Vous êtes sur la page 1sur 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini ada saja para produsen yang tidak mementingkan kesehatan dan keselamatan
konsumennya karena sering kita jumpai pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pihak
produsen kepada pihak konsumen. Beberapa conohnya seperti, masih banyak ditemukan
makanan danminuman kadaluarsa yang terdapat dalam parcel-parcel. Produk susu China
yangmengandung melamin juga sempat menggemparkan masyarakat Indonesia danChina.
Zat melamin memang akan meningkatkan kandungan protein jikadicampurkan dengan susu,
namun hal ini tidak menguntungkan konsumen tapi malah merugikan produsen karena
banyak bayi yang mengalami penyakit penyakit sepertigagal ginjal, bahkan tidak sedikit
dari mereka yang meniggal dunia setelahmengkonsumsi susu yang mengandung zat melamin
ini.
Dari kedua contoh diatas kita dapat mengetahui bahwa konsumen lah yangmenjadi pihak
yang dirugikan. Hal tersebut disebabkan mingkin karena kurangnya pengawasan dari pihak
pemerintah , polisi dan dinas-dinas terkait setempat. Eksistensikonsumen tidak sepenuhnya
dihargai oleh pihak produsen karena tujuan utama dari produsen adalah memperoleh untung
sebanyak-banyaknya dalam jangka pendek bukan jangka panjang.Oleh karena itu saya
menyusun makalah ini yang berisi tentang eksistensi hukum perlindungan konsumen dalam
dunia usaha.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini , yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan konsumen ?
2. Apa saja azas dan tujuan dari perlindungan konsumen ?
3. Apa saja hak dan kewajiban konsumen ?
4. Apa saja hak dan kewajiban pelaku usaha ?
5. Apa saja perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha ?
6. Apa yang dimaksud dengan klausula baku dalam perjanjian ?
7. Apa sajakah tanggung jawab pelaku usaha terhadap para konsumennya ?
8. Apa saja sanksi sanksi yang dapat dikenakan kepada pihak produsen jika pihak
konsumen merasa dirugikan ?
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini , yaitu :


1. Mengetahui pengertian konsumen dan perlindungan konsumen.
2. Mengetahui karakteristik dari hokum perlindungak konsumen.
3. Mengatahui aplikasi hukum perlindungak konsumen di dunia usaha

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsumen


Pengertian konsumen menurut aphilip kotler (2000) dalam bukunya principles of
marketingadalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang
atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.
2.2 Asas dan tujuan perlindungan konsumen
1. Asas-asas perlindungan konsumen
Pasal 2 UU PK :
1. Asas manfaat
Asas ini mengandung makna bahwa penerapan UU PK harus memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya kepada kedua pihak, konsumen dan pelaku usaha. Sehingga tidak ada satu
pihak yang kedudukannya lebih tinggidibanding pihak lainnya. Kedua belah pihak harus
memperoleh hak-haknya.
1. Asas keadilan
Dapat dilihat di pasal 4-7 UU PK yang mengatur mengenai hak dan kewajiban konsumen
serta pelaku usaha. Diharapkan melalui asas ini konsumen dan pelaku usaha dapat
memperoleh haknya dan menunaikan kewajibannya secara seimbang.
1. Asas Keseimbangan
Diharapkan kepentingan konsumen, pelaku usaha serta pemerintah dapat terwujud secara
seimbang, tidak ada pihak yang dilindungi.
1. Asas keamanan dan keselamatan konsumen

Memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan,


pemakain, dan pemanaatan barang atau jasayang dikonsumsi atau digunakan.
1. Asas Kepastian Hukum
Baik konsumen dan pelaku usaha harus mentaati hokum dan memperoleh keadilan
dalampenyelenggaraan perlindungan konsumen, serta Negara menjamin kepastian hukum.
1. Tujuan Perlindungan Konsumen
Pasal 3 UU PK :
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi
diri.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya aru akses
negative pemakain barang atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut
hak-haknya sebagai konsumen.
4. Menciptakan system perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian
hokum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran ppelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujuur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha prodiksi
barang atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
2.3 Hak Dan Kewajiban Konsumen
Pasal 4

Hak konsumen adalah :

1. Hak atas kenyaman, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau
jasa.
2. Hak untuk mamilih barang atau jasa serta mendapatkan barang atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jamina barang
atau jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang atau jasa yang digunakan.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelasain sengketa
perlindungan konsumen secara patut.

6. Hak untuk pembinaan dan pendidikan konsumen.


7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian, apabila barang atau
jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Kewajiban konsumen adalah:

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakain atau


pemanfaatan barang atau jasa demi keamanan dan keselamatan.
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang atau jasa.
3. Membayar sesuia dengan nilai tukar yang disepakati.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hokum sengketa perlindungan konsumen.
2.4 Hak Dan Kewajiban Pelaku Asaha
Pasal 6

Hak pelaku usaha adalah :

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi
dan nilai tukar barang atau jasa yang diperdagangkan.
2. Hak untuk mendapat perlindungan hokum dari tindakan yang beritikad tidak baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri di dalam penyelesaian hokum sengketa.
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hokum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang atau jasa yang diperdagangkan.
Pasal 7

Kewajiban pelaku usaha asalah :

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.


2. Memberikan informasi yang benar, jelas, jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
atau jasa serta member penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.

4. Menjamin mutu barang atau jasa yang diproduksi atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu baranga atau jasa yang berlaku.
5. Member kesempatan kepada konsumen untuk menguji atau mencoba barang atau jasa
tertentu serta member jaminan atau garansi atas barang yang dibuat atau yang
diperdagangkan.
6. Member kompensasi, ganti rugi atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian, pemanfaatan barang atau jasa yang diperdagangkan.
7. Member kompensasi, ganti rugi atau penggantian apabila barang atau jasa yang
diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
2.5 Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha
Pasal 8
1. Pelaku usaha dilarang memproduksi atau memperdagangkan barang atau jasa yang :
1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan peruundang-undangan.
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaiman yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan
menurut ukuran yang sebenarnya.
4.

Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran


sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan bbarang atau jasa
tersebut.

5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkaan, komposisi, proses pengolahan, gaya,


mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau
keterangan barang atau jasa tersebut.
6. Tiidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan,
iklan atau promosi penjualan barang atauu jasa tersebut.
7. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu penggunaan atau
pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu.
8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana mestinya
pernyataan halal yang dicantumkan dalam label.
9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama
barang, ukuran, berat atau isi bersih(netto), komposisi, aturan pakai, tanggal
pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan
lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang atau dibuat.

10. Tidak mencantumkan informasi atau petunjuk penggunaan barang dalam


bahasa Indonesia sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
1. Pelaku usaha diilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan
tercemar tanpa member informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud.
2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak,
cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara
lengkap dan benar.
3. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.
Pasal 9
1. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan satu barang atau
jasa secara tidak benar, dan atau seolah olah :
1. Barang tersebuut telah memenuhi dan memiliki potongan harga, harga khusus,
standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah
atau guna tertentu.
2. Barang tersebut dalam keadaan baik atau baru.
3. Barang atau jasa tersebut telah mendapatkan atau memiliki sponsor,
persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, cirri-ciri kerja atau
aksesori tertentu.
4. Barang atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor,
persetujuan, afiliasi.
5. Barang atau jasa tersebut tersedia.
6. Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi.
7. Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu.
8. Barang tersebut berasal dari daerah tertentu.
9. Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang atau jasa lain.
10. Menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahayya,
tidak mengandung resiko atau efek sampingan tanpa keterangan yang lengkap.
11. Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.
12. Barang atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk
diperdagangkan

13. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadapa ayat (1) dilarang
melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan barang atau jasa tersebut.
Pasal 10
Pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa yang ditujukan untuk diperdaganngkan
dilarang menawarkan, mempromoosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak
benar atau menyesatkan menggenai :
1. Harag atau tariff barang atau jasa.
2. Penggunaan suatu barang atau jasa.
3. Kondisi, tanggunagn, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang atau jasa.
4. Tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan.
5. Bahaya penggunaan barang atau jasa.
Pasal 11
Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau lelang, dilarang
mengelabui atau menyesatkan konsumen dengan :
1. Menyatakan barang atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi standar mutu
tertentu.
2. Menyatakan barang atau jasa tersebut seolah-olah tidak mengandung cacat
tersembunyi.
3. Tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan maksud
menjual barang yang lain.
4. Tidak menyediakan barang dengan juumlah tertentu atau jumlah cukup dengan
maksud menjual barang yang lain.
5. Tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah cukup dengan
maksud menjial jasa yang lain.
6. Menaikan harga atau tarif barang atau jasa sebelum melakukan obral.
Pasal 12
Pelaku usaha dilarang menawarkan, empromosikan atau mengiklankan suatu barang atau jaa
dengan harga atau tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku usaha tersebut
tidak bermaksud untuk melaksanakannyasesuai dengan waktu dan jumlahh yang ditawarkan,
dipromosikan, atau diiklankan.
Paal 13

1. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu


barang atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang atau jasa
lain secara Cuma-Cuma dengan maksud tidak memberikannya atau memberikan
sebagaimana yang dijanjikannya.
2. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat, obat
tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan
menjanjikan pemberian hadiah berupa barang atau jasa lain.
Pasal 14
Pelaku usah dalam menawarkan barang atau jasa yang ditujuka untuk diperdagangkan
memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang untuk :
1. Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan.
2. Mengumumkan khasilnyya tidak melalui media massa.
3. Memberikan hadiah tidak sesuai yang dijanjikan.
4. Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan.
Pasal 15
Pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa dilarang melakukan dengan cara
pemakdaan cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis terhadap
konsumen.
Pasal 16
Pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa melalui pesanan dilarang untuk :
1. Tidak menepati pesanan atau kesepakatan waktu penyelesaian sesuai dengan yang
diijanjikan.
2. Tidak menepati janji atau suatu pelayanan atau prestasi.
Pasal 17
1. Pelaku periklanan dilarang memproduksi iklan yang :
1. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan
harga barang atau tariff jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang atau
jasa.
2. Mengelabui jaminan atau garansi terhadap barang atau jasa.
3. Memuat informasi yang keliru, salah., atau tidak tepat mengenai barang atau
jasa.

4. Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang atau jasa.


5. Mengeksploitasu kejadian atau seseorang tanpa izin yang berwenang atau
persetujuan yang bersangkutan.
6. Melanggar etika atau kettentuan peraturan perundang-undangan mengenai
periklanan.
7. Pelaku usaha periklanan dilarag melanjutkan peredaran iklan yang telah
melanggara ketentuan pada ayat (1).
2.6

Klausula Baku Dalam Perjanjian

Klausula baku adalah setiap syarat dan ketentuan yang telah disiapkan dan ditetapkan terlebih
dahulu secara sepihak oleh pengusaha yang dituangkan dalam suatu dokumen atau perjanjian
yang engikat dan wajib dipenuhi olehkonsumen. Lazimnnya klausula baku dicantumkan
dalam huruf kecil pada kuitansi, faktur atau bon, perjanjian atau dokumen lainnya dalam
transaksi jual beli.
Memang klausula baku potensial merugikan konsumen karena tak memiliki pilihan selain
menerimanya. Namun di sisi lain, harus diakui pula klausula baku sangat membantu
kelancaran perdagangan. Sulit membayangkan jika dalam banyak perjanjian atau kontrak
sehari-hari kita harus selalu menegoisasikan syarat dan ketentuannya. Misalnya, jika membeli
tiket meninton pertunjukan, apakah wajar untuk menegoisasikan akibat hukum jika
pertunjuka itu dibatalkan ? namun demikian, untuk melindungi kepentingan konsumen
beberapa jenis klausula baku secara tegas diilarang dalam undang-undang perlindungan
konsumen.

Klausula baku yang dilarang, ada klausula baku yang diilarang dalam UU PK artinya
klausula baku selain itu sah dan mengikat secarra hukum.

Klausula baku dilarang mengandung unsure-unsur atau pertanyaan :


1. Pengalihan tanggung jawab pelaku usaha (atau pengusaha) kepada konsuumen.
2. Hak pengusaha untuk menolak mengembalikan barang yang dibeli konsumen.
3. Hak pegusaha untuk menyerahkan uang yang dibayarkan atas barang atau jasa yang
dibeli konsumen.
4. Pemberian kuasa dari konsuumen kepada pengusaha untuk melakukan segala
tindakan sepihak berkaitan dengan barang yang dibeli secara umum.
5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa
yang dibeli konsumen .
6. Hak pengusaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan
konsumen yang menjadi objek jual beli jasa.

7. Tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan atau
lanjutan yang dibuat sepihak oleh pengusaha semasa konsumen memanfaatkan jasa
yang dibelinya.
8. Pemberian kuasa kepada pengusaha untuk membebankan hak tanggungan, gadai, atau
hak jaminan terhadapbarang yang dibeli oleh kosumensecara angsuran pasal 56 UU
8/99.
Selain itu, pengusaha juga dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya
sulit terlihatatau tidak dapat jelas dibaca, aytau yang maksuudnya sulit dimengerti.
Jika pengusaha tetap mencantumkan klausula baku yang dilarang tersebut, maka klausula itu
batal demi hukum. Artinya klausula itu dianggap tidak pernah ada..
2.7 Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Pasal 19
1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,
atau kerugian konsumen akibat mengkonsuumsi barang atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan.
2. Gani rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) dapat berupa pengembalian uang atau
penggantian barang atau jasa sejenis setara ini lainnya, atau perawatan kesehatan atau
jasa yang sejenis atau setara ini lainnya, atau perawatan kesehatan atau pemberian
santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pergantian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 hari setelah tanggal
transaksi.
4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan kesalahan.
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila
pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan
konsumen.
2.8 Sanksi-Sanksi Jika Produsen Merugikan Konsumen
Sanksi bagi pelaku usaha menurt UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
Sanksi perdata ganti rugi dalam bentuk :
1. Pengembalian uang
2. Penggantian uang
3. Perawatan kesehatan

4. Pemberian santunan ganti rugi diberikan dalam tenggang waktu 7 hari setelah tanggal
transaksi

Sanksi administrasi ganti rugi dalam bentuk :

Maksimal Rp. 200.000.000, melalui BPSK jika melanggar pasal 19 ayat (2) dan (3), 20,25
sanksi pidana, kurungan :
1. Penjara 5 tahun denda Rp. 2.000.000.000, pasal 8,9,10,13 ayat (2),15,17 ayat (1)
huruf a, b, c, dan edan pasal 182.
2. Penjara 2 tahun denda Rp. 5.000.000.000, pasal 11,12,13,ayat (1),14,16,17 ayat (1)
huruf d dan f ketentuan piidana lain (diluar UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen)

Jika konsumen luka berat, cacat berat, sakit berat, atau kematian dikenakan 11
hukuman tambahan antara lain :

1. Pengumuman keputusan hakim


2. Pencabutan izin usaha
3. Dilarang memperdagangkan barang dan jasa
4. Wajib menarik dari peredaran barang atau jasa.
5. Hasil pengawasan diisebarluaskan kepada masyarakat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka kami menyimpulkan bahwa hingga saatini
perlindungan konsumen masih menjadi hal yang harus diperhatikan. Konsumensering kali
dirugikan dengan pelanggaran-pelanggaran oleh produsen atau penjual.Pelanggaranpelanggaran yang terjadi saat ini bukan hanya pelanggaran dalam skalakecil, namun sudah
tergolong kedalam skala besar. Dalam hal ini seharusnya pemerintah lebih siap dalam
mengambil tindakan. Pemerintah harus segeramenangani masalah ini sebelum akhirnya
semua konsumen harus menanggungkerugian yang lebih berat akibat efek samping dari tidak
adanya perlindungankonsumen atau jaminan terhadap konsumen.
3.2 Saran

berdasarkan langkah yang mungkin dapat dilakukan oleh pemerintah menurut pendapat kami
adalah :
1. Menetapkan undang-undang yang tegas dan jelas. Pemerintah memang sudah
memeiliki atau membuat beberapa undang-undang yang membahas masalah yang
sama sebelumnya. Namun hingga saat ini undang-undang tersebut belum berjalan
dengan efektif. Maka, sebaiknya pemerintah kembali memperbaruhi atau merevisi
uundang-undag tersebut.
1. Menetapkan sanksi yang tegas atas pelanggaran terhadap UU. Selama ini pun
pemerintah sudah membuat sanksi atas pelanggaran terhadap UU mengenai undangundang terhadap perlindungan konsumen namun hingga saat ini sanksi tersebut belum
diterapkan secara nyata dan tegas sehingga belum mampu menyebabkan efek jera
pada setiap pelanggar UU tersebut.
1. Mengawasi secara langsung dalam proses produksi sebuah produk yang akan
diproduksi dalam kemasan banyak dikonsumsi oleh masyarakat secara umum. Oleh
karena ituada baiknya selain pemerintah pembuat UU,dan sanksi terhadap
pelanggarnya, pemerintah pun melakukan pengawasan secara langsung. Hal ini akan
diharapkan akan mengurangi kemungkinan sebuah perusahaan melakukan kecurangan
dalam produksi.
1. Melakukan pengawasan terhadap produk produk yang dijual di pasaranPelanggaran
terhadap Undang-undang yang berkenaan dengan peelindungan konsumen juga dapat
terjadi atau dilakukan oleh pihak penjualatau pengecer Dalam berbagai kasus,
perlindungan konsumen dilanggar dengan cara menjual barang-barang kadaluwarsa
yang sudah tidak layak dikonsumsi tanpa sepengetahuan konsumen. Oleh karena itu
pemerintah beserta badan hokum yang bertugas dan lebih mengerti masalah ini
seharusnya lebih bisa mengamankan dan melindungi konsumen.

BAB IV
DAFTAR PUTAKA

http://lailyazharul.blogspot.com/2010/03/pengertian-konsumen.html
http://www.tunardy.com/asas-dan-tujuan-hukum-perlindungan-konsumen/
http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/konsumen/asiamaya-uu-perlindungankonsumen-bab3-bagian1.htm

http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/konsumen/asiamaya-uu-perlindungankonsumen-bab3-bagian2.htm
http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/konsumen/asiamaya-uu-perlindungankonsumen-bab4-bagian1.htm

Vous aimerez peut-être aussi