Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KLIEN BBLR
Untuk Memenuhi Tugas Individu
Program Profesi Ners Departemen Pediatri
Di R. PICU Perinatologi Rs. Panti Nirmala
Disusun oleh:
Deby Adi Irwanto
150070300113002
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang ketika dilahirkan
mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan salah
satu penyebab utama kematian neonatal di Indonesia. Kejadian BBLR
dipengaruhi oleh berbagai faktor khususnya faktor maternal yang meliputi
umur, paritas, jarak kelahiran, penyakit dan komplikasi dalam kehamilan,
2.
3.
4.
B. ETIOLOGI
1.
Faktor Ibu.
a. Penyakit :
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
:perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,toksemia
b.
c.
yang
kurang.
Demikian
pula
kejadian
Sebab lain : ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat
narkotik.
2. Faktor janin.
Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
3.
Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.
C. PATOFISIOLOGI
a.
Prematuritas murni.
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau
disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan ( NKB- SMK).
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin
tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Melalui pengelolaan yang optimal dan
dengan cara yang kompleks serta menggunakan alat-alat yang canggih,
beberapa sangguan yang berhubungan dengan prematuritas dan dapat
diobati, sehingga ejala sisa yang mungkin diderita dikemudian hari dapat
2)
3)
benar-benar intensif.
Borderline premature: masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai
sifat-sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur
dan dikelola seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul problematika
seperti yang dialami bayi prematur, misalnya sindrom gangguan
pernapasan, hiperbilirunemia, daya hisap yang lemah dan sebagainya,
b.
D. MANIFESTASI KLINIK
Menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaannya
lemah:
1.
Fisik.
a. bayi kecil
b. pergrakan kurang dan masih lemah
c. kepala lebih besar dari pada badan
2.
3.
4.
5.
E. KOMPLIKASI
1.
2.
3.
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik
1.
2.
3.
hemoragic prenatal/perinatal ).
Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
4.
5.
6.
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada
7.
awalnya.
Pemeriksaan Analisa gas darah.
G. PENATALAKSANAAN
1.
b.
Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehinggatidak
terjadi persalinan prematuritas ( BBLR). Dengan demikian perawatan
dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi
dengan baik.
2.
ultra sonografi.
Memeriksa kadar gula darah ( true glukose ) dengan dextrostix atau
c.
d.
e.
SMK.
Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita
f.
aspirasi mekonium.
Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan danbila frekwensi
lebih dari 60 x/ menit dibuat foto thorax.
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian dasar neonatus
1.
Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam bebrapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20
jam.
2.
Pernafasan
a. Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria
b.
3.
4.
5.
Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan.
6.
Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan
kering.
I.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
2.
Resiko
tinggi
tidak efektifnya
thermoregulasi
berhubungan
dengan
4.
5.
J.
RENCANA/INTERVENSI
1.
2.
Resiko
ketidak
efektifan
thermoregulasi
berhubungan
dengan
MANDIRI
1. Kaji suhu dengan sering, periksa suhu rektal pada awalnya,
selanjutnya periksa suhu aksila atau gunakan alat termostat dengan
dasar terbuka dan penyebab hangat. Ulangi setiap 15 menit selama
penghangatan ulang
2. Tempatkan bayi pada isolette, penghangat, inkubator, tempat tidur
terbuka dengan penyebar hangat, atau tempat tidur terbuka dengan
pakaian tepat untuk bayi yang lebih besar atau lebih tua gunakan
bantalan pemanas di bawah bayi bila perlu dalam hubungannya
dengan tempat tidur isolette atau terbuka.
3. Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah, pertahankan kepala
bayi tetap tertutup.
KOLABORASI
1. Kolaborasi pemberian D-10 W dan ekspander volume secara intra
vena bila diperlukan
2. Berikan obat-obatan sesuai indikasi fenobarbital, natrium bikarbonat
3.
4.
INTERVENSI KEPERAWATAN
MANDIRI
1. Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan.
2. Berikan perawatan mulut dengan menggunakan salin atau gliserin
scrab.
3. Berikan latihan gerak, perubahan posisi rutin dan bantal bulu domba
atau terbuat dari bahan yang lembut.
4. Mandikan bayi dengan menggunakan air steril dan sabun
meminimalkan manipulasi kulit bayi.
KOLABORASI
1. Berikan salep antibiotika.
2. Hindari penggunaan agen topikal keras, cuci tangan dengan hati-hati
dengan fovidon setelah prosedur.
5.
K. PENYIMPANGAN KDM
Faktor ibu:
1. Keadaan gizi ibu
2. Usia ibu
3. Penyakit ibu
4. Taksemia
gravidarum
5. Perdarahan
anteoartum
6. DM, Pre eklamsia
7. Keadaan
lain,
perokok,
alkohol,
narkotik
8. Golongan
sosial
ekonomi
1. Sindrom aspirasi
2. Akspiksia
intra
uterin janin
3. Cairan
amnion
bercampur dengan
mekonium
dan
lengket di paru
janin
Faktor janin
Hidramion
Kehamilan ganda
Kelainan kromosom
Faktor lingkungan
1. Tempat tinggal
dataran tinggi
2. Radiasi
3. Zat-zat racun
di
BBLR
Imaturias hepar
Gangguan Konjugasi
hepar
Defisit albumin
Hiperbilirubinemia
1. Resiko
perubahan
suhu
2. Resiko
kerusakan
integritas kulit
3. Masalah kolaborasi
HIPOGLIKEMIA
4. Prematur KDG < 20
mg/dl
5. Matur KGD < 30
mg/dl
Kernicterus
1. Letargi
2. Kejang tonus otot
meningkat, leher kaku
kemampuan
hisap
menurun
Tanda:
Pucat, tidak mau minum,
lemah, apatis, kejang
DAFTAR PUSTAKA