Vous êtes sur la page 1sur 12

PERANCANGAN LUBE OIL COOLER TIPE SHELL & TUBE UNTUK

SYNTHESIS GAS COMPRESSOR (103-J) PADA PABRIK AMMONIA


PUSRI-III
Ibrahim, S.A.U.S.
03111005041
aulia_ibrahim.mesin11@yahoo.com

Abstrak
Di era globalisasi ini, alat-alat produksi sangatlah penting untuk kemajuan suatu pabrik khususnya
pabrik petrokimia yang memproduksi urea baik subsidi maupun non-subsidi seperti PT. Pupuk Sriwidjaja
Palembang. Pabrik Ammonia PUSRI-III mempunyai dua unit alat penukar kalo berupa pendingin (Cooler) yang
bertugas untuk mendingkan pelumas pada bantalan didalam poros antara kompresor Gas Synthesis dan turbin.
Akan tetapi, performa kedua unit Cooler menurun karena kurun waktu operasi yang telah lama sehingga harus
ada penambahan satu unit Cooler tambahan.
Untuk mengurangi biaya produksi, perancangan alat penukar kalor sangatlah efektif daripada membeli
alat penukar kalor yang sudah jadi. Alat penukar kalor tipe shell dan tube merupakan jenis penukar kalor yang
banyak digunakan dalam pabrik. Perancangan dilakukan dengan pendekatan LMTD atau pendekatan beda
temperatur logaritma. Hasil rancangan berupa dimensi alat penukar kalor, koefisien perpindahan kalor
keseluruhan dan penurunan tekanan yang terjadi baik di shell maupun di tube serta faktor pengotoran yang
berpengaruh penting dalam kualitas rancangan penukar kalor.
Kata Kunci : alat penukar kalor, dimensi, penurunan tekanan
Abstract
In this globalization era, the production equipments are very important to achieve a plant
especially petrochemicals plant that produces urea either subsidized or non-subsidized like fertilizier plant at
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang. Ammonia plant PUSRI-III has two units heat excahnger in the form of the
cooler whose function is to lubricating the bearings in the shaft between the compressor and turbine Gas
Synthesis. However, the performance both of units Cooler decreased because the period of operation that has
long so there should be adding one additional Cooler unit.
To reduce production costs, the design of heat exchanger is more effective than buy a heat exchanger
that is already done. A heat exchanger shell and tube type is the type of heat exchanger which is widely used in
the plant. The design using LMTD approach or logarithmic temperature different approach. The design results
are a heat exchanger dimension, the overall heat transfer coefficient and pressure drop that occurs either in the
shell or on the tube and the important fouling factor influence in heat exchanger design quality.
Keywords: heat exchanger, dimensions, pressure drop
1.

Pendahuluan
Dalam industri petrokimia, khususnya
industri pembuatan pupuk, selain peralatan utama
seperti Syntesis Gas Compressor (103-J)
diperlukan juga peralatan pendukung yang
menunjang beroperasinya peralatan utama. Salah
satu peralatan pendukung yang diperlukan adalah
Lube Oil Cooler. Lube Oil Cooler yang banyak
digunakan di industri adalah tipe Shell and Tube
Heat Exchanger dikarenakan sangat mudah dalam
proses pemeliharaan dan pembersihannya. Pada

peralatan Syntesis Gas Compressor (103-J) yang


beroperasi di Pabrik Pusri III, terdapat 2 unit Lube
Oil Cooler, satu untuk beroperasi mendinginkan
temperatur Lube Oil, sedangkan satu unit lagi
dikondisikan dalam keadaan standby.
Selama bersirkulasi untuk melakukan proses
pelumasan
pada
peralatan
Syntesis
Gas
Compressor (103-J), Lube Oil yang keluar dari
peralatan Syntesis Gas Compressor (103-J) akan
mengalami kenaikan temperatur menjadi sekitar

Jurnal Teknik Mesin |1

150 oF (65.6 oC). Sebelum didinginkan di Lube Oil


Cooler, Lube Oil akan ditampung sementara di
dalam tangki reservoir. Selanjutnya Lube Oil akan
dialirkan ke Lube Oil Cooler untuk didinginkan
dengan media pendingin Cooling Water yang
mengalir di dalam tube. Lube Oil akan mengalami
penurunan temperatur menjadi sekitar 120 oF (48.9
o
C), sedangkan Cooling Water akan mengalami
kenaikan temperatur dari 90 oF (32.2 oC) menjadi
100 oF (37.8 oC).
Dikarenakan
sudah
cukup
lama
beroperasi, satu unit Lube Oil Cooler yang
beroperasi pada peralatan Syntesis Gas Compressor
(103-J) mengalami penurunan kinerja. Untuk
mendinginkan Lube Oil yang akan bersirkulasi
pada peralatan Syntesis Gas Compressor (103-J)
sesuai dengan temperatur operasi, mengharuskan
satu unit Oil Cooler yang di-standby-kan untuk
dioperasikan. Kondisi ini mengakibatkan tidak
adanya unit Oil Cooler yang berada dalam keadaan
standby. Apabila kedua unit Oil Cooler ini
bermasalah dan tidak mampu mendinginkan Lube
Oil yang bersirkulasi pada peralatan Syntesis Gas
Compressor (103-J) sedangkan tidak ada unit yang
di-standby-kan, maka akan dapat mengakibatkan
shutdown-nya Pabrik. Untuk menghindari hal
tersebut, maka dilakukan penambahan satu unit Oil
Cooler yang baru dengan kapasitas dan cara
pengoperasian yang sama dengan Oil Cooler
terpasang, sehingga nantinya terdapat satu unit Oil
Cooler yang dapat di-standby-kan.

menggunakan elemenelemen konduksi termal


yang pada umumnya berupa tabung tube atau
plat untuk memisahkan dua fluida. Salah satu dari
elemen terebut, memindahkan energi kalor ke
elemen yang lainnya

Gambar 2.1 Bentuk Shell and Tube Heat


Exchanger (Incropera, 2007)

Persamaan umum untuk menyatakan


jumlah kalor yang dipindahkan dari fluida pada alat
penukar kalor dinyatakan dengan persamaan:

Dimana:
Q = Laju perpindahan kalor (btu/hr)
U = Koefisien perpindahan kalor menyeluruh
A = Luas perpindahan kalor menyeluruh (ft2)
= Beda suhu rata-rata (0F)

2.
2.1

Tinjauan Pustaka
Shell and Tube Heat Exchanger

Alat penukar kalor tipe shell and tube


merupakan salah satu jenis alat penukar panas
berdasarkan konstruksinya. Tipe shell and tube
sering digunakan dalam industri karena memiliki
kelebihan bila dibandingkan dengan tipe lainnya,
antara lain mempunyai lay-out mekanik yang baik
dan bentuknya cukup baik untuk operasi
bertekanan, menggunakan teknik fabrikasi yang
sudah mapan, dapat dibuat dari berbagai material
dan mudah dibersihkan dan konstruksinya
sederhana.
2.1.1. Prinsip Kerja Shell and Tube Heat
Exchanger

2.1.2.
Komponen-Komponen Shell and Tube
Heat Exchanger

Gambar 2.2 Tube Layout Patterns.


(a)Triangular Pitch (b) Rotated Triangular
Pitch (c) Square Pitch (d) Diamond Square
Pitch (Mukherjee, 1997.)
1. Tube

Menurut Dean A Barlet (1996) bahwa alat


penukar kalor memiliki tujuan untuk mengontrol
suatu sistem (temperatur) dengan menambahkan
atau menghilangkan energi termal dari suatu fluida
ke fluida lainnya. Walaupun ada banyak perbedaan
ukuran, tingkat kesempurnaan, dan perbedaan jenis
alat penukar kalor, semua alat penukar kalor

Tube atau pipa merupakan bidang pemisah


antara kedua jenis fluida yang mengalir di
dalamnya
dan sekaligus
sebagai
bidang
perpindahan panas.
Tube Pitch merupakan jarak antara dari

Jurnal Teknik Mesin |2

center ke center antar lubang. Lubang yang tidak


dapat dibor dengan jarak yang sangat dekat, karena
jarak tube yang terlalu dekat akan melemahkan
struktur penyangga tube.

channel cover, nozzles, pass partition plate, gasket,


flange, impingement plate, dan saddle.

2. Shell

2.2. Perhitungan termal

Kontruksi shell sangat ditentukan oleh


keadaan tubes yang akan ditempatkan didalamnya.
Shell ini dapat dibuat dari pipa yang berukuran
besar atau pelat logam yang dirol. Shell merupakan
badan dari heat exchanger, dimana didapat tube
bundle.

2.2.1. Pendekatan Beda Temperatur Rata-rata


Logaritma (LMTD)

3. Sekat (Baffle)
Adapun fungsi dari pemasangan sekat
(baffle) pada heat exchanger ini antara lain adalah
untuk : Sebagai penahan dari tube bundle, untuk
mengurangi atau menambah terjadinya getaran dan
sebagai alat untuk mengarahkan aliran fluida yang
berada di dalam tube.

Pada dasarnya penurunan pendekatan


ditentukan oleh jenis aliran pada penukar kalor
tersebut. Pada aliran sejajar, dua fluida masuk
bersama-sama dalam alat penukar kalor, bergerak
dalam arah yang sama dan keluar bersama-sama
pula. Sedangkan pada aliran berlawanan dua fluida
bergerak dengan arah yang berlawanan dan pada
aliran menyilang, dua fluida bergerak saling
menyilang atau bergerak saling tegak lurus.
Gambar 2.9 menunjukkan bahwa beda suhu antara
fluida panas dan fluida dingin pada waktu masuk
dan pada waktu keluar tidak sama dan perlu
menentukan nilai rata-rata untuk menunjukkan
jumlah kalor yang dipindahkan dar fluida pada alat
penukar kalor.

Gambar 2.4 Profil temperatur pada alat penukar


kalor (a) aliran sejajar (b) aliran berlawanan
Gambar 2.3 Jenis-jenis baffle (Mukherjee,
1997)
4. Tubesheet

Sehingga:

Terdapat dua jenis tube sheet (Mukherjee,


1997), yaitu:

Untuk aliran sejajar:

1. Fixed tube sheet, dimana tubesheet dipasang


kokoh pada shell. Biasanya tubesheet ini
dipasang dengan cara compression fitting
(dengan baut-mur). Untuk keperluan khusus
dapat dilakukan sambungan las.
2. Floating tube sheet : tubesheet ini tidak
dikatkan pada shell, tetapi terpasang dengan
baik pada tube bundle (berkas pipa). Pemakaian
floating tube sheet biasanya dimaksudkan untuk
mengatasi ekspansi termal pada operasi
temperatur
tinggi.
Untuk
mencegah
tercampurnya fluida di dalam penukar kalor,
pada bagian saluran pipa dipasang tutup
tubesheet.
Komponen lainnya dari Shell and Tube
Heat Exchanger yaitu tie rod, shell cover, channel,

untuk aliran berlawanan:

2.2.2. Koefisien Perpindahan Panas Total


Perhitungan lain dalam shell dan tube heat
exchanger, salah satunya adalah koefisien
perpindahan kalor total (overall heat transfer
coefficient) pada bagian shell dan tube.
1. Koefisien perpindahan panas dan Penurunan
tekanan pada Shell

Jurnal Teknik Mesin |3

Dalam shell umumnya terdapat baffle


(sekat)
selain
berfungsi
sebagai
penyangga/penunjang pipa-pipa dalam selubung
dan pengaruh aliran fluida dalam tabung tetapi juga
berfungsi sebagai permukaan perpindahan kalor,
karena koefisien perpindahan kalor dapat lebih
besar apabila terdapat baffle dibanding tanpa
menggunakan baffle.

PT

= Jarak antara tube (ft)

Pressure drop shell (


) dan Pressure
drop tube (
) untuk masing-masing aliran
tidak boleh melebihi batas yang ditetapkan atau
tergantung dari sistem atau alat penggerak media
yang digunakan. Batasan pressure drop tersebut
adalah: maksimal 10 psi untuk aliran liquid,
maksimal 1,5 - 2 psi untuk aliran gas atau uap.

Secara umum dapat ditulis:


Penurunan Tekanan pada shell dapat dihitung
dengan :
Nilai bilangan reynold pada fluida shell
dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Dimana :
Dimana:
Gs

= kecepatan aliran massa dalam shell


(lb/hr-ft2)

De

= diameter ekivalen (ft)

= viskositas fluida dalam shell (lb/hr-ft)

Diameter ekivalen (De dapat ditentukan


apabila susunan pipa diketahui, seperti ditunjukkan
pada gambar 2.5). Untuk masing-masing tipe
susunan tube pada shell memiliki nilai yang
berbeda, yang dapat kita tentukan pada kurva heat
transfer shell. Nilai laju aliran massa per satuan
luas dapat dicari dengan rumus :

= Faktor gesekan pada sisi shell atau


selubung (ft2/in2)

IDs

= Diameter dalam shell (ft)

= Jumlah baffles atau sekat

= Spesific gravities fluida dalam shell


= rasio viskositas fluida dalam shell

2. Koefisien perpindahan panas dan Penurunan


Tekanan pada tube/pipa

Dimana :
Keterangan:
Gs
ft2)

= Laju aliran massa per satuan luas (lb/hr= Laju aliran massa (lb/hr)

As

hi
= koefisien perpindahan panas bagian
dalam tube (btu/hr-ft20F)
IDt

= diameter dalam tube (ft)

ODt

= diameter luar tube (ft)

= Luas aliran dari shell


Bilangan Reynold dalam tube :

Dimana:
De

= Diameter dalam shell (ft)

= Clearance (ft)

= Jarak antara baffle (ft)

Penurunan tekanan pada tube dapat dihitung


dengan persamaan :

Keterangan:

Jurnal Teknik Mesin |4

= panjang tube (ft)

= jumlah pass/laluan tube

= friction factor pada tube (ft2/in2)

IDt

= diameter dalam tube (ft)

Gt
= Laju aliran massa persatuan luas dalam
tube (lb/hr-ft2)
s

Dimana :
Uc

= Koefisien perpindahan panas


keseluruhan bersih.

Ud

= Koefisien perpindahan panas


keseluruhan operasi.

= Spesifik gravity fluida dalam tube


= rasio viskositas fluida dalam tube
3.

Pada saat fluida dalam tube berubah arah


ketika melakukan pass/laluan (bila pass tube Nt >
1), maka akan terjadi penurunan tekanan tambahan
yang disebabkan oleh kontraksi dan ekspansi pipa.
Penurunan tekanan tambahan ini dapat dihitung :

Metodologi

Metodologi perancangan disajikan dalam


diagram alir seperti ditunjukkan pada gambar di
bawah ini:

Dimana :
V

= Velocity of Fluid (ft/s)

Sg

= Spesific Gravity fluid adalam tube

= Konstanta Gravitasi (32,1 ft/s2)

maka pressure drop total (PT) sisi Tube yaitu :


PT

= Pt + Pr

2.2.3. Faktor Pengotoran


Pengotoran perpindahan kalor akan
dilapisi oleh berbagai endapan yang biasa terdapat
dalam sistem aliran, atau permukaan itu mungkin
mengalami korosi sebagai akibat interaksi antara
fluida dengan bahan yang digunakan dalam
konstruksi penukar kalor.
Pada akhirnya, lapisan itu memberikan
tahanan tambahan terhadap aliran kalor, dan hal ini
menyebabkan menurunnya kemampuan kerja alat.
Pengaruh menyeluruh ini dinyatakan dengan faktor
pengotoran (fouling factor).
Faktor pengotoran harus didapatkan dari
lapangan atau percobaan, yaitu dengan menentukan
U untuk kondisi bersih dan kondisi kotor pada
penukar kalor itu. Faktor pengotoran dirumuskan
sebagai berikut :

Jurnal Teknik Mesin |5

4. Analisa Perhitungan Terma dan Dimensi


Penukar Kalor
Berikut adalah perhitungan termal dengan
data yang telah diketahui sebagai berikut:

4.1 Perhitungan Pada Sisi Shell


4.1.1 Luas Laluan Shell
Luas daerah aliran dari shell dapat diperoleh
sebagai berikut:

Dimana:
IDs = diameter dalam dari shell =17,25 in
C = Jarak antara diameter luar dengan pitch
(Pt-ODt) = 0,15 in
B = Jarak antara baffle = 12,89 in
Pt = Jarak antara titik pusat tube = 0,78 in
Sehingga:

4.1.2 Kecepatan Aliran Massa pada Shell


Kecepatan aliran massa Lube oil didalam shell
dapat diperoleh sebagai berikut:

Dimana:
w = Laju aliran lube oil = 108908,35 lb/h
Sehingga:

4.2 Perhitungan Pada Sisi Tube


Gambar 3.1 Diagram alir perancangan Lube Oil
Cooler

4.2.1 Luas Laluan Tube

Jurnal Teknik Mesin |6

Luas aliran daerah dari tube dapat diperoleh


seabagai berikut:

= densitas air pendingin ( = 104,3 0F) =

Dimana:
Ntube = Jumlah tube = 266
at

= Luas aliran per tube


berdasarkan tabel yang terdapat pada
Charasteristics of Tubing dalam buku
TEMA dengan diameter 0,625 in pada
BWG (ketebalan dinding tube) 18
maka dapat diperoleh at sebesar
0,2181 in2

4.3 Menentukan Bilangan Reynold


4.3.1 Bilangan Reynold Pada Shell
Bilangan reynold pada shell dapat diperoleh
sebagai berikut:

= Jumlah pas pada tube = 2

Sehingga:
Dimana:
De = Diameter Eqivalen (susunan tube: triangular)

4.2.2 Kecepatan Aliran Massa Pada Tube


Kecepatan aliran massa air pendingin didalam tube
dapat diperoleh sebagai berikut:

= Viskositas fluida lube oil pada temperatur


kalorik 124,8 0F = = 37,8 lb/ft hr

Dimana:
w = Laju aliran air pendingin = 44092,45 lb/hr

Sehingga:

Sehingga:

4.3.2 Bilangan Reynold Pada Tube


4.2.3 Velocity Aliran Air Pendingin
Velocity aliran Air Pendingin dapat diperoleh
sebagai berikut:

Bilangan reynold pada tube dapat diperoleh sebagai


berikut:

Dimana:
Dimana:
IDt

= Diameter dalam tube

Jurnal Teknik Mesin |7

berdasarkan tabel yang terdapat pada


Charasteristics of Tubing dalam buku
TEMA
dengan diameter 0,625 in pada BWG (ketebalan
dinding tube) 18 maka dapat diperoleh diameter
dalam tube sebesar 0,527 in =0,043 ft.

= Viskositas fluida air pendingin pada


temperatur kalorik 104,4 0F = 1,573 lb/ft hr
4.5.2 Bilangan Prandtl Pada Tube

Sehingga:

Bilangan Prandtl pada tube dapat diperoleh sebagai


beikut:
(

Dimana:
4.4.Faktor Perpindahan Panas
4.4.1 Faktor Perpindahan Panas Pada Shell
Faktor perpindahan panas pada shell dapat
diperoleh dengan menggunakan grafik Shell Side
Heat Transfer Curve for Segmental Baffle, untuk
Re = 343,8 dengan pemotongan baffle sebesar 25%
dapat diperoleh harga faktor perpindahan panas
pada shell, JHs = 9

Cpt
= Panas spesifik dari air pendingin pada
temperatur kalorik 104,4 0F
=1
Btu/lb 0F
kt
= Konduktivitas termal air pendingin pada
temperatur kalorik 104,4 0F
= 0,358
Btu/hrft2
Sehingga:

4.4.2 Faktor Perpindahan Panas Pada Tube


Faktor perpindahan panas pada tube dapat
diperoleh dengan menggunakan grafik Tube Side
Heat Transfer, untuk Re = 5739,6 dan
dapat diperoleh harga faktor

4.6. Menentukan Koefisien Perpindahan Panas


4.6.1 Koefisien Perpindahan Panas Pada Shell

perpindahan panas tube, JHt = 17.


Koefisien Perpindahan Panas Pada Shell dapat
diperoleh sebagai berikut:
4.5 Menentukan Bilangan Prandtl

4.5.1 Bilangan Prandtl Pada Shell


Bilangan Prandtl pada shell dapat diperoleh sebagai
beikut:
(

Dimana:
Cps
= Panas spesifik dari lube oil pada
temperatur kalorik 124,7 0F = 0,482 Btu/lb 0F
ks
= Konduktivitas termal dari lube oil pada
temperatur kalorik 124,7 0F = 0,0787 btu/hrft2
Sehingga:

4.6.2. Koefisien Perpindahan Panas Pada Tube


Koefisien Perpindahan Panas Pada Shell dapat
diperoleh sebagai berikut:
(

Jurnal Teknik Mesin |8

4.8.2 Rasio Viskositas PadaTube


Rasio viskositas pada Tube dapat diperoleh sebagai
berikut:
(

4.7 Menentukan Temperatur pada Dinding


Tube
Untuk menentukan harga temperaur pada dindng
tube (), maka sebelumnya perlu ditentukan dahulu
harga , dimana harga , dapat diperoleh sebagai

Dimana:
= viskositas dari air pendingin pada temperarur
dinding tube tw = 111,9 0F = 1,454 lb/hr ft
(

berikut:

4.8.3 Koefisien Lapisan Film Pada Dinding


Bagian Luar Tube
Lapisan film pada dinding bagian luar tube dapat
diperoleh sebagai berikut:
Maka besarnya harga temperatur pada dinding tube
adalah:

Dimana :

4.8.4 Koefisien Lapisan Film Pada Dinding


Bagian Dalam Tube
4.8 Menentukan Rasio Viskositas dan Koefisien
Dinding Tube

Lapisan film pada dinding bagian dalam tube dapat


diperoleh sebagai berikut:

4.8.1 Rasio Viskositas Pada Shell

Dimana:

Rasio viskositas pada shell dapat diperoleh sebagai


berikut:
(

Dimana:
= viskositas dari lube oil pada temperarur
dinding tube tw = 111,9 0F = 50,74 lb/hr ft
(

4.8.5 Koefisien Lapisan Film Pada Keseluruhan


Dinding Tube
Lapisan film pada keseluruhan dinding tube dapat
diperolweh sebagai berikut:
Dimana:

Jurnal Teknik Mesin |9

Maka koefisien perpindahan kalor keseluruhan


operasi (Ud) adalah:

4.9 Menentukan Koefisien Perpindahan Kalor


Keseluruhan (U)
4.9.1. Koefisien Perpindahan Kalor
Keseluruhan Bersih (Uc)
Koefisien perpindahan kalo keseluruhan
bersih (Uc) adalah koefisien perpindahan panas
pada alat penukar kalor pada saat bersih dan belum
terdapat endapan atau kotoran, dapat diperoleh
sebagai berikut:

4.10 Faktor Pengotoran (Rd)


Faktor Pengotoran (Rd) adalah hambatan
perpindahan panas akibat adanya endapat atau
kotoran pada dinding perpindahan panas dan dapat
diperoleh sebagai berikut:

4.11. Penurunan tekanan


4. 11.1 Penurunan Tekanan Sisi Shell
4.9.2. Koefisien Perpindahan Kalor
Keseluruhan Operasi (Ud)
Koefisien perpindahan kalor keseluruhan operasi
(Ud) adalah hantaran perpindahan panas pada alat
penukar kalor setelah dioperasikan dan sudah
terdapat endapan atau kotoran, dapat diperoleh
sebagai berikut:

Dimana:

Penurunan tekanan pada sisi shell dapat diperoleh


sebagai berikut:

Dimana:
= Beda tekanan antara fluida pada saat
masuk dengan tekanan fluida pada saat
keluar dari penukar kalor (Psi)
f

= Friction factor (ft2/in2), dari grafik


shell side friction for bundles with 25%
cut segmental baffles untuk harga Re =
diperoleh harga f = 0,0039 ft2/in2

= Spesifik gravity dari fluida lube oil


pada temperatur kalorik 124,8 0F =
0,484

Q
= Panas yang diserap oleh air pendingin =
661422,1 Btu/hr
LMTD = beda temperatur rata-rata logaritma =
18,8 0F
A

= luas permukaan pada bagian luar tube


IDs

= Diameter bagian dalam shell = 1,43 ft


= Rasio viskositas pada shell = 0,95

Nt = jumlah tube = 266 buah


(dikurangi 4 untuk pemasangan
tie rod = 262 tube)

De

= Diameter ekivalen = 0,037 ft

Gs

= Kecepatan aliran massa fluida panas


(lube oil) = 351317,1 lb/hrft2

(N+1)

= Jumlah laluan dari baffle = 12 L/B =


12(14,76 ft)/12,89in = 13,47 14

L = panjang tube = 14,76 ft


ODt = 0,052 ft

Jurnal Teknik Mesin |10

= percepatan gravitasi = 32,1 ft/s2

Sehingga:

Sehingga penurunan tekanan total pada sisi tube


adalah:
4.11.2 Penurunan Tekanan Sisi Tube
Penurunan tekanan pada sisi shell dapat diperoleh
sebagai berikut:

Dimana:

Hasil Perhitungan:
= Beda tekanan antara fluida pada saat
masuk dengan tekanan fluida pada saat
keluar dari penukar kalor (Psi)
2

= Kecepatan aliran massa fluida dingin =


165431,2 lb/hrft2

s
IDt

= Friction factor (ft /in ), dari grafik


tube side friction factor untuk harga Re
= 4618,6 diperoleh harga f = 0,00038
ft2/in2

Gt

Keterangan

Shell Side

Tube Side

ISO VG 32
OIL

Air
Pendingin

(q) (btu/hr)

661422,1

(Tc) (oF)

124,8

104,4

(a) (ft2)

0,31

0,21

351317,1

209964,1

(G) (lb/hr-ft2)

= Spesifik gravity dari fluida dingin (air


pendingin) = 1

Re

343,8

5739,6

= Diameter bagian dalam tube = 0,043 ft

Pr

231,5

4,39

= Rasio viskositas pada tube = 1,01

(P) (psi)

6,04

0,26

= panjang tube = 14,76 ft

= jumlah pas = 2

IDt
= diameter bagian dalam tube pada BWG 18
(0,049in) = 0,043ft
Sehingga:

Penurunan tekanan tube akibat perubahan arah:

Dimana:
v
= velocity aliran fluida dingin (air
pendingin) = 0,73 ft/s

Rancangan dimensi alat penukar kalor:


Dimensi

Keterangan

(ODt) (ft)

0,052

(IDt) (ft)

0,043

(PT) (ft)

0,065

(C) (ft)

0,013

(L) (ft)

14,76

(Nt)

262

(IDs) (ft)

1,43

(N+1)

14

Jurnal Teknik Mesin |11

DAFTAR PUSTAKA
Parameter

Keterangan

LMTD (0F)

18,8

(Tw)

111,9

(A) (ft2)

631,4

(ho) (btu/hr-ft20F)

110,5

(hio) (btu/hr-ft20F)

187,4

(Uc) (btu/hr-ft20F)

69,7

(Ud) (btu/hr-ft20F)

55,7

20

(Rd) (hr-ft F/btu)

Bizzy, I., Setiadi R. 2013. Studi Perhitungan Alat


Penukar Kalor Tipe Shell and Tube dengan
Program Heat Transfer Rsearch Inc
(HTRI). Palembang: Jurnal Teknik Mesin
Universitas Sriwijaya.
Barlet, D.A. 1996. The Fundamentals of Heat
Exchangers. The Industrial Physics.
American Institue of Physics.
Holman, J.P. 2010. Heat Transfer. New York:
The McGraw Hil Companies, Inc.

0,0036

Incropera, F.P., 2007. Fundamentals of Heat and


Mass Transfer. Sixth Edition, John Wiley
& Sons, Inc.

5. Kesimpulan
Dari

hasil

pembahasan

tentang

perancangan Lube Oil Cooler (103-J) pada Pabrik


Ammonia Pusri III, diambilah kesimpulan adanya
perancangan Lube Oil Cooler yang baru dengan
hasil perancangan yang telah memenuhi syarat
perhitungan sehingga bertambah satu unit Lube Oil
Cooler menjadi tiga unit Lube Oil Cooler dengan
dua unit dalam keadaan service (beroperasi), dan
satu

unit

lainnya

dalam

keadaan

standby

(cadangan) dimana saat temperatur keluar fluida


lube oil 131

F dan mengalami penurunan


0

temperatur setelah didinginkan sebesar 118,4 F.


Sedangkan fluida air pendingin diharapkan akan

Kern, D.Q., 1983. Process Heat Transfer


International Student Edition. Auckland,
Bogota, Guatamala, Hamburg,
Johannesburg, Lisbon, London, Madrid,
Mexico, New Delhi, Panama, Paris, San
Juan, Sau Paulo, Singapore, Sydney, Tokyo,
McGraw-Hill International Book Company
Mukherjee, R. 1997, Effectively Design Shell And
Tube Heat Exchanger. India: Engineers
India Ltd.
Paulin, T.,2007. Standards of the Turbular
Echanger Manufactures Association 9th
ed. New York : Turbular Exchanger
Manufacture Association, Inc.

mengalami kenaikan temperatur dari temperatur


masuk 96,8 0F menjadi 111,8 0F. Ini dilakukan
agar

meminimalisasi

shutdown-nya

Pabrik

sehingga kegiatan produksi dapat berjalan sesuai


dengan yang diharapkan.

Sugiyanto. 2012. Analisis Alat Penukar Kalor


Tipe Shell and Tube dan Aplikasi
Perhitungan dengan Microsoft Visual Basic
6.0. Jakarta: Jurnal Teknik Mesin
Universitas Gunadarma.

Jurnal Teknik Mesin |12

Vous aimerez peut-être aussi