Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan
sehari-hari manusia tidak terlepas dari makanan. Sebagai kebutuhan
dasar , makanan tersebut harus mengandung zat gizi untuk dapat
memenuhi fungsinya dan aman dikonsumsi. Warna merupakan faktor
yang dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan
suatu produk. Warna juga merupakan daya tarik terbesar untuk menarik
konsumen untuk menikmati produk makanan tersebut. Warna dalam
makanan dapat meningkatkan penerimaan konsumen tentang sebuah
produk. Namun, penggunaan pewarna sintetis harus dilakukan sesuai
dengan peraturan yang berlaku karena dapat merugikan kesehatan.
Metode analisis kualitatif yang digunakan adalah menggunakan benang
wol sebagai media untuk mengetahui kandungan zat pewarna yang
terkandung pada sebuah makanan. Pada analisis kadar warna dilakukan
untuk mengetahui kandungan pewarna sintetis secara berlebihan
misalnya rhodamin, pewarna kain, dll yang mengandung zat kiia yang
berlebihan bagi tubuh yang menyebabkan berbagai penyakit bila terlalu
banyak masuk pada tubuh.
Kata Kunci : Makanan, pewarna sintetis, analisis kadar warna
I.
PENDAHULUAN
yang lebih luas. Selain itu, zat warna sintetik lebih murah dan lebih
mudah untuk digunakan (deMan JM. 1997; Smith J. 1991; Nollet LML.
1996).
Sejak pertama kali dibuat pada tahun 1856 hingga saat ini, telah
banyak zat warna sintetik yang diciptakan. Akan tetapi, ternyata banyak
pula zat warna sintetik itu memiliki sifat toksik (Marmion DM. 1984).
Dalam suatu penelitian, diperoleh zat warna azo (Amaranth, Allura Red,
dan New Coccine) terbukti bersifat genotoksik terhadap mencit (Tsuda
S. et al. 2006). Selain itu, zat warna Red No. 3juga terbukti dapat
merangsang terjadinya kanker payudara secara in vitro (Dees C. et al.
2006). Maka, penggunaannya harus diatur secara tegas.
Penggunaan pewarna jenis itu dilarang keras, karena bisa menimbulkan
kanker dan penyakit-penyakit lainnya. Pewarna sintetis yang boleh
digunakan untuk makanan (food grade) pun harus dibatasi
penggunaannya. Karena pada dasarnya, setiap benda sintetis yang
masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan efek. Namun masih saja ada
sejumlah oknum produsen makanan yang menambahkan pewarna
sintetis pada makanan, yang dilatar belakangi oleh inginnya mendapat
keuntungan besar namun pengeluaran modal yang sedikit atau minim,
tanpa
memikirkan
keamanan
bagi
tubuh
konsumen
yang
mengkonsumsi makanan tersebut. Biasanya produsen makanan
tersebut menjajahkannya di sekitar sekolah sekolah karena anak anak
tertarik akan warna yang mencolok sehingga anak anak sering
menjadi sasarannya. Biasanya makanan yang menggunakan pewarna
sintetis akan sangat mencolok dan sangat terang sekali warna yang di
timbulkan pada makanannya, tiak mudah pudar, dan menempel pada
tangan dan masih banyak ciri cirinya. Bahkan beberapa negara maju,
seperti Eropa dan Jepang telah melarang penggunaan pewarna sintetis
seperti pewarna tartrazine. Mereka lebih merekomendasikan pewarna
alami, seperti beta karoten.
Di Indonesia, zat warna makanan termasuk dalam Bahan Tambahan
Pangan yang diatur melalui UU RI No.7 tahun 1996 tentang Pangan
pada bab II, bagian kedua, pasal 10. Dalam UU tersebut, dinyatakan
Pewarna alami
Pada pewarna alami zat warna yang diperoleh berasal dari hewan dan
tumbuh-tumbuhan seperti : caramel, coklat, daun suji, daun pandan,
dan kunyit.
Jenis-jenis pewarna alami tersebut antara lain :
a.
Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada
daun, sehingga sering disebut zat warna hijau daun.
b.
c.
Karotenoid, yaitu kelompok pigmen yang berwarna kuning,
orange, merah orange, yang terlarut dalam lipid, berasal dari hewan
maupun tanaman antara lain, tomat, cabe merah, wortel.
d.
Anthosiamin dan anthoxanthim. Warna pigmen anthosianin
merah, biru violet biasanya terdapat pada bunga, buah-buahan dan
sayur-sayuran.
2.
Pewarna Buatan
II.
METODOLOGI
Setelah 30 menit benang di angkat lalu di bersihkan dengan
aquades dan oven benang agar kering seperti semula.
A. HASIL PENGAMATAN
Kelompok Sampel HCL PekatH2SO4 Pekat
12% Identifikasi Warna
NaOH 10%
1
Kerupuk warna hijauTidak berubah Lebih gelap
berubah Sedikit berubah
Tartrazine
NH4OH
Sedikit
2
Selai nanas + pewarna wantex
Lebih gelap
Ungu
kecoklatan Coklat keruh Sedikit berubah
Amaranth
3
Selai nanas
Sedikit Berubah
Sedikit
Berubah
4
Kerupuk warna merah
Sedikit berubah (Orange G)
kuning (Erythrosine) Tidak berubah (Erythrosine) Tidak
(Erythrosine)
Orangeberubah
5
Segar sari Violet merah
Tidak berubah Anline Yellow
Orange
kuning
Sedikit
berubah
6
Kukubuma ungu
Orange kuning Orange kuning Tidak berubah
Tidak berubah Erythrosine
8
Fanta Tidak berubahKuning keemasan
berubah
B.
Pembahasan
HCL Pekat
H2SO4 Pekat
NaOH 10%
NH4OH
Leih biru
Lebih kebiruan
12%
Rhodamin B
Orange
Amaranth
Lebih gelap
keruhkemerahan
Erythrosine
Kuning
Ungu-kecoklatan
Coklat
Sedikit berubah
Orange kuning
Tidak berubah Tidak berubah
Orange
kuning
Tartrazine
Lebih gelap
Lebih gelap
Sedikit
Hijau coklat
Biru
Anline Yellow
berubah
Sedikit berubah
Violet merah
Biru
berubah
Tidak berubah
Orange G
berubah
Acid Violet 6 B Kuning kecoklatanKuning kecoklatan gelap Kuning Lebih
kebiruan
Segar sari
Saus
Fanta
III.
A.
Kesimpulan
Salah satu unsur kualitas sensoris yang paling penting untuk makanan
adalah warna. Warna merupakan suatu sifat bahan yang dianggap
berasal dari penyebaran spectrum sinar.
Zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama
proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan yang
tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik.
Pada praktikum dapat disimpulkan yaitu kerupuk warna hijau positif
mengandung tartrazine, selai nanas yang ditambahkan pewarna wantex
mengandung amaranth, selai nanas murni negatif/tidak mengandung
pewarna sintetis, kerupuk warna merah negatif/tidak mengandung
pewarna sintetis, segar sari positif mengandung anline yellow,
kukubima rasa ungu positif mengandung erythrosin, saus negatif/tidak
fanta
juga
tidak
terdetersi
Saran
Dalam melakukan praktikum analisis warna ini harus lebih diteliti dan
dilakukan sesuai dengan prosedur yang baik dan harus benar-benar
sesuai dalam pengambilan kesimpulan dalam analisisnya. Karena ada
beberapa makanan yang diprediksi dan diketahui alami tanpa
menggunakan pewarna tetapi teridentifikasi menggunakan pewarna,
begitupun sebaliknya untuk makanan yang diidentifikasi mengandung
pewarna tetapi tidak dapat terdeteksi dalam analisisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Suyatma, DEA, Dr. Ir. Nugraha E. 2009. Analisis Warna. [ Materi Kuliah ]
Departemen ITP, FATETA IPB. Bogor.