Vous êtes sur la page 1sur 53

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

1.1 Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darah
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada
populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg, dan
tekanan diastolic 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung,
stroke, & gagal ginjal.
Gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan, dan rangsangan kopi
yang berlebihan, tembakau, obat-obatan yang merangsang dapat berperan disini, tapi
penyakit ini sangat dipengaruhi factor keturunan. Tingginya tekanan darah yang
lama tentu saja akan merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, yang paling jelas
pada mata, jantung, ginjal, dan otak. Maka konsekuensi pada hipertensi yang lama
tidak terkontrol adalah gangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal, & stroke.
Selain itu jantung membesar karena dipaksa meningkatkan beban kerja saat
memompa melawan tingginya tekanan darah. Hipertrofi ini dapat diperiksa dengan
EKG atau rontgen thorak. Peningkatan tahanan perifer yang dikontrol pada tingkat
arteriola adalah dasar penyebab tingginya tekanan darah. Penyebab tingginya
tahanan tersebut belum banyak diketahui. Tetapi obat-obatan ditujukan untuk
menurunkan tahanan perifer untuk menurunkan tekanan darah & mengurangi stress
pada system vaskuler.
1.2 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke


pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembulih darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, meyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

D. Pathway

1.3 Etiologi
Berdasarkan Penyebabnya Hipertensi dibagi dalam 2 Golongan yaitu :
1. Hipertensi primer / essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya
berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan.
2. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti, seperti
gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.
1.4 Faktor Pencetus terjadinya Hipertensi
1. Obesitas / kegemukan
2. Kebiasaan merokok
3. Minuman beralkohol

4. Penyakit kencing manis dan jantung


5. Wanita yang tidak menstruasi
6. Stress
7. Kurang olah raga
8. Diet yang tidak seimbang, makanan berlemak dan tinggi kolesterol
1.5 Tanda dan gejala:

Sakit kepala dan pusing

Nyeri kepala berputar

Rasa berat di tengkuk

Marah/emosi tidak stabil

Mata berkunang kunang

Telinga berdengung

Sukar tidur

Kesemutan

Kesulitan bicara

Rasa mual / muntah


F. Klasifikasi
Kategori

Sistolik (mmHg)

Diastolik

(mmHg)
Optimal

< 120

dan

< 80

Normal

< 130

dan

< 85

Normal tinggi

130 139

atau

85 89

Hipertensi derajat 1

140 159

atau

90 99

derajat 2

160 179

atau

100 109

derajat 3

180

110

Keterangan: Klasifikasi hipertensi bagi yang berumur 18 th keatas.

Hipertensi sistolik terisolasi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 140 mmHg


atau lebih dan tekanan diastoliknya di bawah 90 mmHg.
Tekanan darah pertama kali (mmHg)
Observsi yang dianjurkan
Sistolik
Diastolik
< 130

< 85

Pemeriksaan ulang dalam 2 th

130 139

85 89

Pemeriksaan ulang dalam 1 th

140 159

90 99

Dipastikan dalam 2 th

160 179

100 109

Evaluasi dalam 1 th

180

110

Evaluasi segera/dalam 1 minggu,


tergantung situasi klinis.

Keterangan: Rekomendasi untuk observasi lebih lanjut setelah pengukuran tekanan


darah pertama kali.

1.6 Manifestasi Klinis


Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina seperti:
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat edema pupil dapat terjadi (edema pada diskus optikus). Gejala pada
orang hipertensi biasanya menunjukkan gejala vaskuler, dengan manifestasi yang
khas sesuai system organ yang divaskularisasi oleh system organ yang
bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang sering
menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak lagi mampu menahan peningkatan beban kerja,
maka dapat terjadi gagal jantung kiri.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi seperti nokturia (peningkatan
urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan
kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat mengakibatkan stroke atau
serangan iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu
sisi (hemiplegi) atau gangguan tajam penglihatan.
Faktor risiko utama
Merokok
Dislipidemia
DM
Umur diatas 60 th

Kerusakan organ target


Penyakit jantung:
*Hipertrofi ventrikel kiri
*Angina/riwayat AMI
*Riwayat revaskularisasi koroner.
*Gagal jantung
Stroke & serangan iskemik selintas

Jenis kelamin (pria & wanita


pasca menopause)
Riwayat penyakit kardiovaskuler
Nefropati
dalam keluarga.
Wanita < 65 th atau pria < 55 th.
Penyakit arteri perifer, retinopati.
Keterangan: Faktor risiko kardiovaskuler dan kerusakan organ target pada pasien
hipertensi.

1.7 Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.Efektifitas setiap program ditentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualtas hidup sehubungan dengan
terapi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis termasuk:


penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium, tembakau, latihan dan
relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
antihipertensi. Apabila penderita ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok)
atau bila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85 atau 95 mmHg dan
sistoliknya di atas 130 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.
Derajat

Kelompok resiko A

Kelompok risiko B

Kelompok Risiko C

hipertensi

(Tak ada factor

(Minimal 1

(Kerusakan

(mmHg).

resiko, tak ada

faktor risiko,

organ target dan

kerusakan

tak termasuk

atau diabetes,

organ target).

diabetes, tak

dengan atau

ada kerusakan

tanpe factor

Normal tinggi

Perubahan gaya

(130139/85
89)

hidup
Perubahan gaya

organ target).
Perubahan gaya
hidup
Perubahan gaya

Derajat 1

hidup (sampai

hidup (sampai 6

(140-159/90-

12 bulan)

bulan).

99)

Terapi obat

risiko lain).
Terapi obat

Terapi obat

Terapi obat

Terapi obat

Derajat 2&3
(160/ 100)
Keterangan: Stratifikasi risiko dan pengobatan hipertensi.

1.8 Cara Pencegahan


Ada beberapa cara untuk menghindari dari penyakit hipertensi ini, antara lain :
1.8.1.Capai Dan Pertahankan Berat Badan Ideal
Pola makan sehat bertujuan untuk menurunkan dan mempertahankan
berat badan ideal, sehingga dianjurkan untuk menyeimbangkan asupan
kalori dengan kebutuhan energi total dengan membatasi konsumsi
makanan yang mengandung kalori tinggi dan atau makanan yang

kandungan gula dan lemaknya tinggi. Disamping itu, agar melakukan


aktifitas fisik yang cukup untuk mencapai kebugaran jasmani yang baik.
1.8.2.Capai Dan Pertahankan Kadar Kolesterol
Lemak jenuh adalah penentuan utama peningkatan kadar kolesterol,
sehingga dianjurkan untuk menurunkan asupan lemak jenuh < 10%
asupan total energi dengan membatasi asupan makanan kaya asam lemak
jenuh (susu tinggi lemak dan produknya, daging berlemak serta minyak
kelapa). Pada orang dengan kadar kolesterol LDL tinggi atau dengan
penyakit kardiovaskuler, lemak jenuhnya harus lebih rendah (< 7% total
energi).
1.8.3.Pertahankan Tekanan Darah Normal
Asupan garam (Natrium Chlorida) dapat meningkatkan tekanan darah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan asupan
natrium + 1,8 gram/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4
mmHg dan diastolik 2 mmHg pada penderita hipertensi dan penurunan
lebih sedikit pada individu dengan tekanan darah normal. Respons
perubahan asupan garam terhadap tekanan darah bervariasi diantara
individu yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga faktor usia.
Disarankan asupan garam < 6 gram sehari atau kurang dari 1 sendok teh
penuh. Dari berbagai penelitian, terbukti bahwa kenaikan berat badan
dapat meningkatkan tekanan darah dan terjadinya hipertensi, walaupun
pada program penurunan berat badan. Penurunan tekanan darah dapat
terjadi sebelum tercapai berat badan yang diinginkan. Penurunan sistolik
dan diastolik rata-rata per kg penurunan berat badan adalah 1,6 / 1,1
mmHg. Sehingga dianjurkan untuk selalu menjaga berat badan normal,
untuk menghindari terjadinya hipertensi. Dianjurkan untuk tidak
mengkonsumsi alkohol atau bahan makanan yang mengandung alkohol
karena dapat meningkatkan tekanan darah. Disamping itu alkohol juga
dapat menyebabkan kecanduan. Dari penelitian-penelitian klinis
memperlihatkan pemberian suplemen kalium dapat menurunkan tekanan
darah. Dengan suplementasi diet kalium 60-120 mmol/hari dapat

menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik 4,4 dan 2,5 mmHg pada
penderita hipertensi dan 1,8 serta 1,0 mmHg pada orang normal. Diet
kaya kalium juga dihubungkan dengan penurunan risiko stroke. Asupan
diet kalium, Mg dan kalsium sebaiknya bersumber pada bahan makanan
alami. Pemberian suplemen harus dikonsultasikan ke dokter terlebih
dahulu.
1.8.4.Hentikan Minum Alkohol Dan Berhentilah Merokok
1.8.5.Meningkatkan Aktivitas Fisik Aerobik (30-45 Menit/Hari)
1.9 Rencana Asuhan Keperwatan
1.1.1

Penurunan curah jantung berhubungan dengan :


Peningkatan afterload, vasokontriksi
Iskemia miokardia
Hipertrofi/rigiditas (kekakuan) ventricular
Intervensi :
Mandiri :
a.

Pantau tekanan darah. Ukur pada kedua tangan untuk evaluasi


awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan tehnik yang akurat

b.

Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

c.

Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas

d.

Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian


kapiler

e.

Catat edema umum atau tertentu

f.

Berikan lingkungan nyaman, tenang dan kurangi aktivitas


keributan lingkungan

g.

Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur


atau kursi dan bantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan

h.

Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman seperti pijatan


punggung dan leher, meninggikan kepoala ditempat tidur

i.

Anjurkan tehnik relaksasi dan panduan imajinasi aktivitas


pengalihan

j.

Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah

Kolaborasi :
Berikan obat-obat sesuai indikasi, cointoh :
a. Diuretik tiazid mis. Klorotiazid (diuril) hidrok lorotiazid (esidrix/
hidroDIURIL); bendroflumentiazid (NATURETIN).
b. Diuretik loop, mis. Furusemid (l;asik) asam ewtakrinic (edecrin);
bumetanid (burmex).
c. Iretik hemat kalium, spinolakton (aldaktone); triamterene (direnium);
amilioride (midamor).
d. Ihibitor simpatis mis. Propanolol (inderalk); metoprolol (lopressor)
atenolol (tenormin); nadolol (corgard) metildopa (aldomet); reserpine
(serpasil); klonidin (catapres).
e. Aodilator mis. Minokasidil (loniten) hidralazin (apresoline); bloker
saluran kalsium, mis. Nifedipin (peocardia)verapamil(calan).
f. Agen-agen anti adrenergik -1 bloker prazosin (minipres); tetazosin
hitrin).
g. Blokewr nuron adrenergic: guanadrel (hiloree): quanetidin
(ismelin)reserpin (serpasil).
h. Inhibitor adrenergic yang bekerja secara sentral: klonidin ; (catapres)
guanabenz (wytension) metaldopa (aldomet); Vasodilator kerja langsung :
hidralazin (Apresoline) minoksidil; (linoten)
i. Vasodilator oral yang bekerja langsung :diagzosid (hiperstat); nitropusid;
(nipride, Nitopress).
j. Bloker ganglion mis. Guanetidin (ismelin); trimetapan (arfonad); ACE
inhibitor , mis. Kaptropil (capoten)
k. Berikan pembatasan cairan dan diet natrium sesuai indikasi.
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.
m. Siapkan pembedahan bila ada indikasi
1.1.2

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan :


Ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih
dari 80 kali permenit diatas frekuensi istirahat; peningkatan TD yang
nyata selama atau sesudah aktivitas tekanan sistolik meningkat 40

mmHg atau tekanan diastoliknya meningkat 20 mmHg; dispnea atau


nyeri dada keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diaforesis; pusing
atau pingsan.
b. Insuksikan pasien tentang tehnik penghematan energi, missal
menggunakan kursi saat mandi duduk saat menyisir rambut atau
menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan.
c. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri
bertahap jika dapai ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
1.1.3

Nyeri (Akut), sakit kepala berhubungan dengan :


Penimgkatan tekanan vaskuler serebral
Intervensi :
Mandiri :

a. Mempertahan kan tiorah baring selama fase akut


b.

Memberikaan tindakan nonfarmakologis untuk menghilangkan


sakit kepala mis. Kompres dingin pada dahi dan pijat punggung dan
leher, tenang, redupkan lampu kamar, tehnik relaksasi, panduan
imajinasi, distraksi dan aktivitas waktu senggang

c.

Hilangkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan


sakit kepala mis. Mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk

d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan


e.

Berikan cairan atau makanan lunak, perawatan mulut yang


teratur, bila terjadi perdarahan hidung, kompres hidung telah dilakuakan
untuk menghentikan perdarahan

Kolaborasi :
a. Berikan sesuai indikasi :
b. Analgesik
c. Antiansietas mis. Lorazepqam (ativan) diazepam (valium)
1.1.4

Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan :


Masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolic
Pola hidup monoton
Keyakinan budaya

Intervensi :
Mandiri
a.

Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung


antara hipertensi dan kegemukan

b.

Bicarakan pentingbya menurunkan masukan kalori dan


batasi masukan lemak, garam dan gula sesuai dengan indikasi

c.

Tetapka keinginan pasien untuk menurunkan berat badan

d.

Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diit

e.

Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistic


dengan pasien mis. Penurunan berat badan 0.5 kg perminggu

f.

Dorong pasien unruk mempertahankan masukan makanan


harian termasuk dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan
sekitar saat makanan dimakan

g.

Instruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat,


hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur,
eskrim, daging) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk
kalengan jeroan)

Kolaborasi :
Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi

1.1.5

Koping, individual, Inefektif berhubungan dengan :


Krisis situasional
Perubahan hidup beragam
Relaksasi tidak adekuat
Sistem pendukung tidak adekuat
Nutrisi buruk
Harapan yang tak pernah terpenuhi
Kerja berlebihan
Persepsi tak realistic
Metode koping tak efektif

Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji keefektivan stategi koping dengan observasi perilaku mis. Kemampuan
menyatakan persaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana
pengobatan
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,
peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan
mengatasi masalah
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan stategi
untuk mengatasinya
d. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan
e. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas, tanyakan pertanyaan seperti
Apa yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?
f. Bantu pasien untuk mengidentivikasi dan mulai merencanakan perubahan
hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan
tujuan diri atau keluarga

1.1.6

Kurang pengteahuan ( kebutuhan belajar), mengenai kondisi, rencana


pengobatan berhubungan dengan
Kurang pengetahuan atau daya ingat
Misinterpretasi informasi
Keterbatasan kognitif
Menyangkal diagnosa
Intervensi :
Mandiri
a.

Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat

b.

Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan


efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak

c.

Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan nistilah


terkontrol dengan baik saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang
diinginkan

d.

Bantu pasein dalam mengidentivikasi factor-faktor resiko kardiovaskuler


yang dapat diubah missal obesitas; diet tinggi ;lemak jenuh; dan
kolesterol; pola hidup monotoin; merokok dan minum alcohol (lebih dari
60 cc/hari dengan teratur) pola hidup penuh stress

e.

Atasi masalah dengan pasienb untuk mengidentivikasi cara dimana


perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi factorfaktor diatas

f.

Bahas pentingya menghentikan merokok dan Bantu pasien dalam


membuat rencana untuk berhenti merokok

g.

Beri penguatan pentingya kerjasama dalam regimen pengobatan dan


perjanjian tindak lanjut

h.

Instruksikan dan tehnik pemantauan TD mandiri. Evaluasi pendengaran


ketajaman, penglihatan, dan keterampilan manual serta koordinasi pasien

i.

Bantu pasien untuk mengembangkan jadwal yang sederhana,


memudahkan untuk mempertahankan minum obat

BAB II
Konsep Dasar Keluarga
2.1 Pengertian Keluarga
Menurut Duvall dan Logan (2006) yang dikutip oleh Herawati (2008:2) keluarga
adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang
bertujuan untuk menciptakan mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya (2008) yang dikutip oleh Herawati (2008:2) keluarga
adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan

yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta


mempertahankan suatu budaya.
Dari kedua pengertian tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah :
o Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi.
o Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan
masing-masing mempunyai peran sosial, suami, istri, anak dan adik.
Mempunyai tujuan :
a. Menciptakan dan mempertahankan budaya
b. Meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota
c. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 10 Tahun 1992 disebutkan
bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari suamiistri atau suami-istri dan anak atau ayah/ibu dan anak. Dalam konteks
pembangunan, Indonesia bertujuan ingin menciptakan keluarga yang bahagia dan
sejahtera. Keluarga sejahtera dalam UU Nomer 10 disebut sebagai keluarga yang
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, dan mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan materiil, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota, dan dengan
masyarakat.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem.
Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu : ayah, ibu dan anak atau
semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga
tersebut saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan
bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi
oleh supra sistemnya, yaitu lingkungannya (masyarakat), dan sebaliknya sebagai
sun sistem dari lingkungan (masyarakat), dan sebaliknya sebagai sub sistem dari
lingkungan (masyarakat), keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra
sistem).

2.2 Tipe Keluarga


Herawati (2008:3) menyebutkan bahwa terdapat 2 tipe keluarga, yaitu:

2.2.1 Tipe keluarga tradisional, terdiri dari :


2.1.1.1

Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,

istri dan anak (kandung atau angkat)


2.1.1.2

Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain

yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman


dan bibi.
2.1.1.3

Keluarga Dyad, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari

suami-istri tanpa anak


2.1.1.4

Single-parent, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu

orangtua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat


disebabkan oleh perceraian atau kematian.
2.1.1.5

Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari

seorang dewasa
2.1.1.6

Keluarga usila, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami-

istri yang berusia lanjut.


2.2.2 Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :
2.2.2.1

Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian

darah hidup serumah


2.2.2.2

Orangtua (ayah-ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak

hidup bersama dalam satu rumah tangga.


2.2.2.3

Homoseksual, dua individu yang sejenis hidup bersama dalam

satu rumah tangga.

2.2.3 Fungsi Keluarga


Friedman (2008) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yaitu :
2.2.3.1

Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,


yang merupakan basis kekuatan keluarga. fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga
saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari
dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga.
Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi
afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri
yang positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah :
Saling mengasuh. Cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang
mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain
maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat
dan saling mendukung. Hubungan intim di dalam keluarga
merupakan modal dasar dalam memberikan hubungan dengan
orang lain diluar keluarga / masyarakat.
Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta
selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif
akan tercapai.
Ikatan dan identifikasi. Ikatan keluarga dimulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga
dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada
berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orangtua harus

mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anakanak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah keluarga timbul karena fungsi afektif yang tidak
terpenuhi.
2.2.3.2

Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui


individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosial. (Friedman, 2008).
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu
dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota
keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar berdisiplin, belajar tentang norma-norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
2.2.3.3

Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan


menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga
berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.
2.2.3.4

Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi


kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan
makanan, pakaian dan tempat berlindung (rumah).
2.2.3.5

Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan


keperawatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
dan / atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan
keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari
tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan


masalah kesehatan keluarga.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan
masyarakat.
2.2.4 Dimensi Dasar Struktur Keluarga
Menurut Friedman dimensi dasar struktur keluarga terdiri atas :
2.2.4.1

Pola dan Proses Komunikasi


Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
a. Bersifat terbuka dan jujur,
b. Selalu menyelesaikan konflik keluarga,
c. Berpikir positif, dan
d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.

2.2.4.2

Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau
status adalah posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan
posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya
status sebagai istri / suami atau anak.

2.2.4.3

Struktur Kekuatan
Merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang
lain ke arah positif.

Tipe struktur kekuatan :

a. Legitimate Power/Authority;
b. Referent Power;
c. Reward;
d. Power;
e. Coercive Power;
f.
2.2.4.4

Affective Power.

Nilai-nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

2.2.4.5

Tahap-Tahap Perkambangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurunwaktu
tertentu yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak
pertama berbeda dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodger
(Friedman, 2008, h. 111), meskipun setiap keluarga melalui tahapan
perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh
keluarga mengikuti pola yang sama.
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga
agar dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Pada makalah ini
akan diuraikan perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall
dan Miller (Friedman, 2008) :
Tahap I: Pasangan Baru (Keluarga Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami)
dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang
sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Karena masih
banyak kita temui keluarga baru yang tinggal dengan orangtua, maka
yang dimaksud dengan orangtua, maka yang dimaksud dengan

meninggalkan keluarga disini bukanlah secara fisik. Namun secara


psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.
Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan
kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian
peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing belajar hidup bersama
serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya,
misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya.
Tugas perkembangan selengkapnya sebagai berikut:
Tahap Perkembangan

Tugas Perkembangan

Pasangan Baru (Keluarga Baru)

Membina hubungan intim yang


memuaskan
Membina hubungan dengan keluarga
lain, teman, kelompok sosial
Mendiskusikan rencana memiliki anak

Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga, yaitu : keluarga suami, istri
serta keluarga sendiri. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan
keluarga orangtuanya dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan
kelompok sosial pasangan masing-masing. Hal lain yang perlu diputuskan pada tahap
ini adalah kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah anak yang
diharapkan.
Tahap II: Keluarga Child-Bearing (Keluarga Anak Pertama)
Keluarga yang senantiasa menantikan kelahiran dimulai dari
kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
pertama berusia 30 bulan. Kehamilan dan kelahiran bayi perlu
dipersiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas
perkembangan yang penting sebagai berikut:.
Tahap Perkembangan

Tugas Perkembangan

Keluarga Child-bearing (Kelahiran

Persiapan menjadi orangtua

Anak Pertama)

Adaptasi dengan perubahan anggota

keluarga peran interaksi, hubungan


seksual dan kegiatan
Mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasangan

Kelahiran bayi pertama memberi perubahan besar dalam keluarga, sehingga pasangan
harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Sering terjadi
dengan kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua
pasangan tertuju pada bayi. Peran utama perawat keluarga adalah mengkaji peran
orangtua; sebagaimana orangtua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi
berespon. Perawat perlu memfasilitasi hubungan orangtua dan bayi yang positif dan
hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orangtua dapat tercapai.
Tahap III: Keluarga Dengan Anak Pra Sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap
ini sebagai berikut:
Tahap Perkembangan

Tugas Perkembangan

Keluarga dengan anak pra sekolah

Memenuhi kebutuhan anggota keluarga


seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
Membantu anak untuk bersosialisasi
Beradaptasi dengan anak yang baru
lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi
Mempertahankan hubungan yang sehat
baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain di lingkungan sekitar)
Pembagian waktu untuk individu,
pasangan dan anak (tahap paling repot)
Pembagian tanggung jawab anggota
keluarga

Kegiatan dan waktu untuk stimulasi


tumbuh dan kembang anak.

Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat tergantung pada
orangtua harus mengatur waktunya sedemikian rupa sehingga kebutuhan anak, suami,
istri dan pekerjaan (purna waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orangtua menjadi
arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar
kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan hubungan
kerjasama antar suami istri. Orangtua mempunyai peran untuk menstimulasi
perkembangan individual anak khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan
anak pada fase ini tercapai.
Tahap IV: Keluarga Dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga
mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga
sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak
memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orangtua yang
mempunyai aktifitas yang berbeda dengan anak. Untuk itu keluarga
perlu bekerjasama untuk mencapai tugas perkembangan sebagai
berikut:
Tahap Perkembangan
I.

Keluarga dengan anak sekolah

Tugas Perkembangan
a. Membantu sosialisasi anak
tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman
pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya
kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan
untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga

Pada tahap ini orangtua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada
anak untuk bersosialisasi baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah.
Tahap V: Keluarga Dengan Anak Remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan
yang paling besar untuk mempersiapkan diri menjadi dewasa. Seperti
pada tahap-tahap sebelumnya, pada tahap ini memiliki tugas
perkembangan sebagai berikut:

II.

Tahap Perkembangan

Tugas Perkembangan

Keluarga dengan anak remaja

a. Memberikan kebebasan yang


seimbang dengan
tanggungjawab mengingat
remaja sudah bertambah dewasa
dan mengingat otonominya.
b. Mempertahankan hubungan
yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi
terbuka antara anak dan
orangtua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan
peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga

Ini merupakan tahapan yang paling sulit. Karena orangtua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggungjawab (mempunyai otoritas terhadap dirinya
sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya). Seringkali muncul konflik antara
orangtua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan
aktifitasnya sementara orangtua mempunyai hak untuk mengontrol aktifitas anak.

Dalam hal ini orangtua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari
kecurigaan dan permusuhan sehingga hubungan orangtua dan remaja tetap harmonis.
Tahap VI: Keluarga Dengan Anak Dewasa (Pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggal rumah. Lamanya tahap
ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan
utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk
tetap berperan dalam melepaskan anak untuk hidup sendiri. Tugas
perkembangan sebagai berikut:

Tahap Perkembangan
III.

Keluarga Dengan Anak Dewasa


(Pelapasan)

Tugas Perkembangan
a. Memperluas keluarga inti menjadi
keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman
pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri
yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di
masyarakat
e. Penataan kembali peran dan
kegiatan rumah tangga

Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan
tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Pada saat semua anak meninggalkan
rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada
fase awal. Orangtua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa
kosong karena anak-anak sudah tidak tinggal serumah lagi. Untuk mengatasi keadaan

ini orangtua perlu melakukan aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan dan
tetap memelihara hubungan dengan anak.
Tahap VII: Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada
beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena masalah lanjut
usia, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orangtua.
Untuk mengatasi hal tersebut keluarga perlu melakukan tugas-tugas
perkembangan berikut:
Tahap Perkembangan
IV.

Keluarga Dengan Orang Tua Usia


Pertengahan

Tugas Perkembangan
a. Menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan
b. Mempertahankan hubunganhubungan yang memuaskan dan
penuh arti dengan para orang tua
lansia dan anak-anak.

c. Memperkokoh hubungan
perkawinan
Tugas perkembangan yang penting pada tahap ini adalah penentuan lingkungan yang
sehat. Dalam masa inilah upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat menjadi lebih
menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataannya bahwa mungkin mereka telah
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak diri selama 45-65 tahun.
Hal ini karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit yang dialami oleh usia
pertengahan tersebut.
Tahap VIII: Keluarga Dalam Masa Lansia dan Pensiun
Tahap ini merupakan tahap terakhir siklus kehidupan keluarga yang
dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa

pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal


dunia. Tugas-tugas perkembangan pada masa ini sebagai berikut:
Tahap Perkembangan
V.

Keluarga usia lanjut

Tugas Perkembangan
a. Mempertahankan suasana rumah
yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan
kehilangan pasangan teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami
istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan
anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review

Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama


keluarga pada tahap ini. Lanjut usia umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah
sendiri daripada tinggal bersama anaknya. Menurut hasil riset Day dan Day (2003),
wanita yang tinggal dengan pasangannya memperlihatkan adaptasi yang lebih positif
dalam memasuki masa tuanya dibandingkan wanita yang tinggal dengan teman-teman
sebayanya. Orangtua juga perlu melakukan life review dengan mengenang
pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu. Hal ini berguna agar orangtua
merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti.
2.2.5Konsep Dasar Keperawatan Keluarga
2.2.5.1Pengertian Keperawatan
Menurut hasil Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 2003 keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk peleyanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya

kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya


kemampuan menuju kepada kemampuan melakukan kegiatan hidup
sehari-hari secara mandiri.
2.2.5.2Pengertian Keperawatan Kesehatan Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (2008:2) keperawatan kesehatan keluarga
(Family Health Nursing) adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat
yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagi unit atau satu
kesatuan yang dirawat,dengan sehat sebagai tujuannya dan melalui
perawatan sebagai sasarannya.
2.2.5.3Peran Perawat Keluarga
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah
sebagai :
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
agar:
Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga
secara mandiri
Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan
yang komprehensive dapat tercapai. Koordinasi juga sangat
diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai
disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun di Rumah Sakit bertanggung jawab dalam memberikan
pelayanan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui
anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan
kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan
keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota
keluarga yang sakit.

d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit
atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau
melakukan pengkajian kesehatan keluarga.
e.

Konsultan (penasehat)
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga di dalam mengatasi
masalah kesehatan. agar keluarga mau meminta nasehat kepada
perawat maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik,
perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.

f.

Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan Rumah
Sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap
kesehatan keluarga yang optimal.

g. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga di dalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan di dalam
menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan sosial
budaya. Agar melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka
perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan,
misalnya sistem rujukan dan dana sehat.
h. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah.
i. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.

2.2.6Asuhan Keperawatan Keluarga


2.2.6.1Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2.2.6.2Tujuan
Tujuan Umum:
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya secara mandiri.
Tujuan Khusus:
a. Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam
b. Mengenal masalah kesehatan keluarga
c. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan keluarga
d. Melakukan tindakan keperawatan kepada anggota keluarga yang
sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh dan yang membutuhkan
bantuan / Asuhan keperawatan
e. Memelihara lingkungan (fisik, psikis dan sosial) sehingga dapat
menunjang peningkatan kesehatan keluarga
f. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat misalnya :
Puskesmas, Puskesmas pembantu,kartu sehat dan Posyandu untuk
memperoleh pelayanan kesehatan.
2.2.6.3Sasaran
Sasaran dari asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang
rawan kesehatan, yaitu : keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan.
2.2.6.4Metode Pendekatan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga
dan individu sebagai anggota keluarga.
Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi :
1. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga

2. Pengkajian keluarga meliputi mengidentifikasi data demografi dan


sosio cultural, data lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, stress
dan strategi koping yang digunakan keluarga, perkembangan
keluarga.
3. Pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga meliputi
fisik, mental, emosi, sosial, spiritual.
4. Perumusan diagnosis keperawatan
5. Penyusunan perencanaan dengan menyusun prioritas menetapkan
tujuan, identifikasi sumber daya keluarga dan menyeleksi intervensi
keperawatan
6. Pelaksanaan asuhan keperawatan
7. Evaluasi saat perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, EGC Penerbit buku
kedokteran, Jakarta, 2007.
Brunner and Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Doengoes ( 2000 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Smith T. 2005. Tekanan Darah Tinggi. Cetakan V. Arcan.Jakarta
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, UI Press, Jakarta, 2004.
Sobel, B. J. M. D. and George L. Bakris, M . D . FACP. 2009 . Pedoman KLinis
diagnosa dan Terapi Hipertensi. Penerbit Hipokrates.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. G DENGAN
SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI
DI RT 14 DESA JELAPAT I KECAMATAN TAMBAN
KABUPATEN BARITO KUALA

I. PENGKAJIAN KELUARGA
A. Data Umum
1. Nama KK

: Tn. B

2. Umur

: 40 tahun

3. Alamat

: Desa Jelapat I RT 14

4. Pendidikan

: SD

5. Pekerjaan

: Petani

6. Agama

: Islam

7. Komposisi Keluarga

: Kepala Keluarga

B. Klien
1. Nama

: Ny. G

2. Umur

: 38 tahun

3. Agama

: Islam

4. Pendidikan

: SD

5. Pekerjaan

: IRT

6. Alamat

: Desa Jelapat I RT 14

7. Daftar Keluarga

No.

Nama

L/P

Umur

An. K

14 thn

Hubunga
n
Anak

Pendidikan
SMP

Agama Pekerjaan
Islam

Status
Kesehatan
Sehat

Genogram:

th

Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Keluarga yang meninggal
: Klien
: Serumah
8. Tipe keluarga
Keluarga Ny.G merupakan keluarga petani yang memiliki satu anak yang
masih berumur 14 tahun
9. Kewargaan negara/ suku bangsa
Ny.G dan anaknya berkewarganegaraan Indonesia dan bersuku Banjar.
10. Agama
Ny.G dan anaknya beragama Islam.
11. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dalam suatu masalah dilakukan oleh Tn. B sendiri
selaku kepala keluarga dirumah tersebut.

12. Hubungan dalam Keluarga


Hubungan Ny.G Suami juga dengan anaknya cukup harmonis, Ny.G tampak
sangat menyayangi dan memperhatikan anaknya.
C. Sosial Ekonomi
1. Pendapatan dan Pengeluaran
Pendapatan keluarga dalam satu bulan antara tidak menentu karena Ny. G
tidak bekerja, yang bekerja hanyalah Tn. B bekerja sebagai petani.
2. Sosial
Ny.G tidak aktif dalam mengikuti kegiatan masyarakat tetapi hubungan
keluarga dengan masyarakat sekitar berjalan dengan baik.
D. Pola Kebiasaan Keluarga
1. Nutrisi
Kebiasaan makan 3 x /hari, makanan pokok keluarga adalah nasi, kebiasaan
makan selalu sendiri karena kadang anaknya bekerja, makanan yang
dikonsumsi adalah buatan sendiridan pemberian dari keluarga Ny. G.
2. Personal Hygine
Mandi 2 x sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi 2 x sehari
pagi dan sore dengan menggunakan odol , ganti pakaian setiap kali sesudah
mandi, mencuci rambut atau keramas 2 x seminggu/ bila terasa kotor.
Mencuci tangan sebelum makan dan memakai alas kaki bila keluar rumah.
3. Pola Rekreasi dan Hiburan
Yang dilakukan keluarga dalam waktu senggang adalah mengobrol dengan
tetangga. Rekreasi bersama tidak pernah dilakukan.

4. Kebutuhan Istirahat dan Tidur Keluarga


Nama
Ny. G

Tidur
Siang
-

Tidur Malam Istirahat


5 - 6 Jam

Ada

Keterangan
Klien mengatakan tidak
dapat tidur karena
tengkuk terasa sakit

Tn. Tn. B

6 Jam

Ada
Tidak ada keluhan

An. N

2-3 Jam

7 8 Jam

Ada
Tidak ada keluhan

5. Pola Komunikasi Keluarga


Ny. G tampak lancar berkomunikasi dengan anaknya. Bahasa yang
digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa banjar.
E. Data Keadaan Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Status kepemilikan rumah adalah milik sendiri. Tipe rumah tidak permanen
dengan lantai papan dan atap seng, terdapat 1 kamar, 1 ruang tamu ventilasi
rumah alami dengan pencahayaan cukup terang, bila malam menggunakan
listrik. Terdapat 3 jendela, 2 pintu utama yaitu pintu depan dan pintu dapur.
Kebersihan rumah kurang bersih tetapi keluarganya tidak mengalami
permasalahan dalam rumahnya.
2. Sanitasi Lingkungan
Sumber air minum berasal dari sungai namun apabila air terasa asin maka
klien menggunakan air ledeng, sumber air untuk mencuci adalah air sungai.
Pembuangan air limbah rumah tangga di sembarang tempat, kebiasaan
pengelolaan air minum dimasak sampai mendidih. Jenis tempat pembuangan
kotoran adalah jamban cemplung terbuka. Kebiasaan keluarga ini membuang
sampah disembarang sungai. Keluarga Ny. G tidak memiliki hewan
peliharaan dan tidak ada kandang ternak. Pekarangan rumah tidak
dimanfaatkan karena tidak ada punya pekarangan rumah.

3. Denah Lingkungan

5
4

1 = Teras
2 = Ruang Tamu
3 = Kamar Tidur

4 = Dapur

5 = Jamban

4. Sarana Kesehatan
Keluarga meminta pertolongan kesehatan disaat sakit ke tenaga medis lain
(mantri/bidan) terdekat, sebelum kesarana kesehatan kebiasaan keluarga
membeli obat di warung. Jarak fasilitas kesehatan Puskesmas dengan rumah
tempat tinggal keluarga ke puskemas 1 km, Jarak Pustu dengan tempat
tinggal keluarga 3 km, alat transportasi keluarga adalah tidak ada. Fasilitas
dan alat komunikasi keluarga adalah telepon genggam yang hanya dimiliki
oleh anaknya.
F. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1.

Tahap Perkembangan keluarga saat ini


Saat ini keluarga Ny. G berada berkeluarga dan tinggal dirumah bersama
anak-anak dan suaminya.

2.

Tahap Perkembangan keluarga terpenuhi


Tidak ada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.

3.

Riwayat Kesehatan keluarga inti


Ny. G mengatakan kepalanya terasa sakit dan sangat pusing, leher dan
tengkuknya juga terasa kaku, malam hari susah tidur dan jika terbangun

maka klien akan susah untuk tidur lagi. Klien mengatakan sendi terasa sakit
dan kaku, terlebih saat bangun dari tidur
4.

Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya


Ny. G mengatakan dulu pernah terserang, Penyakit hipertensi dan rematik
sudah lama diderita klien. Keluarga yang lain tidak ada yang memiliki
penyakit hipertensi, rematik, jantung, diabetes melitus (DM).

G. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Apektif
Keluarga Ny. G memiliki sikap dan hubungan baik, Ny. G tampak sangat
memperhatikan dan menyayangi anaknya.
2. Fungsi Sosialisasi
Ny. G mengatakan hubungan dengan anak-anaknya dan anaknya baik. Klien
tampak tidak memilih-milih untuk bersosialiasi
3. Fungsi Reproduksi
Ny. G memiliki 1 orang anak, saat ini anak-anaknya telah berkeluarga dan
tinggal terpisah. Ny. G tinggal bersama seorang anak perempuan.
4. Fungsi Ekonomi
Penghasilan keluarga hanya dihasilkan oleh anaknya, kadang dibantu dan
diberi oleh keluarga yang lain.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga sekarang jarang berobat ke sarana kesehatan, Ny. G mengatakan
tidak ada yang mengantar untuk beobat ke sarana kesehatan (Puskesmas)
dengan hanya meminum obat yang dibeli di warung klien mengatakan sudah
merasa nyaman.

H. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum klien
a. Ny. G

Keadaan Umum
-

Tanda-tanda vital
-

Baik

TD
Nadi
RR
Suhu

: 160/90 Mmhg
: 98 x/menit
: 24 x/menit
: 36,5 0 C

Pemeriksaan head to toe


-

Kulit
Kulit klien tampak kering dan kusam, tampak keriput, berwarna
sawo matang, tidak tampak ada lesi.
Kepala dan leher
Tidak tampak ada luka, perdarahan, pembengkakan. Rambut
tampak lurus panjang, wajah tampak simetris dan keriput, tidak
tampak ada odem. Tidak ada pembengkakan kelenjar getah

bening pada leher.


Penglihatan mata
Mata klien tampak simetris, penglihatan tidak kabur, klien tidak
memakai alat bantu penglihatan, klien mengatakan matanya
sering berair dan tampak ada daging yang menjulur kebagian

sklera.
Penciuman hidung
Bentuk luar simetris, tidak ada gangguan penciuman, tidak ada
peradangan dan perdarahan
Mulut dan gigi
Gigi klien masih lengkap, kebersihan mulut cukup terjaga.
Dada dan pernafasan
Bentuk dada simetris tidak terdengar bunyi nafas tambahan, tidak
terdengar bunyi jantung tambahan.
Abdomen
Abdomen tampak simetris, tidak tampak adanya luka post

operasi, bising usus (+) 10x/m


- Ekstremitas
Bentuk kaki simetris, tidak tampak odem, pergerakan kurang,
Skala otot

4
2
I.

5
5

Harapan Keluarga
Keluarga berharap tetap sehat selalu dan jangan sampai ada penyakit dalam
keluarga, Ny. G juga berharap suatu saat sehat selalu suami dan anakanak nya

II. ANALISA DATA


Tipologi masalah kesehatan anggota keluarga yang menderita hipertensi
a. Ancaman kesehatan
: Terjadi stroke
b. Sakit atau kurang sehat : Ny. G menderita hipertensi
c. Krisis
:No.

Data

Masalah

Kemungkinan

Tipologi

Keperawatan
1.

Data Subjektif

Nyeri (sakit kepala)

Penyebab
Ketidakmampuan

Masalah
Aktual.

keluarga dalam

-Ny. G mengatakan
kepalanya terasa sakit

merawat anggota

dan sangat pusing, leher

keluarga yang

dan tengkuknya juga

sakit (hipertensi)

terasa kaku.
-

Ny. G mengatakan
sering membeli obat
diwarung.

Data Objektif
-

Keadaan umum: klien


tampak baik

Tanda-tanda vital
TD = 160/90 mmHg
R R = 24 x/menit

2.

= 98 x/menit

= 36,5

Data Subjektif :
-

Ny. G mengatakan
mengetahui dirinya
menderita tekanan darah
tinggi saat dibawa ke
petugas kesehatan
(Mantri) saat terjadi
stroke 1 tahun yang
lalu.

Defisit pengetahuan
tentang hipertensi

Ketidakmampuan
klien dan
keluarga
mengenal
masalah penyakit
hipertensi

Aktual

Ny. G mengatakan
tidak mengetahui
pengertian, penyebab,
tanda gejala dan
perawatan pada
hipertensi yang
dideritanya

Data Objektif
-

Tanda-tanda vital
TD = 160/90 mmHg
R R= 24 x/menit

= 92 x/menit

= 36,8C

Data Subjektif
-

Ny. G mengatakan
dirinya sudah 7 hari
merasa pusing, kaku
dan sakit pada daerah
tengkuknya.

Menurut Ny. G bila ia


atau anggota
keluarganya sakit tapi
tidak parah, maka
mereka biasanya
membeli obat di
warung atau hanya
bertanya pada keluarga
yang tahu mengenai
penyakit. Namun bila
sakitnya tidak sembuh-

Risiko terjadinya
stroke berulang

Ketidakmampuan
keluarga didalam
merawat anggota
keluarga yang
sakit

Risiko

sembuh mereka
membawanya ke
petugas kesehatan
(mantri).
-

Ny. G mengatakan
sudah membeli obat
diwarung dan merasa
nyaman dengan obat
tersebut.

Data Objektif
-

Keadaan umum: klien


tampak baik

Tanda-tanda vital
TD = 160/90 mmHg
R R= 24 x/menit
N

= 98 x/menit

= 36,5 C

A.

Penentuan Prioritas Masalah


1.

Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan ketidakmapuan keluarga


merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi.

No

Kriteria

1.

Sifat masalah:

Perhitungan

Skor

Pembenaran

3/3 x 1

Ny. G mengatakan kepalanya terasa


sakit dan sangat pusing, leher dan

Tidak/kurang

tengkuknya juga terasa kaku.

sehat (3)
2.

3.

4.

Kemungkinan

1/2 x 2

Rasa ketidaknyamanan (Nyeri akut)

masalah dapat

dapat berkurang atau berubah secara

diubah

bertahap dengan intervensi dan

Sebagian (1)
Potensial masalah

pengobatan yang tepat


2/3 x 1

0,6

Ketidaknyamanan (nyeri akut) dapat

untuk

dicegah dengan mengontrol dan

dicegah:

menjaga tekanan darah dalam batas

Cukup (2)

normal.

Menonjolnya

0x1

Hipertensi harus segera ditangani

masalah :

agar tidak terjadi komplikasi lanjut

Masalah tidak

seperti stroke dan penyakit jantung.

dirasakan
(0)
Jumlah

2.

3,6

Risiko terjadinya stroke berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


merawat anggota keluarga yang sakit

No

Kriteria

1.

Sifat masalah:

Perhitungan

Score

2/3 x 1

0,6

yang lebih parah

kesehatan (2)
Kemungkinan

x2

bagaimana cara mencegah dan

diubah

merawat anggota keluarganya yang


menderita hipertensi
2/3 x 1

0,6

Keluarga telah berusaha merawat

untuk

keluarganya yang menderita

dicegah:

hipertensi walaupun masih belum


tepat

Cukup (2)
4.

Keluarga kurang mengetahui

masalah dapat
Mudah (2)
Potensial masalah

3.

Bila tidak ditangani dengan segera


dapat menyebabkan komplikasi

Ancaman
2.

Pembenaran

Menonjolnya

2/2 x 1

masalah :

Hipertensi harus segera ditangani


agar tidak terjadi komplikasi lanjut
seperti stroke dan penyakit jantung.

Masalah berat
harus segera
ditangani (2)
3,2

Jumlah

3.

Defisit pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan


Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi

No
1.

Kriteria
Sifat masalah:
Tidak/kurang

Perhitungan

Skore

Pembenaran

2/3 x 1

Dengan mengenal masalah penyakit


hipertensi diharapkan pengetahuan

keluarga bertambah sehingga dapat

sehat (3)

merawat anggota keluarga yang


sakit
2.

Kemungkinan

Keluarga sangat berantusias didalam

masalah

mengetahui tentang pengertian,

dapat

penyebab, tanda gejala, penanganan

diubah

hipertensi

Mudah (2)
Potensial

3.

x2

2/3 x 1

2/3

Keluarga telah berusaha merawat

masalah

keluarganya yang menderita

untuk

hipertensi walaupun masih belum

dicegah:

tepat

Cukup (2)
4.

Menonjolnya

0/2 x 1

masalah :

Selama ini keluarga Tn. B tidak


mengetahui tentang bahaya dan

Masalah tidak

komplikasi dari penyakit hipertensi

dirasakan (0)

yang diderita anggota keluarganya.

Jumlah

B.

4 2/3

Diagnosa Keperawatan Keluarga dan Prioritas Masalah


1.

Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan ketidakmapuan keluarga


merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi (skor: 3,6)

2.

Risiko terjadinya stroke dan penyakit jantung berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit (skor: 3,2).

3.

Defisit pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan


Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi (skor: 4 2/3).

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No.D

Masalah Keperawatan

Tujuan Umum

Tujuan Khusus

Kriteria

x
I

Nyeri (sakit kepala)


berhubungan dengan

Nyeri dapat
teratasi/terkontrol

Setelah dilakukan

Klien dapat

pendidikan

mendemonstrasikan

ketidakmapuan keluarga

kesehatan klien

teknik relaksasi

merawat anggota

dapat mengerti

keluarga yang sakit

mengenai cara

secara verbal nyeri

hipertensi

mengatasi/men

berkurang/terkontrol

gontrol nyeri

Klien menyatakan

Intervensi
1. kaji karakteristik dan keluhan nyeri
(sakit kepala) yang dialami
2. lakukan pengukuran TTV (TD, N,
RR, S)
3. anjurkan pada klien untuk
beristirahat
4. anjurkan pada klien untuk
membatasi aktifitas fisik selama
nyeri (sakit kepala)
5. ajarkan tehnik rileksasi nafas dalam
jelaskan pada keluarga cara
merawat anggota keluarga yang
sakit
6. anjurkan pada keluarga untuk
secara teratur memberikan obat
yang telah diresepkan

Risiko terjadinya stroke dan


II

penyakit jantung

Stroke dan penyakit


jantung tidak terjadi

Setelah beberapa

keluarga mengerti

kali pertemuan,

tanda dan gejala

berhubungan dengan

diharapkan

hipertensi

ketidakmampuan

keluarga dapat

keluarga merawat

mengerti cara

komplikasi dari

anggota keluarga yang

menangani

hipertensi

sakit

hipertensi agar

keluarga mengetahui

komplikasi
tidak terjadi

III

Defisit pengetahuan tentang

Keluarga dapat

Setelah dua kali

hipertensi berhubungan

mengenal masalah

pertemuan

menjelaskan kembali

klien tentang tanda, gejala,

dengan Ketidakmampuan

hipertensi yang dialami

diharapkan

tentang tanda, gejala,

penyebab serta akibat lanjut dari

keluarga mengenal masalah

keluarga

keluarga

penyebab, serta

hipertensi.

mengetahui tanda,

akibat lanjut dari

gejala dan

penyakit Hipertensi

penyakit hipertensi

Keluarga dapat

1. jelaskan pada klien dan keluarga


tanda dan gejala bila tekanan darah
mulai tinggi seperti kepala terasa
sakit/pusing, bahu dan tengkuk
terasa kaku dan sakit, pengelihatan
berkurang, dll.
2. jelaskan pada keluarga komplikasi
dari hipertensi bila tidak
mendapatkan perawatan yang tepat
seperti stroke, penyakit jantung,
gagal ginjal bahkan kematian
3. jelaskan pada keluarga cara
merawat dan menjaga anggota
keluarga yang menderita hipertensi
dengan mengurangi asupan
makanan yang asin dan berlemak
4. jelaskan pada keluarga untuk
segera membawa keluarganya yang
sakit ke fasilitas kesehatan atau
petugas kesehatan terdekat
1. kaji pengetahuan keluarga dan

2. jelaskan kepada keluarga

penyebab serta
akibat lanjut dari
hipertensi

pengertian, penyebab tanda gejala,


akibat lanjut dari hipertensi.
3. berikan pujian kepada klien dan
keluarga atas jawabannya (benar)
atau kalau salah kita
sempurnakan/kita
benarkan/perbaiki.
4. anjurkan kepada klien untuk sering
mengontrol/memeriksakan TD tiap
minggu atau 1 minggu 2 kali.

Implementasi dan Evaluasi

Hari/Tanggal

Masalah

Implementasi

Evaluasi

Keperawatan
Selasa,
16
September
2014
Jam 15.30
Wita

Nyeri (sakit
kepala)
berhubungan
dengan
ketidakmapuan
keluarga merawat
anggota keluarga
yang sakit
hipertensi

1. Mengkaji
Pukul : 17.00 Wita
karakteristik dan
keluhan nyeri (sakit S:
kepala) yang
- Ny. G mengatakan
dialami Ny. G
kepalanya masih
2. Melakukan
terasa sakit.
pengukuran TTV
- Ny. G mengatakan
(TD, N, RR, S)
tengkuknya terasa
3. Menganjurkan pada
kaku
klien untuk
O:
beristirahat
4. Menganjurkan pada - Ny. G
- Ny. G tampak
klien untuk
mencoba tehnik
membatasi aktifitas
relaksasi nafas dalam
fisik selama nyeri
- TTV:
(sakit kepala)
5. Mengajarkan tehnik TD =160/100MmHg, N =
92x/mnt
relaksasi nafas
dalam
RR = 22x/mnt
6. Menjelaskan pada
keluarga cara
T= 36,70C
merawat anggota
keluarga yang sakit A: masalah teratasi sebagian
7. Menganjurkan pada
P: lanjutkan intervensi 1-7
Ny. G ke petugas
kesehatan atau
fasilitas kesehatan
terdekat untuk
mendapatkan
pengobatan

50

Hari/Tanggal

Masalah

Implementasi

Evaluasi

Keperawatan
Rabu,
17 September
2014
Pukul 16.00
Wita

Nyeri (sakit
kepala)
berhubungan
dengan
ketidakmapuan
keluarga merawat
anggota keluarga
yang sakit
hipertensi

1. Mengkaji
karakteristik dan
keluhan nyeri (sakit
kepala) yang dialami
Ny. G
2. Melakukan
pengukuran TTV
(TD, N, RR, S)
3. Menganjurkan pada
klien untuk
beristirahat
4. Menganjurkan pada
klien untuk
membatasi aktifitas
fisik selama nyeri
(sakit kepala)
5. Mengevaluasi tehnik
rileksasi nafas dalam
yang telah diajarkan
6. Menjelaskan pada
keluarga cara
merawat anggota
keluarga yang sakit
dengan menyediakan
menu makanan yang
rendah garam dan
rendah lemak
7. Menganjurkan pada
keluarga untuk
secara teratur
memberikan obat
yang telah
diresepkan kepada
Ny. G

Pukul : 17.00 Wita


S:
-

Ny. G mengatakan
sakit kepalanya
sudah mulai
berkurang
Ny. G mengatakan
sudah ada beristirhata
siang 2 jam.
- Ny. G tampak duduk
di teras masih terlihat
lemah.
- TTV: TD 150/100
MmHg, N 82x/mnt,
RR 22x/mnt, S
36,30C
A: masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

51

Hari/Tanggal

Masalah Keperawatan

Implementasi

Risiko terjadinya stroke


dan penyakit jantung
berhubungan dengan
ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga yang
sakit

5. Menjelaskan pada
Ny G dan keluarga
tanda dan gejala bila
tekanan darah mulai
tinggi seperti kepala
terasa sakit/pusing,
bahu dan tengkuk
terasa kaku dan
sakit, pengelihatan
berkurang, dll.
6. Menjelaskan pada
keluarga komplikasi
dari hipertensi bila
tidak mendapatkan
perawatan yang
tepat seperti stroke,
penyakit jantung,
gagal ginjal bahkan
kematian
7. menjelaskan pada
keluarga cara
merawat dan
menjaga anggota
keluarga yang
menderita hipertensi
dengan mengurangi
asupan makanan
yang asin dan
berlemak
8. menjelaskan pada
keluarga untuk
segera membawa
keluarganya yang
sakit ke fasilitas
kesehatan atau
petugas kesehatan
terdekat

Evaluasi
Pkl. 15.00 WITA
S:
-

Ny. G mengatakan
mengerti atas
penjelasan yang
diberikan
Tn. B mengatakan
akan merawat dan
segera membawa
anggota keluarganya
bila ada yang sakit.

O:
-

Ny. G tampak
memperhatikan apa
yang telah dijelaskan
- Tn. B tampak
mampu menjawab
pertanyaan yang
diajukan
A: masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

52

Hari/Tanggal

Masalah Keperawatan
Defisit pengetahuan

Implementasi
5. Mengkaji

tentang hipertensi

pengetahuan

berhubungan dengan

keluarga dan klien

Ketidakmampuan

tentang tanda, gejala,

keluarga mengenal

penyebab serta

masalah penyakit

akibat lanjut dari

hipertensi.

hipertensi.
6. Menjelaskan kepada

Evaluasi
Pkl. 15.00 WITA
S:
-

keluarga pengertian,
penyebab tanda
gejala, akibat lanjut
dari hipertensi.
7. Memberikan pujian
kepada klien dan
keluarga atas
jawabannya (benar)
atau kalau salah kita
sempurnakan/kita
benarkan/perbaiki.
8. Menganjurkan
kepada klien untuk
sering

Ny. G mengatakan
mengerti atas
penjelasan yang
diberikan
Tn. B mengatakan
merasa senang
karena telah
diberikan penjelasan
tentang pengertian,
penyebab, tanda dan
gejala juga akibat
lanjut dari hipertensi

O:
-

Ny. G tampak
memperhatikan apa
yang telah dijelaskan
- Tn. B tampak
mampu menjawab
pertanyaan yang
diajukan
A: masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

mengontrol/memerik
sakan TD tiap
minggu atau 1
minggu 2 kali.

53

Vous aimerez peut-être aussi