Vous êtes sur la page 1sur 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang
Tubuh kita berubah dengan usia. Oleh karena itu, fungsi fisiologis dan
gejala penyakit dapat berbeda pada pasien yang lebih tua dari pada orang dewasa muda.
Dengan setiap dekade yang lewat, ini perbedaan lebih mungkin terjadi dan dapat lebih
dramatis. Misalnya, miokard akut infark dan infeksi sistemik pada pasien yang lebih tua
mungkin memiliki presentasi kurang klasik dari di muda. Dalam tertua tua, satu-satunya
gejala penyakit serius mungkin sederhana kelemahan.
Orang lebih dari 65 tahun saat ini mewakili lebih dari 13% dari populasi.
Pada tahun 1990, sebuah studi multicenter menunjukkan bahwa 15% dari hampir 100
juta Departemen Darurat (ED) kunjungan dilakukan oleh pasien tua, dan bahwa pasien
ini lebih mungkin dibawa oleh ambulans, mengkonsumsi lebih banyak sumber daya ED,
memiliki penyakit atau cedera serius, dan memerlukan operasi atau penerimaan
Persentase pasien yang lebih tua diproyeksikan meningkat selama dekade berikutnya
dengan 25% dari kunjungan ED yang dihasilkan oleh kelompok usia ini pada tahun
2020.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perubahan fisiologi pada lansia
2.1.1. Perubahan Fisik
A. Sel
a.

Jumlah sel menurun atau lebih sedikit

b.

Ukuran sel lebih besar

c.

jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang

d.

Proporsi protein di otak, otot,ginjal, darah, dan hati menurun

e.

Jumlah sel otak menurun

f.

Mekanisme perbaikan sel terganggu

g.

Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%

h.

Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar


B. Perubahan sistem kulit & Jaringan ikat.
a. Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adiposa
c. Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga
tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
d. Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran
darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
e. Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan
luka luka kurang baik.

f.

Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
g. Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna
rambut kelabu.
h. Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang
menurun.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 2

c.

Temperatut Tubuh
a. Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak rendahnya akitfitas otot.

d. Sistem muskuloskeletal.
a. Tulang kehilangan densikusnya rapuh.
b. Resiko terjadi fraktur.
c. Kyphosis.
d. Persendian besar & menjadi kaku.
e. Pada wanita lansia > resiko fraktur.
f. Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
g. Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi
badan berkurang ).
h. Gerakan volunter gerakan berlawanan.
i. Gerakan reflektonik Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi
terhadap rangsangan pada lobus.
j. Gerakan involunter Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi
terhadap suatu perangsangan terhadap lobus
k. Gerakan sekutu Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk
menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunte
e. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
a. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa
menyebabkan

tekanan

darah

menurun

( mengakibatkan pusing mendadak).


Kegawatdaruratan pada lansia

Page 3

menjadi

65

mmHg

d. Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh


darah perifer (normal 170/95 mmHg ).
f. Sistem genito urinaria.
a. Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50
%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya
+ 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat.
b. Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi
BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin.
c. Pembesaran prostat 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
d. Atropi vulva.
e. Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya
lebih alkali terhadap perubahan warna.
f. Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
g. Sistem pernafasan pada lansia.
a. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume
udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
b. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
c. Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga
jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan,
kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
d. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan
normal 50m), menyebabkan terganggunya prose difusi.
e. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose
oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua
kejaringan.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 4

f. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri


juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
g. Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus
alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya
obstruksi.
h. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
a. Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan
gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
b. Esofagus melebar.
c. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
d. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
e. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
f. Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
i. Penglihatan
a. Kornea lebih berbentuk skeris.
b. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d. Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada
skala.

j. Pendengaran.
a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun.
b.

Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 5

c. Terjadinya

pengumpulan

serumen,

dapat

mengeras

karena

meningkatnya kreatin.
k. Sistem persyarafan.
a.
b.
c.
d.

Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.


Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
Mengecilnya syaraf panca indera.
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

l. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.


a. Produksi hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.Pituitary, Pertumbuhan
hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
c. Menurunnya aktivitas tiriod BMR turun dan menurunnya daya
pertukaran zat.
d. Menurunnya produksi aldosteron.
e. Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen,
testosteron.
f. Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa
(stess).

m. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.


1

Perubahan sistem reprduksi.


a. Selaput lendir vagina menurun/kering.
b. Menciutnya ovarium dan uterus.
c. Atropi payudara.
d. Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan
secara berangsur berangsur.
e. Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik.

2. Kegiatan sexual.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 6

Sexualitas

adalah

kebutuhan

dasar

manusia

dalam

manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi.


Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa
membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual
akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang
berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani
tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan
untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku
seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial kedekatan dengan
suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat
yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya,
yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain
mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak
yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara
lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan
pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak
mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.

n. Pengecap dan penghidung


1. Pengecap
a. Menurunnya kemampuan pengecap.
b. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap ( 80 %), hilangnya sensitivitas dari
syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
c. Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera
makan berkurang.
2. Peraba.
a.
b.

Kemunduran dalam merasakan sakit.


Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 7

o.

Perubahan-perubahan mental/ psikologis


Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. kesehatan umum
c. Ttingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan.
f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan family
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri dan perubahan konsep diri.
perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih
sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan
mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.
Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang,
berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan,
2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.
Intelegentia

Quation;

1)

tidakberubah

dengan

informasi

matematika dan perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi


dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan,
karena tekanan-tekanan dari faktro waktu.
Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial:
1. perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi,
kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan
kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.
2. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.
3. Gangguan halusinasi.
4. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.
5. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.
p. Perubahan psikososial

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 8

Proses penuaan yang terjadi pada lansia akan mengalami suatu


perubahan psikososial, lansia akan merasa malu dan tidak berdaya ketika akan
melakukan sosialisasi terhadap lingan disekitarnya dibandingakn dengan yang
dulu yang terjadi masih muda
q. Perubahan kognitif
Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya adalah:
a. Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan
kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek
b. Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran
c. Kemampuan verbal dalam bidang vocabolar ( kosakata) akan menetap bila
tidak ada penyakit.

PHYSIOLOGIC CHANGE

CLINICAL PROBLEM THAT MAY RESULT

Diubah Kontrol Suhu dari

heatstroke atau Hipotermia

Disfungsi hipotalamus
Penurunan Berkeringat dan Perubahan Kulit

Ketidakmampuan

untuk

Mengembangkan

Demam Ketika Sakit


Kehilangan Kulit Collagen / Elastin

keriput
Mudah Breakdown Kulit
Lebih Infeksi Kulit

sandar Body Mass Diganti dengan Fat

Action

berkepanjangan

Obat

Fat-Terserap

tersebut
sebagai

Benzodiazepin

dan

Menyebabkan diubah Status Mental


Diabetes
Kegawatdaruratan pada lansia

Page 9

Barbiturat

CAD

Perubahan Volume cairan

Dehidrasi

Rasa haus diubah

Gangguan elektrolit

Gangguan GI
diuretik Gunakan

Dehidrasi, elektrolit Masalah, Volume


Penipisan,
Pusing ortostatik Perubahan

kardiovaskular

Gagal Jantung kongestif

penurunan Kontraktilitas

Sindrom jantung koroner akut

Penyakit arteri koroner

Disritmia, Atrial fib, Blok Jantung

Konduksi Sistem Kelainan

Pusing dan Sinkop gagal

Mengurangi postural Refleks

CNS

Perdarahan lebih intrakranial

Penurunan Otak Mass patuh Dura

Subdural lebih dari Epidural hematoma

Neuronal Transmitter Penurunan


Sensitivitas terhadap antipsikotik Meds
Kekakuan parkinsonian dan Spastisitas
Depresi
Mengurangi Mendengar, Sight, Bau;
Jatuh dan Kendaraan Bermotor Tabrakan
Instabilitas kiprah, Refleks Lamban
Risiko lebih tinggi dari Infeksi Bakteri; yang
paling Umum
Kegawatdaruratan pada lansia

Page 10

Penurunan Fungsi kekebalan


Infeksi adalah: Pneumonia, Saluran Kemih,
Kulit

2.2. DEFINISI MENUA


Menua (= menjadi tua= aging) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/menganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
1.

Definisi Lansia menurut Undang-Undang yaitu:


a. ` UU no 4 tahun 1965 yang memberikan pengertian bahwa lansia (lanjut usia)
adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah
dari orang lain.
b. UU no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, yang menyatakan bahwa
lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 .

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 11

2. Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah
suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi
orang lain, periode ini adalah permulaan dari kemunduran.
3. Definisi Lansia menurut WHO : Bahwa Lansia atau Usia lanjut itu meskipun
terkadang memunculkan masalah sosial, tetapi sebetulnya bukanlah merupakan
suatu penyakit.
4. Definisi Lansia menurut seorang Ahli yaitu Prayitno dalam Aryo (2002) yang
menyatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah
orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak
berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
5. Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian.
Selain itu masih ada batasan-batasan atau definisi lansia yang
disampaiakan oleh beberapa ahli, dan dari pendapat - pendapat tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa lanjut usia atau Lansia diartikan sebagai fase/masa
terakhir kehidupan manusia dengan mengalami berbagai perubahan baik fisik
maupun mental.
Batas usia pada lansia berdasarkan UU no 4 tahun 1965 Lansia adalah
seseorang yang mencapai umur 55 tahun, berdasarkan UU no.12 tahun 1998
lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999)
dan menurut Depkes umur lansia digolongkan menjadi :
a.
b.
c.

Kelompok lansia dini (55 64 tahun);


Kelompok lansia (65 tahun ke atas); dan
Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Sedangkan menurut WHO (1999) lansia digolongkan berdasarkan usia
kronologis/biologis yaitu : usia pertengahan (middle age) antara usia 45
sampai 59 tahun; lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun; lanjut
usia tua (old) usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90
tahun.

2.3.

KEGAWATDARURATAN PADA LANSIA

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 12

Gawatdarurat berasal dari bahasa Latin yaitu Mergere yang diartikan


sebagai mencelupkan, terjun, membanjiri, menguasaia tau mengubur. Menurut
Miles dari Medical Council New Zealand, kegawatdaruratan medis adalah
keadaan tiba-tiba yang terjadi dan membutuhkan perawatan segera untuk
menyelamatkan nyawa atau mencegah kecacatan atau rasa sakit padapasien..
Pada usia lanjut (usila) terjadi proses menua, dimana secara struktur anatomi
maupun fungsional terjadi kemunduran, yaitu proses degenerasi.
Pada usila berusia 80-90 tahun terjadi penurunan fungsi pada banyak organ
dan sistem, sehingga yang tersisa adalah sebagai berikut:

Kecepatan konduksi saraf tinggal 85%


Laju basal metabolit menjadi 80%
Volume cairan tubuh juga menjadi 80%, sehingga mudah terjadi dehidrasi bila

ada infeksi
Indeks kardiak menurun, tinggal 70%, sehingga mudah terjadi sesak bila
beraktivitas
Kapasitas vital paru menurun, menjadi 68%
Kapasitas vital maksimum menjadi 40%
Laju filtrasi glomerulus turun menjadi 67%
Aliran plasma ginjal tinggal: 40-47%
Penurunan yang terjadi pada pasin usia lanjut ini adalah karena perubahan

fisiologis, tetapi bila terkena suatu penyakit, maka akibat ataupun efeknya akan
berbeda dengan pasien muda.
Manifestasi klinis yang timbul juga berbeda. Misal pasien usila dengan penyakit
jantung koroner, keluhan, yang timbul mungkin adalah sesak bukan angina pektoris,
karena organ parunya sudah mempunyai masalah. Begitu juga bila terserang
pneumonia, tidak selalu disertai panas karena sudah berkurangnya faktor-faktor
inflamasi seperti interleukin 6 dan lain-lain. Pengobatan harus memperhatikan fungsi
ginjal dan fungsi hati supaua tidak terjadi interaksi obat ataupun terjadi efek
samping.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 13

Pada pasien geriatrik kegawatdaruratan yang sering terjadi adalah meliputi


bidang sebagai berikut:
-

Di bidang kardiovaskular
Di bidang pernafasan
Di bidang neurologis
Di bidang saluran cerna; acute abdomen
Di bidang saluran kemih
Di bidang endokrin dan metabolik
Trauma

2.3.1. Kegawatdaruratan Kardiovaskular


Pasien datang dengan kegawatan kardiovaskular yang dapat berupa:
henti jantung, syok/hipotensi, nyeri dada, penyakit jantung koroner,
congestive heart failure (CHF), aritmia berat, krisis hipertensi.
Kegawatan kardiovaskular adalah penyebab utama kematian pada usila
dan juga bila hidup menyebabkan disabilitas.
Pada sistem kardiovaskular, proses menua menyebabkan:
a. Basal heart rate menurun
b. Respons terhadap stres menurun
c. Left ventricle (LV) compliance menurun karena terjadi hipertrofi dan
juga karena senile amyloidosis
d. Pada daun-daun terjadi sklerosis dan kalsifikasi yang menyebabkan
disfungsi katup, sehingga sering terdengar bising sistolik dengan
intesitas rendah.
e. Pada AV node dan sistem konduksi terjadi fibrosis, sehingga pada usila
sering didapat fibrilasi atrial ataupun atrial flutter.
f. Compliance pembuluh darah perifer menurun, karena proses
aterosklerosis

sehingga

peninggian tekanan sistolik.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 14

afterload

meningkat

dan

didapatkan

g. Terjadi proses aterosklerotik pada pembuluh darah koroner dan terjadi


penyakit jantung koroner (PJK).
Pada pasien usia lanjut dengan IMA hanya 50% yang mengalami
nyeri dada. Pada pasien usia lanjut dengan PJK sering timbul simtom
yang atypical yaitu berupa confusion, perubahan kesadaran. Selain itu
pengobatan pada usila perlu hati-hati, karena dapat terjadi pendarahan
GI tract dengan pemberian thrombolitik, aspirin, ataupun heparin.
Dengan betablocker dapat menimbulkan confusion.

2.3.2. Trauma
Sebagai harapan hidup penduduk AS terus meningkat, jumlah
pasien trauma aktif dan beresiko geriatri akan terus tumbuh. Pertumbuhan
pada pasien trauma geriatri ini akan menyajikan masalah yang lebih besar
dan lebih menantang untuk sistem trauma dan departemen darurat untuk
mengelola. Penelitian di bidang perawatan trauma geriatri perlahan-lahan
mendapatkan lebih penting, namun banyak pertanyaan yang belum
terjawab tetap. Sebuah tinjauan literatur trauma geriatri dari 1966-1999
dilakukan oleh Asosiasi Timur untuk Bedah Trauma menemukan bahwa
sebagian besar penelitian yang dilakukan adalah retrospektif di alam.
Kurangnya percobaan prospektif acak membuat sulit untuk menarik
perusahaan rekomendasi berbasis bukti untuk memperbaiki sistem trauma
geriatri perawatan. Masih sulit untuk melakukan penelitian secara acak
dan calon ketat yang akan mengakibatkan lebih pengambilan keputusan
dalam perawatan yang lebih tua pasien trauma. Dalam ulasan ini, kami
ingin memeriksa literatur terbaru dan meringkas beberapa isu utama yang
dihadapi pasien geriatri trauma, sistem trauma, dan penyedia trauma
perawatan.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 15

Pada usila lanjut penyebab utamanya adalah karena jatuh (fall),


lebih kurang terjadi pada 40% usila. Sepuluh persen dari jatuh tersebut
terjadi cedera berat dan 50% diantaranya terjadi fraktur.
Penyebab dari jatuh dengan trauma berat perlu ditelusuri lebih
lanjut dan biasanya karena kombinasi dari perubahan-perubahan yang
terjadi pada proses menua. Misalnya turunnya daya propriosepsi dan
kelemahan otot yang sudah terjadi, dengan penyakit seperti parkinson,
struke dan penglihatan kabur. Begitu juga efek obat-obatan seperti
vasodilator, anti depresi. Pengaruh lingkungan seperti cahaya kurang,
lantai licin, juga perlu dipertanyakan. Karena itu dalam melakukan
anamnesis pada kasus jatuh, perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Aktivitas pasien pada saat kejadian, misalnya kencing malam


Apakah ada symptom prodromal: dizziness, nausea
Kesadaran menurun atau menghilang
Timbulnya nyeri dada dan berdebar karena serangan jantung
Rasa sesak
Riwayat pernah sakit dada
Stroke
Ateksia, parkinson dan artritis
Obat-obatan yang di minum
Pernah mengalami hipotensi postural
Tiba-tiba menjadi lemah
Lingkungan mengenai cahaya, licin dan sebagainya
Pada pemeriksaan fisis selain pemeriksaan rutin, perlu dilihat tanda-

tanda trauma. Bila tekanan darah (TD) turun, waspada pendarahan internal
misal ruptur limfatik. Pada keadaan syok, mungkin hanya didapatkan
tekanan darah turun, tanpa kenaikan nadi karena sudah ada gangguan
syaraf otonom, sehinngga denyut nadi tidak meningkat akibat respon
simpatis

berkurang.

Perlu

diuji

penglihatan,

pendengaran,

dan

keseimbangan. Diperiksa status kardiovaskuler dengan EKG. Pengukuran


tekanan darah pada pasien usila dilakukan dalam posisi duduk supaya
langsung terlihat apakah sudah ada hipotensi ortostatik.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 16

Status neurologis juga dilihat apakah ada stroke ringan. Juga otot-otot
diperiksa kelemahannya. Bila terlihat ada resiko jatuh, pasien perlu
dirawat.
2.3.3. Kegawatdaruraatn Akut Abdomen
populasi dunia meningkat, dan orang tua merupakan segmen yang
paling cepat tumbuh. Jumlah gawat darurat (ED) dilihat bagi penduduk
usia lanjut juga meningkat. Memberikan perawatan kepada pasien lansia
menyajikan set unik dari tantangan. Hal ini terutama berlaku untuk pasien
lansia dengan nyeri perut akut. Subkelompok pasien ini beresiko sangat
tinggi,

dengan

angka

kematian

mendekati

10%.

Mereka

juga

mengkonsumsi sejumlah besar sumber daya ED, membutuhkan pengujian


laboratorium, pencitraan, dan jasa konsultan di tingkat signifikan lebih
tinggi dibandingkan pasien yang lebih muda. Lansia pasien dengan sakit
perut akut hadir tantangan diagnostik juga. fisiologi khas mereka
mengarah ke presentasi atipikal, dengan gejala tertunda, perubahan kurang
diprediksi dalam tanda-tanda vital dalam menanggapi penyakit, dan
pemeriksaan fisik nyata tidak dapat diandalkan. Praktisi waspada sering
dapat palsu diyakinkan oleh penampilan yang tampaknya tidak berbahaya
pasien dan nilai-nilai laboratorium menipu normal.
Pasien datang sakit perut yang hebat dimana penyebabnya dapat
berupa: obstruksi, inflamasi, katastrofal vaskuler.
Keluhan yang dirasakan adalah rasa nyeri, yang mungkin
disebabkan: inflamasi, perforasi, iskemik vaskuler disease, obstruksi kolon
(kanker), obstruksi usus halus (adhesi, ileus, batu empedu), kelaianan
hepatobilier, pankreatitis, kelainan genitourinarius, peritonitis, katastrofal
vaskuler: infark usus, ruptur aneurisma aorta abdominalis.
Tanda klinisnnya sering atipikal, karena pendarahan GI Tract dapat
keliru dengan iskemia atau CHF, sehingga datangnya pun terlambat.
Karena itu perhatikan tipe dan lokasi nyeri. Untuk diagnostik dilakukan
Kegawatdaruratan pada lansia

Page 17

foto abdomen polos 3 posisi dan kalau perlu dapat dilanjutkan dengan
pemeriksaan CT scan abdomen. Terapinya dengan mengatasi syok dan
atasi indikasi misalnya kecurigaan perforasi usus dilakukan laparotomi.
a. gangguan pembuluh darah

Yang paling waktu sensitif dari semua diagnosa, gangguan


pembuluh darah harus dipertimbangkan di awal perjalanan dari setiap
pasien tua dengan nyeri perut akut.
iskemia mesenterika akut
Mesenterika akut ischemia (AMI) adalah istilah spesifik meliputi
proses penyakit yang mengakibatkan kerusakan iskemik karena penurunan
aliran darah dari sistem pembuluh darah mesenterika (Tabel 1 ). Meskipun
insiden keseluruhan iskemia mesenterika rendah pada populasi ED, itu
lebih umum dan akut yang mengancam jiwa, dengan perkiraan angka
kematian di atas 50% . Banyak faktor risiko spesifik untuk peningkatan
AMI prevalensi pada populasi yang lebih tua.

Table 1 iskemia mesenterika:

jenis

SMA
embolus

SMA

Faktor risiko

presentasi

fibrilasi atrium, kardiomiopati

Nyeri tidak sesuai dengan

dilatasi, aritmia, penyakit katup, temuan pemeriksaan fisik;


peristiwa emboli sebelumnya

mual, muntah, diare

Aterosklerosis, merokok

Mirip dengan SMA embolus,

trombosis

Kegawatdaruratan pada lansia

tapi my memiliki sakit perut

Page 18

jenis

Faktor risiko

presentasi

postprandial lama atau `angina


usus '

SMV

negara hiperkoagulasi,

trombosis penggunaan kontrasepsi oral

Nomi

nyeri kurang parah dari


penyakit arteri; Tentu saja lebih
lamban

Rendah aliran pasien negara /

sakit perut Nonreproducible; GI

ICU: sepsis, hipotensi,

dijelaskan perdarahan pada

penurunan volume berat, dialisis; pasien ICU; sakit perut setelah


pengguna kokain; pasien trauma dialisis

Mesentrika superior emboli arteri (SMA) embolus adalah varietas


yang paling umum. Pasien yang beresiko tertinggi untuk jenis iskemia
mesenterika memiliki sumber jantung emboli, seperti atrial fibrilasi,
kardiomiopati dilatasi, aritmia, dan penyakit katup. Sekitar sepertiga dari
pasien ini memiliki sejarah sebuah acara emboli. Trombosis dari SMA,
sekitar 15% dari kasus AMI, ditemukan pada pasien dengan faktor risiko
aterosklerosis khas. Deposisi plak pada asal SMA dapat menyebabkan
stenosis aliran membatasi (Gambar 1 ). Pasien dengan kondisi ini mungkin
memiliki riwayat sakit perut post-prandial lama atau `angina usus, 'tanda
iskemia mesenterika kronis. pecahnya plak dapat menutup jalan SMA, yang
menyebabkan trombosis SMA akut.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 19

(Gambar 1: CT angiogram menunjukkan stenosis arteri mesenterika superior.)

Vena mesenterika superior (SMV) trombosis, sering disebabkan


oleh keadaan hiperkoagulasi, hadir dalam 5% sampai 15% dari kasus
AMI. Pasien dengan kondisi ini biasanya jauh lebih muda dari pasien
dengan SMA embolus. Setengah dari pasien ini memiliki riwayat pribadi
atau keluarga dari tromboemboli vena. Mirip dengan SMA trombosis,
tentu saja ini bisa menjadi malas dan tidak spesifik.
Non-oklusif mesenterika iskemia (Nomi) berkembang sebagai
akibat dari keadaan aliran rendah dengan vasospasme cabang dari SMA,
bukan oklusi akut. Nomi dapat berkembang pada pasien yang hipotensi,
pada vasopressor, sangat Volume habis, atau dialisis. Umumnya lebih
umum pada pasien sakit kritis, itu dapat terjadi secara akut dalam situasi
seperti trauma atau penyalahgunaan kokain. Nomi memiliki tingkat
kematian sangat tinggi, mungkin karena kombinasi komorbiditas dan
kesulitan dalam membuat diagnosis ini.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 20

Dokter di ED harus menyadari faktor risiko pasien untuk AMI dan


mempertahankan tingkat kecurigaan yang tinggi untuk penyakit ini.
Klasik, pasien menyajikan dengan nyeri perut nonreproducible, sering
disebut sebagai `nyeri luar proporsi temuan ujian. ' Ini mencerminkan
visceral, bukan peritoneal satu, asal nyeri. Namun, beberapa pasien
mungkin hadir awalnya dengan muntah dan diare, keluhan nyeri perut
intermiten saat makan, atau keluhan lain yang lebih halus. pengajaran
tradisional adalah bahwa tes laboratorium, seperti pengukuran tingkat
asam laktat, dapat membantu dalam mengidentifikasi pasien berisiko lebih
besar; Namun, tidak ada tes laboratorium khusus untuk iskemia
mesenterika. tingkat laktat bisa normal pada orang-orang yang hadir lebih
awal; elevasi sering temuan akhir. Bedah berkonsultasi dan pencitraan
yang tepat di awal kursus telah terbukti meningkatkan hasil, karena ini
adalah diagnosis sensitif terhadap waktu. Angiography adalah tes
tradisional pilihan dan telah terbukti menurunkan risiko kematian jika
dilakukan awal. Multidetector-baris computed tomography (CT) telah
menunjukkan akurasi yang baik dalam kasus AMI. Ini memiliki
keuntungan

menjadi

lebih

mudah

tersedia

dan

kurang

invasif

dibandingkan angiografi. Hal ini juga dapat menjelaskan penyebab lain


dari sakit perut yang parah.
Aunurisme aorta abdominal
Aneurisma aorta abdominal (AAA) adalah penyakit yang ditemukan
hampir secara eksklusif pada orang tua, dan pecahnya AAA membawa
tingkat kematian yang sangat tinggi. AAA bisa menjadi diagnosis
langsung dalam presentasi klasik tapi luar biasa menantang dalam kasus
atipikal. Hal ini dapat menyajikan diagnosa sama dengan lebih jinak
seperti kolik ginjal atau nyeri punggung muskuloskeletal, berarti harus
dipertimbangkan di awal perjalanan dari berbagai keluhan pasien. Bedside
USG dan CT yang cepat, handal, tes non-invasif yang dapat membantu
dalam membuat diagnosis ini.
Kegawatdaruratan pada lansia

Page 21

Presentasi klasik AAA pecah adalah hipotensi, sakit perut, dan massa
perut berdenyut. Sementara klasik, kombinasi ini ditemukan dalam waktu
kurang dari setengah dari kasus. Hipotensi mungkin bersifat sementara
dan bisa diselesaikan jika perdarahan retroperitoneal dan telah
tamponaded sementara. Pecahnya juga dapat hadir dengan terisolasi
kembali daripada sakit perut. Sebuah dipstick urine bisa menjadi positif
untuk darah sebagai akibat dari iritasi pada ureter oleh AAA. Sebuah
kesalahan diagnosis sering pada pasien dengan nyeri punggung dan
hematuria mikroskopik adalah kolik ginjal. Peringatan keras harus diambil
sebelum mendiagnosis individu tua dengan kolik baru ginjal, sakit
punggung muskuloskeletal, atau bahkan sinkop tanpa mempertimbangkan
pecah AAA.
Non-okulsi mesentrika iskemia (nomi) berkembang sebagai akibat
dari keadaan aliran rendah dengan vasospasme cabang dari SMA bukan
okulsi akut. Nomi dapat berkembang pada pasien yang hipotensi, pada
vasopressor, sangat Volume habis, atau dialisis. Umumnya lebih umum
pada pasien sakit kritis, itu dapat terjadi secara akut dalam situasi seperti
trauma atau penyalahgunaan kokain. Nomi memiliki tingkat kematian
sangat tinggi, mungkin karena kombinasi komorbiditas dan kesulitan
dalam membuat diagnosis ini.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 22

(gambar 2 : Gambar USG diagnostik untuk aneurisma aorta perut.)


b. Gangguan usus
- Sumbatan usus
Obstruksi usus kecil (SBO) pada orang tua adalah darurat bedah
kedua yang paling umum terjawab, setelah usus buntu. Seperti pada pasien
muda, hernia dan perlengketan adalah penyebab utama dari SBO pada
orang tua. Penyebab terlihat unik pada orang tua termasuk neoplasma dan
ileus batu empedu (Tabel 2 ). Meskipun presentasi SBO mirip pada orang
tua, tingkat kematian jauh lebih tinggi.
Table 2 : etilogi obstruksi usus

obstruksi usus kecil

obstruksi usus besar

Hernia / adhesi

Neoplasma / massa

Neoplasma / massa

diverticulitis

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 23

obstruksi usus kecil

obstruksi usus besar

Batu empedu

volvulus

Radiografi polos abdomen mungkin menunjukan bukri SBO,


seperti usus melebar dan tingkat udara-cairan (gambar 3). Namun, tidak
adanya temuan ini tidak mengesampingkan obstruksi. CT memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi untuk mendeteksi SBO dan mungkin
mengidentifikasi penyebab dan lokasi.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 24

(Gambar 3 : Meninggalkan lateral yang radiografi dekubitus


menunjukkan tingkat udara-cairan. Insidental klip bedah dari reseksi
usus sebelumnya juga mencatat.)
penghalang usus besar jauh lebih umum pada orang tua karena
peningkatan kejadian kanker dan diverticulitis di kelompok usia ini.
Meskipun pasien klasik hadir dengan nyeri perut, sembelit, dan muntah,
hampir setengah tidak memiliki muntah atau sembelit. Banyak mengeluh
diare. Sigmoid dan volvuli cecal juga menyebabkan obstruksi usus besar.
volvulus cecal cenderung timbul akut pada populasi yang lebih muda dan
biasanya membutuhkan operasi muncul. Sigmoid volvulus harus dicurigai
di sakit kronis, pasien lemah dan sering onset lambat

(Gambar 4 ).

manajemen awal dapat terdiri dari dekompresi nonoperative melalui


sigmoidoskopi atau barium enema. Namun, karena tingginya insiden
kekambuhan, operasi definitif dengan cara tertunda sering diperlukan.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 25

(gambar4 : Radiografi menunjukkan volvulus sigmoid)

Penyakit devertikular
Prevalensi penyakit divertikular, atau diverticulosis, meningkat secara
dramatis pada orang tua, mencapai hampir 80% pada orang yang berusia di atas
85. diverticulae kolon biasanya asimtomatik, tetapi mereka dapat menjadi
meradang (diverticulitis) atau berdarah.
Diverticulitis terjadi pada 10% sampai 20% dari pasien dengan penyakit
divertikular, dan itu adalah berulang dalam 25% kasus. Klasik, penderita
Kegawatdaruratan pada lansia

Page 26

mengalami demam, mual, perubahan usus rejimen (sembelit, diare, atau


tenesmus), dan kiri bawah kuadran (LLQ) nyeri. Mereka mungkin memiliki
massa yang lembut LLQ dan leukositosis juga. Namun, pasien yang lebih tua
mungkin hadir atypically. Hampir setengah adalah demam dan banyak memiliki
jumlah sel darah putih yang normal. Tiga puluh persen tidak memiliki nyeri perut
pada ujian. Bahkan, hampir setengah dari semua kasus diverticulitis salah
didiagnosa awalnya . Beberapa misdiagnoses lebih umum termasuk infeksi
saluran kemih dan kolik ginjal, karena ada insiden tinggi gejala kencing
bersamaan. Ketika usus besar kanan didominasi terlibat, dokter mungkin
menduga usus buntu. Oleh karena itu, penggunaan liberal CT dianjurkan, karena
keduanya sangat sensitif dan spesifik untuk penyakit ini, apakah atau tidak
kontras digunakan. Selain itu, memungkinkan diagnosis komplikasi dari
diverticulitis serta proses penyakit lainnya yang menyamar sebagai itu.
Diverticulitis mungkin rumit dengan pembentukan abses atau fistula,
obstruksi usus, perforasi bebas, atau pengembangan sepsis. Orang tua berada pada
peningkatan risiko komplikasi ini dan memiliki tingkat kematian meningkat
ketika mereka mengembangkan. Komplikasi dikelola pembedahan atau melalui
radiologi intervensional, mirip dengan pendekatan pada pasien yang lebih muda.
Pasien yang baik muncul, tidak memiliki penyakit penyerta, dan memiliki
akses ke perawatan tindak lanjut yang baik dapat dikelola sebagai pasien rawat
jalan, dengan diet rendah residu dan antibiotik oral efektif terhadap organisme
gram-negatif dan anaerob selama 7 sampai 10 hari. Kebanyakan pasien usia lanjut
memerlukan masuk untuk antibiotik intravena spektrum luas, istirahat usus, dan
rehidrasi, selain analgesik dan anti-muntah yang diperlukan. Pasien usia lanjut
dengan diverticulitis harus memiliki kolonoskopi atau sigmoidoskopi dilakukan 4
sampai 6 minggu setelah resolusi gejala untuk mengecualikan karsinoma yang
mendasari, yang hadir pada sampai dengan 15%.
Perdarahan terjadi pada 15% pasien dengan diverticulosis. Ini adalah
penyebab paling umum dari perdarahan gastrointestinal lebih rendah pada orang
Kegawatdaruratan pada lansia

Page 27

tua. Perdarahan biasanya ringan, tapi kadang-kadang itu adalah besar. Perdarahan
berhenti secara spontan dalam 90%, dan perdarahan ulang berulang pada sampai
dengan 25%. Beberapa faktor risiko telah dikaitkan dengan perdarahan, seperti
hipertensi, antikoagulan, diabetes mellitus, dan penyakit jantung iskemik..
Divertikular perdarahan harus dikelola awalnya sebagai penyebab lain dari
perdarahan GI rendah, mengingat pentingnya resusitasi awal dan manajemen
agresif dan pemantauan, mengingat pasien lansia menurun cadangan fisiologis.
Apendisitis adalah darurat bedah perut yang paling umum pada populasi
umum dan indikasi ketiga yang paling umum untuk operasi perut pada orang tua
pasien. Insiden apendisitis meningkat pada populasi lanjut usia sekunder untuk
harapan hidup meningkat. Meskipun kejadian secara keseluruhan lebih rendah
pada populasi lanjut usia dibandingkan dengan populasi umum, tingkat kematian
empat sampai delapan kali lebih tinggi.Sampai setengah dari semua kematian
akibat usus buntu terjadi pada pasien usia lanjut. Tingkat kematian yang tinggi
dikaitkan dengan presentasi tertunda dan atipikal yang mengarah ke yang sering
misdiagnosis.
Meskipun kemajuan dalam kedokteran modern, usus buntu masih salah
didiagnosis 54% dari waktu pada populasi pasien tua. Setengah dari pasien yang
didiagnosa memiliki perforasi usus pada saat operasi. Seperlima dari semua
pasien usia lanjut dengan usus buntu hadir setelah 3 hari dari gejala dan lain 5%
sampai 10% dari pasien datang setelah 1 minggu gejala. Kurang dari sepertiga
pasien mengalami demam, anoreksia, nyeri kuadran kanan bawah, atau
leukositosis. Seperempat pasien mengalami nyeri kuadran ada kanan bawah sama
sekali. Meskipun beberapa sistem penilaian telah dikembangkan untuk pasien
risiko-stratifikasi dengan dugaan apendisitis, mereka belum menunjukkan
kemampuan diskriminatif atau prediksi yang cukup untuk digunakan pada
populasi lanjut usia. Kecurigaan klinis yang tinggi dan penggunaan liberal CT
scan pada pasien usia lanjut yang diperlukan untuk membuat diagnosis ini secara
tepat waktu (Gambar 5 ).

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 28

(Gambar 5: CT memindai menunjukkan lampiran meradang.)


Penyebab miscellaneous sakit perut
-

ulkus peptikum

ulkus peptikum (PUD) adalah penyakit yang umum dan sering tidak
terdiagnosis antara pasien lanjut usia. Sekitar setengah dari pasien yang
berusia di atas 60 dengan PUD awalnya hadir dengan komplikasi, paling
sering perforasi. Komplikasi lain termasuk perdarahan, obstruksi lambung,
dan erosi menjadi sebuah struktur yang berdekatan. Telah terbukti bahwa
sampai 35% dari orang yang berusia di atas 60 dengan endoskopi terbukti
PUD tidak memiliki sakit perut, berbeda dengan hanya 8% dari pasien di
bawah usia 60.
Lansia pasien dengan PUD memiliki tingkat kematian lebih tinggi
daripada populasi umum. Mereka lebih cenderung memerlukan transfusi
darah, menjalani operasi untuk mengontrol perdarahan, dan rebleed. Angka
kematian yang terkait dengan perforasi pada orang tua adalah 30%
dibandingkan dengan 10% pada populasi umum. Jika diagnosis tertunda 24
jam, angka kematian meningkat delapan kali lipat
Kurangnya sakit perut bukan satu-satunya presentasi atipikal terlihat
pada orang tua. Tanda menyajikan paling umum adalah melena. Karena
perubahan fisiologis termasuk penurunan otot perut, kekakuan tidak hadir di
Kegawatdaruratan pada lansia

Page 29

sekitar 80% dari pasien usia lanjut yang hadir dengan PUD berlubang, dan
udara bebas dihargai atas hanya sekitar 40% dari radiografi polos (Gambar 6).
Tanda-tanda vital mungkin normal. Baru-onset gagal jantung kongestif dari
anemia kronis telah dilaporkan.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 30

(Gambar 6: Film dada tegak menunjukkan udara bebas di bawah diafragma.)

Selain fisiologi berubah dari pasien lanjut usia, peningkatan


penggunaan obat-obatan seperti obat nonsteroidal anti-inflammatory
(NSAID), aspirin, steroid, dan antikoagulan berkontribusi terhadap
meningkatnya insiden PUD . Sampai dengan 40% dari pasien usia lanjut
mengambil NSAID, dan telah menunjukkan bahwa usia merupakan faktor
risiko independen untuk cedera saluran cerna. Selain itu, kejadian
Helicobacter pylori berkisar dari 53% menjadi 73% pada populasi ini,
memberikan kontribusi untuk peningkatan risiko ulkus duodenum.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 31

penyakit empedu dan pangkreatitis


Penyakit empedu, khususnya kolesistitis akut (AC), adalah darurat
bedah terkemuka di kalangan orang tua. Alasan yang berlipat ganda:
perubahan yang berkaitan dengan usia di pembuluh darah, meningkatkan
komorbiditas, dan peningkatan insiden batu empedu. Diagnosis mungkin tidak
langsung pada orang tua. Selain itu, risiko komplikasi yang berhubungan
dengan AC meningkat dalam populasi ini.
Presentasi khas AC adalah pasien wanita berusia empat puluhan
dengan demam, nyeri kuadran kanan atas, mual, dan muntah. pasien lansia
sering tidak memiliki gejala-gejala tersebut. Meskipun mereka mungkin
memiliki klasik nyeri kuadran kanan atas, hampir 40% tidak mengalami mual
dan muntah, dan banyak yang demam. Selain itu, tes laboratorium yang
menghasilkan kelainan indikasi AC, seperti leukositosis dan fungsi hati yang
abnormal tes, bisa menjadi normal. USG, studi diagnostik awal pilihan,
memiliki sensitivitas yang baik dan spesifisitas pada orang tua (Gambar 7 ).

(Gambar 7 USG dari pasien dengan kolesistitis akut. Sebuah


batu empedu yang sangat besar dengan edema sekitarnya signifikan dapat
dilihat.)

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 32

Komplikasi kolesistisis seperti choledocholithiasis, kolangitis, dan


kolesistitis emphysematous juga jauh lebih umum pada orang tua. Karena
vaskularisasi miskin kandung empedu, orang tua berada pada peningkatan
risiko perforasi dan kolesistitis emphysematous (Gambar 8 ). Hal ini
penting untuk

mempertimbangkan komplikasi ini dan bertindak

secepatnya. Administrasi antibiotik spektrum luas dengan cakupan


anaerobik dianjurkan, serta awal bedah berkonsultasi. Manajemen bedah
tertunda dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas tidak perlu.

(Gambar 8 Rontgen perut tegak menunjukkan tingkat udara-cairan


di dalam kandung empedu, diagnostik untuk kolesistitis
emphysematous.)
Kejadian pangkreatitis meningkat 200 kali lipat setelah usia
65. Pankreatitis sering menyajikan biasanya di tua serta muda,
dengan `membosankan 'nyeri epigastrium menjalar ke belakang,
berhubungan dengan muntah. Namun, beberapa pasien usia lanjut
dengan pankreatitis hadir dengan hanya hipotensi dan perubahan
Kegawatdaruratan pada lansia

Page 33

status mental, yang memperluas diferensial yang sangat.

Pada

lebih dari 80 tahun, risiko necrotizing pankreatitis meningkat


secara signifikan. diagnosis lain, seperti iskemia mesenterika,
dapat hadir dengan amilase tinggi juga. Pertimbangkan CT scan
awal pada pasien usia lanjut dengan dugaan pankreatitis jika
diagnosis

diragukan

atau

diagnosis

alternatif

sedang

dipertimbangkan.
Penyebab nyeri perut non abdomen
Gagal untuk mempertimbangkan penyebab ekstra-abdomen
pada pasien dengan nyeri perut adalah perangkap yang sering.
Beberapa penyakit yang mengancam jiwa dapat hadir dengan sakit
perut saja.
infark miokard adalah diagnosis yang paling penting untuk
dipertimbangkan. Sepertiga dari wanita di atas usia 65 yang memiliki
infark miokard akut hadir dengan sakit perut saja. Hal ini paling sering
terjadi pada penderita diabetes dan pada pasien dengan infark rendah.
Dalam sebuah penelitian pasien lansia dengan angina tidak stabil, 45%
tidak memiliki nyeri dada, 8% memiliki nyeri epigastrium, 38%
memiliki mual, dan 11% telah muntah. Pasien dengan presentasi
atipikal cenderung memiliki penundaan lagi dalam pengobatan dan
karena itu angka kematian meningkat. Oleh karena itu, adalah
bijaksana untuk mendapatkan elektrokardiogram pada setiap pasien
lansia dengan nyeri epigastrium. penyakit jantung lain yang dapat
hadir dengan nyeri perut yang gagal jantung kongestif dan
perikarditis.
proses paru, terutama yang melibatkan lobus yang lebih
rendah, penyebab lain dari sakit perut. Ini termasuk pneumonia,
emboli paru, efusi pleura, dan pneumotoraks. penyebab metabolik
seperti diabetes ketoasidosis (DKA), hiperkalsemia, krisis Addisonian,
Kegawatdaruratan pada lansia

Page 34

dan porfiria harus dipertimbangkan juga dalam keadaan klinis yang


sesuai. Herpes zoster harus dipertimbangkan pada pasien dengan nyeri
perut yang terlokalisir. Ini bisa sangat sulit untuk mendiagnosa dalam
tahap pra-vesikular.
masalah urogenital merupakan sumber signifikan dari sakit
perut. Sistitis dan pielonefritis sering dikaitkan dengan sakit perut.
Pielonefritis dapat hadir dengan sakit perut saja atau muntah tanpa
gejala kencing. Sebuah entitas yang sangat menantang untuk
mendiagnosa dengan benar (dan karena itu memperlakukan) adalah
prostatitis. Kedua prostatitis akut dan kronis membutuhkan lebih lama
antibiotik dari infeksi saluran kemih lainnya.
2.3.4 kegawadaruratan genitourinarius
Biasanya terjadi iinfeksi saluran kencing (ISK) dan retensi urin. Retensi
urin pada pasien usila pria umumnya adalah karena pembesaran kelenjar
prostat.
Pada pasien usila perempuan, ISK sering terjadi karena secara anatomis
uretra lebih pendek, mukosa sudah menipis disamping masalah hygiene genital
yang kurang diperhatikan. ISK dapat juga terjadi karena sebab lain, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penggunaan obat anti kolinergik


Struktur uretra
Ca prostat
Fecal impaction
Stroke
Kompresi medulla spinalis
Trauma uretra / pelvis

Kesemuanya ini menyebabkan tertahannya urin di kandung kemih


dalam waktu lama, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi. Disamping kemungkinan adanya gejala seperti disuria, gejala
Kegawatdaruratan pada lansia

Page 35

klinis laind apat berupa agitasi, gejala non spesifik dan kandung kemih
teraba penuh. Kadang-kadang pasien datang tampak panas, tetapi gelisah,
delirium, dimana harus dicurigai adanya infeksi. ISK merupakan infeksi
kedua terbanyak pada usila setelah pneumonia. Pengobatan segera untuk
menghilangkan retensi urin adalah dengan kateter urin atau fungsi
suprapubis.
Etiologi ISK adalah karena daya tahan tubuh menurun, dengan
pencetusnya misalnya penggunaan kateter urin. Selain itu juga terjadi
perubahan mukosa genital dan uretra yang menipis. Disamping itu benign
prostate hypertropi (BPH) dan juga pada keadaan stroke dan DM sering
merupakan kommorbid pennyakit ISK.
Kuman yang sering ditemukan adalah ecoli dan bisa juga proteus
Sp. Enterecoccus, staphylococcus.
Tanda klinis ISK sering didapat sebagai berikut: disuria, panas,
rasa nyeri, menggigil. Sedangkan keluhan non spesifik yang sering
dikeluhkan oleh pasien usiala adalah: 1). Inkontinensia urin, 2). Malaise,
weakness, dan confusion. Pada ISK perlu dilakukan pemeriksaan kultur
urin
Kegawatdaruratan Neurologis
Biasanya pasien dibawa kerumah sakit dengan keadaan gangguan
kesadaran yaitu: delirium, koma, sinkop.
Delirium. Dapat terjadi pada serebro vaskuler accident (CVA) akut
dan selain itu dapat terjadi karena: efek samping obat, adanya infeksi,
penyakit kardiovaskuler, dan adanya trauma non sistem saraf pusat (SSP).
Delirium dapat rancu dengan demensia. Awitan delerium dapat
bersifat akut dan fluktuatif. Penyebab delerium pada usila deisebabkan
oleh karena:

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 36

a. Obat anti kolinergik, anti depresi, psikotropik, sedatif, hipnotik, anti


konvulsi, anti parkinson, anti hipertensi dan anti aritma.
b. Gangguan keseimbangan metabolik yaitu: hipo/hipernatrimia,
hipo/hiperkalsimia,
c.
d.
e.
f.

hipo/hiperglikemia,

alkalosis,

dehidrasi

dan

uremia.
Infeksi: pneumonia, ISK.
Kelainan neurologis: stroke.
Kelainan kardipumoner: CHF, aritmia, IMA, emboli paru.
Penyalahgunaan alkohol.

Pengobatan delerium dapat dicoba dengan haloperidol.


Koma. Penyebabnya dapat karena beberapa hal misalnya
konsumsi alkohol berlebihan, adanya infeksi seperti meningitis, gangguan
metabolik berupa hipo/hiperglikemik dan adanya massa di otak. Keadaan
lain adalah seperti koma hepatikum, stroke, dan Adam Stokes Attack
dengan kehilangan kesadaran singkat. Koma harus dibedakan dengan
kollaps akibat perubahan hemodinamik dimana kesadarannya hanya
terganggu sementara.
2.3.5. Kegawatdaruratan Pernafasan
Pada proses menua terjai penurunan compliance dinding dada,
tekanan maksimal, inspirasi dan ekspirasi menurun, dan elastisitas jaringan
paru menurun.
Pada pengukuran terlihat FEV1, FVC menurun, PaO2 menurun, V/Q
naik. Penurunan ventilasi alveolar, merupakan resiko terjadi gagal nafas.
Penyebab kegawatan pernafasan adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Obstruksi jalan nafas atas


Hipoksia: misalnya karena penyakit paru kronik (PPOK)
Tension pneumothorak
Pneumonia aspirasi
Rasa nyeri
Bronkopneumonia berat
Pneumonia
Emboli paru

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 37

i. Asidosis metabolik
Etiologinya dapat berupa:
a. Obstruksi jalan nafas atas karena adanya benda asing, infeksi, tumor,
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

alergi.
Pneumonia karena aspirasi
PPOK atau asma bronkial
Edema paru e.c kardiogenik atau nonkardiogenik ARDS
Emboli paru atau emboli fat
Pneumothoraks
Kelainan neuromuskular: miastenia gravis, Guillan barre
Asidosis metabiolik karena ketoasidosis dabetikum

Pneumonia
Tanda klasik berupa demam, batuk produktif, dan sesak, tetapi pada
usila, gejalanya menjadi atipikal, yaitu: suhu normaol ataurendah, tak ada
batuk, status mental terganggu, nafsu makan terganggu aktivitas berkurang.
Pemeriksaan fisik didapatkan: ronki, bronkofonni, suara nafas
menurun. Leukosit naik, dan pada rontgen thoraks terlihat infiltrasi.
Emboli paru
Gejala klinisnya berupa: sesak nafas mendadak, nyeri dada
(pleuritik), takipneu, takikardi, hipoksemia, subfebril, batuk, hemoptisis.
Pada anamnesis didapatkan riwayat operasi terutama ortopedik, dan
urologi, trauma. Selainitu sering didapatkan juga bilapasien imobilisasi yang
dapat berkomplikasi menjadi deep vein trombus (DVT).
2.3.6. Kegawatdaruratan Endokrin Dan Metabolik
Pasien dapat datang dengan kesadaran menurun dan sering didapatkan pada
keadaan:
a. Hiperatremia dan dehidrasi
b. Koma diabetikum dimana terjadi pernafasan Kussmaul yang dalam dan cepat,
kesadaran dalam keadaan koma.
Kegawatdaruratan pada lansia

Page 38

c. Hiponatremia.
Selain itu sering terjadi dehidrasi akibat diare dan muntah, dengan
tandanya adalah: mukosa kering, turgor menurun, hipotensi dan takikardia.
Pengobatannya adalah dengan substitusi cairan.
Survei Dasar dan Menengah Alamat Kebutuhan Resuscitation
Memperhatikan napas, pernapasan dan sirkulasi membentuk pendekatan dasar
untuk perawatan darurat di setiap usia. Pertimbangan khusus ikuti:
Pada pasien yang tampaknya menjadi sakit parah, penyelidikan mengenai yang
sudah ada terlebih dahulu arahan (hidup kehendak, DNR) harus dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan suatu resusitasi yang tidak diinginkan. Jika
Jawabannya tidak segera tersedia, tim penyelamat harus dilanjutkan demi
resusitasi. Ikuti panduan dari sistem EMS Anda.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 39

Airway

Gigi palsu lepas harus dihapus jika


mereka menghalangi jalan napas atau
mengganggu pembentukan segel ketat
ketika tas katup masker diperlukan.
Menempatkan / nasal airway lisan jika
pasien tidak sadar.

Pernafasan

Bila menggunakan katup masker tas


untuk

mendukung

pernapasan,

memberikan lebih rendah


volume tidal (misalnya 500-600 cc) 78cc / kg. Hal ini untuk menghindari
lambung
distensi yang dapat mengganggu ventilasi
atau mempromosikan muntah.
C-spine

Mobilitas

terbatas

dari

C-tulang,

kelengkungan tulang belakang dan tulang


prominences

memerlukan

perawatan

ekstra dan padding dalam penerapan


kerah leher dan imobilisasi.
Sirkulasi

Penempatan tangan yang benar untuk


kompresi dada adalah yang terpenting,
karena patah tulang rusuk yang umum
dengan kompresi di ringkih tua
Sabar.

Defibrilasi

Identifikasi RAPID dan defibrilasi pulsa


kurang ventrikel
takikardia

atau

kesempatan

fibrilasi

terbaik

menjamin

untuk

bertahan

hidup.
Hindari

menempatkan

dayung

atau

bantalan lebih alat pacu jantung teraba


Kegawatdaruratan pada lansia

atau
Page 40
ditanamkan internal defibrillator.

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 41

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir

dengan

kegawatdaruratan

kematian.

Kegawatdaruratan

kardiovaskuler, Trauma,

pada

lansia

kegawatdaruratan

dapat

berupa

Genitourinarius,

kegawatdaruratan Neurologis, kegawatdaruratan Akut Abdomen, kegawatdaruratan


Pernafasan, kegawatdaruratan Endokrin dan Metabolik.

DAFTAR PUSTAKA

1. M.Hogan Teresita, MD, FACEP. 2004. Geriatric Emergencies An EMT Teach ing
Manual. Associate Professor of Emergency Medicine University of Illinois, Chicago. Di
askes

pada

tgl

27-03-2016.

Tersedia

di

https://www.medicalert.org/sites/default/files/document/geriatric_manual[1].
pdf
Kegawatdaruratan pada lansia

Page 42

2. Darmojo, Boedhi,et al.2000. Beberapa masalah penyakit pada Usia Lanjut. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
3. http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=123 di akses pada tgl 27-03-2016
4. Isaac Chu , Federico Vaca , Sam Stratton dkk.2007. Geriatric Trauma
Care: Challenges Facing Emergency Medical Services Cal J Emerg
Med. 2007 May; 8(2): 5155. Diakses pada tgl 27-03-2016 tersedia di
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2860422/

Kegawatdaruratan pada lansia

Page 43

Vous aimerez peut-être aussi