Vous êtes sur la page 1sur 6

Askep cacing kremi

BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit akibat cacing kremi dikenal dengan Enterobiasis sebagaimana nama
latin cacing kremi yaitu Enterobious vermicularis.
Penyebaran cacing kremi lebih banyak terjadi pada daerah dengan hawa
dingin.
Cacing kremi betina berukuran 8-13 mm x 0,44 mm dengan ekor panjang dan
runcing sedangkan cacing kremi jantan berukuran 2-5 mm dengan ekor melingkar
(Bayangkan saja seperti parutan kelapa).
Daur hidup cacing ini bekisar antara 2 minggu sampai 2 bulan
Cacing dewasa dari usus halus pergi ke usus besar kemudian ke anus karena telur
telur cacing itu hanya menetas kalau ada OKSIGEN, sehingga diberi nama
Oxyuris
Di malam hari cacing kremi yang mendekam di usus penderita, biasanya
turun ke kawasan dubur untuk bertelur.Setelah itu, ia akan masuk kembali ke
usus.
Payahnya, cacing ini sering nyasar. Bukannya kembali ke usus, malah masuk ke
liang vagina wanita.
Akibatnya, korban akan mengalami keputihan karena cacing kremi.
Gejalanya, selain rasa gatal, juga adanya lendir keruh dan kental berwarna
sedikit kekuningan seperti susu, terkadang berbusa. Keputihan ini biasanya juga
diderita anak-anak perempuan (balita sampai anak besar). Terjadi akibat spora
yang menempel pada makanan atau barang lain yang terkontaminasi. Sebab itu
kalau ada anak perempuan mengeluh di daerah vagina terasa gatal dan
mengeluarkan lendir kekuningan, segeralah periksakan ke dokter. Mungkin
penyebabnya cacing kremi .
Sebaran / Distribusi cara menginfeksi

Penyakit ini seperti penyakit kulit bisa menular


Penularan cacing kremi terjadi autoinfeksi . karena telurnya bisa nempel
dimana aja, di pakaian, sprei or debu , sehingga akibat tidak hygienisnya tangan /
kuku sehingga bersama makanan masuk ke mulut dari tangannya yang penuh
telur/debu
Penyakit kremian ini sering pula disebut penyakit enterobiasis /oksiuriasis
penyakit yang sangat sering ditemukan terutama pada anak-anak.Infeksi ini dapat
terjadi akibat tertelannya telur cacing enterobius vermicularis (oxyuris
vermicularis).Setelah telur cacing tertelan, larvanya akan menetas di usus
duabelas jari (duodenum) dan tumbuh menjadi bentuk dewasa di usus
besar.Cacing betina yang hamil (dapat mengandung 11.000-15.000 telur) akan

berpindah ke daerah sekitar anus (perianal) untuk mengeluarkan telur-telurnya


disekitar anus
Proses berpindahnya cacing ini akan menimbulkan sensasi gatal pada
daerah sekitar anus penderita. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari
sehingga penderita sering terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Selain gatalgatal,
Gejala lain yang dapat dirasakan oleh penderita infeksi cacing kremi adalah :
Kurang nafsu makan
Berat badan menurun
Aktivitas meningkat
Sering mengompol
Cepat marah
Sulit tidur
dll

Penularan cacing kremi dapat terjadi pada satu keluarga atau kelompokkelompok yang hidup di lingkungan yang sama, seperti asrama, rumah piatu, dll.
Proses penularannya dapat terjadi melalui :

Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk darerah sekitar


anus
Penularan dari tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain karena
memegang benda-benda lain yang terkontaminasi telur cacing ini. Telur cacing
dapat ditemukan di debu ruangan sekolah, asrama, kavetaria, dan lainnya. Telur
cacing di debu ini akan mudah diterbangkan oleh angin dan dapat tertelan. Telur
yang telah menetas di sekitar anus dapat berjalan kembali ke usus besar melalui
anus.
BAB II
MORFOLOGI
Cacing kremi
ICD 127.4
BAB III
SIKLUS HIDUP
Cacing betinanya berukuran 8-13 mm sedangkan
jantan 2-5 mm. Cacing dewasa hidup di sekum, usus besar dan di usus halus yang
berdekatan dengan sekum. Mereka memakan isi usus penderitanya.
Cacing kremi (Enterobius
vermicularis

Perkawinan (atau persetubuhan) cacing jantan dan betina kemungkinan


terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah kawin dan cacing betina mati setelah
bertelur. Cacing betina yang mengandung 11.000-15.000 butir telur akan
bermigrasi ke daerah sekitar anal (perianal) untuk bertelur. Migrasi ini
berlangsung 15 40 hari setelah infeksi. Telur akan matang dalam waktu sekitar 6
jam setelah dikeluarkan, pada suhu tubuh. Dalam keadaan lembab telur dapat
hidup sampai 13 hari.
Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi yang disebut
juga enterobiasis atau oksiuriasis. Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap.
Pertama, telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei
atau mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacingpindah ke mulut anak
yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup
dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalularvanya menetas
di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus
besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu).Cacing dewasa betina
bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan
telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan
yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan
gatal-gatal. Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh manusia selama 3 minggu
pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat
dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah.
BAB IV
PATOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
A. Patologi
Infeksi Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit
yang terutama menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis
tumbuh dan berkembangbiak di dalam usus
Kremi-an relatif tidak berbahaya. Gejala klinis yang paling menonjol adalah
rasa gatal (pruritus ani) mulai dari rasa gatal sampai timbul rasa nyeri. Akibat
garukan akan menimbulkan iritasi di sekitar anus, kadang sampai terjadi
perdarahan dan disertai infeksi bakteri. Keadaan ini sering terjadi pada waktu
malam hari. Hal ini akan menyebabkan gangguan tidur pada anakanak
(insomnia) oleh karena rasa gatal, anak akan kurang tidur dan badannya pun
menjadi lemah serta lebih cengeng atau sensitif. cepat marah, dan gigi
menggeretak. Kondisi yang tidak mengenakkan ini membuat nafsu makan anak
berkurang. Berat badannya serta merta berkurang. Untuk mengatasi
kegelisahannya, biasanya anak akan sering berkemih/kencing (enuresis) dan
masturbasi.
Kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian
proksimal sampai ke lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan
gangguan di daerah tersebut. Cacing sering ditemukan di apendiks (usus buntu)
tetapi jarang menyebabkan appendisitis. Pada beberapa kasus dilaporkan adanya
migrasi cacing betina pada penderita wanita bisa sampai ke vagina-rahimakhirnya ke tuba fallopi dan menimbulkan radang saluran telur atau salpingitis.

Adanya cacing dewasa pada mukosa usus akan menimbulkan iritasi dan
trauma sehingga dapat menyebabkan ulkus kecil. Jumlah cacing yang banyak
dalam rectum dapat menyebabkan rectal kolil (rasa nyeri hebat pada usus besar).
B. Patofisiologi
Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing pindah dari
daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui
jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya
tertelan.Telur cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan.Setelah telur
cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi
cacing dewasa di dalam usus besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6
minggu).
Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada
malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita.
Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari
cacing betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal.Telur dapat bertahan hidup
diluar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi
telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam
rektum dan usus bagian bawah.
Infeksi dan Penularan
Penularan dapat dipengaruhi oleh :
1. Penularan dari tangan ke mulut (hand to mouth), setelah anak anak
menggaruk daerah sekitar anus oleh karena rasa gatal, kemudian mereka
memasukkan tangan atau jari jarinya ke dalam mulut. Kerap juga terjadi,
sesudah menggaruk daerah perianal mereka menyebarkan telur kepada orang lain
maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang
terkontaminasi. Telur Enterobius vermicularis menetas di daerah perianal
kemudian larva masuk lagi ke dalam tubuh (retrofeksi) melalui anus terus naik
sampai sekum dan tumbuh menjadi dewasa. Cara inilah yang kita kenal sebagai :
autoinfeksi
2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin
sehingga telur yang ada di debu dapat tertelan.
3. Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi
sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya.
Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah dingin daripada di
daerah panas. Hal ini mungkin disebabkan karena pada umumnya orang di daerah
dingin jarang mandi dan mengganti baju dalam. Penyebaran cacing ini juga
ditunjang oleh eratnya hubungan antara manusia satu dengan lainnya serta
lingkungan yang sesuai.
Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak
ditemukan pada golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih
tinggi daripada orang negro.
Penyebaran cacing kremi lebih luas dari cacing lain. Penularan dapat terjadi
pada suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan
yang sama seperti asrama atau rumah piatu. Telur cacing dapat diisolasi dari debu
di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi sumber infeksi

bagi anak-anak sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan beberapa anggota


keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat ditemukan (92%) di
lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi, alas kasur,
pakaian. Hasil penelitian menunjukkan angka prevalensi pada berbagai golongan
manusia 3-80%. Penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa kelompok
usia terbanyak yang menderita entrobiasis adalah kelompok usia antara 5-9 tahun
yaitu terdapat 46 anak (54,1%) dari 85 anak yang diperiksa.
BAB V
ASKEP
A. Diagnosis
Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar
anus pada waktu malam hari. Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan
cacing dewasa. Telur cacing dapat diambil dengan mudah dengan alat anal swab
yang ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang air
besar dan mencuci pantat (cebok).
Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada
ujungnya dilekatkan Scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di
daerah sekitar anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian
adhesive tape diratakan pada kaca benda dan dibubuhi sedikit toluen untuk
pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan 3 hari berturut-turut.
B. Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan
Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat
anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota
keluarga dalam satu rumah harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang
bisa menyebar dari satu orang kepada yang lainnya. Untuk mengurangi rasa gatal,
bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus sebanyak 2-3
kali/hari.
Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup
terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei
dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang
tersisa.
Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi
cacing kremi adalah:
- Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
- Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
- Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
- Mencuci jamban setiap hari
- Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan
dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya

- Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.


Seluruh anggota keluarga sebaiknya diberi pengobatan
bila ditemukan salah seorang anggota mengandung cacing kremi. Obat piperazin
dosis tunggal 3-4 gram (dewasa) atau 25 mg/kg berat badan (anak-anak), sangat
efektif bial diberikan pagi hari diikuti minum segelas air sehingga obat sampai ke
sekum dan kolon. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual dan muntah.
Obat lain yang juga efektif adalah pirantel pamoat dosis 10 mg/kg berat badan
atau mebendazol dosis tunggal 100 mg atau albendazol dosis tunggal 400 mg.
Mebendazol efektif terhadap semua stadium perkembangan cacing kremi,
sedangkan pirantel dan pipreazin dosis tunggal tidak efektif terhadap stadium
muda. Pengobatan sebaiknya diulang 2-3 minggu kemudian.
Pengobatan secara periodik memberikan hasil yang baik.
Pencegahan
Sangat penting untuk menjaga kebersihan pribadi, dengan menitikberatkan kepada
mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan.
Pakaian dalam dan seprei penderita sebaiknya dicuci sesering mungkin dan
dijemur matahari.
Untuk mencegah infestasi cacing kremi, beberapa langkah dapat dilakukan:
1. Cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar.
2. Memotong dan menjaga kebersihan kuku.
3. Menghindari memegang daerah anus.
4. Mencuci sprei, handuk, pakaian dengan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Indan Entjan, 2001, mikrobiologi dan parasit untuk perawat, Bandung; Citra
Aditya Bakri.
Margono, Sri, 1998, parasitologi kodekteran, Jakarta; FKUI
J.M.Gibson,MD, 1996. Mikrobiologi dan patologi modern untuk perawat, Jakarta,
EGC
Harold W Brown, 1983, Dasar-dasar parasitologi klinik, Jakarta, PT. Gramedia.

Vous aimerez peut-être aussi