Vous êtes sur la page 1sur 32

ASKEP

HOSPITALISASI
NS.EKY SATYANITA MAWARDHANI,S.KEP

Pendahuluan
Hospitalisasi perawatan di rumah sakit trauma

dan stres
Pengalaman hospitalisasi psikologi dan
psikososial
Dampak psikologi tdk dpt beradapatasi dgn
lingkungan RS
Dampak psikososial berpengaruh pd pelayanan
keperawatan
Diperlukan peran perawat

Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu proses karena suatu alasan

darurat atau berencana mengharuskan individu untuk


tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangan kembali kerumah.
Hospitalisasi

adalah bentuk stressor individu yang


berlangsung selama individu tersebut dirawat dirumah
sakit

Perasaan yg sering muncul cemas, marah,

sedih, takut dan rasa bersalah


Org tua mengalami kecemasan yang tinggi saat

perawatan anaknya. Apabila anak sress selama


dalam perawatan, orang tua menjadi stress pula,
dan stress orang tua akan membuat tingkat stress
anak semakin meningkat

Proses hospitalisasi dpt menimbulkan trauma dan

dukungan, bergantung pada institusi, sikap keluarga dan


teman, respon staf dan jenis penerimaan masuk rumah
sakit
Hospitalisasi perawatan yang dilakukan selama dirumah

sakit dimana terdapat rasa penekanan akan sesuatu yang


baru dan belum bisa menerima keadaan dan dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman serta stress yang bisa
dialami oleh klien maupun keluarga.

Faktor Penyebab Stres di RS


Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi
individu karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan
perasaan tidak aman, seperti:
Lingkungan yang asing,
Berpisah dengan orang yang berarti,
Kurang informasi,
Kehilangan kebebasan dan kemandirian,
Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan,
semakin sering berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk
kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya,
Perilaku petugas rumah sakit.

Dimensi Peran Sakit


Perubahan yang terjadi akibat hospitalisi adalah :
a. Perubahan konsep diri.
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan.
b. Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan
sebelumnya
c. Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.

d. Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan
kepribadian, tidak realistis, tidak dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerjasama
mengatasi masalahnya
e. Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah
terhadap penyakitnya.
f. Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul
karena lingkungan yang asing dan jauh dari suasana
kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan
pasangan dan terasing dari orang yang dicintai.

Rentang Respon Hospitalisasi

Reaksi anak terhadap hospitalisasi


Pada umumnya, reaksi anak terhadap sakit

kecemasan karena perpisahan, kehilangan,


perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.

Masa bayi ( 0 1 tahun )


Memperlihatkan Separation Anxiety dimana bayi

menenagis keras jika ditinggal ibunya.


Respon Infant akibat perpisahan dibagi tiga tahap:

1.Tahap Protes ( Fase Of Protes ):Menangis kuat,


menjerit, menendang, berduka dan marah

2.Tahap Putus Asa ( Phase Of Despair ): Tangis anak mula


berkurang, murung, diam, sedih, apatis. tidak tertarik
dengan aktivitas di sekitarnya, menghisap jari,
menghindari kontak mata, berusaha menghindar dari
orang yang mendekati, kadang anak tidak mau makan
3.Tahap Menolak ( Phase Detachment / Denial ): Secara
samar anak seakan menerima perpisahan ( pura-pura ),
anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya, bermain
dengan orang lain, mulai membina hubungan yang
dangkal dengan orang lain, anak mulai terlihat gembira

Masa todler ( 2-3 tahun )


Sumber stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan.
Respon perilakunya sesuai dengan tahapannya :

a) Tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis


kuat, menjerit memanggil orang tuanya dan menolak
perhatian yang diberikan oleh orang lain.
b) Tahap putus asa, perilaku yang ditunjukan adalah menagis
berkurang, anak tidak aktif, kurang menunjukan minat untuk
bermain dan makan, sedih, dan apatis
c) Tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukan adalah
secara samar mulai menerima perpisahan, membina hubungan
secara dangkal, dan anak mulai terlihat menyukai
lingkungannya.

Pengertian anak tentang sakit:


Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk
perilaku buruk
Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa
mereka sakit, tidak bias bermain dengan temannya,
mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat
mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami
hospitalisasi.
Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat
bersifat passive, cooperative, membantu atau anak
mencoba menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.

Masa prasekolah ( 3-6 tahun )


Perpisahan dari lingkungan yang dirasakannya

aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan,


yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman
sepermainannya.
Reaksi menolak makan, sering bertanya,
menangis walaupun secara perlahan, dan tidak
kooperatif terhadap tenaga kesehatan, perawatan
dirumah sakit mengakibatkan anak kehilangan
control terhadap dirinya

Masa sekolah (6-12 tahun )


Berpisah dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu

keluarga dan terutama pada kelompok sosialnya


yang dapat menimbulkan kecemasan.
Kehilangan control karena adanya pembatasan
aktivitas.
Berdampak pada anak kehilangan kelompok
sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan
bermain atau pergaulan social, perasaan takut mati,
dan adanya kelemahan fisik.

Masa remaja (12 18 tahun )


Timbulnya rasa cemas karena harus berpisah dengan

teman sebayanya (geng).


Apabila harus dirawat dirumah sakit anak akan merasa
kehilangan dan timbul perasaan cemas karena
perpisahan tersebut.
Reaksi yang sering muncul pada terhadap pembatasan
aktivitas menolak perawatan atau tindakan yang
dilakukan padanya atau anak tidak mau kooperatif
dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari
keluarga, sesama pasien dan petugas kesehatan ( isolasi
).

Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi


Perasaan cemas dan takut
Cemas menunggu informasi tentang diagnosis
penyakit pasien
Takut kehilangan pasien pada kondisi sakit yang
terminal
Responsering bertanya atau bertanya tentang hal
sama berulang-ulang pada orang yang berbeda,
gelisah, ekspresi wajah tegang dan bahkan marah

Perasaan sedih
Sedih saat pasien dalam kondisi terminal dan
keluarga mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan
bagi pasien untuk sembuh.
Respon perilaku isolasi atau tidak mau didekati
orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap
petugas kesehatan.

Perasaan frustrasi
Frustasi kondisi pasien yang telah dirawat cukup
lama dan tidak mengalami perubahan serta tidak
adekuatnya dukungan psikologis yang diterima
keluarga
Responperilaku tidak kooperatif, putus asa,
menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang
paksa

Respon perawat
Tindakan keperawatan pada klien yang mengalami stress
karena dirawat di rumah sakit, yaitu:
Dukungan klien dan keluarga dan promotif
Mengorientasikan klien tentang rumah sakit dan

fasilitasnya
Berikan informasi yang dibutuhkan oleh klien
Dorong peran serta klien dan keluarga dalam rencana
keperawatan
Terapi bermain

Beri kesempatan kepada klien untuk dapat mengungkapkan perasaan

dan pikirannya
Cermat dalam mengidentifikasi situasi yang dapat meningkatkan
stress
Ciptakan lingkungan dimana klien dapat berfungsi mandiri dalam
beberapa hal
Beri reinforcement tentang aspek positif yang dapat dilakukan oleh
klien

ASKEP HOSPITALISASI

Pengkajian
Biodata diri
Faktor predisposisi: Riwayat penyakit masa lalu dan

trauma yang pernah dialami


Pemeriksaan fisik
Perkembangan: mengidentifikasikan tingkat
perkembangan saat ini dan keterampilan yang
dicapai
Observasi respon terhadap hospitalisasi:
mengidentifikasikan perilaku koping saat ini dan
intesitas mereka.

Riwayat penyakit, hospitalisasi dan perpisahan

sebelumnya : mengidentifikasikan pola koping


sebelumnya dan pengaruh koping tersebut.
Riwayat pengobatan: mengidentifikasikan
keseriusan masalah dan pengaruhnya pada
perkembangan kemampuan.
Persepsi tentang penyakit: mengidentifikasikan
pemahaman pasien saat ini tentang penyakit dan
alasan hospitalisasi.

Sistem pendukung yang tersedia:

mengidentifikasikan tersedianya dan kesediaan


keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan dan
pemberian dukungan.
Koping keluarga: menggambarkan kemampuan
keluarga apakah memperlihatkan perilaku distruktif
yang jelas atau terselubung atau juga menunjukkan
adaptasi merusak terhadap stressor.

Diagnosa Keperawatan
Ketakutan berhubungan dengan lingkungan rumah

sakit yang menakutkan dan perpisahan dengan


keluarga.
Ketidakefektifan koping individu berhubungan
dengan sistem pendukung yang tidak adekuat
Ansietas berhubungan dengan kehilangan orang
terdekat aktual atau yang dirasakan sekunder
terhadap; perpisahan sementara.
Kurang aktivitas berhubungan dengan perawatan
dirumah sakit dalam waktu lama.

Intervensi
Ketakutan berhubungan dengan lingkungan rumah sakit
yang menakutkan dan perpisahan dengan keluarga.
Beri dorongan kepada keluarga untuk menetap

kedalam ruangan dengan pasien atau meminta


anggota keluarga lain untuk bersama pasien.
Tanyakan kepada keluarga bagaimana mereka
berharap untuk berpartisipasi dalam perawatan pasien
Orientasikan keluarga pada divisi, suplai dan
lingkungan keperawatan

Intervensi
Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan
sistem pendukung yang tidak adekuat
Terima perilaku agresif
Jelaskan kepada keluarga bahwa perilaku ini normal
Berikan kesempatan kepada pasien untuk keluar

menghilangkan rasa takut dan perasaannya.

Intervensi
Ansietas berhubungan dengan kehilangan orang terdekat
aktual atau yang dirasakan sekunder terhadap; perpisahan
sementara.
Kaji ansietas : ringan, sedang, berat, panik
Memberikan kenyamanan dan ketentraman hati
Singkirkan stimulasi yang berlebihan, batasi kontak dengan

orang lain atau keluarga yang juga mengalami cemas


Bantu klien yang sedang marah: identifikasi adanya marah.
Bila berkenan, berikan aktivitas yang dapat mengurangi
ketegangan.

Intervensi
Kurang aktivitas berhubungan dengan perawatan dirumah
sakit dalam waktu lama.
Rangsang motivasi dengan memperlihatkan minat dan

mendorong untuk dapat saling berbagi perasaanperasaan dan pengalaman-pengalaman


Bantu individu untuk mengatasi perasaan-perasaan
marah dan berduka
Libatkan individu dalam merencanakan rutinitas seharihari
Rencanakan waktu untuk para pengunjung.

Terima Kasih

Vous aimerez peut-être aussi