Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Abstrak
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai permasalahan ilmu semantik,
yaitu bagaimana perubahan dan perbedaan makna yang terjadi pada bahasa
Medan, setelah dianalisis menurut teori Ferdinand de Saussure yakni
secara signifie dan signifiant pada bahasa Medan. Tujuan penelitian ini
adalah bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk signifie dan signifiant
pada bahasa Medan serta memberi pengetahuan baru bahwa setiap
masyarakat lahir, hidup dan tumbuh pada bahasa di mana masyarakat
tinggal. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif. Data penelitian ini terdiri dari 20 kata dari bahasa Medan yang
siap untuk dianalisis. Simpulan penelitian ini adalah ditemukan adanya
perubahan dan perbedaan makna yang ditemukan antara bahasa Medan
dengan bahasa Indonesia setelah melalui proses analisis signifie dan
signifiant yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure. Perubahan
terjadi karena adanya perbedaan makna pada 20 kata yang diambil dari
bahasa Medan. Perubahan dan perbedaan makna pada bahasa Medan
terjadi secara arbitrer, mana suka, sewenang dari masyarakat Medan
setelah melalui konvensi yang telah disepakati bersama antar warga kota
Medan. Bahasa Medan tidak bisa digunakan di luar kota Medan karena
akan menghambat proses komunikasi.
Kata kunci : Signifie, signifiant, arbitrer, konvensional, bahasa Medan.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Bahasa merupakan elemen penting dan utama dalam berkomunikasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahasa dinyatakan sebagai
sistem bunyi arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Selaras dengan pengertian
dari KBBI, Harimurti Kridalaksana (1983) mengungkapkan bahwa bahasa adalah
ARBITRER
KONVENSIONAL
BERMAKNA
yang
Saussure,
ditandai
(signifie)
dan
yang
menandai
(signifiant).
penanda dan tinanda. Ditandai (signifie) atau penanda adalah kesan imajinasi
yang
disampaikan
dari
penutur,
sedangkan menandai
(signifiant)
atau
tinanda adalah konsep yang ditunjuk penanda. Contoh lain bahasa bersifat arbitrer
adalah penamaan tas untuk benda yang dapat menyimpan barang-barang dan
fleksibel untuk dibawa berpergian. Mengapa tidak dinamakan karung? Inilah
yang kemudian melewati proses kedua yaitu konvensional.
b. Bahasa bersifat konvensional
Tanda Bahasa
Petanda /Signifie
(yang ditandai)
Penanda/Signifiant
PAYUNG
PAYUNG
(yang menandai)
Gagasan
Gagasan
Simbol
Simbol
Referen
Referen
Signifie dan Signifiant Pada Bahasa Medan adalah metode penelitian kualitatif.
Menurut Edi Soebroto penelitian kualitatif adalah penelitian terhadap suatu
masalah yang tidak dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik (1992:5).
Dalam kajiannya penelitian kualitatif menggunakan metode deskriptif, yaitu
metode yang menjelaskan data atau objek secara natural (alamiah), objektif
(keadaan sebenarnya), dan faktual (apa adanya) (Sudaryanto, 1992:62). Oleh
karena itu data-data mengenai bahasa medan ditulis dengan teliti dan objektif.
BK 123 DH
tertera di kendaraan
(Petanda/Signifie)
(Referen)
2) Doorsmeer
Doorsmeer di sini bukan diartikan sebagai semir pintu, melainkan
tempat layanan cuci kendaraan mobil/motor. Contoh dalam kalimat
Jangan lupa bawa kereta kau ke doorsmeer dalam bahasa Indonesia
diartikan Jangan lupa bawa motormu ke steam/tempat cuci motor.
Masyarakat Medan lazim menggunakan kata doorsmeer daripada kata
steam sesuai konvensi yang telah disepakati bersama.
(Penanda/Signifiant)
D-o-o-r-s-m-e-e-r
(Referen)
3) Galon
Galon oleh masyarakat Medan diartikan sebagai Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum (SPBU) atau Pom Bensin. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia galon diartikan sebagai satuan takaran barang cair bisa air atau
bensin dalam ukuran volume yang besar. Contoh dalam kalimat Singgah
ke galon Simpang Tembung ya dalam bahasa Indonesia diartikan
Singgah ke SPBU di Persimpangan Tembung ya.
(Penanda/Signifiant)
G-a-l-on
(Referen)
4) Guli
Masyarakat Medan menyebut kelereng dengan sebutan guli. Ketika
ada yang menyebut kelereng di tempat mereka tentu tidak sinkron
dengan kebiasaan masyarakat Medan dalam melahirkan bahasa secara
arbitrer (mana suka) yang sudah disepakati bersama. Pendatang secara
otomatis harus menyesuaikan bahasa yang ada di Medan. Guli tidak
diartikan sebagai bantal guling melainkan kelereng, yaitu biji buah lerak.
(Penanda/Signifiant)
G-u-l-i
(Referen)
5) Gosok
Gosok dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai sentuhan, gesekan dari
yang timbul dari dua buah benda. Namun berbeda dengan yang
dipahami masyarakat Medan bahwa gosok adalah setrika, gosokan
adalah setrikaan. Contoh pada kalimat Kau gosok dulu pakaian
ayahmu diartikan dalam bahasa Indonesia Kau setrika dulu pakaian
ayahmu.
(Penanda/Signifiant)
G-o-s-o-k
Alat untuk
melicinkan pakaian
(Petanda/Signifie)
(Referen)
6) Hajab
Hajab masyarakat Medan mengartikan sebagai suatu kehancuran,
hancur, habis. Hajab berbeda dengan azab. Contoh pada kalimat Ada
polisi, hajab la kita! diartikan dalam bahasa Indonesia Ada polisi,
hancur/habis kita!.
(Penanda/Signifiant)
H-a-j-ab
Sebuah kondisi
kehancuran, habis.
(Petanda/Signifie)
(Referen)
7) Kedai
Masyarakat Medan biasa menyebut warung dengan sebutan kedai.
Makna antara warung dan kedai hampir sama yakni tempat berjualan
segala macam makanan dan minuman. Kata kedai lebih akrab di telinga
masyarakat Medan dibandingkan dengan kata warung. Contoh pada
kalimat Mari kita ke kedai itu berarti Mari kita ke warung.
(Penanda/Signifiant)
K-e-d-a-i
(Referen)
8) Kerabu
Kerabu dalam bahasa Medan diartikan dengan anting. Dalam bahasa
Indonesia anting adalah perhiasan yang dipasang di cuping telinga
wanita. Contoh pada kalimat Kita pigi ke pajak beli kerabu untuk
awak dalam bahasa Indonesia diartikan Kita pergi ke pasar beli anting
untuk saya. Masyarakat Medan lazim menggunakan kata kerabu
daripada anting, karena hasil konvensional di daerah Medan sendiri.
(Penanda/Signifiant)
K-e-r-a-b-u
Perhiasan yang
dipasang di telinga
(Petanda/Signifie)
(Referen)
9) Kereta
Kereta adalah kendaraan beroda dua yaitu motor. Masyarakat Medan
terbiasa menyebut motor dengan sebutan kereta. Pendatang yang
berlibur ke Medan mungkin heran dengan kata kereta, karena dalam
pikiran mereka kereta adalah kereta api. Sedangkan dalam masrayakat
Medan telah disepakati bahwa sebutan untuk motor adalah kereta.
Contoh pada kalimat Mana keretamu? dalam bahasa Indonesia
diartikan Dimana motormu, Ucok?. Semua terjadi karena adanya
kesepakatan.
(Penanda/Signifiant)
K-e-r-e-t-a
Alat transportasi
roda dua
(Petanda/Signifie)
(Referen)
10) Kuaci
Kuaci di sini bukan kwaci makanan, tetapi masyarakat Medan
mengartikan kuaci sebagai permainan berupa cetakan plastik yang
bentuknya beragam wujud, ada kelinci, gajah, mobil, dan sebagainya.
Biasa dipakai untuk mainan juga sebagai barang taruhan.
(Penanda/Signifiant)
K-u-a-c-i
Permainan dari
cetakan plastik
(Petanda/Signifie)
(Referen)
11) Motor
Motor dalam bahasa Indonesia berarti kendaraan/transportasi yang
memiliki roda dua. Sedangkan motor dalam bahasa Medan diartikan
mobil, yaitu kendaraan/transportasi yang memiliki roda empat.
Perbedaan makna ini terlihat jelas sekali, dimana tanda bunyi berbeda
yaitu m-o-t-o-r dengan m-o-b-i-l namun dalam konsep atau acuan
(referen) yang sama. Ini bukti masyarakat Medan membuat bahasa
secara sewenang, manasuka (arbitrer) dan sudah disepakati bersama
antar masyarakat Medan.
(Penanda/Signifiant)
M-o-t-o-r
Alat transportasi
roda empat
(Petanda/Signifie)
(Referen)
12) Monza
Monza adalah akronim dari Monginsidi Plaza, yaitu sebuah tempat
atau pasar di samping Sei Silow kota Tanjung Balai-Medan. Nama
Monza diinspirasikan dari nama kawasan Jalan Monginsidi di Kota
Medan yang menjadi pusat penjualan barang second hand. Jadi Monza
adalah sebuah tempat penjualan pakaian bekas, di daerah Sukabumi
terkenal dengan nama Cimol.
(Penanda/Signifiant)
M-o-n-z-a
Tempat penjualan
pakaian bekas
(Petanda/Signifie)
(Referen)
13) Minyak
Minyak dalam bahasa Indonesia adalah zat cair berlemak yang tidak
larut dalam air. Lazimnya masyarakat Indonesia mengenal minyak
sebagai minyak makan atau minyak sayur. Namun minyak dalam
bahasa Medan diartikan sebagai bensin atau bahan bakar minyak
(BBM) untuk kendaraan. Contoh dalam kalimat Kita isi minyak dulu
ke galon dalam bahasa Indonesia diartikan Kita isi bensin dulu ke
SPBU/Pom Bensin.
(Penanda/Signifiant)
M-i-n-y-a-k
Bahan bakar
(bensin)
(Petanda/Signifie)
(Referen)
14) Nembak
Dalam bahasa Medan nembak adalah istilah untuk makan tapi tidak
bayar, singkatnya gratis. Nembak dalam bahasa Indonesia bisa pistol
yang mengeluarkan peluru, juga bisa diartikan dengan mengurus SIM
(Surat Izin Mengemudi) tanpa tes langsung membayar kepada calo
bukan kepada petugas kepolisian. Contoh pada kalimat Si Ucok
berhasil dia nembak di kedai Kak Ipah dalam bahasa Indonesia
diartikan Si Ucok berhasil makan gratis/tidak bayar di warung Kak
Ipah. Istilah nembak muncul arbitrer dari masyarakat Medan namun
melalui kesepakatan bersama.
(Penanda/Signifiant)
N-e-m-b-a-k
Makan gratis,
tidak bayar
(Petanda/Signifie)
(Referen)
15) Pajak
Pajak dalam bahasa Medan diartikan sebagai pasar, yaitu tempat
bertemunya antara penjual dengan pembeli. Sedangkan kata pajak
dalam bahasa Indonesia memiliki arti pungutan wajib yang harus
dibayar penduduk Indonesia untuk sumbangan kepada pemerintah.
Contoh pada kalimat Ke pajak ikan kita besok? dalam bahasa
Indonesia diartikan Ke pasar ikan kita besok?.
(Penanda/Signifiant)
P-a-j-a-k
Tempat bertemunya
penjual dengan pembeli
(Petanda/Signifie)
(Referen)
16) Pasar
Dalam bahasa Medan pasar diartikan sebagai jalan raya, sedangkan
dalam bahasa Indonesia pasar adalah tempat bertemunya antara
penjual dengan pembeli. Contoh pada kalimat Dari kedai belok
kanan nanti kelen tengok pasar dalam bahasa Indonesia diartikan
Dari warung belok kanan nanti kalian ketemu jalan raya.
(Penanda/Signifiant)
P-a-s-a-r
Tempat untuk
lalu lintas kendaraan
(Petanda/Signifie)
(Referen)
17) Pipet
Pipet dalam bahasa Medan memiliki makna sebagai alat untuk
menghisap atau menyedot minuman. Dalam bahasa Indonesia lazim
menggunakan kata sedotan.
(Penanda/Signifiant)
P-i-p-e-t
(Referen)
18) RBT
RBT dalam bahasa Medan adalah singkatan dari Rakyat Banting
Tulang atau singkatnya ojek. Masyarakat Medan terbiasa menyebut
ojek dengan sebutan RBT. Contoh pada kalimat Mahal kali la naik
RBT ke pajak ikan diartikan dalam bahasa Indonesia Mahalnya naik
ojek ke pasar ikan. Kata RBT lahir secara arbitrer, mana suka dari
masyarakat Medan sesuai kesepakan bersama.
(Penanda/Signifiant)
R-B-T
Profesi yang mencari
penumpang di motor
(Petanda/Signifie)
(Referen)
19) Selop
Selop memiliki makna sandal bagi masyarakat Medan. Selop berbeda
dengan sepatu. Sedangkan dalam bahasa Indonesia selop diartikan
sebagai alas kaki yang terbuat dari kulit. Contoh pada kalimat Cantik
kali selopmu dek! diartikan dalam bahasa Indonesia Bagus sekali
sandalmu dek!.
(Penanda/Signifiant)
S-e-l-o-p
(Referen)
20) Sudako
Sudako dalam bahasa Medan adalah angkutan umum/angkot, yaitu alat
transportasi roda empat berwarna kuning yang berisi penumpang.
(Penanda/Signifiant)
S-u-d-a-k-o
Angkutan umum/angkot
di Kota Medan
(Petanda/Signifie)
(Referen)
Dari 20 kata yang berasal dari bahasa Medan diatas sangat terlihat
jelas dua komponen dalam teori tanda bahasa yang dicetuskan oleh Ferdinand de
Saussure, yaitu signifie (petanda) dan signifiant (signifiant) disertai acuan
(referen). Bahasa Medan adalah satu dari seribu bahasa yang ada di Indonesia
yang bisa dikaji dengan ilmu semantik. Bahasa Medan yang lahir secara arbitrer,
manasuka, sewenang dari masyarakatnya telah melalui konvensi, kesepakatan
bersama dari masyarakat kota Medan. Bahasa Medan tidak akan tepat diujarkan
oleh pemakai bahasa di luar kota Medan, karena konvensi yang dibuat hanya
berlaku di kota Medan. Jika itu terjadi maka akan menghambat proses terjadinya
komunikasi.
Perubahan dan perbedaan makna yang terjadi antara bahasa Medan
dengan bahasa Indonesia yang telah dibahas di atas, tentu terjadi karena beberapa
faktor. Menurut Suwandi (2008;122-123) dalam bukunya Semantik Pengantar
Kajian Makna ada beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan makna,
diantaranya : 1) Faktor Linguistik, 2) Faktor Kesejarahan, 3) Faktor Sosial
Masyarakat, 4) Faktor Psikologis, 5) Faktor Kebutuhan Kata Baru, 6) Faktor
Perkembangan Ilmu dan Teknologi, 7) Faktor Perbedaan Bidang Pemakaian atau
Lingkungan, 8) Faktor Pengaruh Bahasa Asing, 9) Faktor Asosiasi, 10) Faktor
Pertukaran Tanggapan Indera, 11) Perbedaan Tanggapan Pemakai Bahasa, dan 12)
Faktor Penyingkatan.
D. Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas dapat di ambil sebuah kesimpulan yaitu
ditemukan adanya perubahan dan perbedaan makna yang ditemukan antara bahasa
Medan dengan bahasa Indonesia setelah melalui proses analisis signifie dan
signifiant yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure. Perubahan terjadi
karena adanya perbedaan makna pada 20 kata yang diambil dari bahasa Medan
sebagai data. Perubahan dan perbedaan makna pada bahasa Medan terjadi secara
arbitrer, mana suka, sewenang dari masyarakat Medan setelah melalui konvensi
yang telah disepakati bersama antar warga kota Medan. Bahasa Medan tidak bisa
digunakan di luar kota Medan karena akan menghambat proses komunikasi secara
optimal.
E. Referensi
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Djajasudarma, Fatimah. 2012. Semantik 1 Makna Leksikal dan
Gramatikal. Bandung:Refika Aditama.
Mahasiswa Batak. 2013. Kamus Medan. [Online]. Tersedia:
http://www.mahasiswabatak.com/2013/02/kamus-medan.html.
(Diakses 10 Mei 2015 pukul 15:45 WIB)
Shidiq, Irham. 2011. Semantik.[Online]. Tersedia:
https://t4f5.wordpress.com/2011/09/08/semantik/.
(Diakses 10 Mei 2015 pukul 14:55 WIB)
Suwandi, Sarwiji. 2008. SEMANTIK Pengantar Kajian Makna.
Yogyakarta:Media Perkasa.