Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa kanak-kanak merupakan masa pembentukkan karakter dan juga jiwa dari
seorang anak itu sendiri. Di mana mereka mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitar
orangtua, teman-temannya baik di rumah maupun di sekolah. Untuk mencapai kelancaran
dan kesempurnaan dalam menjalani hidup ke depan, yang diperlukan bukan hanya
dukungan dari orang tua tetapi juga dari anak itu sendiri.
Prestasi di sekolah, atau setidaknya dapat mengikuti pelajaran sebagai bekal
hidupnya kelak merupakan aspek yang penting dalam perkembangan sang anak. Baik
social maupun demi melanjutkan kehidupan..
Beberapa anak tidak dilahirkan dengan sempurna dan memiliki kemunduran
intelejensi. Hal ini meruapakan suatu hal yang harus dihadapi, bukanlah disesali.
Kemunduran intelejensi tidaklah dapat disembuhkan tetapi setidaknya kita sebagai
praktisi kesehatan tahu mengenai keadaan ini, yaitu keadaan retardasi mental akan kami
bahas di makalah ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan pleno ini adalah untuk mengetahui definisi, insidensi, etiologi,
epidemiologi,
patofisiologi,
manifestasi
klinik,
diagnosis,
diagnosis
banding
dan
penatalaksanaan dari
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
LBM III
ANAKKU TIDAK MAMPU
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahn, dibawa konsultasi ke psikolog dengan keluhan
kesulitan untuk melakukan komunikasi, tidak dapat mengikuti percakapan sederhana, hanya
bisa melakukan komunikasi secara sederhana dan seadanya, untuk memenhi kebutuhan
dasarnya. Didapatkan juga anak mengalami kesulitan dalam belajar membaca dan menulis.
Anak kurang mampu untuk merawat diri seperti berpakaian, mandi, dan BAK/BAB. Setelah
dilakukan tes IQ, diperoleh Intellegence Quotient (IQ) 47.
Anak berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah sehingga anak tidak
mendapatkan kebutuhan nutrisi yang cukup pada usia balita, padahal di usia tersebut
merupakan periode penting bagi pertumbuhan sel-sel otak. Tidak ditemukan adanya riwayat
penyakit sebelumnya pada anak tersebut.
2.2 Terminologi
2.3 Permasalahan pada scenario
1. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak !
2. Klasifikasi Intellegence Quotient (IQ) !
3. Kemampuan yang normal yang bisa dilakukan anak usia 9 tahun!
4. Mekanisme gejala diskenario !
5. Hubungan tingkat sosial ekonomi rendah dengan Intellegence Quotient (IQ) Rendah !
6. Diagnosis Banding !
7. Diagnosis !
2.4 Pembahasan
1. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak !
1) Factor genetic
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak.Melalui instruksi genetic yang terkandung didalam sel telur yang telah
dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Potensi genetic yang
bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga
dapat diperoleh hasil akhir yang optimal. Penyakit keturunan yang disebabkan
oleh kelainan kromosom seperti Sindro Down, Sindrom Turner, dan lain-lain.
2) Factor lingkungan
a. Lingkungan prenatal
yang termasuk factor lingkungan prenatal adalah gizi ibu saat hamil, adanya
toksin atau zat kimia, radiasi, stress, anoksia embrio, imunitas,infeksi dan
lain-lain.
b. Lingkungan post natal
3) Factor biologis
Yang termasuk didalamnya adalah rass (suku bangsa), jenis kelamin,umur,
gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit,penyakit kronis,fungsi
metabolisme, hormone.
4) Factor fisik
Yang termasuk didalamnya adalah cuaca (musim, keadaan geografis),
keadaan rumah, sanitasi, radiasi.
5) Factor psikososial
Yang termasuk didalamnya adalah stimulasi, ganjaran/hukuman yang wajar,
motivasi belajar, keluarga sebaya, sekolah, stress, cinta dan kasih saying,
kualitas interaksi anak dan orang tua.
6) Factor keluarga dan adat istiadat
Yang termasuk didalamnya adalah pekerjaan/ pendapatan keluarga, pendidikan
ayah dan ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah
tangga, kepribadian ayang dan ibu, adapt istiadat, norma, agama, dan lain-lain.
Sangat superior
Superior
120 129
Diatas rata-rata
110 119
Rata-rata
90 110
Dibawah rata-rata
80 89
70 79
52 69
36 -51
20 35
dibawah 20
kontek ssosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada
masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa
mereka mengalami gangguan, missal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau
mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
Retardasi mental sedang
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih
(trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan perkembangan
pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian
kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan,
dan beberapa diantaranya membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di
sekolah terbatas, sebagian masih bisa belajar dasar dasar membaca, menulis dan
berhitung.
Retardasi mental berat
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang
dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait.
Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan
motor yang bermakna atau adanya deficit neurologis.
Aneka kegiatan yang bisa orang tua lakukan guna menstimulasi kognisi anak
adalah:
* Mengadakan acara mendongeng.
* Membaca buku cerita, baik dilakukan oleh orang tua atau si anak sendiri.
* Menceritakan kembali suatu kisah dari buku cerita yang sudah dia baca.
* Sharing mengenai pengalaman sehari-hari yang bisa dilakukan secara verbal,
gambar atau tulisan.
* Berdiskusi tentang suatu tema.
Anak usia 6-12 tahun, perkembangan kognitifnya sangat berkaitan dengan
kemampuan akademis yang dipelajari di sekolah. Akan tetapi kemampuan kognitif
bisa menjadi lebih optimal apabila otak kanan anak mendapat stimulasi. Anak yang
memiliki fungsi otak seimbang akan lebih responsif, kreatif, dan fleksibel.
Kegiatan yang bisa dilakukan oleh anak 6-12 tahun adalah:
Ketika mempelajari berbagai kemampuan akademis, guru dan orang tua hendaknya
memperhatikan kondisi anak. Contohnya, saat anak sudah terlihat bosan seharusnya
secara otomatis materi yang disampaikan pada anak dibumbui atau diselingi dengan
permainan atau hal jenaka yang bisa membuat anak tertantang dan gembira. Ingat,
selingan seperti ini sebaiknya tetap pada konteks pembicaraan atau pembahasan.
7 | LBM IIIAnakku Tidak Mampu
baik
atau
tidak
sesuai
dengan
aturan.
Untuk
hal
ini
perlu
Khusus untuk anak 6-12 tahun, mulai perkenalkan dengan berbagai permainan
dalam rangka mengenalkan aturan main, sportivitas, dan kompetisi.
4. Mekanisme gejala diskenario !
Gangguan gizi saat anak dalam kandungan ataupun sudah lahir bisa menyebabkan
perubahan bentuk dan fungsi otak. Jika ibu kekurangan gizi pada kehamilan trimester
satu, sel saraf janin bisa berkurang, sedangkan bila kekurangan terjadi pada trimester
ketiga, kematangan sel sarafnya yang terganggu.
Bila anak pernah kekurangan nutrisi, ketika sekolah ia menunjukkan gangguan
fungsi motorik kasar, motorik halus, kecerdasan, perilaku, dan interaksi sosial.
Konsentrasi anak menjadi berkurang, anak kurang gembira, dan terjadi perubahan
hormonal yang nantinya juga akan mempengaruhi kecerdasannya.
Banyak ahli yang memfokuskan diri pada jenis nutrisi yang diduga paling penting
untuk otak, salah satu yang banyak diteliti adalah zat besi:
Zat besi adalah unsur penting dalam produksi dan pemeliharaan mielin serta
mempengaruhi aktivitas saraf.
Zat besi membantu kerja enzim yang penting untuk perangsangan saraf.
Zat besi ditemukan dalam otak secara tidak merata, sesuai dengan kebutuhan masingmasing bagian otak tersebut.
Di scenario dikatakan bahwa anak berasal dari keluarga dengan tingkat social
ekonomi rendah sehingga anak tidak mendapatkan kebutuhan nutrisi yang cukup
padausia balita hal ini akan menyebabkan :
a. Proses mielinasi terganggu
Fungsi pendengaran ditemukan menurun pada hewan penelitian yang sengaja
dibuat kekurangan zat besi. Anak yang mengalami kekurangan zat besi saat usia 6
bulan menunjukkan gangguan kecepatan hantar saraf dari pendengaran karena kurang
sempurnanya mielinasi. Efek ini menetap hingga anak berusia 2-4 tahun walau sudah
diobati. Mielinasi saraf penglihatan berlanjut sampai anak berusia 2 tahun. Jika anak
9 | LBM IIIAnakku Tidak Mampu
pernah alami kekurangan zat besi, saat usia 3-5 tahun respon penglihatannya menjadi
lebih lambat. Pembentukan zat kimia penunjang kerja otak (neurotransmitter)
terhambat Sel saraf diatur oleh zat kimia disebut neurotransmiter dan kekurangan zat
besi bisa menghambat produksinya. Misalnya, zat besi turut berperan dalam
pembentukan neurotransmiter dopamine. Anak yang kekurangan dopamine akan
memperlihatkan perilaku hiperaktif.
b.
Sinaptogenesis berjalan sejak lahir, sebagian besar selesai usia 2-3 tahun, sebagian
kecilnya berlanjut hingga remaja.
Sinaptogenesis untuk fungsi bicara: maksimal usia 9 bulan dan selesai usia 5 tahun.
10 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u
6. Diagnosis Banding !
a. Definisi
11 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u
penarikan
sosial;
gangguan
perkembangan
pervasifyang tidak spesifik [PDD, NOS]) sering tidak terdiagnosis dan tidak diobati
.kesempatan yang hilang untuk pengobatan dapat mempengaruhi hasil jangka panjang
dan kualitas hidup bagi anak-anak remaja dan keluarga mereka.
b. Etiologi
Para peneliti terus mengidentifikasi beberapa etiologi untuk patofisiologi yang
mendasari gangguan perkembangan pervasif (PDD). berbagai tingkat disfungsi dalam
sistem CNS kemungkinan besar terlibat. Misalnya, pada tingkat molekuler, jenis
serotonin-transporter
promotor
gen
dapat
memodulasi
keparahan
PDD
atau
meningkatkan risiko pengembangan PDD. Data dari studi genomik darah telah
menyarankan bahwa sistem kekebalan tubuh memainkan peran. pada tingkat
neuroanatomic, studi pencitraan otak awal telah menunjukkan perbedaan yang dapat
bermanifestasi klinis sebagai ukuran kepala lebih besar.
Faktor lingkungan juga dapat berkontribusi untuk pengembangan PDD, meskipun
paparan merkuri dan vaksinasi sebagian besar telah diberhentikan.
Perubahan budaya dapat menjelaskan beberapa peningkatan tingkat PDD tetapi tidak
disebutkan secara spesifik. Sebuah penelitian menunjukan meningkatnya waktu yang
dihabiskan di dalam ruangan dengan tingkat peningkatan PDD dan menunjukan bahwa
ini disebabkan oleh peningkatan menonton televisi. Televisi bisa memperkuat perilaku
repetitif pada anak-anak rentan yang di zaman yang berbeda, tidak akan menghabiskan
12 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u
begitu banyak waktu dengan komputer games dan program televisi yang mengurangi
interaksi interpersonal.
Anak-anak dengan PDD mungkin memiliki defisit kognitif tertentu lainnya, termasuk
masalah pengolahan pendengaran sentral, yang menyiratkan jalur terdistorsi antara
mendengar dan pengolahan kortikal.Mereka juga mungkin memiliki kekuatan kognitif
tertentu.
Beberapa
defisit
ini
dapat
bermanifestasi
sebagai
masalah
integrasi
anak
autisme
dapat
sering
memiliki
kejang
otot.Mereka
juga
untuk menunjukkan fokus yang terbatas dan pola yang tidak biasa berbicara.
Gangguan disintegratif masa kanak-kanak: Anak-anak dengan kondisi langka ini
mulai perkembangan mereka secara normal di semua bidang, fisik dan mental. Di
beberapa titik, biasanya antara usia 2 dan 10, anak dengan penyakit ini kehilangan
banyak keterampilan ia telah dikembangkan. Selain hilangnya keterampilan sosial
dan bahasa anak dengan gangguan disintegratif mungkin kehilangan kontrol
14 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u
dalam rumah).
Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam hubungannya dengan autisme,
tetapi pada tiga perempat kasus secara signifikan terdapat retardasi mental.
b. Autisme Tak Khas
Kriteria Diagnosisnya antara lain yaitu :
Gangguan perkembangan pervasif yang berbeda dari autisme dalam hal
usia onset maupun tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostik. Jadi
kelainan dan atau hendaya perkembangan menjadi jelas untuk pertama
kalinya pada usia setelah 3 tahun; dan/atau tidak cukup menunjukkan
kelainan dalam satu atau dua dari tiga bidang psikopatologi yang
dibutuhkan untuk diagnosis autisme (interaksi sosial timbal-balik,
komunikasi, dan perilaku terbatas, stereotipik, dan berulang) meskipun
16 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u
berkembang kemudian).
Cara berdiri dan berjalan cenderung melebar (broad-based), Otot
hipotonik, koordinasi gerak tubuh memburuk (ataksia), serta skoliosis atau
kifoskoliosis yang berkembang kemudian. Atrofi spinal, dengan disabilitas
motorik berat yang muncul pada saat remaja atau dewasa pada kurang
lebih 50 % kasus.
Kemudian dapat timbul spastisitas dan rigiditas, yang biasanya lebih
banyak terjadi pada ekstremitas bawah dart pada ekstremitas atas.
Serangan epileptik yang mendadak (epileptic fits), biasanya dalam bentuk
yang kecil-kecil, dengan onset serangan umumnya sebelum usia 8 tahun,
hal ini terjadi pada kebanyakan kasus. Berbeda sekali dengan autisme,
disini jarang terjadi perilaku mencederai diri dengan sengaja dan
besar
atau
kecil,
kadang-kadang
disertai
dengan
kemerosotan
pengendalian motorik.
Yang khas, keadaan tersebut besamaan dengan hilangnya secara
menyeluruh perhatianiminat terhadap lingkungan, adanya mannerisme
motorik yang stereotipik dan berulang, serta hendaya dalam interaksi
kemunduran intelektual;
e. Gangguan Aktivitas Berlebihan Yang berhubungan Dengan Retardasi Mental dan
Gerakan Streoptik
Kriteria Diagnosisnya antara lain yaitu :
Diagnosis ditentukan oleh kombinasi antara perkembangan yang tak
serasi dari overaktivitas yang berat, stereotipi motorik, dan retardasi
mental berat;
Ketiga hal tersebut harus ada untuk menegakkan diagnosis. Bila kriteria
diagnostik untuk F84.0, F84.1, atau F84.2 terpenuhi, keaaaan tersebut
timbal-balik dan
adanya pola perilaku, perhatian dan aktivitas, yangterbatas,
tingkah lakunya
19 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur
18 tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul setelah umur 18 tahun, bukan lagi
disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.
B. ETIOLOGI
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dariretardasi mental. Untuk
menetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik
dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan
multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial
berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT
(1983) dan Shonkoff JP (1992) di bawah ini :
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental:
1. Non organik
a. Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis.
b. Faktor sosiokultural.
c. Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik.
d. Penelantaran anak
2. Organik
a. Faktor Prakonsepsi.
1) Abnormalitas single gen (penyakit- penyakit metabolik).
2) Kelainan kromosom
b. Faktor Pranatal
1) Gangguan pertumbuhan otak trimester I
a) Kelainan kromosom (trisomi, mosaik, dll).
b) Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV.
c) Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi, dll)
d) Disfunsi plasenta
e) Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
2) Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
a) Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
b) Zat-zat teratogen (alkohol, kokain,logam berat, dll)
c) Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
d) Toksemia gravidarum
e) Disfungsi plasenta
f) Ibu malnutrisi
c. Faktor Perinatal
1) Sangat prematur
2) Asfiksia neonatorum
3) Trauma lahir : perdarahan intra kranial
4) Meningitis
20 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u
Gangguan Kognitif
Lambatnya ketrampilan dan bahasa
Gagal melewati tahap perkembangan utama
Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
Kemungkinan tonus otot abnormal
Terlambatnya perkembangan motorik halus dan kasar
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai
berikut:
1. Retradasi Mental Ringan
21 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u
untuk keperluan sehari hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam
merawat diri sendiri dan mencapai ketrampilan praktis dan ketrampilan rumah
tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada normal.
Kesulitan utama biassanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat
akademis dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis.
Etiologi organik hanya dapat diidentifikasikan pada sebagian kecil
penderita. Keadaan lain yang menyertai, seperti autisme, gangguan perkembangan
lain, epilepsi, gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik dapat ditemukan dalam
berbagai proporsi. Bila terdapat gangguan demikian, maka harus diberi kode
diagnosis tersendiri.
F71 Retardasi Mental Sedang
IQ biasanya berada dalam rentang 35 49. Umumnya ada profil
kesenjangan dari kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi
dalam ketrampilan visuo-spasial daripada tugas tugas yang tergantung pada
bahasa, sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan
interaksi sosial dan percakapan sederhana.
Tingkat perkembangan bahasa bervariasi, ada yang dapat mengikuti
percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya
untuk kebutuhan dasar mereka.
Suatu
etiologi
organik
dapat
diidentifikasikan
pada
kebanyakan
harus tergantung dari informasi yang diperoleh dari orang lain yang mengenalnya.
Setiap gangguan penyerta harus diberi kode diagnosis tersendiri.
F72 Retardasi Mental Berat
IQ biasanya berada dalam rentang 20 34. Pada umumnya mirip dengan
retardasi mental sedang dalam hal :
-
Gambaran klinis
24 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u
Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental
dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena
adanya gangguan sensorik atau fisik, misalnya buta, bisu, tuli dan penderita yang
perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.
F79 Retardasi Mental YTT
Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup
untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas.
E. DIAGNOSIS
Menurut pedoman diagnostik PPDGJ III intelegensia bukan merupakan
karakteristik yang berdiri sendiri, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah
besar ketrampilan khusus yang berbeda. Meskipun ada kecenderungan umum
bahwa semua ketrampilan ini akan berkembang ke tingkat yang serupa pada
setiap individu, tetapi ada ketimpangan (discrepancy) yang luas, terutama pada
penyandang RM. Orang yang demikian mungkin memperlihatkan hendaya berat
dalam satu bidang tertentu (misalnya bahasa) atau mungkin mempunyai suatu
area ketrampilan tertentu yang lebih tinggi (misalnya tugas visuospasial
sederhana) pada RM berat. Keadaan ini akan menimbulkan kesluitan dalam
menentukan kriteria diagnostik dimana seorang penyandang RM harus
diklasifikasikan.
Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang
tersedia, termasuk temuan klinis, perilaku adaptif (yang dinilai dalam kaitan
dengan latar belakang budayanya), dan hasil tes psikometrik.
Untuk diagnosis pasti, harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang
meningkatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari
lingkungan sosial biasa sehari hari. Gangguan jiwa dan fisik yang menyertai
retardasi mental mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan
penggunaan dari semua keterampilannya. Oleh karena itu kategori diagnostik
yang dipilih harus berdasarkan penilaian kemampuan global dan bukan atas suatu
25 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u
318
26 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u
Diagnosis
sendiri
tidak
menyebutkan
penyebab
ataupun
pengertian pasien.
Pengendalian pasien terhadap pola motilitas harus dipastikan, dan bukti
klinis adanya distraktibilitas dan distorsi dalam persepsi dan daya ingat harus
diperiksa. Pemakaian bahasa, tes realitas, dan kemampuan menggali dan
27 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u
diri
sendiri
menggunakan
penghindaran,
represi,
29 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Jadi, berdasarkan skenario dan pemaparan di atas, anak dalam skenario
mengalami retardasi mental (RM) sedang jika dilihat dari IQ dan beberapa
keterlambatan yang ia alami. Pada RM sedang, anak tersebut masih dapat diajari
beberapa kemampuan dasar walaupun membutuhkan waktu yang cukup lebih lama
dari penderita RM ringan, tetapi hal tersebut masih bisa dilakukan, sekarang
tergantung dari dukungan keluarga dan juga lingkungan sekitar anak itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Academy for Educational Developmental National Information Center
for
Children
and
Youth
with
Disabilities.
2013.
Pervasive
30 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u
2. Brasic,
James
Robert.
2014.
Management. Medscape.
Asperger
Syndrome
Treatment
&
di
http://emedicine.medscape.com/article/912296-treatment
3. Brasic, James Robert. 2015. Autism. Medscape. Diakses tanggal 10
Maret
2016
di
http://emedicine.medscape.com/article/912781-
overview
4. Chiu, Suffen. 2015. Pervasive Developmental Disorder. Medscape.
Diakses
tanggal
10
Maret
2016
di
http://emedicine.medscape.com/article/914683-overview#a5
5. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan dari PPDGJ-III
dan DSM-5. Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fk-Unika Atmajayahlm 130-133
6. Shroff, Amita. 2015. Pervasive Developmenalt Disorder. WebMD LLC.
Diakses
tanggal
10
Maret
2016
di
http://www.webmd.com/brain/autism/development-disorder?page=4
7. Soetjiningsih. (1995). TumbuhKembangAnak. EGC, Jakarta
31 | L B M I I I A n a k k u T i d a k M a m p u