Vous êtes sur la page 1sur 30

SGD LBM 1 MODUL TROPIS

Step 1
Step 2
1. Kenapa terjadi demam mendadak dan tinggi?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya demam yang disebabkan oleh infeksi virus
dan yang ditransmisikan oleh nyamuk?
3. Apa hubungan riwayat sakit tetangga dengan pasien?
4. Bagaimana pathogenesis penyakit di scenario?
5. Apa pemeriksaan fisik dan penunjang yang bisa dilakukan?
6. Apa etiologi dari penyakit di scenario?
7. Apa dd dari kasus di scenario?
8. Mengapa pasien mengeluh pusing, pegal-pegal, tidak mau makan dan
minum, perut sakit dan muntah jika makan?
9. Mengapa pasien sudah diberi obat penurun panas tapi masih merasa demam
lagi?
10.Apa penatalaksanaan dari kasus di scenario?
11.Apa saja manifestasi klinis dari kasus di scenario?
12.Apa saja komplikasi dari penyakit tsb?
13.Apa saja macam-macam demam?

Step 3
1. Mengapa pasien mengeluh pusing, pegal-pegal, tidak mau makan dan
minum, perut sakit dan muntah jika makan?

Mual Muntah

Anoreksia:

Sensor
Hipotalamus merasakan rangsang-rangsang eksternal melalui
sejumlah hormon, seperti leptin, ghrelin, PYY 3-36, orexin dan CCK
(cholecystokinin); semua ini memodifikasi respon hipotalamus.
Beberapa diproduksi di saluran cerna dan lainnya oleh jaringan
adiposa (leptin). Mediator sistemik, seperti tumor necrosis factor-alpha
(TNF), interleukin 1 dan 6 serta corticotropin-releasing hormone (CRH)
originally named corticotropin-releasing factor(CRF), mempengaruhi
napsu makan secara negatif; mekanisme ini menjelaskan mengapa
orang sakit makan lebih sedikit. Sitokin-sitokin ini bekerja dengan
menambah jumlah serotonin (5-hidroksitriptofan atau 5-HT) di
hipotalamus. Kadar serotonin yang meninggi ini pada gilirannya akan
merangsang sistem melanocortin dan menyebabkan anoreksia.

Pegal-pegal

2. Mengapa pasien sudah diberi obat penurun panas tapi masih merasa demam
lagi?
Paracetamol menghambat prostaglandin di hiipotalamus tapi tidak
menghambat yang di perifer pdhl virus bereplikasi di darah maka si
paracetamol tidak mengatasi demam yang diakibatkan virus di darah.
Paracetamol hanya menurunkan pge2 tidak membunuh virus yang
menyebabkan demam

3. Apa saja macam-macam demam?

Demam septik : suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali
pada malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga deman hektik
Demam remiten : suhu badan dapat turun setiap hari tapi tidak pernah
mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada
demem septik
Demam intermitten : suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari
sekali disebut demam tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana
Ex: penyakit malaria
Demam kontinyu : variasi suhu sepanjang hari tidak jauh berbeda lebih dari
satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia
Demam siklik : terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang
diikuti oleh periode bebas demam untuk bebrapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.

IPD jilid 1 Edisi VII FKUI

4. Kenapa terjadi demam mendadak dan tinggi?


Demam karena infeksi virus target pd APC (makrofag) mengaktivasi sel
T-h banyaknya pirogen endogen yang dikeluarkan demam tinggi
mendadak pemanggilan makrofag lain, aktivasi sel B menghasilkan
antibody ada 3 antibodi mengeluarkan IL1, IL6, TNF-a demam tinggi
Masa inkubasi ekstrinsik (nyamuk) 8-10 hari
Masa inkubasi intrinsic (manusia) 4-6 hari setelah itu demam mendadak
5. Bagaimana mekanisme terjadinya demam yang disebabkan oleh infeksi virus
dan yang ditransmisikan oleh nyamuk?
6. Apa hubungan riwayat sakit tetangga dengan pasien?

7. Bagaimana pathogenesis penyakit di scenario?

8. Apa etiologi dari penyakit di scenario?


Disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirin B, yaitu arthropodborne virus atau virus yang disebabkan oleh artropoda. Termasuk genus
Flavivirus dari famili Flaviviridae.
Memiliki 4 serotipe DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4. Serotipe DEN 3 yang sering
dihubungkan dengan dengan Kasus parah. Infeksi pada salah satu serotipe
akan menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang bersangkutan, tetapi
tidak untuk serotipe yang lain.
Vektor utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti (didaerah perkotaan) dan
Aedes albopictus (didaerah pedesaan). virus ditularkan secara transovarial
dari nyamuk ketelur-telurnya.
Bekembang dalam tubuh nyamuk selama 8- 10 hari terutama di kelenjar air
liurnya. Ditubuh manusia selama 4-6 hari kemudian orang tersebut akan
mengalami demam dengue.

Orang yang terkena virus dengue ada yang mengalami demam ringan atau
bahakan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi keduanya sama
sama memiliki virus tersebut selama 1 minggu, dan beresiko enular apabila
di daerahnya ada nyamuk penularnya.
Sekali terinfeksi nyamuk mejadi infektif seumur hidupnya.
Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti :
- Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih
- Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak
mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air
seperti kaleng, ban bekas po
- Jarak terbang kurang lebih 100 m
- Tahan dalam suhu panas dan kelembapan tinggi
- Nyamuk betina bersifat multiple biters (menggigit beberapa orang
karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah bepindah tempat)
-

Widoyono., MPH.penyakit Tropis Epidemiologi, penularan, pencegahan


&pemberantasannya. Edisi kedua. Erlangga:Jakarta

9. Apa pemeriksaan fisik dan penunjang yang bisa dilakukan?


PEMERIKSAAN FISIK :
a.

Keadaan umum :

Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut :


1)
Grade I
: Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah,
tanda tanda vital dan nadi lemah.
2)
Grade II
: Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur.
3)
Grade III
: Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen,
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.

4)
Grade IV
: Kesadaran koma, tanda tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin berkeringat
dan kulit tampak sianosis.
b.

Kepala dan leher.

1)
Wajah
: Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
2)
Mulut
: Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, (kadangkadang) sianosis.
3)

Hidung : Epitaksis

4)

Tenggorokan

: Hiperemia

5)
Leher
: Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang
daerah servikal posterior.

c.

Dada (Thorax).

Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.


Pada Stadium IV :
Palpasi

: Vocal fremitus kurang bergetar.

Perkusi

: Suara paru pekak.

Auskultasi

: Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.

d.

Abdomen (Perut).

Palpasi
: Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi
turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment point (Stadium IV).
e.

Anus dan genetalia.

Eliminasi alvi

: Diare, konstipasi, melena.

Eliminasi uri

: Dapat terjadi oligouria sampai anuria.

f.

Ekstrimitas atas dan bawah.

Stadium I
Stadium II III
Stadium IV
tangan
dan kaki

: Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.


: Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.
: Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari

Pemeriksaan Darah rutin: Hb, Ht, Trombosit, dan hapusan darah tepi.

Pemeriksaan laboratorium darah rutin meliputi kadar hemoglobin, kadar


hematokrit, jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya

limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru (sejak hari ke 3).
Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit, dapat menunjukkan nilai normal atau menurun. Mulai hari ke-3
dapat ditemui limfositosis relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya
limfosit plasma biru (LPB) > 15 % dari total jumlah yang pada fase syok akan
meningkat.
Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkata hematokrit 20% dari hematokrit awal, biasanya pada demam
hari ke-3.
Hemostasis: pemeriksaan PT, aPTT, fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin: hipoproteinemia dapat terjadi akibat kebocoran plasma.
SGOT/SGPT: ini dapat meningkat.
Ureum dan kreatinin: ini dapat meningkat bila terdapat gangguan fungsi
ginjal.
Elektrolit: parameter pemantauan pemberian cairan.
Golongan darah dan cross match: ini dilakukan bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah.
Uji HI: pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang perawatan
yang bertujuan untuk kepentingan surveilans.

Uji serologi: Menghitung antibodi total, IgM, dan IgG.

Uji diagnostik melalui pemeriksaan isolasi virus, pemeriksaan serologi atau


biologi molekular dapat dilakukan untuk membuktikan etiologi demam
berdarah dengue. Di antara tiga jenis uji etiologi, yang dianggap sebagai
baku emas adalah metode isolasi virus. Namun, metode ini membutuhkan
tenaga laboratorium yang ahli, waktu yang lama (lebih dari 12 minggu),
serta biaya yang relatif mahal. Oleh karena keterbatasan ini, seringkali yang
dipilih adalah metode diagnosis molekuler dengan deteksi materi genetik
virus melalui pemeriksaan reverse transcriptionpolymerase chain reaction
(RT-PCR). Pemeriksaan RT-PCR memberikan hasil yang lebih sensitif dan lebih
cepat bila dibandingkan dengan isolasi virus, tapi pemeriksaan ini juga relatif
mahal serta mudah mengalami kontaminasi yang dapat menyebabkan
timbulnya hasil positif semu. Pemeriksaan yang saat ini banyak digunakan
adalah pemeriksaan serologi, yaitu dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti
dengue. Imunoserologi berupa IgM terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat
sampai minggu ke 3 dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer,

IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, sedangkan pada infeksi sekunder dapat
terdeteksi mulai hari ke 2.

Pemeriksaan Radiologis: Foto rontgen, USG

Pemeriksaan radiologis seperti foto dada dapat mendeteksi adanya efusi


pleura, terutama pada hemithoraks kanan. Efusi pleura dapat ditemukan
pada kedua hemithoraks bila terjadi perembesan plasma hebat. Pemeriksaan
rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan atau pasien
tidur pada sisi sebelah kanan. Pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk
mendeteksi adanya asites dan efusi pleura.

10.Apa dd dari kasus di scenario?

11.Apa saja manifestasi klinis dari kasus di scenario?


Diatas, besok lagi

12.Apa penatalaksanaan dari kasus di scenario?

13.

Algoritma 2. Tatalaksana DBD Derajat II

Algoritma 3. Tatalaksana DBD Derajat III/IV atau SSD

14.Apa saja komplikasi dari penyakit tsb?


Dd : DBD, dd dengan perdarahan

Vous aimerez peut-être aussi