Vous êtes sur la page 1sur 19

LAPORAN PENDAHULUAN HIPER EMESIS GRAVIDARIUM DI

RUANG PERSLINAN PUSKESMAS KESESI 1 KABUPATEN


PEKALONGAN

Di Susun Oleh :
Miftakhul Jannah

0520013312

Ina Niswatun

0520013512

Nailis Saadah

0520013712

Muh.waghfirlana ully albab

0520013811

Arum Novianti

0520014812

Muh Edi Wibowo

0520015211

Zulfatul Mahmudah

0520015412

Boby Malika Rizali

0520015911

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2015

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN


HIPER EMESIS GRAVIDARIUM PUSKESMAS KESESI 1 KABUPATEN
PEKALONGAN

Telah Disahkan
Pada Tanggal

Mengetahui :

Pembimbing Akademik

Pembimbing Klinik

(.............................................)

(.............................................)

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2015

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan adalah bagian integral pembangunan nasional yang
bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat merupakan tujuan
dari keperawatan khususnya perawatan kesehatan masyarakat yang
lebih menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan

terhadap

berbagai

gangguan

kesehatan

dan

keperawatan suatu pemulihan bagi yang sedang menderita penyakit


maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit (Effendy,
1998).
Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari
pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis,
psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan kebutuhan dasar
tersebut diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan dalam
praktek keperawatan professional. Untuk tercapainya tujuan suatu
asuhan keperawatan professional diperlukan suatu pendekatan
disebut proses keperawatan dan dokumentasi keperawatan sebagai
data tertulis yang menjelaskan tentang penyampaian informasi
penerapan

suatu

standar

praktek

dan

pelaksanaan

proses

keperawatan (Nursalam, 2001).


Praktek keperawatan yang profesional terus berubah dan
beradaptasi terhadap prioritas kesehatan masyarakat yang berubah,
konsumen asuhan keperawatan maternitas. Wanita yang telah
menekankan bahwa bagian dari kepuasan mereka pada asuhan di
awal kehamilan adalah berkaitan dengan persepsi mereka bahwa
profesional tenaga kesehatan mempercayai rasa sakit yang mereka
derita,

bukan

mengabaikan

ataupun

menganggap

mereka

bertingkah berlebihan seperti halnya nyeri, mual merupakan gejala


yang dikatakan oleh pasien (subjektif) dan jika gejala tersebut
menyebabkan stres pada wanita, ia berhak diberi cara yang paling
memungkinkan

untuk

mengatasi

masalah

tersebut.

Akibat

meremehkan rasa mual dan muntah yang dirasakan wanita pada


saat kehamilan terbukti berkontribusi dalam meningkatkan
ketegangan emosional, stres psikologi, dan keterlambatan yang
tidak semestinya dalam menemukan penanganan yang tepat,
terutama jika kondisi menjadi patologi (Tiran, 2008).
Mual dan muntah umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama
kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis, sering terjadi pada
pagi hari, tetapi tidak selalu keadaan ini lazim disebut morning
sickness. Dalam batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologik
bila melampaui sering, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
dan disebut hiperemesis gravidarum (Yeyeh, dkk, 2009).
Keadaan hiperemesis gravidarum yang sangat patologis jauh
lebih jarang terjadi dibandingkan mual dan muntah secara logis.
Kelly (1996 : 306) memperkirakan bahwa hiperemesis gravidarum
yang sangat patologis terjadi dalam 1 : 5 kehamilan, dan Walters
(1999) menyatakan bahwa insidennya adalah antara tiga dan
sepuluh per seribu kehamilan. Kuscu dan Koyunchu (2002)
meyakini bahwa kisarannya adalah antara satu dan dua puluh per
seribu kehamilan. Dalam studi power et al (2001) sekitar 2,4%
wanita yang mengalami mual muntah memerlukan hospitalisasi
untuk hiperemesis gravidarum (Tiran, 2008).
Angka kematian ibu di Negara tetangga tahun 2003 tercatat 95
per 100.000 kelahiran hidup. Negara anggota ASEAN lainnya,
Malaysia tercatat 30 per 100.000 dan Singapura 9 per 100.000
(Siswono, 2003).

Sebab pasti belum diketahui frekuensi kejadian 2 per 1000


kehamilan (Esti, 2009). Penyebab kematian ibu cukup kompleks,
dapat digolongkan atas faktor-faktor reproduksi, komplikasi
obstetrik langsung telah banyak diketahui dan dapat ditangani,
meskipun pencegahannya terbukti sulit. Menurut SKRT 2001,
penyebab obstetrik langsung sebesar 90% sebagian besar
perdarahan (28%) dan infeksi (11%) penyebab tidak langsung
kematian ibu berupa kondisi kesehatan yang di derita misalnya
kurang energi kronis (37%) (Inayah, 2008).
Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah
perdarahan 40-60%, infeksi 20-30% dan keracunan kehamilan 2030%, sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk
saat kehamilan (Inayah, 2008).
Mual (nause) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala
yang wajar dan sering didapatkan pada kehamilan trimester I. Mual
biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat
dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi setelah 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80%
primigravida dan 40-60% terjadi pada multigravida. Satu diantara
seribu kehamilan gejala-gejala lain menjadi berat (Sarwono, 2005).

B. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
pada wanita hamil, sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena
keadaan umumnya menjadi buruk, sebagai akibatnya terjadilah

dehidrasi (Ratna Hidayati, 2009 hal 66).


Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita
mual dan muntah berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau
setiap saat, sehingga menggganggu kesehatan dan pekerjaan sehari
hari (Arief. B., 2009).
Hiperemesis gravidarum adalah morning sickness dengan
gejala muntah terus menerus, makan sangat kurang sehingga
menyebabkan gangguan suasana kehidupan sehari-hari (Nugroho,
2010).
Hiperemesis gravidarum merupakan mual muntah yang
berlebihan dan merupakan salah satu gejala paling awal, paling
umum dan paling menyebabkan stres yang dikaitkan dengan
kehamilan (Tiran, 2008).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan
selama masa hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari
morning sickness normal yang umum dialami wanita hamil karena
intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama
trimester pertama kehamilan (Varney, 2006).
C. Etiologi
Menurut Wiknjosastro (2007), penyebab hiperemesis gravidarum
belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini
disebabkan oleh faktor toksik. Juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati
dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat
lain akibat inasisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang
telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut :

a) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang sering dikemukan adalah
primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda.
Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan
ganda

menimbulkan

dugaan

bahwa

faktor

hormon

memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut


hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
b) Faktor organik
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang
menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan
faktor organik.
c) Faktor alergi
Sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap
anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
d) Faktor psikologik
Faktor psikologik memegang peranan yang penting
pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan
pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi
hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

D. Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat yang biasa
terjadi pada trimester I bila perasaan mual muntah terjadi terus
menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat, dan lemak

habis terpakai untuk keperluan energi karena oksidasi lemak yang


tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam asetoasetik, asam hidroksida dan aseton darah. Mual menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Hal
ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen kejaringan
berkurang pula.
Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit,
dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung
(sindroma

molarry-weiss)

dengan

akibat

perdarahan

gastrointestinal (Mansjoer, 2000).


Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas
membuang isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang
berlebihan pada usus. Muntah merupakan refleks terintegrasi yang
kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu detector muntah,
mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik.
Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus
dan aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah

juga

menerima rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada


sereberal,

dari chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area

postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa


signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah
melalui nucleus traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada
dorsolateral daerah formasi retikularis dari medula

oblongata.

Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat


vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui
saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan
melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen

( mitayani 2009 ).
E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala hiperemesis gravidarum dibagi menjadi tiga
tingkatan gejala antara lain yaitu:
1.

Hiperemesis Gravidarum Tingkat I


a.
b.

Termasuk tingkat ringan


Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita
lemah, tidak mau makan, berat badan turun dan nyeri
pada epigastrium, denyut nadi meningkat, tekanan
darah turun, turgor kulit kurang, lidah kering, serta
mata cekung.

2.

Hiperemesis Gravidarum Tingkat II.


a.
b.

Termasuk tingkat sedang


Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan
umum penderita lebih parah, apatais, turgor kulit
mulai buruk, lidah kering dan kotor, nadi teraba lemah
dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan,
berat badan turun, mata cekung, tekanan darah
menurun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi,
dapat juga terjadi aseton uria, serta napas bau aseton.

3.

Hiperemesis Gravidarum Tingkat III


a.
b.

Termasuk tingkat berat


Keadaan umum buruk, kesadaran sangat menurun,
somnolen sampai koma, nadi teraba lemah dan cepat,
dehidrasi berat, suhu badan naik, tekanan darah turun,
serta terjadi ikterus. Jika sampai timbul komplikasi
dapat berakibat fatal, berupa: memengaruhi susunan
saraf pusat, ensefalopati wernicke dengan adanya
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental.

(Runiari, Nengah. 2010)

F. Penatalaksanaan
Menurut Wikjosastro
gravidarum adalah :

(2007)

penatalaksanaan

hiperemesis

a. Obat-obatan Apabila dengan cara pencegahan keluhan dan


gejala tidak mengurangi maka diperlukan pengobatan.
Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital.
Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6. Anti
histaminika juga dianjurkan seperti dramamin, avomin pada
keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti disiklomin,
hidrokhloride atau khlorpromasin.
b. Isolasi Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang,
tetapi cerah dan peredaran udara yang baik catat cairan yang
keluar. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk
kedalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan
penderita mau makan. Tidak diberikan makanan/minuman
dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja
gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
c. Terapi psikologik Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa
penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa sakit oleh
karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan
masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
d. Cairan parenteral Berikan cairan parenteral yang cukup
elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam
cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu
dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B
complek dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein dapat
diberikan pula asam amino secara intravena.
e. Penghentian kehamilan Pada sebagian kecil kasus keadaan
tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan
pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk.
Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus
terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak
boleh dilakukan terlalu cepat tetapi dilain pihak tidak boleh
menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ vital.

G. Kmplikasi

Dehidrasi

Ikterik

Takikardi

Alkalosis

Kelaparan

Menarik diri, depresi

Ensefalopati wernicke yang ditandai oleh adanya nistagmus,


diplopia, perubahan mental

Suhu tubuh meningkat

Gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan


dan hubungan keluarga

H. Pemeriksaan penunjang.
1)

USG (dengan menggunakan waktu yang tepat)

2)

Pemeriksaan darah lengkap

3)

Kadar gula darah

4)

Analisis gas darah

5)

Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN (Blood Urea


Nitrogen)
6)

Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH


(Lowdermilk, Jensen Bobak. 2005).

I. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan,
pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu

pemantauan

status

kesehatan

dan

pola

pertahanan

pasien,

mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa


keperawatan (Hartono Andry. 1999).
Data dasar pengkajian
a) Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut
nadi meningkat (>100 kali per menit)
b) Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan
ekonomi,

perubahan

persepsi

tentang

kondisinya,

kehamilan tak direncanakan.


c) Eliminasi;

perubahan

pada

konsistensi,

defekasi,

peningkatan frekuensi berkemih Urinalis ;peningkatan


konsistensi urine.
d) Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8
minggu), nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (510 kg), membrane mukosa mulut iritasi dan merah, Hb
dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang,
mata cekung dan lidah kering.
e) Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.
f) Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan
dapat jatuh dalam koma
g) Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu
membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
h) Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor
kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga
yang dapat bervariasi terhadap hospotalisasi dan sakit,
system pendukung yang kurang.
i) Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan
diminum dimuntahkan, apalagi kalau berlangsung lama,
berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badab normal,

turgor kulit, lidah kering, adanya aseton dalam urine.


J. Diagnosa keperawatan
1) Defisit Volume cairan dan Elektrolit b/d Intake cairan tidak
adekuat
2) Gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dr kebutuhan b/d nafsu
makan menurun
3) cemas b/d takut keadaan janin terganggu

K. Intervensi keperawatan
NO TUJUAN
DX
1
kebutuhan

KRRITERIA HASIL

Klien akan mengkonsumsi

Catat intake dan output


Anjurkan makan dalam porsi

nutrisi
terpenuhi

INTERVENSI

asupan oral diet yang

kecil tapi sering

mengandung zat gizi yang


adequat.
Klien tidak mengalami

Anjurkan untuk menghindari


makanan yang berlemak.
anjurkan untuk makan
makanan selingan seperti

nausea dan vomitus.


Klien akan menoleransi diit
yang telah di programkan.
Klien akan mengalami
peningkatan berat badan
yang sesuai selama hamil.

biskuit, roti dan teh (panas)


hangat sebelum bagun tidur
pada siang hari dan sebelum
tidur.
Inspeksi adanya iritasi atau
Iesi pada mulut.
Kaji kebersihan oral dan
personal hygiene serta
penggunaan cairan pembersih

kebutuhan

Keseimbangan cairan dan

cairan

mulut sesering mungkin


Tentukan frekuensi atau
beratnya mual/muntah.

elektrolit akan kembali ke

terpenuhi

kondisi normal, yang


terbukti dengan turgor kulit
normal, membran mukosa
lembab, berat badan stabil,

ulang

riwayat

kemungkinah masalah medis


lain

(misalnya

Ulkus

peptikum, gastritis.
Kaji suhu badan dan turgor

tanda-tanda vital dalam

kulit, membran mukosa, TD,

batas normal; elektrolit,

input/output dan berat jenis

serum, hemoglobin,

urine. Timbang BB klien

hematokrit, dan berat jenis

setiap hari.

urin akan berada dalam

Tinjau

Anjurkan peningkatan asupan

batas normal

minuman berkarbonat, makan

Klien tidak akan muntah

sesering

lagi

jumlah

mungkin
sedikit.

dengan
Makanan

Klien akan mengkonsumsi

tinggi karbonat seperti : roti


kering sebelum bangun dari

asupan dalam jumlag yang

tidur.

adequat.
3

Pasien dapat

Pasien

dapat

beraktivitas

Tingkatkan

tirah

baring/duduk.
memperlihatkan kemajuan

secara

khususnya

mandiri.

tingkat

yang

lebih tinggi.

Pasien

batasi

yang

tenang;

pengunjung

sesuai

keperluan.

mengidentifikasi Ubah posisi dengan sering.

faktor-faktor

yang

menurunkan

toleransi

aktivitas.

lingkungan

Berikan

Berikan perawatan kulit yang


baik.
Tingkatkan aktivitas sesuai
toleransi, bantu melakukan
latihan rentang gerak sendi
pasif/aktif.
meningkatkan istirahat dan
ketenangan.
Dorong penggunaan tekhnik
manajemen stress. Contoh
relaksasi
visualisasi,

progresif,
bimbingan

imajinasi.
Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi: sedatif, agen
antiansietas, contoh diazepam
(valium); lorazepam(ativan).

Daftar pustaka

Effendy, Nasrul, (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.


Edisi 2. Jakarta : EGC.
Hartono Andry. 1999. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC
Lowdermilk, Jensen Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi
4. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius

Mansjoer, Arif, (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Media


Aesculapius.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba
Medika.
Nursalam, (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 1. Jakarta :
EGC.
Runiari, Nengah. 2010. Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis
gravidarum. Jakarta : Salemba Medika.
Tiran, Denise, (2008). Mual dan muntah kehamilan. Jakarta : EGC.
Wiknjosastro, Hanifa, (2007). Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Yeyeh, Rukiyah Al, (2009). Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta :
TIM.

Vous aimerez peut-être aussi