakit.
Sinaptogenesis

Sinaptogenesis berjalan sejak lahir, sebagian besar selesai usia 2-3 tahun, sebagian
kecilnya berlanjut hingga remaja.

Sinaptogenesis untuk fungsi penglihatan dan pendengaran: maksimal usia 3 bulan,


selesai usia 5 tahun.

Sinaptogenesis untuk fungsi bicara: maksimal usia 9 bulan dan selesai usia 5 tahun.

10 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

Sinaptogenesis untuk fungsi kecerdasan terus berkembang hingga remaja.

5. Hubungan tingkat sosial ekonomi rendah dengan Intellegence Quotient (IQ)


Rendah !
Keluarga merupakan social pertama yang memberikan pengaruh sangat besar bagi
tumbuh kembangnya anak. Secara ideal perkembangan anak akan optimal apabila mereka
bersama keluarganya yang berkecukupan , sehingga kebutuhan yang diperlukan.
Dalam kenyataan kehidupan sehari sehari tidak semua keluarga dapat memenuhi
gambaran yang ideal tersebut. Perubahan ekonomi, social dan budanya masyarakat akan
berpengaruh kehidupan sebuah keluarga. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaan dari
kantor sampai larut malam tanpa memikirkan anak akan mempengaruhi psikis anak.
Kondisi yang demikian ini akan menyababkan komonikasi dan interaksi antara sesama
anggota keluarga. Hubungan kekeluargaan yang semula kuat dan erat, cenderung longgar
dan rapuh. Ambisi karier dan materi yang tidak terkendali, telah mengganggu
interpersonal dalam keluarga.
Dalam kaitannya dalam permasalahan anak, rintangan perkembangan remaja
menuju ke dewasaan itu di tentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi anak pada
waktu kecil di lingkungan rumah tangga dan masyarakat. Jika seseorang individu di
masak anak-k anak banyak mengalami rintangan hidup dan kegagalan bisa menyebabkan
timbulnya kelainan-kelainan berupa tingkah laku yang aneh seperti kenakalan remaja ,
narkoba dan lain-lain. Dan dari situlah anak akan malas untuk belajar dan sekolah.
Status social ekonomi keluarga.
Keadaan social ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan
anak misalnya keluarga yang perekonomiannya cukup menyebabkan lingkungan yang
yang dihadapi oleh anak didalam keluarga lebih luas, sehingga ia mempunyai kesempatan
lebih luas untuk memperoleh macam-macam kecakapan yang dalam memperblemnya
dibutuhkan alat misalnya seseorang yang berbakat seni musik tidak dapat
mengembangkan bakatnya kalau tidak ada alat musiknya.

6. Diagnosis Banding !
a. Definisi
11 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

Gangguan perkembangan pervasif (PDD) adalah kelompok gangguan neurobiologis


yang ditandai dengan defisit mendasar dalam keterampilan sosial interaksi atau
keterampilan komunikasi, atau oleh adanya stereotip (tujuan dan berulang-ulang)
perilaku, minat, atau kegiatan (American Psychiatric Association, 2000)
Gejala umum biasanya termasuk kesulitan dengan transisi atau perubahan,
kepentingan sensorik yang tidak biasa atau sensitivitas, fokus yang sangat sempit dan
intens minat, dan perilaku stereotip (misalnya, tangan mengepakkan, goyang, memutarmutar).defisit kognitif atau pengembangan keterampilan yang tidak merata sering muncul
pada penderita gangguan ini. Spektrum gejala dapat berkisar dari keinginan terbatas atau
kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dengan gejala yang lebih parah dilihat
dengan gangguan autis. Sedangkan gejala gangguan autistik mungkin cukup jelas, anakanak dan remaja dengan kesulitan yang lebih halus (misalnya, orang-orang dengan
masalah

penarikan

sosial;

gangguan Asperger, atau

gangguan

perkembangan

pervasifyang tidak spesifik [PDD, NOS]) sering tidak terdiagnosis dan tidak diobati
.kesempatan yang hilang untuk pengobatan dapat mempengaruhi hasil jangka panjang
dan kualitas hidup bagi anak-anak remaja dan keluarga mereka.
b. Etiologi
Para peneliti terus mengidentifikasi beberapa etiologi untuk patofisiologi yang
mendasari gangguan perkembangan pervasif (PDD). berbagai tingkat disfungsi dalam
sistem CNS kemungkinan besar terlibat. Misalnya, pada tingkat molekuler, jenis
serotonin-transporter

promotor

gen

dapat

memodulasi

keparahan

PDD

atau

meningkatkan risiko pengembangan PDD. Data dari studi genomik darah telah
menyarankan bahwa sistem kekebalan tubuh memainkan peran. pada tingkat
neuroanatomic, studi pencitraan otak awal telah menunjukkan perbedaan yang dapat
bermanifestasi klinis sebagai ukuran kepala lebih besar.
Faktor lingkungan juga dapat berkontribusi untuk pengembangan PDD, meskipun
paparan merkuri dan vaksinasi sebagian besar telah diberhentikan.
Perubahan budaya dapat menjelaskan beberapa peningkatan tingkat PDD tetapi tidak
disebutkan secara spesifik. Sebuah penelitian menunjukan meningkatnya waktu yang
dihabiskan di dalam ruangan dengan tingkat peningkatan PDD dan menunjukan bahwa
ini disebabkan oleh peningkatan menonton televisi. Televisi bisa memperkuat perilaku
repetitif pada anak-anak rentan yang di zaman yang berbeda, tidak akan menghabiskan
12 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

begitu banyak waktu dengan komputer games dan program televisi yang mengurangi
interaksi interpersonal.
Anak-anak dengan PDD mungkin memiliki defisit kognitif tertentu lainnya, termasuk
masalah pengolahan pendengaran sentral, yang menyiratkan jalur terdistorsi antara
mendengar dan pengolahan kortikal.Mereka juga mungkin memiliki kekuatan kognitif
tertentu.
Beberapa

defisit

ini

dapat

bermanifestasi

sebagai

masalah

integrasi

sensorik.Misalnya, anak-anak dengan PDD mungkin memiliki pendengaran hiperakustic,


predisposisi mereka untuk bertindak tidak teratur di sekitar suara keras.Sidang
hiperakustic dapat memungkinkan beberapa anak dengan PDD untuk menjadi musisi
berbakat. Temple Grandin, seorang penulis terkemuka dan profesor dengan gangguan
Asperger, menulis tentang kebutuhannya untuk meningkatkan rangsangan taktil, yang
membantunya mengembangkan cara yang lebih manusiawi untuk memindahkan ternak.
Anak-anak dengan sindrom X rapuh memiliki banyak dari defisit kognitif.Dasar genetik
dan molekuler sindrom X rapuh telah dijelaskan secara rinci, mendukung premis bahwa
defisit dalam protein yang dikode oleh hasil gen sindrom X rapuh di glutamat gangguan
dan pengembangan aksonal neuronal yang abnormal. Protein FMRP, dikodekan oleh
rapuh gen sindrom X, dapat berinteraksi dengan neurotransmitter atau proses lain untuk
menimbulkan gejala autis pada sindrom X rapuh lebih sering daripada di sindrom genetik
lain atau cacat intelektual nonsyndromic.
Sejak identifikasi kelainan genetik dalam sindrom Rett, kasus ringan sindrom Rett
dengan penghapusan yang lebih kecil telah diidentifikasi.Individu dengan kasus ringan
sindrom Rett memiliki kemampuan intelektual yang lebih baik dan lebih banyak gejala
klasik dari gangguan autis.
c. Klasifikasi
Ada lima jenis gangguan perkembangan pervasif :
- Autisme : Anak-anak dengan autisme memiliki masalah dengan interaksi sosial,
berpura-pura bermain, dan komunikasi.Hampir tiga dari setiap empat

anak

dengan autis juga memiliki beberapa derajat kecacatan intelektual. Anak-anak


dengan
-

autisme

dapat

sering

memiliki

kejang

otot.Mereka

juga

memilikikecemasan yang mendasari dan resistensi terhadap perubahan.


Sindrom Asperger : Seperti anak-anak dengan autisme, anak-anak dengan
sindrom Asperger memiliki kesulitan dengan interaksi sosial dan komunikasi.
13 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

Mereka juga memiliki kisaran sempit kepentingan. Namun, anak-anak dengan


Asperger memiliki rata-rata atau di atas kecerdasan rata-rata dan berkembang
secara normal dalam bidang bahasa dan kognisi (proses mental yang berkaitan
dengan berpikir dan belajar). Anak-anak dengan Asperger seringkali mengalami
kesulitan berkonsentrasi dan mungkin memiliki koordinasi yang buruk. Asperger
biasanya tidak diakui sampai anak-anak memiliki kemampuan bahasa yang cukup
-

untuk menunjukkan fokus yang terbatas dan pola yang tidak biasa berbicara.
Gangguan disintegratif masa kanak-kanak: Anak-anak dengan kondisi langka ini
mulai perkembangan mereka secara normal di semua bidang, fisik dan mental. Di
beberapa titik, biasanya antara usia 2 dan 10, anak dengan penyakit ini kehilangan
banyak keterampilan ia telah dikembangkan. Selain hilangnya keterampilan sosial
dan bahasa anak dengan gangguan disintegratif mungkin kehilangan kontrol

fungsi lainnya, termasuk usus dan kandung kemih kontrol.


Sindrom Rett : Anak-anak dengan gangguan yang sangat langka ini memiliki
gejala yang berhubungan dengan PDD dan juga menderita masalah dengan
pembangunan fisik. Mereka umumnya menderita kehilangan banyak motorik atau
gerakan keterampilan - seperti berjalan dan menggunakan tangan mereka - dan
mengembangkan koordinasi yang buruk. Kondisi ini telah dikaitkan dengan cacat

pada kromosom X, sehingga hampir selalu mempengaruhi perempuan.


Gangguan perkembangan pervasif, tidak disebutkan secara spesifik (PDD-NOS):
Kategori ini digunakan untuk merujuk kepada anak-anak yang memiliki masalah
yang signifikan dengan komunikasi dan bermain, dan beberapa kesulitan
berinteraksi dengan orang lain, tapi terlalu sosial untuk dipertimbangkan. autisIni
kadang-kadang disebut sebagai bentuk ringan dari autis.

d. Diagnosis dan Gejala Klinis


Kelompok gangguan ini ditandai dengan kelainan kualitatif dalam
interaksi sosial yang timbal balik dan dalam pola komunikasi serta minat dan
aktifitas yang terbatas, stereotipik, berulang.Kelainan kualitatif ini menunjukan
gambaran yang pervasif dari fungsi-fungsi individu dalam semua situasi,
meskipun dapat berbeda dalam derajat keparahannya.
a. Autisme masa kanak kanak
Kriteria Diagnosisnya antara lain yaitu :

14 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

Gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya kelainan


dan/atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun, dan
dengan ciri kelainan fungsi dalam tiga bidang: interaksi sosial,

komunikasi, dan perilaku yang terbatas dan berulang.


Biasanya tidak jelas ada periode perkembangan yang normal sebelumnya,
tetapi bila ada, kelainan perkembangan sudah menjadi jelas sebelum usia 3
tahun, sehingga diagnosis sudah dapat ditegakkan. Tetapi gejala-gejalanya

(sindrom) dapat di diagnosis pada semua kelompok umur.


Selalu ada hendaya kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik
(reciprocal social interaction). Ini berbentuk apresiasi yang tidak adekuat
terhadap isyarat sosio-emosional, yang tampak sebagai kurangnya respons
terhadap emosi orang lain danlatau kurangnya modulasi terhadap perilaku
dalam konteks sosial; buruk dalam menggunakan isyarat sosial dan
integrasi yang lemah dalam perilaku sosial, emosional dan komunikatif;

dan khususnya, kurangnya respons timbal balik sosio-emosional.


Demikian juga terdapat hendaya kualitatif dalam komunikasi. Ini
berbentuk kurangnya penggunaan keterampilan bahasa yang dimiliki di
dalam hubungan sosial; hendaya dalam permainan imaginatif dan imitasi
sosial; keserasian yang buruk dan kurangnya interaksi timbal balik dalam
percakapan; buruknya keluwesan dalam bahasa ekspresif dan kreativitas
dan fantasi dalam proses pikir yang relatif kurang; kurangnya respons
emosional terhadap ungkapan verbal dan non-verbal orang lain; hendaya
dalam menggunakan variasi irama atau penekanan sebagai modulasi
komunikatif; dan kurangnya isyarat tubuh untuk menekankan atau

memberi arti tambahan dalam komunikasi lisan.


Kondisi ini juga ditandai oleh pola perilaku, minat dan kegiatan yang
terbatas, berulang dan stereotipik. Ini ber-bentuk kecenderungan untuk
bersikap kaku dan rutin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari; ini
biasanya berlaku untuk kegiatan Baru dan juga kebiasaan seharihari serta
pola bermain. Terutama sekali dalam masa kanak yang dini, dapat terjadi
kelekatan yang khas terhadap benda-benda yang aneh, khususnya Benda
yang tidak lunak. Anak dapat memaksakan suatu kegiatan rutin dalam
15 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

ritual yang sebetulnya tidak perlu; dapat terjadi preokupasi yang


stereotipik terhadap suatu minat seperti tang-gal, rute atau jadwal; sering
terdapat stereotipi motorik; sering menunjukkan minat khusus terhadap
segi-segi non-fungsional dari benda-benda (misalnya bau atau rasanya);
dan terdapat penolakan terhadap perubahan dari rutinitas atau dalam detil
dari lingkungan hidup pribadi (seperti perpindahan mebel atau hiasan

dalam rumah).
Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam hubungannya dengan autisme,

tetapi pada tiga perempat kasus secara signifikan terdapat retardasi mental.
b. Autisme Tak Khas
Kriteria Diagnosisnya antara lain yaitu :
Gangguan perkembangan pervasif yang berbeda dari autisme dalam hal
usia onset maupun tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostik. Jadi
kelainan dan atau hendaya perkembangan menjadi jelas untuk pertama
kalinya pada usia setelah 3 tahun; dan/atau tidak cukup menunjukkan
kelainan dalam satu atau dua dari tiga bidang psikopatologi yang
dibutuhkan untuk diagnosis autisme (interaksi sosial timbal-balik,
komunikasi, dan perilaku terbatas, stereotipik, dan berulang) meskipun

terdapat kelainan yang khas dalam bidang lain.


Autisme tak khas sering muncul pada individu dengan retardasi mental
yang berat, yang sangat rendah kemam-puannya, sehingga pasien tidak
mampu menampakkan gej ala yang cukup untuk menegakkan diagnosis
autisme; Ini juga tampak pada, individu dengan gangguan perkembangan

yang khas dari bahasa reseptif yang berat.


c. Sindrom Rett
Kriteria Diagnosisnya antara lain yaitu :
Pada sebagian besar kasus onset gangguan terjadi pada usia 7-24 bulan.
Pola perkembangan awal yang tampak normal atau mendekati normal,
diikuti dengan kehilangan sebagian atau seluruhnya keterampilan tangan
dan berbicara yang telah didapat, bersamaan dengan terdapatnya
kemunduran 1 perlambatan pertumbuhan kepala. Perjalanan gangguan
bersifat 'Progressive motor deterioration". Gejala khas yang paling
menonjol adalah hilangnya kemampuan gerakan tangan yang bertujuan

16 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

dan keterampilan manipulatif dari motorik halus yang telah terlatih.


Disertai kehilangan atau hambatan seluruh atau sebagian perkembangan
berbahasa; gerakan seperti mencuci tangan yang stereotipik, dengan fleksi
lengan di depan dada atau dagu; membasahi tangan secara stereotipik
dengan ludah (saliva); hambatan dalam mengunyah makana,n yang baik;
sering terjadi episode hiperventilasi; hampir selalu gagal dalam pengaturan
buang air besar dan bang air kecil; sering terdapat penjuluran lidah dan

air liur yang menetas; dan kehilangan dalam ikatan sosial.


Secara khas tampak anak tetap dapat "senyum sosial" (social smile),
menatap seseorang dengan "kosong", tetapi tidak terjadi interaksi sosial
dengan mereka pada awal masa kanak (walaupun interaksi sosial dapat

berkembang kemudian).
Cara berdiri dan berjalan cenderung melebar (broad-based), Otot
hipotonik, koordinasi gerak tubuh memburuk (ataksia), serta skoliosis atau
kifoskoliosis yang berkembang kemudian. Atrofi spinal, dengan disabilitas
motorik berat yang muncul pada saat remaja atau dewasa pada kurang
lebih 50 % kasus.
Kemudian dapat timbul spastisitas dan rigiditas, yang biasanya lebih
banyak terjadi pada ekstremitas bawah dart pada ekstremitas atas.
Serangan epileptik yang mendadak (epileptic fits), biasanya dalam bentuk
yang kecil-kecil, dengan onset serangan umumnya sebelum usia 8 tahun,
hal ini terjadi pada kebanyakan kasus. Berbeda sekali dengan autisme,
disini jarang terjadi perilaku mencederai diri dengan sengaja dan

preokupasi yang stereotipik kompleks atau yang rutin.


d. Gangguan Desintegratif Masa Kanak Lainnya
Kriteria Diagnosisnya antara lain yaitu :
Diagnosis ditegakkan berdasarkan suatu perkembangan normal yang jelas
sampai usia minimal 2 tahun, yang diikuti dengan kehilangan yang nyata
dari keterampilan yang sudah diperoleh sebelumnya; disertai dengan

kelainan kualitatif dalam fungsi-fungsi sosial.


Biasanya terjadi regresi yang berat atau kehilangan kemampuan
berbahasa, regresi dalam kemampuan bermain, keterampilan sosial, dan
perilaku adaptif, dan sering dengan hilangnya pengendalian buang air
17 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

besar

atau

kecil,

kadang-kadang

disertai

dengan

kemerosotan

pengendalian motorik.
Yang khas, keadaan tersebut besamaan dengan hilangnya secara
menyeluruh perhatianiminat terhadap lingkungan, adanya mannerisme
motorik yang stereotipik dan berulang, serta hendaya dalam interaksi

sosial dan komunikasi yang mirip dengan autisme.


Dalam hal-hal tertentu sindrom ini mirip dengan dementia pada orang
dewasa, tetapi berbeda dalam tiga hal: biasanya tidak ada bukti penyakit
atau kerusakan organik yang dapat ditemukan (walaupun beberapa tipe
disfungsi otak organik dapat ditelusuri); kehilangan keterampilan dapat
diikuti dengan beberapa derajat perbaikan; hendaya dalam fungsi sosial
dan komunikasi mempunyai kualitas lebih berciri autistik daripada

kemunduran intelektual;
e. Gangguan Aktivitas Berlebihan Yang berhubungan Dengan Retardasi Mental dan
Gerakan Streoptik
Kriteria Diagnosisnya antara lain yaitu :
Diagnosis ditentukan oleh kombinasi antara perkembangan yang tak
serasi dari overaktivitas yang berat, stereotipi motorik, dan retardasi

mental berat;
Ketiga hal tersebut harus ada untuk menegakkan diagnosis. Bila kriteria
diagnostik untuk F84.0, F84.1, atau F84.2 terpenuhi, keaaaan tersebut

harus didiagnosis sesuai kriterianya.


f. Sindrom Asperger
Kriteria Diagnosisnya antara lain yaitu :
Diagnosis ditentukan oleh kombinasi antara:
tidak adanya hambatan/keterlambatan umum dalam perkembangan
berbahasa atau perkembangan kognitifyang secara klinis jelas,

seperti pada autisme,


adanya defisiensi kualitatif dalam fungsi interaksisosial yang

timbal-balik dan
adanya pola perilaku, perhatian dan aktivitas, yangterbatas,

berulang dan stereotipik.


Mungkin terdapat atau tidak terdapat masalah dalam komunikasi yang
sama seperti yang berkaitan dengan autisme, tetapi terdapatnya
keterlambatan berbahasa yang jelas akan menyingkirkan diagnosis ini.
18 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

g. Gangguan Perkembangan Pervasif Lainnya


h. Gangguan Perkembangan Pervasif Yang tak Tergolong
7. Diagnosis !
RETARDASI MENTAL
A. DEFINISI
Terdapat berbagai definisi mengenai retardasi mental. Menurut WHO (dikutip
dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak
mencukupi. Carter CH (dikutip) dari Toback C ), mengatakan retardasi mental
adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang
menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntutan masyarakat atas keemampuan yang dianggap normal. Menurut Crocker
AC 1983, retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang
rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya
timbul pada masa perkembangan. Sedangkan menurut Melly Budhiman,
seseorang dikatakan retardasi mental bila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Fungsi intelektual umum dibawah normal
2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal yaitu apabila IQ dibawah
70. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara
berpikirnya yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingatnya lemah,
demikian pula dengan pengertian bahasa dan hitungannya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan
seeorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab
sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada penderita
retardasi mental gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan
menyesuaikan diri dengan masyarakatsekitarnya. Biasanya

tingkah lakunya

kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya.

19 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur
18 tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul setelah umur 18 tahun, bukan lagi
disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.
B. ETIOLOGI
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dariretardasi mental. Untuk
menetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik
dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan
multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial
berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT
(1983) dan Shonkoff JP (1992) di bawah ini :
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental:
1. Non organik
a. Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis.
b. Faktor sosiokultural.
c. Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik.
d. Penelantaran anak
2. Organik
a. Faktor Prakonsepsi.
1) Abnormalitas single gen (penyakit- penyakit metabolik).
2) Kelainan kromosom
b. Faktor Pranatal
1) Gangguan pertumbuhan otak trimester I
a) Kelainan kromosom (trisomi, mosaik, dll).
b) Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV.
c) Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi, dll)
d) Disfunsi plasenta
e) Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
2) Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
a) Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
b) Zat-zat teratogen (alkohol, kokain,logam berat, dll)
c) Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
d) Toksemia gravidarum
e) Disfungsi plasenta
f) Ibu malnutrisi
c. Faktor Perinatal
1) Sangat prematur
2) Asfiksia neonatorum
3) Trauma lahir : perdarahan intra kranial
4) Meningitis
20 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

5) Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia


d. Faktor Post natal
1) Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
2) Neuro toksin, misalnya logam berat
3) CVA ( Cerebrovascular accident)
4) Anoksia, misalnya tenggelam
5) Metabolik
a) Gizi buruk
b) Kelainan hormonal, misanya hipotiroid
c) Aminoaciduria, misalnya PKU ( phenyl ketonuria)
d) Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia
e) Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
f) Cerebral lipidosis dengan hepatomegali
g) Penyakit degeneratif/ metabolik lainnya
6) Infeksi
a) Meningitis, ensefalitis, dll
b) Sub akut sklerosing panesefalitis
Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari
golongan sosial ekonomi rendah, akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya
sehingga secara bertahap menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya
maturasi. Demikian pula pada keadaan sosial ekonomi yang rendah dapat sebagai
penyebab organik dari retardasi mental, misalnya keracunan logam berat yamg
subklinik dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi kemampuan
kognitif, ternyata lebih banyak anak-anak dikota dari golongan sosial ekonomi
rendah.
C. MANIFESTASI KLINIS
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Gangguan Kognitif
Lambatnya ketrampilan dan bahasa
Gagal melewati tahap perkembangan utama
Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
Kemungkinan tonus otot abnormal
Terlambatnya perkembangan motorik halus dan kasar

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai
berikut:
1. Retradasi Mental Ringan
21 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

Keterampilan social dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun


prasekolah. Tetapi saat anak menjadi lebih besar, deficit koognitif tertentu
seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik
mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya.
2. Retradasi Mental Sedang
Keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi social dirinya
mungkin dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih dini jika
dibandingkan retradasi mental ringan.
3. Retradasi Mental Berat
Bicara anak terbatas dan perkembangan motoriknya buruk. Pada usia
prasekolah sudah nyata ada gangguan. Pada usia sekolah mungkin
kemampuan bahasanya berkembang. Jika perkembangan bahasanya buruk,
bentuk komunikasi nonverbal dapat berkembang.
4. Retradasi Mental Sangat Berat
Keterampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa
dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri secara
sederhana. Tetapi seringkali masih membutuhkan perawatan orang lain.
Terdapat ciri klinis lain yang dapat terjadi sendiri atau menjadi bagian dari
gangguan retradasi mental , yaitu hiperakivitas, toleransi frustasi yang rendah,
agresi, ketidakstabilan efektif , perilaku motorik stereotipik berulang, dan
perilaku melukai diri sendiri.
D. KLASIFIKASI
Menurut PPDGJ-III retardasi mental dibagi menjadi :
F70 Retardasi Mental Ringan
Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar antara 50
69 menunjukkan retardasi mental ringan.
Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai
tingkat, dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi perkembangan
kemandirian dapat menetap sampai dewasa. Walaupun mengalami keterlambatan
dalam kemampuan bahasa, tapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan bicara
22 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

untuk keperluan sehari hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam
merawat diri sendiri dan mencapai ketrampilan praktis dan ketrampilan rumah
tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada normal.
Kesulitan utama biassanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat
akademis dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis.
Etiologi organik hanya dapat diidentifikasikan pada sebagian kecil
penderita. Keadaan lain yang menyertai, seperti autisme, gangguan perkembangan
lain, epilepsi, gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik dapat ditemukan dalam
berbagai proporsi. Bila terdapat gangguan demikian, maka harus diberi kode
diagnosis tersendiri.
F71 Retardasi Mental Sedang
IQ biasanya berada dalam rentang 35 49. Umumnya ada profil
kesenjangan dari kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi
dalam ketrampilan visuo-spasial daripada tugas tugas yang tergantung pada
bahasa, sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan
interaksi sosial dan percakapan sederhana.
Tingkat perkembangan bahasa bervariasi, ada yang dapat mengikuti
percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya
untuk kebutuhan dasar mereka.
Suatu

etiologi

organik

dapat

diidentifikasikan

pada

kebanyakan

penyandang retardasi mental sedang. Autisme masa kanak atau gangguan


perkembangan pervasif lainnya terdapat pada sebagian kecil kasus, dan
mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan tipe penatalaksanaan yang
dibutuhkan. Epilepsi, disabilitas neurologik dan fisik juga lazim ditemukan
meskipun kebanyakan penyandang retardasi mental sedang mampu berjalan tanpa
bantuan.
Kadang kadang didapatkan gangguan jiwa lain, tetapi karena tingkat
perkembangan bahasanya yang terbatas sehingga sulit menegakkan diagnosis dan
23 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

harus tergantung dari informasi yang diperoleh dari orang lain yang mengenalnya.
Setiap gangguan penyerta harus diberi kode diagnosis tersendiri.
F72 Retardasi Mental Berat
IQ biasanya berada dalam rentang 20 34. Pada umumnya mirip dengan
retardasi mental sedang dalam hal :
-

Gambaran klinis

Terdapatnya etiologi organik

Kondisi yang menyertainya

Tingkat prestasi yang rendah

Kebanyakan penyandang retardasi mental berat menderita gangguan


motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan
adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna
secara klinis dari susunan saraf pusat.

F73 Retardasi Mental Sangat Berat


IQ biasanya dibawah 20. Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas,
hanya mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana.
Keterampilan visuospasial yang paling dasar dan sederhana tentang memilih dan
mencocokkan mungkin dapat dicapainya dan dengan pengawasan dan petunjuk
yang tepat, penderita mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas praktis dan
rumah tangga.
Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus.
Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang mempengaruhi
mobilitas, seperti epilepsi dan hendaya daya lihat dan daya dengar. Sering ada
gangguan perkembangan pervasif dalam bentuk sangat berat khususnya autisme
yang tidak khas (atypical autism) terutam pada penderita yang dapat bergerak.
F78 Retardasi Mental Lainnya

24 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental
dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena
adanya gangguan sensorik atau fisik, misalnya buta, bisu, tuli dan penderita yang
perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.
F79 Retardasi Mental YTT
Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup
untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas.

E. DIAGNOSIS
Menurut pedoman diagnostik PPDGJ III intelegensia bukan merupakan
karakteristik yang berdiri sendiri, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah
besar ketrampilan khusus yang berbeda. Meskipun ada kecenderungan umum
bahwa semua ketrampilan ini akan berkembang ke tingkat yang serupa pada
setiap individu, tetapi ada ketimpangan (discrepancy) yang luas, terutama pada
penyandang RM. Orang yang demikian mungkin memperlihatkan hendaya berat
dalam satu bidang tertentu (misalnya bahasa) atau mungkin mempunyai suatu
area ketrampilan tertentu yang lebih tinggi (misalnya tugas visuospasial
sederhana) pada RM berat. Keadaan ini akan menimbulkan kesluitan dalam
menentukan kriteria diagnostik dimana seorang penyandang RM harus
diklasifikasikan.
Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang
tersedia, termasuk temuan klinis, perilaku adaptif (yang dinilai dalam kaitan
dengan latar belakang budayanya), dan hasil tes psikometrik.
Untuk diagnosis pasti, harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang
meningkatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari
lingkungan sosial biasa sehari hari. Gangguan jiwa dan fisik yang menyertai
retardasi mental mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan
penggunaan dari semua keterampilannya. Oleh karena itu kategori diagnostik
yang dipilih harus berdasarkan penilaian kemampuan global dan bukan atas suatu
25 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

hendaya atau ketrampilan khusus. Tingkat IQ yang ditetapkan hanya merupakan


petunjuk dan seharusnya tidak ditetapkan secara kaku dalam memandang
keabsahan permasalahan lintas budaya.
Kriteria diagnostik untuk RM menurut DSM IV TR adalah sebagai berikut :
1. Fungsi intelektual dibawah rata rata (IQ 70 atau kurang) yang telah diperiksa
secara individual.
2.

Kekurangan atau gangguan dalam perilaku adaptif (sama dengan kekurangan


individu untuk memenuhi tuntutan standar perilaku sesuai dengan usianya dari
lingkungan budayanya) dalam sedikitnya 2 hal, yaitu komunikasi, self-care,
kehidupan rumah-tangga, ketrampilan sosial/interpersonal, menggunakan
sarana komunitas, mengarahkan diri sendiri, ketrampilan akademis fungsional,
pekerjaan, waktu senggang, kesehatan dan keamanan

3. Awitan terjadi sebelum usia 18 tahun


Kode diagnostik dan derajat RM menurut DSM IV TR adalah sebagai berikut :
317

Retardasi mental ringan, IQ 50 69

318

Retardasi mental sedang, IQ 35 49

318.1 Retardasi mental berat, IQ 20 34


318.2 Retardasi mental sangat berat, IQ dibawah 20
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan
hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ. Dapat dihitung
dengan :
IQ = MA/CA x 100%
MA = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil tes
CA = Chronological Age, umur yang didapat berdasarkan perhitungan tanggal
lahir

26 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

Diagnosis retardasi mental dapat dibuat setelah riwayat penyakit,


pemeriksaan intelektual yang baku, dan pengukuran fungsi adaptif menyatakan
bahwa perilaku anak sekarang adalah secara bermakna di bawah tingkat yang
diharapakan.

Diagnosis

sendiri

tidak

menyebutkan

penyebab

ataupun

prognosisnya. Suatu riwayat psikiatrik adalah berguna untuk mendapatkan


gambaran longitudinal perkembangan fungsi anak, dan pemeriksaan stigma fisik,
kelainan neurologis, dan tes laboratorium dapat digunakan untuk memastikan
penyebab dan prognosis.
a. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh,
dengan perhatian khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran.
Terdapat riwayat keluarga retardasi mental, hubungan darah pada orangtua,
dan gangguan herediter. Juga dapat menilai latar belakang sosiokultural
pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi intelektual pasien.
b. Wawancara Psikiatrik
Dua faktor yang sangat penting saat jika mewawancarai pasien adalah
sikap pewawancara dan cara berkomunikasi dengan pasien. Kemampuan
verbal pasien, termasuk bahasa reseptif dan ekspresif, harus dinilai sesegera
mungkin dengan mengobservasi komunikasi verbal dan nonverbal antara
pengasuh dan pasien dan dari riwayat penyakit. Sangat membantu jika
memeriksa pasien dan pengasuhnya bersama-sama. Jika pasien menggunakan
bahasa isyarat, pengasuh dapat sebagai penerjemah.
Orang terertardasi mengalami kegagalan seumur hidup dalam berbagai
bidang, dan mereka mungkin mengalami kecemasan sebelum menjumpai
pewawancara. Pewawancara dan pengasuh harus berusaha untuk memberikan
pasien suatu penjelasan yang jelas, suportif, dan konkret tentang proses
diagnostik, terutama pasein dengan bahasa reseptif yang memadai. Dukungan
dan pujian

harus diberikan dalam bahasa yang sesuai dengan usia dan

pengertian pasien.
Pengendalian pasien terhadap pola motilitas harus dipastikan, dan bukti
klinis adanya distraktibilitas dan distorsi dalam persepsi dan daya ingat harus
diperiksa. Pemakaian bahasa, tes realitas, dan kemampuan menggali dan

27 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

pengalaman penting untuk dicatat. Sifat dan maturitas pertahanan pasien


(menundukkan

diri

sendiri

menggunakan

penghindaran,

represi,

penyangkalan, introyeksi, da isolasi) harus diamati. Potensi sublimasi,


toleransi frustasi, dan pengendalian impuls (terutama terhadap dorongan
motorik, agresif, dan seksual) harus dinilai. Juga penting adalah citra diri dan
peranannya dalam perkembangan keyakinan diri, dan juga penilaian keuletan,
ketetapan hati, keingintahuan, dan kemauan menggali hal yang tidak
diketahui.
Pada umumnya pemeriksaan psikiatrik pasien yang teretardasi harus
mengungkapkan bagaimana pasien mengalami stadium perkembangan. Dalam
hal kegagalan atau regresi, juga dapat mengembangkan sifat kepribadian yang
memungkinkan perencanaan logis dari penatalaksanaan dan pendekatan
pengobatan.
c. Pemeriksaan Fisik
Berbagai bagian tubuh memiliki karakteristik tertentu yang sering
ditemukan pada orang retardasi mental dan memiliki penyebab prenatal.
Sebagai contoh, konfigurasi dan ukuran kepala memberikan petunjuk terhadap
berbagai kondisi seperti mikrosefali, hidrosefalus, dan sindroma Down. Wajah
pasien mungkin memiliki beberapa stigmata retardasi mental yang sangat
mempermudah diagnosis. Tanda fasial tersebut adalah hipertelorisme, tulang
hidung yang datar, alis mata yang menonjol, lipatan epikantus, opasitas
kornea, perubahan retina yag letaknya rendah atau bentuknya aneh, lidah yang
menonjol, dan gangguan gigi geligi. Lingkaran kepala harus diukur sebagai
bagian dari pemeriksaan klinis. Warna dan tekstur kulit dan rambut, palatum
dengan lengkung yang tinggi, ukuran kelenjar tiroid, dan ukuran anak dan
batang tubuh dan ekstremitasnya adalah bidang lain yang digali.
d. Pemeriksaan Neurologis
Gangguan sensorik sering terjadi pada orang retardasi mental, sebagai
contoh sampai 10 persen orang retardasi mental mengalami gangguan
pendengaran empat kali lebih tinggi dibandingkan orang normal. Gangguan
sensorik dapat berupa gangguan pendengaran dan gangguan visual. Gangguan
pendengaran terentang dari ketulian kortikal sampai deficit pendengaran yang
28 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

ringan. Gangguan visual dapat terentang dari kebutaan sampai gangguan


konsep ruang, pengenalan rancangan, dan konsep citra tubuh.
Gangguan dalam bidang motorik dimanifestasikan oleh kelainan pada
tonus otot (spastisitas atau hipotonia), refleks (hiperefleksia), dan gerakan
involunter (koreoatetosis). Derajat kecacatan lebih kecil ditemukan dalam
kelambanan dan koordinasi yang buruk.
e. Tes Laboratorium
Tes laboratorium yang digunakan pada kasus retardasi mental adalah
pemeriksaan urin dan darah untuk mencari gangguan metabolik. Penentuan
kariotipe dalam laboratorium genetic diindikasikan bila dicurigai adanya
gangguan kromosom.
Amniosintesis, di mana sejumlah kecil cairan amniotic diambil dari ruang
amnion secara transabdominal antara usia kehamilan 14 dan 16 minggu, telah
berguna dalam diagnosis berbagai kelainan kromosom bayi, terutama
Sindroma Down. Amniosintesis dianjukan untuk semua wanita hamil berusia
di atas 35 tahun.
Pengambilan sampel vili korionik (CVS; chorionic villi sampling) adalah
teknik skrining yang baru untuk menentukan kelainan janin. Cara ini
dilakukan pada usia kehamilan 8 dan 10 minggu. Hasilnya tersedia dalam
waktu singkat (beberapa jam atau hari), dan jika kehamilan adalah abnormal,
keputusan untuk mengakhiri kehamilan dapat dilakukan dalam trimester
pertama. Prosedur memiliki resiko keguguran antara 2 dan 5 persen.
f. Pemeriksaan Psikologis
Tes psikologis, dilakukan oleh ahli psikologis yang berpengalaman, adalah
bagian standar dari pemeriksaan untuk retardasi mental. Pemeriksaan
psikologis dilakukan untuk menilai kemampuan perceptual, motorik,
linguistik, dan kognititf. Informasi tentang factor motivasional, emosional,
dan interpersonal juga penting.

29 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Jadi, berdasarkan skenario dan pemaparan di atas, anak dalam skenario
mengalami retardasi mental (RM) sedang jika dilihat dari IQ dan beberapa
keterlambatan yang ia alami. Pada RM sedang, anak tersebut masih dapat diajari
beberapa kemampuan dasar walaupun membutuhkan waktu yang cukup lebih lama
dari penderita RM ringan, tetapi hal tersebut masih bisa dilakukan, sekarang
tergantung dari dukungan keluarga dan juga lingkungan sekitar anak itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
1. Academy for Educational Developmental National Information Center
for

Children

and

Youth

with

Disabilities.

2013.

Pervasive

Developmenalt Disorder. Wasington DC. NICHCY. Hlm 1

30 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

2. Brasic,

James

Robert.

2014.

Management. Medscape.

Asperger

Syndrome

Treatment

Diakses tanggal 10 Maret 2016

&
di

http://emedicine.medscape.com/article/912296-treatment
3. Brasic, James Robert. 2015. Autism. Medscape. Diakses tanggal 10
Maret

2016

di

http://emedicine.medscape.com/article/912781-

overview
4. Chiu, Suffen. 2015. Pervasive Developmental Disorder. Medscape.
Diakses

tanggal

10

Maret

2016

di

http://emedicine.medscape.com/article/914683-overview#a5
5. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan dari PPDGJ-III
dan DSM-5. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fk-Unika Atmajayahlm 130-133
6. Shroff, Amita. 2015. Pervasive Developmenalt Disorder. WebMD LLC.
Diakses

tanggal

10

Maret

2016

di

http://www.webmd.com/brain/autism/development-disorder?page=4
7. Soetjiningsih. (1995). TumbuhKembangAnak. EGC, Jakarta

31 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u

Vous aimerez peut-être aussi