Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SKRIPSI
RIZKI AMELIA
H 34080043
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
RINGKASAN
Rizki Amelia. Analisis Risiko Produksi Ayam Broiler pada Peternakan Bapak
Maulid di Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Bukit Baru Kota
Palembang. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI).
Bapak Maulid menjalankan usahaternak ayam broiler dengan kapasitas
pemeliharaan sebanyak enam ribu ekor ayam broiler. Dalam menjalankan
usahaternaknya, Peternakan Bapak Maulid menerapkan hubungan kerjasama
kemitraan inti-plasma dengan PT Sumber Unggas Cemerlang (PT SUC).
Peternakan Bapak Maulid masih menghadapi risiko produksi meskipun telah
menjalin kemitraan inti-plasma, yang ditandai dengan berfluktuasinya tingkat
mortalitas ayam broiler yang terjadi pada setiap periode produksi. Risiko produksi
tersebut menyebabkan tingkat pendapatan Peternakan Bapak Maulid berfluktuasi
pada setiap periode produksi. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi
dan menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid,
(2) Menganalisis tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak
Maulid, (3) Menganalisis tingkat probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko
produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid, (4) menganalisis
alternatif-alternatif strategi yang dapat diterapkan Peternakan Bapak Maulid untuk
menangani risiko produksi yang dihadapi.
Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Bapak Maulid yang berlokasi di
Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang. Data yang
digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pemilik dan pegawai
di peternakan, serta pengawas (field controller) dari pihak inti PT SUC. Data
primer yang diperoleh meliputi keadaan umum Peternakan Bapak Maulid dan
manajemen risiko produksi yang telah diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid.
Data sekunder diperoleh dari data Peternakan Bapak Maulid sebagai pihak plasma
maupun data dari PT SUC sebagai pihak inti, serta data dari literatur-literatur serta
instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian,
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, LSI IPB, Badan Pusat
Statistik Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan,
dan bahan-bahan pustaka yang relevan. Data sekunder yang diperoleh dari
Peternakan Bapak Maulid meliputi data upah dan gaji karyawan, data penggunaan
pakan dan obat-obatan, data kematian ayam broiler dan data penjualan. Data
sekunder yang diperoleh dari PT SUC antara lain data standar bobot ayam broiler,
data standar FCR (Food Convertion Ratio) dan data harga garansi (harga kontrak).
Dalam menjalankan usahaternak ayam broiler, Peternakan Bapak Maulid
menghadapi risiko produksi yang bersumber dari ayam broiler afkir, serangan
penyakit, dan kondisi cuaca. Risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan
Bapak Maulid menyebabkan tingkat pendapatan berfluktuasi. Nilai expected
return yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi
pengamatan adalah sebesar Rp 1.214,00, per ekor ayam broiler. Hal ini
mengindindikasikan bahwa tingkat pendapatan bersih yang diharapkan dapat
diperoleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi di masa yang
akan datang adalah sebesar Rp 1.214,00 per ekor ayam broiler, dengan asumsi
cateris paribus.
Nilai simpangan baku (standard deviation) yang dihasilkan oleh
Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar Rp 1.128,00 per ekor ayam broiler.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh
Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi di masa yang akan datang
adalah sebesar Rp 1.128,00 per ekor ayam broiler. Nilai koefisien variasi
(coefficient variation) yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar
0,93. Nilai koefisien variasi tersebut menunjukkan bahwa risiko produksi yang
dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 93 persen dari nilai return
yang diperoleh. Artinya, setiap Rp 1 dari return yang diperoleh Peternakan Bapak
Maulid, akan menghasilkan risiko sebesar Rp 0,93, dengan asumsi cateris
paribus.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode z-score,
sumber risiko produksi ayam broiler yang afkir memiliki tingkat probabilitas
tertinggi yaitu sebesar 45,2 persen, disusul oleh sumber risiko produksi kondisi
cuaca dengan tingkat probabilitas sebesar 42,9 persen, dan sumber risiko produksi
serangan penyakit dengan tingkat probabilitas sebesar 11,9 persen. Hasil
perhitungan dengan menggunakan metode analisis Value at Risk (VaR)
menunjukkan bahwa sumber risiko kondisi cuaca memberikan dampak kerugian
maksimal yang paling tinggi bagi Peternakan Bapak Maulid, yaitu sebesar
Rp 3.041.934,00, disusul oleh sumber risiko produksi serangan penyakit dengan
dampak kerugian maksimal sebesar Rp 3.041.934,00, dan sumber risiko ayam
broiler yang afkir dengan dampak kerugian maksimal sebesar Rp 1.245.319,00.
Alternatif manajemen risiko produksi yang dapat diterapkan oleh
Peternakan Bapak Maulid berdasarkan hasil analisis tingkat risiko produksi yaitu
dengan memeriksa kualitas air, mencampurkan probiotik pada air minum ayam
broiler, dan tidak membiarkan kotoran ayam broiler menumpuk terlalu lama.
Alternatif manajemen risiko produksi yang dapat diterapkan oleh Peternakan
Bapak Maulid berdasarkan hasil pemetaan sumber-sumber risiko produksi yaitu
dengan melakukan strategi preventif dan mitigasi. Strategi preventif yang
diusulkan antara lain membentuk kelompok yang beranggotakan para peternak
plasma untuk memperkuat posisi tawar, memasang beberapa unit kipas angin
(blower), memasang satu unit thermometer ruangan, membuat saluran air, dan
memberikan larutan herbal pada pakan dan air minum. Strategi mitigasi yang
diusulkan antara lain memberikan larutan gula merah, meningkatkan dosis
pemberian vitamin C dengan tingkat suplementasi sebesar 250 ppm, menambah
jumlah tempat air minum, melakukan perawatan secara intensif bagi ayam broiler
yang terserang penyakit, melakukan pengobatan herbal, dan mengelompokkan
ayam broiler afkir ke dalam kandang yang terpisah dari ayam broiler lain.
RIZKI AMELIA
H 34080043
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi
Nama
: Rizki Amelia
NIM
: H34080043
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko
Produksi Ayam Broiler pada Peternakan Bapak Maulid di Kelurahan Karang
Anyar Kecamatan Bukit Baru Kota Palembang adalah karya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Rizki Amelia
H34080043
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama lengkap Rizki Amelia, dilahirkan di Kota
Palembang pada tanggal 6 April 1990. Saya adalah bungsu dari lima bersaudara,
dari pasangan Ayahanda Salmi dan Ibunda Lela Nirwana.
Saya menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 6 Kecamatan Talang
Kelapa pada tahun 2002 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada
tahun 2005 di SMP Negeri 1 Kecamatan Talang Kelapa. Pendidikan lanjutan
menengah atas diselesaikan pada tahun 2008 di SMA Plus Negeri 17 Kota
Palembang.
Saya diterima sebagai mahasiswi di Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selama menjalani pendidikan di
IPB, saya juga aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi Ikatan
Keluarga Mahasiswa Provinsi Sumatera Selatan (Ikamusi).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin.
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala
berkat rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Analisis Risiko Produksi Ayam Broiler pada Peternakan Bapak Maulid di
Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang.
Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh
Peternakan Bapak Maulid. Risiko produksi tersebut mempengaruhi tingkat
pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode
produksi.
Saya sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan karena adanya
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun, saya tetap mengharapkan agar
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, saya ingin menyampaikan terimakasih dan
penghargaan kepada :
1.
Febriantina Dewi, SE, MM, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, waktu, nasihat, dan kesabaran kepada saya
selama menyusun skripsi ini.
2.
Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji utama yang telah
memberikan saran dan arahan untuk perbaikan terhadap isi skripsi ini.
3.
4.
Orang tuaku tercinta Ayahanda Salmi dan Ibunda Lela Nirwana atas segala
perhatian, kasih sayang, doa, nasehat, dan dukungannya selama ini, sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
5.
6.
Keluarga besarku yang tiada henti selalu memberikan doa, perhatian, dan
dukunngan.
7.
Keluarga besar Bapak Maulid Ibrahim Zakir, ST dan pihak peternakan atas
segala dukungan, waktu, tenaga, kesempatan, dan informasi yang telah
diberikan.
8.
9.
Sahabat setiaku Rara June Azni, Santi Eka Wahyuni dan Lia Pratiwi, yang
selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat selama ini.
10. Sahabat kulinerku Liska Andrini Tatilu, Ni Putu Ayuning WPM, dan Fawzia
Defrida, atas segala perhatian, doa, dan dukungannya selama ini.
11. Teman-teman seperjuangan Sumsel, Herawati dan Arini Prihatin, atas segala
bantuan, doa, dan semangat yang diberikan selama ini.
12. Keluarga besar Bapak Kamir R Brata, atas perhatian, doa, dan dukungannya
selama ini.
13. Bapak Nursoma selaku Kepala Desa Kebonpedes, yang telah memberikan
bimbingan, dukungan, dan arahan selama kegiatan Gladikarya berlangsung.
14. Keluarga besar Agribisnis 45, atas semangat, kebersamaan, doa, dan
dukungan selama ini.
15. Para staf Departemen Agribisnis, terimakasih atas pengabdiannya selama ini
dan tidak pernah lelah memberikan segala bentuk bantuan, serta seluruh pihak
yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................
xi
xiii
xiv
xv
PENDAHULUAN ....................................................................
1.1. Latar Belakang ....................................................................
1.2. Perumusan Masalah ............................................................
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................
1
1
6
10
10
11
II
12
12
13
14
15
16
17
19
20
21
III
27
27
27
29
30
32
33
34
IV
36
36
36
37
38
39
40
46
48
48
48
50
51
xi
53
53
55
60
62
62
67
67
70
71
72
72
73
74
75
89
89
90
92
LAMPIRAN .......................................................................................
95
VI
VII
76
79
82
84
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Halaman
Konsumsi per Kapita Jenis Daging di Indonesia
Tahun 2006 2010 .................................................................
2.
4.
12
16
26
38
62
63
66
68
69
70
72
73
74
76
81
84
88
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
29
31
35
46
47
51
83
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.
Halaman
Produksi Daging Ayam Broiler Menurut Provinsi
di Indonesia Tahun 2006 2011 (Ton) ..................................
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
2.
xv
I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Subsektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian
2007
2008
2009
2010
1.
Sapi
1,11
1.02
1,17
1,29
1,41
2.
Kerbau
0,11
0,10
0,09
0,08
0,08
3.
Kambing
0,15
0,15
0,15
0,17
0,15
4.
Domba
0,18
0,13
0,11
0,12
0,10
5.
Babi
0,51
0,58
0,54
0,50
0,52
6.
Ayam Buras
0,77
0,65
0,60
0,54
0,57
7.
Ayam Broiler
2,08
2,26
2,39
2,52
2,68
8.
Itik
0,06
0,11
0,07
0,06
0,06
861.262,76
2007
942.785,67
9,46
2008
1.018.735,94
8,05
2009
1.101.765,50
8,15
2010
1.241.251,00
12,66
2011*)
1.297.447,00
4,52
1.
Sapi Potong
0,33
1,75
8,36
29,61
1,76
2.
Kambing
32,20
1,64
10,35
18,57
2,35
3.
Domba
3,86
-71,77
51,53
-51,45
35,42
4.
Kerbau
-17,77
1,74
-16,80
-32,60
0,11
5.
Babi
0,32
1,75
-6,32
-7,29
7,01
6.
Ayam Broiler
15,56
56,48
4,76
-0,31
21,83
7.
Ayam Buras
-28,61
-30,79
-27,03
18,19
13,70
8.
19,43
-54,59
48,81
59,05
5,28
9.
Itik
5,88
5,04
2,21
17,07
-27,08
tahun ke tahun, yaitu dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 16,39 persen per
tahun. Laju pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan laju
pertumbuhan produksi jenis daging ternak lain di Provinsi Sumatera Selatan.
Berdasarkan data tersebut, laju pertumbuhan produksi beberapa jenis daging
ternak cenderung mengalami penurunan pada tahun 2007. Namun, pertumbuhan
tertinggi produksi ayam broiler justru terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 56,48
persen. Hal ini diduga pada tahun 2007 sebagian besar peternak beralih untuk
membudidayakan ayam broiler akibat pola kemitraan inti plasma yang semakin
berkembang di Provinsi Sumatera Selatan.
Jumlah produksi daging ayam broiler di Provinsi Sumatera Selatan
cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa komoditi ayam broiler mampu memberikan kontribusi bagi subsektor
peternakan, khususnya bagi pembangunan perekonomian daerah. Perkembangan
usahaternak ayam broiler di Provinsi Sumatera Selatan didukung oleh
ketersediaan lahan yang masih cukup luas, kondisi alam yang cukup mendukung,
serta ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup memadai.
Kota Palembang yang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan
pun ternyata masih memiliki potensi pengembangan budidaya ayam broiler.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan, pada tahun
2009 Kota Palembang menempati urutan ketiga terbesar penghasil daging ayam
broiler di Provinsi Sumatera Selatan, setelah Kabupaten Muara Enim dan
Kabupaten Banyuasin. Namun pada tahun 2010 lalu, sempat mengalami
penurunan sehingga Kota Palembang menempati urutan keempat sebagai
penghasil daging ayam broiler terbesar setelah Kabupaten Banyuasin, Muara
Enim, dan Ogan Komering Ilir.
Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 4, produksi daging ayam broiler
di Kota Palembang mengalami penurunan pada tahun 2007 dan tahun 2010.
Penurunan produksi tersebut diduga akibat terjadinya serangan virus flu burung
yang sempat mewabah di Kota Palembang pada tahun 2007. Penurunan produksi
yang terjadi pada tahun 2010 diduga akibat terjadinya musim kemarau panjang
yang sempat melanda Kota Palembang. Namun jika dilihat dari besarnya
kontribusi yang dihasilkan, komoditi ayam broiler memberikan kontribusi rata-
rata terbesar terhadap jumlah produksi ternak unggas di Kota Palembang yaitu
sebesar 72,35 persen per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa usahaternak ayam
broiler meskipun memiliki potensi untuk dikembangkan, namun masih
menimbulkan risiko sehingga dapat mempengaruhi hasil produksi.
Tabel 4. Produksi Daging Ternak Unggas di Kota Palembang Tahun 2006 - 2010
No. Jenis Unggas
Jumlah Produksi (Ton)
Kontribusi
Rata-rata
2006
2007
2008
2009
2010
(%)
1.
Ayam Buras
934
1.143
1.183
1.236
1.250
22,89
2.
Ayam Petelur
182
194
201
210
215
3,99
3.
Ayam Broiler
3.870
3.406
3.525
3.684
3.672
72,35
4.
Itik
27
38
40
42
43
0,75
5.013
4.781
4.949
5.172
5.180
100
Jumlah
tersebut
dapat
mempengaruhi
tingkat
pendapatan
sehingga
Perumusan Masalah
Sejak awal menjalankan usahanya, Peternakan Bapak Maulid sudah
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Periode Produksi
I
Gambar 1.
II
III
IV
VI
VII
12000
10000
8000
StandarProduksi(Kg)
6000
TotalProduksiAktual(Kg)
4000
2000
0
Periode Produksi
I
Gambar 2.
II
III
IV
VI
VII
hasil
pemaparan
di
atas,
terlihat
adanya
bentuk
alternatif-alternatif
strategi
yang
dapat
diterapkan
oleh
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan penelitian yang
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk membantu
Peternakan Bapak Maulid dalam melakukan analisis terhadap risiko produksi
yang dihadapinya, sehingga dapat membantu dalam proses pembuatan
maupun pengambilan keputusan.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para peternak ayam broiler yang
akan memulai maupun mengembangkan usahanya, dalam menganalisis dan
menangani risiko produksi guna mengoptimalkan tingkat pendapatan.
3. Sebagai bahan rujukan bagi masyarakat peneliti untuk mengembangkan
penelitian selanjutnya yang sejenis dan mengembangkan kembali teori-teori
yang terkait dengan risiko.
4. Dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan pemahaman penulis dalam
menganalisis risiko, khususnya pada usahaternak ayam broiler yang
menerapkan kerjasama kemitraan inti-plasma.
10
1.5.
11
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Hal ini ditandai dengan kecenderungan peningkatan jumlah produksi daging ayam
broiler di berbagai daerah di Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2011
(Lampiran 1). Menurut Rasyaf (2010), galur murni ayam broiler sudah ada sejak
tahun 1960. Namun, di Indonesia ayam broiler baru populer secara komersial
pada tahun 1980. Perkembangan usahaternak ayam broiler didukung oleh
semakin meningkatnya jumlah penduduk dan total pendapatan per kapita. Selain
itu, harga daging ayam broiler pun cukup terjangkau bagi masyarakat sehingga
lebih banyak dikonsumsi dibandingkan jenis daging hewan lainnya.
Seiring
dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
FCR
1.
< 1980
1,0 1,2
1,9 2,0
2.
1980
1,2 1,4
1,8 1,9
3.
1990 2000
1,4 1,6
1,7 1,8
4.
>2000
>1,6
<1,7
(Feed Convertion Ratio) yang dihasilkan dari tahun ke tahun pun semakin kecil.
Hal ini mengindikasikan bahwa usahaternak ayam broiler di Indonesia semakin
efisien, yaitu untuk menghasilkan bobot rata-rata ayam broiler yang cukup besar
membutuhkan penggunaan pakan yang lebih sedikit.
Sistem agribisnis ayam broiler di Indonesia melipuuti subsistem hulu,
subsistem onfarm, subsistem hilir, dan subsistem penunjang. Sistem agribisnis
tersebut saling terintegrasi satu sama lain secara ke depan (forward) maupun ke
belakang (backward), dan ke atas (upstream) maupun ke bawah (downstream).
Serangkaian sistem agribisnis ayam broiler tersebut dilakukan untuk memberikan
dan atau menciptakan nilai tambah.
Subsistem agribisnis hulu ayam broiler meliputi seluruh aktivitas
pengadaan sarana produksi ternak yang terdiri dari, lahan, kandang, DOC (Day
Old Chick), pakan, peralatan, mesin, obat-obatan, vitamin, vaksin, bahan bakar,
dan tenaga kerja. Subsistem agribisnis onfarm meliputi keseluruhan aktivitas yang
berkaitan langsung dengan proses budidaya ataupun produksi ayam broiler dan
menggunakan sarana produksi ternak dari subsistem agribisnis hulu. Aktivitas
yang berkaitan langsung dengan proses budidaya ayam broiler meliputi aktivitas
pemanasan dan pembesaran. Subsistem agribisnis hilir ayam broiler meliputi
aktivitas-aktivitas distribusi dan pengolahan produk yang dihasilkan oleh
subsistem onfarm. Pada subsistem agribisnis hilir, aktivitas diawali dengan proses
pemanenan, pemasaran, dan pengolahan ayam broiler. Subsistem penunjang
merupakan subsistem yang mendukung dan berperan langsung terhadap seluruh
kegiatan yang ada pada subsistem hulu, subsistem onfarm, dan subsistem hilir.
Subsistem penunjang terdiri dari aktivitas-aktivitas yang dijalankan oleh lembagalembaga penunjang seperti, lembaga keuangan, hukum, informasi dan
komunikasi, transportasi, pendidikan, dan penelitian
2.2.
13
2.2.1. Kandang
Kandang merupakan faktor produksi pertama yang harus diperhatikan oleh
peternak. Menurut Jayanata dan Harianto (2011), jenis kandang ayam broiler
berdasarkan konstruksi dindingnya dibedakan menjadi kandang terbuka dan
kandang tertutup. Namun, Jayanata dan Harianto (2011) menambahkan bahwa
penggunaan jenis kandang terbuka lebih banyak dipilih oleh peternak. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan oleh peternak dalam proses penyediaan kandang
antara lain :
1. Lokasi Kandang
Lokasi kandang yang baik adalah terletak jauh dari pemukiman penduduk
dan peternakan lain. Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), jarak antara kandang
dengan pemukiman penduduk adalah minimal 500 meter, sedangkan jarak dengan
peternakan lain minimal 1.000 meter. Lokasi kandang yang jauh dari pemukiman
penduduk
dimaksudkan
agar
aktivitas
penduduk
tidak
mengganggu
14
menyesuaikan lokasi peternakan, jumlah ayam broiler yang akan dipelihara, dan
luas kandang yang dimiliki.
3. Ventilasi Kandang
Menurut Rasyaf (2010), semakin tinggi suhu di dalam kandang, umur, dan
bobot ayam broiler, maka semakin banyak jumlah udara segar yang dibutuhkan.
Oleh karena itu, pengaturan ventilasi sangat dibutuhkan untuk mengatur sirkulasi
udara di dalam kandang. Rasyaf (2010) menyatakan pengaturan sirkulasi udara
dapat dilakukan melalui ventilasi buatan berupa kipas angin. Kipas angin tersebut
berfungsi mengeluarkan udara kotor dan beracun ke luar kandang, dan
menghembuskan udara bersih dan segar masuk ke dalam kandang.
4. Peralatan Kandang
Peralatan kandang menurut Santoso dan Sudaryani (2009) antara lain
meliputi, instalasi listrik, instalasi air minum, tempat pakan, alas kandang,
pemanas ruangan, tirai kandang, dan pelindung indukan (brooder guard). Jenis
pemanas yang seringkali digunakan oleh peternak ayam broiler yaitu pemanas
listrik, pemanas gas, pemanas batu bara, dan pemanas minyak tanah.
5. Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan, obat-obatan, dan
peralatan serta perlengkapan kandang lainnya. Oleh karena itu, gudang sebaiknya
berada dekat dengan kandang untuk memudahkan akses dalam pengangkutan
input-nput yang diperlukan. Jarak antara gudang dengan kandang menurut
Santoso dan Sudaryani (2009) adalah sekitar 10 meter.
2.2.2. DOC (Day Old Chick)
DOC adalah bibit ayam atau anak ayam yang baru berusia satu hari.
Kualitas DOC sangat menentukan kelangsungan dan hasil produksi usahaternak
ayam broiler. Menurut Jayanata dan Harianto (2011), DOC yang berkualitas baik
memiliki ciri-ciri berasal dari indukan yang berkualitas, DOC sehat, bebas dari
penyakit, aktif bergerak, lincah, tidak terlihat lesu, tubuh gemuk dan berbentuk
bulat, berbulu bersih dan mengkilat, mata terlihat tajam dan cerah, lubang anus
bersih dan tidak terdapat kotoran, tidak terdapat bekas luka dan tidak cacat, serta
bobot tubuh minimal 37 gram atau rata-rata sebesar 40 gram.
15
Energi
Metabolisme
(kkal/kg pakan)
1.
Prestarter
17
23 24
3.050
2.
Starter
8 28
21 22
3.100
3.
Finisher
29 panen
18 20
3.200 3.300
saat ayam broiler berumur 29 hari hingga memasuki waktu panen. Kandungan
protein tertinggi terdapat pada jenis pakan prestarter, yaitu sebesar 23 24
persen. Jenis pakan prestarter diberikan pada saat ayam broiler berumur 1 7
hari. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan protein lebih banyak dibutuhkan
oleh ayam broiler pada usia tersebut, karena protein berperan secara langsung
dalam mendukung pertumbuhan ayam broiler.
Penggunaan jumlah pakan yang tidak berimbang dengan bobot rata-rata
ayam broiler dapat mengakibatkan kerugian bagi peternak. Hal ini dikarenakan
biaya terbesar dari total biaya produksi bersumber dari biaya pembelian pakan.
Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), biaya untuk pakan ayam broiler
menempati kontribusi terbesar, yaitu sekitar 70 persen dari total biaya produksi.
Oleh karena itu, efisiensi penggunaan pakan perlu diperhatikan oleh peternak
ayam broiler.
Efisiensi penggunaan pakan dapat dilakukan dengan menambahkan
probiotik dan herbal. Jayanata dan Harianto (2011) juga menambahkan bahwa
peternak ayam broiler dapat mencampurkan probiotik pada air minum yang
diberikan, yang dapat dilakukan sejak tahap awal pemeliharaan. Menurut Jayanata
dan Harianto (2011), probiotik dapat menghambat pertumbuhan patogen di dalam
tubuh, meningkatkan daya cerna, dan meningkatkan pertumbuhan bobot tubuh.
Pemberian probiotik dapat mengoptimalkan pertumbuhan ayam broiler sehingga
mampu mengefisiensikan penggunaan pakan.
Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi dampak dari
kenaikan harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat mempengaruhi
tingkat pendapatan. Menurut Solihin (2009), harga pakan yang cenderung naik
dan berfluktuasi dipengaruhi oleh kondisi tingkat harga bahan baku pembuatan
pakan.
2.2.4. Obat-obatan, Vaksin, dan Vitamin
Penggunaan obat-obatan, vaksin, dan vitamin sangat dibutuhkan untuk
mengatasi
penyakit,
meningkatkan
kekebalan
tubuh,
dan
menunujang
vaksin, dan vitamin juga dapat mengalami kenaikan dan berfluktuasi sehingga
harus digunakan seefisien mungkin dan sesuai dengan aturan penggunaan.
Pemberian obat pada peternakan ayam broiler menurut Rasyaf (2010)
terdiri dari kelompok obat khusus untuk penyakit yang disebabkan oleh
Salmonella sp., kelompok obat Sulfonamides, kelompok obat antibiotika, dan
kelompok obat khusus untuk mengobati penyakit berak darah. Menurut Jayanata
dan Harianto (2011), para perternak ayam broiler dapat melakukan pengobatan
secara herbal dengan menggunakan jahe, kunyit, kencur, daun sirih, temulawak,
ataupun bawang puti, sebagai alternatif pengganti obat-obatan kimia. Bahanbahan herbal tersebut dapat dicampur pada pakan ataupun air minum ayam
broiler. Jayanata dan Harianto (2011) juga menyatakan bahwa penggunaan herbal
dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler terhadap serangan
penyakit.
Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), vaksin adalah penyakit yang telah
dilemahkan dan dimasukkan ke dalam tubuh ayam broiler guna meningkatkan
kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Pemberian vaksin dapat dilakukan
melalui tetes mata, penyuntikan, dan pencampuran dengan air minum. Santoso
dan Sudaryani (2009) mengelompokkan vaksin menjadi dua jenis yaitu, vaksin
aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang berisi virus hidup, namun
virus tersebut telah dilemahkan. Setelah tiga hari penggunaan vaksin ini,
kekebalan tubuh ayam broiler dapat ditingkatkan. Vaksin inaktif adalah vaksin
yang berisi virus yang dilemahkan dan dicampur dalam emulsi minyak dan bahan
stabilisator, untuk memperoleh tingkat kekebalan tubuh yang lebih lama dan
stabil.
Anita dan Widagdo (2011) menyatakan bahwa vitamin merupakan nutrien
organik yang dibutuhkan untuk mendukung berbagai fungsi biokimia yang tidak
disintesis oleh tubuh. Vitamin sangat berguna untuk mendukung proses
pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler. Seperti halnya
manusia, ayam broiler juga membutuhkan jenis vitamin A, B, C, D, E, dan K.
Kandungan vitamin tersebut biasanya sudah terdapat di dalam pakan yang
diberikan kepada ayam broiler. Hasil penelitian Kusnadi (2006) menyebutkan
penambahan vitamin C dengan tingkat suplementasi sebesar 250 ppm yang
18
dicampur pada air minum, dapat membantu meningkatkan konsumsi pakan dan
pertambahan bobot tubuh ayam broiler. Menurut Kusnadi (2006), pemberian
vitamin C tersebut sangat efektif pada kondisi cuaca yang panas karena pada
kodisi tersebut dapat menurunkan jumlah konsumsi pakan akibat penimbunan
panas yang terlalu banyak di dalam tubuh ayam broiler.
2.2.5. Tenaga Kerja
Peternakan ayam broiler memerlukan sejumlah tenaga kerja yang dapat
disesuaikan dengan banyaknya jumlah budidaya ataupun jenis teknologi yang
diterapkan. Menurut Rasyaf (2010), peternakan ayam broiler terdiri dari beberapa
jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, serta tenaga kerja
harian lepas dan kontrak.
1. Tenaga Kerja Tetap
Pada umumnya, tenaga kerja tetap pada peternakan skala kecil dijabat oleh
peternak itu sendiri dan sekaligus berperan sebagai pemilik modal, sedangkan
pada peternakan skala menengah maupun besar dijabat oleh pihak-pihak yang ahli
di dalam bidangnya. Pihak-pihak tersebut terdiri dari tenaga lapang kandang yang
bertugas sebagai pemberi pakan, administrasi, dan pemasaran, sehingga gaji yang
mereka terima dimasukkan sebagai biaya tetap produksi. Tenagga kerja tetap
terikat dengan peraturan yang diterapkan dan harus menetap di peternakan.
2. Tenaga Kerja Harian
Tenaga kerja harian biasanya terdiri dari pekerja kasar yang bertugas
membersihkan kandang, membersihkan tempat pakan dan minuman, mengangkut
pakan, dan membersihkan rumput di sekitar areal kandang. Pekerjaan-pekerjaan
tersebut dilakukan secara rutin. Tenaga kerja harian diberi upah harian sesuai
dengan jumlah hari kerja yang dijalankan. Tenaga kerja harian tidak terikat
dengan aturan yang diterapkan dan tidak menetap di peternakan.
3. Tenaga Kerja harian Lepas dan Kontrak
Tenaga kerja harian lepas dan kontrak hanya bekerja untuk menyelesaikan
pekerjaan sementara, sehingga sudah tidak ada ikatan jika telah menyelesaikan
pekerjaannya. Tenaga kerja semacam ini banyak digunakan pada saat kegiatan
panen ayam broiler berlangsung.
19
Pada pola kemitraan sewa kandang dan peralatan, peternak tidak perlu
mengeluarkan modal untuk menyediakan kandang dan peralatannya. Pada
kemitraan pola investor, pemilik modal dapat memberikan modalnya kepada
peternak untuk membeli tanah dan membuat kandang (tanah dan kandang tetap
menjadi milik investor).
Menurut Christiawan (2002), pola kemitraan seperti yang dikembangkan
pada penelitiannya, yaitu PT Mitra Asih Abadi melalui peternakan inti rakyat
(PIR), merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan anatara pihak
inti (perusahaan) dan plasma (peternak). Pola PIR yang diterapkan oleh PT Mitra
Asih Abadi meliputi penyediaan sarana produksi peternakan oleh perusahaan inti,
seperti DOC, pakan, obat/vaksin, pemberian jaminan pemasaran hasil produksi
peternak dengan harga garansi, dan pemberian bimbingan teknis dan pengawasan
secara kontinyu kepada peternak plasma. Manfaat yang dapat diperoleh dari pola
usaha kemitraan adalah dapat menciptakan lapangan kerja baru, menciptakan
keadilan dan pemerataan pendapatan bagi peternak plasma, dapat menciptakan
harga jual ayam broiler yang ideal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dan
dapat meminimalisasi risiko yang dihadapi oleh peternak, seperti risiko produksi,
risiko pemerolehan dan harga beli input, dan risiko harga penjualan ayam broiler.
2.4.
menurut Maulana (2008) terbagi menjadi tiga skala. Pada skala I (2.500 4.999
ekor), tingkat pendapatan sebesar Rp 435,85 per kilogram bobot hidup. Pada
peternak dengan skala II (5.000 13.999 ekor) memperoleh pendapatan sebesar
Rp 388,59 per kilogram bobot hidup, sedangkan pada peternak skala III (14.000
37.000 ekor) memperoleh pendapatan sebesar Rp 580,96 per kilogram bobot
hidup. Nilai R/C tertinggi diperoleh peternak skala III, yaitu sebesar 1,07 yang
mengindikasikan bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan, maka peternak
akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,07. Hal ini mengindikasikan bahwa
para peternak plasma memperoleh keuntungan dari usahaternak ayam broiler
yang dijalankannya.
Usahaternak ayam broiler memang memiliki potensi untuk meningkatkan
tingkat pendapatan para peternak. Namun, hasil analisis risiko yang dilakukan
21
oleh Aziz (2009) pada peternakan ayam broiler di Desa Tapos, menghasilkan nilai
expected return sebesar Rp 5.768.199,00, yang menggambarkan bahwa
pendapatan bersih yang diharapkan dapat diperoleh peternak pada waktu
mendatang adalah sebesar Rp 5.768.199,00 (cateris paribus). Nilai standard
deviation yang diperoleh adalah sebesar Rp 10.095.088,00, mencerminkan bahwa
risiko yang dihadapi pada setiap periode produksi mendatang adalah sebesar
Rp 10.095.088,00 (cateris paribus). Nilai coefficient variation yang diperoleh
sebesar 1,75 menunjukkan bahwa risiko yang ditanggung oleh peternakan ayam
broiler tersebut adalah sebesar 175 persen dari setiap return yang diterima (cateris
paribus). Hal ini mengindikasikan bahwa usahaternak ayam broiler menghadapi
risiko yang cukup besar sehingga harus ditangani oleh peternak.
Menurut Aziz (2009), risiko-risiko yang berpengaruh langsung terhadap
pendapatan peternakan ayam broiler di Desa Tapos meliputi risiko harga, risiko
produksi, dan risiko sosial. Manajemen risiko yang diterapkan oleh peternakan
tersebut meliputi manajemen risiko harga, manajemen risiko produksi, dan
manajemen risiko sosial. Manajemen risiko harga yang diterapkan adalah dengan
melakukan proses pemanenan pada saat waktu yang tepat. Manajemen risiko
produksi yang diterapkan adalah melalui proses persiapan kandang, proses
budidaya, dan proses pemanenan, guna mengurangi tingkat mortalitas.
Manajemen risiko sosial yang diterapkan adalah dengan melibatkan partisispasi
masyarakat sekitar dalam kegiatan produksi, seperti dengan perekrutan pekerja
dari masyarakat sekitar, pemberian biaya sosial, dan kontribusi dalam kegiatan
sosial dalam bentuk kerja bakti.
Risiko harga seringkali terjadi pada usahaternak ayam broiler, baik yang
terjadi pada harga sarana produksi ternak maupun harga jual ayam broiler. Salah
satu risiko harga sarana produksi ternak yang cukup mempengaruhi kelangsungan
usahaternak ayam broiler adalah terjadinya fluktuasi harga DOC. Menurut Siregar
(2009), pola pergerakan harga DOC dipengaruhi oleh kondisi penawaran dan
permintaan di pasar. Berdasarkan hasil analisis GARCH, risiko harga DOC ayam
broiler dipengaruhi oleh volalitas dan varian harga DOC broiler pada periode
sebelumnya dengan tanda positif. Hal ini mengindikasikan bahwa jika terjadi
peningkatan harga DOC broiler pada periode sebelumnya, maka akan
22
meningkatkan risiko harga DOC broiler pada periode berikutnya. Menurut Siregar
(2009), persentase besarnya risiko harga DOC yang dihadapi oleh PT Sierad
Produce Tbk, selaku perusahaan penghasil DOC, adalah sebesar 14,53 persen,
sedangkan risiko harga DOC layer hanya sebesar 7,70 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa PT Sierad Produce Tbk menghadapi tingkat risiko harga
DOC broiler yang lebih tinggi dibandingkan dengan risiko harga DOC layer.
Siregar (2009) menyatakan, strategi yang dilakukan oleh PT Sierad
Produce Tbk dalam mengatasi risiko harga DOC adalah dengan melakukan
pemusnahan DOC dan telur tetas, seta menjual DOC dengan harga yang lebih
murah jika terjadi kelebihan produksi. Namun, Siregar (2009) menganggap
strategi ini belum tepat karena dapat menimbulkan biaya baru sihingga belum
mampu menstabilkan harga jual DOC PT Sierad Produce Tbk. Menurut Siregar
(2009), PT Sierad Produce Tbk dapat menerapkan strategi untuk mengatasi risiko
harga DOC dengan melakukan perencanaan produksi dan penjualan dengan
menganalisis pola harga jual DOC secara rutin dan menjadikan harga jual DOC
pada periode sebelumnya sebagai dasar untuk memprediksi harga jual DOC pada
periode selanjutnya. Selain itu, PT Sierad Produce Tbk dapat meningkatkan
kemitraan dengan para peternak sehingga dapat melakukan pencatatan data
permintaan DOC.
Menurut Solihin (2009), risiko produksi pada usahaternak ayam broiler
disebabkan oleh adanya perubahan cuaca, wabah penyakit, dan kualitas sarana
produksi ternak, sedangkan risiko harga diakibatkan adanya fluktuasi harga sarana
produksi ternak yang cenderung terus meningkat pada setiap periode produksi.
Fluktuasi harga juga terjadi pada harga jual ayam broiler di pasaran. Berdasarkan
hasil analisis risiko yang dilakukan Solihin (2009) di CV AB Farm, nilai
Coefficient Variation yang diperoleh adalah sebesar -2,63 persen. Artinya, setian
Rp 1,00 return yang diperoleh CV AB Farm akan menghasilkan risiko sebesar Rp
2,63. Nilai batas bawah pendapatan yang diperoleh CV AB Farm adalah sebesar
-Rp 111.107.708,00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan risiko
terendah atau kerugian terendah yang dialami CV AB Farm pada setiap periode
mendatang adalah sebesar Rp 111.107.708, cateris paribus. Indeks Prestasi
Produksi rata-rata yang diperoleh selama tujuh periode produksi adalah 203 yang
23
klinis,
memperketat
biosecurity,
memperbaiki
manajemen
24
25
Tujuan
Menganalisis mekanisme
Analisis
kemitraan inti-plasma,
Deskriptif,
mengetahui manajemen
Analisis
ternak
Pendapatan, dan pemeliharaan
kemitraan inti-plasma,
Analisis R/C
menghitung pendapatan
dan nilai R/C peternak
plasma.
Muhammad
Lucky
Maulana
(2008)
Analisis Pendapatan
Peternak Ayam Ras
Pedaging
Pola
Kemitraan Inti-Plasma
(Studi Kasus Peternak
Plasma dari Tunas
Mekar
farm
di
Kecamatan Nanggung
Kabupaten
Bogor,
Jawa Barat)
Faishal
Abdul Aziz
(2009)
Yusni
Rahmadani
Siregar
(2009)
Muhamad
Solihin
(2009)
risiko
Risiko Prooduksi dan Analisis Risiko Menganalisis
dan
risiko
Analisis produksi
Harga
serta dan
harga,
menganalisis
Pengaruhnya terhadap Deskriptif
tigkat
pendapatan,
Pendapatan peternakan
menganalisis pengaruh
Ayam Broiler CV AB
risiko
terhadap
Farm
Kecamatan
pendapatan,
Bojonggentengmenganalisis alternatif
Sukabumi
strategi
menghadapi
risiko
produksi
dan
risiko harga.
Bona Pinto
(2011)
Analisis
Risiko Analisis
dan
Produksi
pada Deskriptif
Peternakan
Ayam Analisis Risiko
Broiler Milik Bapak
Restu
di
Desa
Cijayanti, Kecamatan
Babakan
Madang,
Kabupaten Bogor
Analisis
Kualitatif
dan
Analisis Risiko
Model ARCHGARCH
dan
Perhitungan VaR
(Value at Risk)
Menganalisis
risiko
harga DOC layer dan
broiler,
menganalisis
alternatif strategi risiko
harga.
Mengidentifikasi
sumber-sumber
risiko
produksi, menganalisis
besarnya probabilitas dan
dampak risiko produksi,
dan
menganalisis
alternatif strategi yang
diterapkan
untuk
mengatasi
risiko
produksi yang dihadapi.
26
Djohanputro
(2008)
membandingkan
antara
risiko
dan
28
sedang berlaku pada periode waktu tertentu seperti, inflasi, resesi, tingkat suku
bunga, dan nillai tukar domestik terhadap mata uang asing.
3.1.2. Sikap dalam Menghadapi Risiko
Setiap investor memiliki sikap yang berbeda dalam melakukan
pengambilan keputusan terhadap usaha yang akan dijalankannya. Menurut Render
dan Stair diacu dalam Fahmi (2010), terdapat tiga kelompok sikap investor dalam
menghadapi risiko berdasarkan konsep marginal utilitas, diantaranya adalah Risk
Averters, Risk Lovers, dan Risk Neutral.
Utility
Risk Averters
Risk Neutral
Risk Lovers
Income
Gambar 3.
29
Risk Lovers atau Risk Seeking terdiri dari kelompok investor yang
menyenangi risiko. Menurut Fahmi (2010), bagi kelompok ini semakin tinggi
risiko yang dihadapi, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi.
Menurut Sofyan (2005), kelompok ini memiliki preferensi terhadap risiko yang
lebih tinggi dibandingkan Risk averters dan biasanya memiliki sikap yang sangat
optimis. Risk Lovers memiliki fungsi utilitas yang berbentuk cembung, yang
menggambarkan bahwa marginal utilitas akan selalu meningkat untuk setiap
tambahan biaya yang dikeluarkan.
Menurut Sofyan (2005), Risk Neutral terdiri dari kelompok investor yang
tidak peduli terhadap risiko. Fungsi utilitas yang dimiliki oleh kelompok Risk
Neutral berupa garis tegak lurus yang sesuai dengan ekspektasi labanya.
3.1.3. Konsep Manajemen Risiko
Secara umum, manajemen risiko merupakan upaya yang dilakukan untuk
mengendalikan risiko, sehingga dapat memperkecil kemungkinan maupun
dampak yang ditimbulkan oleh risiko yang dihadapi. Menurut Kountur (2004),
manajemen risiko merupakan berbagai cara yang digunakan oleh manajemen
untuk menangani berbagai persoalan yang disebabkan oleh adanya risiko,
sehingga perusahaan dapat memperoleh berbagai manfaat, yaitu menjamin
pencapaian
tujuan,
memperkecil
kemungkinan
terjadinya
kebangkrutan,
30
Evaluasi
Output
Identifikasi Risiko
Daftar Risiko
Pengukuran Risiko
1. Peta Risiko
2. Status Risiko
Penanganan Risiko
Gambar 4.
Penanganan Risiko
31
kemungkinan
terjadinya
suatu
risiko,
pengukuran
dampak
(konsekuensi) yang ditimbulkan oleh suatu risiko, dan mengetahui status dan peta
risiko. Besar kecilnya kemungkinan terjadinya suatu risiko dapat ditentukan
dengan menggunakan metode distribusi ataupun metode aproksimasi. Kountur
(2004) pun menyatakan bahwa dampak (konsekuensi) yang ditimbulkan oleh
suatu risiko umumnya bersifat merugikan, sehingga dapat diukur berdasarkan
jenis kerugiannya yaitu kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian
langsung merupakan dampak yang langsung diderita akibat terjadinya suatu
risiko, sedangkan kerugian tidak langsung merupakan dampak yang secara tidak
langsung diderita akibat terjadinya suatu risiko.
Menurut Djohanputro (2008), pengukuran suatu risiko terdiri dari
penentuan national amount, sentsitivitas, volalitas, dan penyimpangan bawah.
National amount merupakan tahap menentukan batas atas besarnya nilai yang
menghadapi risiko. Ukuran sensitivitas mengukur berapa dampak yang diterima
oleh suatu variabel apabila dipengaruhi oleh faktor penentu lain yang mengalami
perubahan. Dampak tersebut dapat berupa akibat dari perubahan parameter
32
dengan skala kecil maupun akibat dari perubahan lain yang memberikan dampak
yang berbeda. Volalitas merupakan analisis yang mengukur seberapa besar tingkat
harga, tingkat pengembalian, ataupun variabel lain dari suatu aset dapat
berfluktuasi. Semakin tinggi fluktuasi yang terjadi, maka akan semakin tinggi pula
tingkat risikonya. Penyimpangan bawah memiliki dua pengertian yaitu berupa
besarnya dampak negatif yang berupa tidak tercapainya hasil yang diharapakan
(expected return), maupun sebagai Value at Risk (VaR) yang mengukur kerugian
maksimum yang dapat terjadi dengan tingkat keyakinan tertentu.
Menurut Sunaryo (2009), salah satu ukuran risiko yang lazim adalah
simpangan baku (standard deviation). Simpangan baku merupakan akar kuadrat
dari varian (variance), dari tingkat keuntungan/kerugian yang diperoleh. Selain
itu, Fahmi (2010) menyatakan bahwa untuk melengkapai perhitungan risiko agar
lebih komperhensif khususnya jika penyebaran hasil yang diharapkan (expected
return) sangat besar, maka perlu digunakan perhitungan tambahan yaitu koefisien
variasi (coefficient variation). Koefisien variasi dapat dihitung dengan membagi
angka perolehan dari standar deviasi dengan hasil yang diharapkan.
3.1.5. Analisis Pendapatan Usahaternak Ayam Broiler
Pendapatan usahatani dibedakan atas pendapatan kotor dan pendapatan
bersih. Menurut Soekartawi et al (1986), pendapatan kotor usahatani merupakan
nilai produk total usahatani yang dijual ataupun yang tidak dijual dalam jangka
waktu tertentu, sedangkan pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara
pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Soekartawi et al
(1986) juga mendefinisikan pengeluaran total usahatani sebagai nilai semua
masukan yang dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja
keluarga yang digunakan oleh petani.
Pendapatan usahaternak ayam broiler dapat diukur dari tingkat
produktivitas, yang tercermin dari tingkat mortalitas ayam broiler yang dihasilkan
pada setiap periode produksi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas ayam broiler
dapat mempengaruhi total hasil produksi dan keuntungan yang diperoleh.
Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh peternak ayam broiler, antara
33
lain prestasi produksi, harga sarana produksi peternakan, harga jual ayam broiler,
dan pencurian.
3.2.
memiliki waktu budidaya yang relatif singkat dibandingkan jenis usahaternak lain.
Selain itu, konsumsi daging ayam broiler di kalangan masyarakat pun cenderung
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Peternakan Bapak Maulid adalah sebuah peternakan plasma yang
membudidayakan ayam broiler di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit
Baru, Kota Palembang. Peternakan Bapak Maulid baru berdiri pada bulan
Desember tahun 2010 lalu. Dalam menjalankan usahaternak ayam broiler,
Peternakan Bapak Maulid mengalami fluktuasi tingkat mortalitas ayam broiler
sehingga terjadi penyimpangan antara hasil produksi aktual dengan standar hasil
produksi yang seharusnya dapat dicapai pada setiap periode produksi. Bentuk
penyimpangan tersebut mengindikasikan bahwa Peternakan Bapak Maulid
menghadapi risiko produksi dalam menjalankan usahaternak ayam broiler.
Risiko-risiko produksi tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil produksi ayam
broiler Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan analisis risiko produksi yang dihadapi, sehingga dapat dihasilkan
alternatif strategi bagi Peternakan Bapak Maulid dalam menghadapi risiko.
Risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid dianalisis
dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis risiko. Analisis deskriptif
digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi. Analisis risiko
produksi yang digunakan pada penelitian ini meliputi analisis hasil yang
diharapkan (expected return), analisis varian (variance), analisis simpangan baku
(standard deviation), analisis koefisien variasi (coefficient variation), analisis
metode nilai standar (z-score), dan analisis metode Value at Risk (VaR). Analisis
risiko hasil yang diharapkan, analisis varian, analisis simpangan baku, dan analisis
koefisien variasi digunakan uuntuk mengukur tingkat risiko produksi berdasarkan
tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode
produksi pengamatan. Analisis metode nilai standar (z-score) digunakan untuk
mengetahui besarnya tingkat probabilitas (peluang) sumber-sumber risiko
34
Identifikasi
Sumber-sumber Risiko
Produksi
Analisis Ukuran,
Tingkat Probabilitas, dan
Dampak Risiko Produksi
35
IV METODE PENELITIAN
4.1.
sekunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan Bapak
Maulid selaku pemilik peternakan, yang berperan dalam mengatur sistem
manajemen peternakan yang meliputi manajemen produksi, manajemen keuangan,
dan manajemen sumberdaya manusia. Selain itu, data primer juga diperoleh dari
karyawan-karyawan di Peternakan Bapak Maulid, yang berperan langsung dalam
membudidayakan dan melakukan kegiatan pemanenan ayam broiler, dan
pengawas lapangan (field controller) dari PT SUC yang bertugas mengawasi
kegiatan budidaya ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid. Data primer yang
diperoleh meliputi keadaan umum Peternakan Bapak Maulid, kegiatan
usahaternak ayam broiler Peternakan Bapak Maulid, dan manajemen risiko yang
telah diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Data primer tersebut diperoleh
dari hasil wawancara, diskusi, dan observasi selama berada di lokasi penelitian.
Data primer juga diperoleh dari PT SUC sebagai pihak inti, melalui
observasi terhadap mekanisme pengawasan produksi oleh pihak PT SUC di
Peternakan Bapak Maulid. Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan
wawancara dan diskusi dengan bantuan kuesioner kepada pihak PT SUC, terkait
dengan mekanisme pengawasan yang telah dilakukan di Peternakan Bapak
Maulid.
Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah data produksi
ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid yang meliputi data upah dan gaji
karyawan, data penggunaan pakan dan obat-obatan, data kematian ayam broiler
dan data penjualan. Data sekunder pun diperoleh dari PT SUC berupa data standar
bobot ayam broiler, data standar FCR (Food Convertion Ratio) dan data harga
garansi. Data sekunder yang digunakan merupakan data yang terkumpul selama
tujuh periode produksi pengamatan yaitu pada tanggal 7 Januari 2011 26
November 2011.
4.3.
Metode Analisis
Data primer dan sekunder yang diperoleh dijadikan sebagai ukuran pada
penelitian ini. Data primer dan sekunder tersebut diolah dengan menggunakan
beberapa metode analisis sesuai dengan tujuan penelitian.
Berdasarkan Tabel 8, metode analisis yang digunakan pada penelitian ini
adalah analisis deskriptif, analisis pendapatan, dan analisis risiko. Analisis
deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian pertama dan keempat,
yaitu mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber risiko produksi, serta
menganalisis alternatif-alternatif strategi risiko produksi yang dapat diterapkan
oleh Peternakan Bapak Maulid. Analisis pendapatan dan analisis risiko digunakan
untuk menjawab tujuan penelitian kedua, yaitu menganalisis tingkat risiko
produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. Selain itu, analisis risiko
juga digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ketiga yaitu menganalisis
tingkat probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi
oleh Peternakan Bapak Maulid. Jenis data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu
data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi,
37
Metode
Analisis
1.
Mengidentifikasi dan
menganalisis sumbersumber risiko produksi
yang dihadapi oleh
Peternakan Bapak
Maulid
Kualitatif
Wawancara,
diskusi,
kuesioner,
observasi
Analisis
Deskriptif
2.
Menganalisis tingkat
risiko produksi yang
dihadapi oleh
Peternakan Bapak
Maulid
Kuantitatif
Laporan biaya
dan penerimaan
selama tujuh
periode produksi
pengamatan
Analisis
Risiko
3.
Menganalisis tingkat
Kuantitatif
probabilitas dan dampak
sumber-sumber risiko
produksi yang dihadapi
oleh Peternakan Bapak
Maulid
Laporan
produksi periode
pengamatan
Analisis
Risiko
4.
Wawancara,
diskusi,
kuesioner,
observasi
Analisis
Deskriptif
Kualitattif
38
yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Selain itu, analisis
deskriptif juga digunakan untuk mengetahui gambaran umum Peternakan Bapak
Maulid dan menganalisis manajemen risiko produksi yang telah diterapkan.
Identifikasi dan analisis risiko produksi dilakukan untuk mengetahui sumbersumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. Analisis
manajemen risiko produksi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas dari
manajemen produksi yang telah diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid.
Evaluasi tersebut dilakukan dengan membandingkan tingkat mortalitas ayam
broiler pada setiap periode produksi. Analisis alternatif-alternatif strategi
manajemen risiko produksi dilakukan berdasarkan hasil dari pemetaan risiko dan
disesuaikan dengan manajemen risiko produksi yang telah diterapkan oleh
Peternakan Bapak Maulid.
4.3.2. Analisis Pendapatan
Soekartawi (2006) menyatakan bahwa analisis pendapatan usahatani dapat
dilakukan secara parsial maupun keseluruhan (whole-farm analysis). Analisis
parsial dilakukan pada satu cabang usahatani, sedangkan analisis secara
keseluruhan dilakukan pada semua cabang usahatani. Analisis parsial terdiri dari
analisis tabel, analisis R/C, B/C, NPV, dan IRR, serta analisis Biaya Sumberdaya
Domestik (BSD). Analisis pendapatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu
analisis Return Cost Ratio (R/C), karena jenis analisis ini dapat menggambarkan
tingkat pendapatan Peternakan Bapak Maulid yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Analisis pendapatan R/C digunakan untuk mengetahui tingkat
pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode
produksi pengamatan.
Menurut Soekartawi (2006), analisis R/C merupakan perbandingan antara
total penerimaan dan total biaya. Secara matematis, analisis R/C dapat
dirumuskan sebagai berikut :
R
C
Keterangan:
R
= Penerimaan/Revenue (Rupiah)
= Biaya/Cost (Rupiah)
39
Siahaan
(2009),
expected
return
merupakan
tingkat
pengembalian atau hasil yang diharapkan oleh investor atas aset atau investasinya.
Expected return diperoleh dari jumlah perkalian antara peluang kejadian dengan
hasil (return) dalam bentuk total pendapatan bersih yang diperoleh Peternakan
Bapak Maulid setiap periode produksi. Satu periode produksi adalah waktu yang
dibutuhkan oleh Peternakan Bapak Maulid untuk melakukan budidaya ayam
broiler, yaitu pada saat DOC broiler tiba hingga ayam broiler siap untuk dipanen.
Jumlah periode produksi yang diamati adalah sebanyak tujuh periode, yaitu pada
bulan tanggal 7 Januari 2011 26 November 2011. Secara matematis, expected
return dirumuskan sebagai berikut :
n
E(R)i =
(P)i (R)i
i=1
40
Keterangan:
E(R)i = Nilai ekspektasi (Rupiah)
Pi
kejadian yang berbeda, sehingga terdapat tujuh kejadian berbeda yang diamati.
Akibatnya, jumlah peluang dari setiap kejadian yang dihadapi oleh Peternakan
Bapak Maulid bernilai sama. Dengan demikian, nilai expected return dihitung
berdasarkan nilai rata-rata dari pendapatan bersih yang diperoleh Peternakan
Bapak Maulid selama tujuh periode produksi, atau dirumuskan sebagai berikut :
n1 Ri
E(R)i =
n
Keterangan:
E(R)i = Nilai ekspektasi return (Rupiah)
Ri
2.
Ragam (Variance)
Menurut Sofyan (2005), variance mengukur penyebaran dari penerimaan
yang berada di sekitar nilai rata-rata. Semakain kecil nilai variance, maka semakin
kecil penyimpangan yang terjadi sehingga risiko yang dihadapi semakin kecil.
Sebaliknya semakain besar nilai variance, maka semakin besar penyimpangan
yang terjadi sehingga risiko yang dihadapi pun akan semakin besar. Nilai variance
dapat dirumuskan sebagai berikut :
n
Variance
()2i =
Keterangan:
2i
pij
41
Rij
Maulid bernilai sama karena Peternakan Bapak Maulid mengalami tujuh kejadian
yang berbeda, sehingga nilai variance dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut :
2i =
Keterangan:
2i
Rij
= Return (Rupiah)
dari varian yang telah diperoleh. Makna dari simpangan baku sama halnya
denggan varian. Semakin kecil nilai simpangan baku, maka semakin rendah risiko
yang dihadapi. Sebaliknya semakin besar nilai simpangan baku yang diperoleh,
mengindikasikan semakin besar risiko yang dihadapi. Simpangan dapat diperoleh
dengan rumus berikut :
Simpangan Baku ()i =
()2i
Keterangan :
= Varian atau ragam dari return (Rupiah)
= Simpangan baku atau standar deviasi (Rupiah)
4.
Coefficient Variation
Siahaan (2009) menyatakan bahwa risiko perlu dibandingkan dengan
tingkat return yang diharapkan. Semakin kecil nilai coefficient variation, maka
semakin rendah risiko yang dihadapi. Secara matematis, pengukuran coefficient
variation dirumuskan sebagai berikut :
CV=
i
E(R)i
42
Keterangan :
CV = Coefficient Variation
i
xi
= Jumlah data
b.
ni=1 xi - x
n-1
Keterangan :
s
xi
= Jumlah data
c.
Menghitung z-score
Nilai standar (z-score) diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
z
x
s
Keterangan :
z
menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kiri dari nilai rata-rata pada
kurva distribusi normal. Apabila nilai z-score yang diperoleh bertanda positif,
maka menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kanan dari nilai ratarata pada kurva distribusi normal.
d.
telah diperoleh ke dalam Tabel distribusi normal (Tabel distribusi Z). Nilai yang
diperoleh pada Tabel distribusi normal selanjutnya dikalikan dengan 100 persen
untuk memperoleh persentase tingkat probabilitas dari sumber-sumber risiko
produksi.
6.
menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Menurut J.P. Morgan dalam Sunaryo
(2009), Value at Risk (VaR) dapat digunakan sebagai alat ukur risiko.
Djohanputro (2008) pun menyatakan bahwa nilai yang dihasilkan dari Value at
Risk (VaR) menggambarkan tingkat kerugian maksimum yang dapat diderita
selama periode tertentu dengan tingkat keyakinan (confidence level) tertentu.
Artinya, terdapat kemungkinan sebesar persentase tingkat keyakinan bahwa
kerugian yang diderita lebih besar dari nilai VaR yang dihasilkan.
44
s
n
dimana
s
ni=1 xi - x
n-1
Keterangan :
VaR = Value at Risk (Rupiah)
x
xi
7.
Peta Risiko
Menurut Kountur (2008), peta risiko terdiri dari dua sumbu yaitu sumbu
45
Probabilitas (%)
Besar
Kuadran I
Kuadran II
Kuadran III
Kuadran IV
Kecil
Kecil
Gambar 6.
Besar
Dampak (Rp)
Peta Risiko
Sumber : Kountur (2008)
46
Probabilitas (%)
Besar
Kuadran I
Kuadran II
Kuadran III
Kuadran IV
Kecil
Kecil
Gambar 7.
Besar
Dampak (Rp)
47
49
tahun
2010
lalu,
dengan
modal
yang
dikeluarkan
sebesar
Rp 130.000.000,00 untuk membangun kandang, gudang, dan membeli peralatanperalatan yang diperlukan untuk budidaya ayam broiler. Bentuk kandang yang
digunakan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah kandang yang berbentuk
panggung dengan ketinggian kolong kandang sekitar dua meter. Tiang-tiang
kandang ditopang oleh kayu-kayu dolken yang berukuran besar, sedangkan lantai
kandang menggunakan bambu. Jenis atap yang digunakan adalah jenis atap dari
50
Pemilik Peternakan
Bapak Maulid
Kepala Kandang
Anak Kandang
Gambar 8.
52
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kualifikasi tenaga kerja tidak tetap sebagian
besar adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pengawas atau field
controller adalah lulusan Sarjana Peternakan dari Universitas Jambi.
5.2.
53
sikat dan selang air sepanjang 50 meter yang dihubungkan dengan sprayer.
Pencucian kandang meliputi bagian atas, dinding, dan lantai kandang. Pencucian
peralatan kandang meliputi pencucian tempat pakan, tempat minum, jaring, dan
tirai. Peralatan kandang yang telah dicuci selanjutnya direndam dengan deterjen
dan larutan desinfektan.
3. Pengapuran
Aktifitas pengapuran merupakan salah satu aktifitas yang dilakukan untuk
membasmi penyakit ataupun kuman yang melekat di kandang ayam broiler.
Jumlah kapur yang digunakan Peternakan Bapak Maulid setiap periode produksi
adalah senanyak 15 kilogram yang dilarutkan dengan air sebanyak 600 liter.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses pengapuran hingga mengering
adalah satu hari.
4. Penyemprotan
Setelah melakukan proses pengapuran, aktifitas selanjutnya yang
dilakukan di Peternakan Bapak Maulid adalah melakukan penyemprotan. Aktifitas
penyemprotan dilakukan untuk membasmi penyakit ataupun kuman yang masih
menempel di kandang maupun lingkungan di sekitar kandang. Penyemprotan
tersebut menggunakan larutan formalin dan larutan desinfektan. Larutan formalin
yang digunakan adalah sebanyak 7 liter untuk satu kali penyemprotan. Takaran
penggunaannya adalah 1 liter formalin dan 6 liter air, untuk satu kali
penyemprotan. Penyemprotan dengan larutan formalin dilakukan sebanyak tiga
kali. Setelah dilakukan penyemprotan dengan larutan formalin, tahap selanjutnya
adalah melakukan penyemprotan dengan larutan desinfektan. Penyemprotan
dengan larutan desinfektan tersebut dilakukan satu hari sebelum DOC tiba di
kandang.
5. Persiapan Peralatan Kandang
Beberapa peralatan kandang yang harus dipersiapkan sebelum DOC tiba di
kandang adalah alat pemanas, tempat pakan, tempat air minum, jaring, tirai, dan
sekat. Alat pemanas yang digunakan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah
gasolec yang berbahan bakar gas. Jumlah gasolec yang digunakan adalah
sebanyak 6 buah dan dipasang dengan ketinggian 125 sentimeter. Gasolec dapat
menghasilkan panas dengan suhu yang stabil, merata, tidak berbau, dan tidak
54
menimbulkan asap. Tempat pakan dan tempat air minum disesuaikan dengan
umur ayam broiler dan jumlah ayam broiler. Dengan kapasitas 6.000 ekor ayam
broiler pada tahap DOC, Peternakan Bapak Maulid menggunakan 120 baki
tempat pakan dan 96 buah tempat air minum.
Pemasangan jaring yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid
merupakan alternatif pengganti penggunaan sekam. Pemasangan sekam tidak
dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid karena diyakini dapat menyebabkan
perkembangbiakan penyakit. Penggunaan sekam sebagai alas lantai dapat
menyebabkan tumbuhnya jamur akibat terjadinya kelembaban pada sekam.
Pemasangan jaring disesuaikan dengan ukuran kandang Peternakan Bapak Maulid
yang ditebar di atas lantai kandang.
Pemasangan tirai dilakukan untuk mengatur sirkulasi udara dan cahaya
yang masuk ke kandang. Tirai yang digunakan adalah plastik terpal yang dipasang
dengan ketinggian 2 meter yang menempel pada dinding kandang. Pemasangan
tirai juga dilakukan hingga menutupi bagian kolong kandang untuk meningkatkan
suhu di dalam kandang, akibat penggunaan jaring sebagai alas lantai yang dapat
meningkatkan aliran sirkulasi udara sehingga suhu di dalam kandang menjadi
rendah. Untuk mempermudah pengontrolan aktifitas budidaya ayam broiler,
Peternakan Bapak Maulid memasang sekat yang terbuat dari kawat, setinggi 45
sentimeter di dalam kandang. Jumlah sekat yang dipasang adalah sebanyak 6
sekat, masing-masing sekat mengelompokkan ayam broiler sebanyak 1.000 ekor.
Setelah peralatan kandang dipersiapkan, tahap terakhir yang dilakukan adalah
melakukan sterilisasi kandang hingga DOC tiba.
5.2.2. Budidaya Ayam Broiler
Kegiatan budidaya ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid terdiri dari
budidaya tahap pemanasan dan budidaya tahap pembesaran.
1.
kondisi yang optimal sesuai dengan kebutuhan DOC dan untuk mendukung tahap
pertumbuhan ayam broiler. Budidaya pada tahap pemanasan dilakukan saat ayam
broiler berumur 0 14 hari. Budidaya pada tahap pemanasan yang dilakukan oleh
Peternakan Bapak Maulid meliputi aktivitas pemeriksaan kuantitas dan kualitas
55
DOC, pemberian air gula merah dan pakan pada DOC, menyalakan pemanas
gasolec, menggunakan penerangan lampu dan tirai, serta melakukan vaksinasi.
a.
antara jumlah DOC yang diterima dengan surat jalan yang tertera. Selain itu,
pemeriksaan tersebut juga dilakukan untuk memastikan kesesuaian bobot rata-rata
DOC yang tertera pada kotak dengan bobot rata-rata DOC yang diterima oleh
Peternakan Bapak Maulid. Kualitas DOC sangat mempengaruhi proses budidaya
ayam broiler pada setiap periode produksi. DOC yang berkualitas baik memiliki
laju pertumbuhan yang lebih cepat, lebih efisien dalam mengkonsumsi pakan, dan
lebih kebal terhadap serangan penyakit. DOC yang berkualitas rendah memiliki
laju pertumbuhan yang lebih rendah, lebih boros dalam mengkonsumsi pakan, dan
rentan terhadap serangan penyakit. DOC yang berkualitas baik memiliki bentuk
tubuh yang lebih besar yakni dengan bobot rata-rata sebesar 38 gram dan gerakan
yang lebih lincah. DOC yang diterima oleh Peternakan Bapak Maulid diperoleh
dari PT Vista Agung Kencana Farm.
Peternakan Bapak Maulid melakukan seleksi antara DOC yang berkualitas
baik dengan DOC yang berkualitas rendah. DOC yang berkualitas rendah
dipelihara di tempat yang terpisah dari DOC yang berkualitas baik. Selain
melakukan seleksi, Peternakan Bapak Maulid juga melakukan grading
berdasarkan jenis kelamin DOC dan bobot tubuh. Grading tersebut dilakukan
guna mempermudah proses penangkapan ayam broiler pada saat proses
pemanenan berlangsug, karena terdapat beberapa pedagang pengumpul yang
menginginkan ayam broiler berdasarkan jenis kelamin dan bobot tubuh tertentu.
DOC yang telah mengalami proses grading selanjutnya dipelihara secara terpisah
berdasarkan jenis kelamin dan bobot tubuh yang sama. DOC yang berjenis
kelamin jantan dan betina dipisahkan dengan menggunakan sekat-sekat yang telah
tersedia. DOC yang memiliki bobot tubuh yang lebih besar (36 38 gram)
dipelihara dalam sekat yang berbeda dengan DOC yang memiliki bobot tubuh
yang lebih kecil.
56
b.
Pemberian Air Gula Merah, Pakan, dan Air Minum pada DOC
Pemberian air gula merah dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid pada
saat DOC tiba di kandang. Pemberian air gula merah tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh DOC setelah menempuh perjalanan. Takaran air
gula merah yang digunakan adalah sebanyak 12 kilogram gula merah yang
dilarutkan dalam 600 liter air. Pemberian pakan juga dilakukan agar DOC
memperoleh nutrisi yang cukup untuk menggantikan jumlah kalori yang hilang
selama menempuh perjalanan. Pemberian pakan dilakukan secara sedikit demi
sedikit karena ukuran tembolok DOC yang masih kecil. Pakan yang diberikan
pada saat ayam broiler berumur 0 7 hari merupakan pakan starter bermerek
S10, sedangkan pada umur 11 14 hari menggunakan pakan bermerek H11, yang
diperoleh dari PT Vista Grain. Pemeberian air minum pada saat ayam broiler
berumur 0 5 hari dilakukan secara manual. Pada saat ayam broiler berumur 6
hari hingga memasuki masa panen, pemberian air minum dilakukan secara
otomatis, yakni setiap tempat air minum dihubungkan dengan selang-selang yang
langsung terhubung dengan tempat penampungan air di dalam kandang.
c.
ayam broiler berumur 0 10 hari. Pada usia tersebut, ayam broiler membutuhkan
suhu layaknya berada di dalam pengeraman induknya. Pada saat umur 0 3 hari,
pemanasan dengan gasolec dilakukan sepanjang hari. Hal ini dikarenakan ayam
broiler membutuhkan panas yang lebih banyak pada periode umur tersebut akibat
bulu tubuh yang belum terlalu banyak tumbuh. Pada umur 4 10 hari, pemanasan
hanya dilakukan pada saat sore hingga pagi hari.
d. Menggunakan Penerangan Lampu dan Tirai
Peternakan Bapak Maulid menggunakan penerangan lampu dan tirai untuk
menghasilkan panas yang lebih optimal di dalam kandang. Lampu didekatkan
dengan ayam broiler karena cahaya lampu yang dihasilkan dapat digunakan untuk
membantu menghasilkan panas. Selain itu, penggunaan cahaya lampu tersebut
juga dimaksudkan untuk membuat anak ayam menjadi lebih terangsang untuk
makan lebih banyak.
57
Pada saat memasuki tahap pemanasan, tirai dipasang menjadi dua lapisan
yaitu lapisan tirai yang berada di dalam kandang dan lapisan tirai yang berada di
luar kandang. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan panas yang lebih optimal
bagi ayam boiler. Pemasangan tirai di luar kandang dilakukan dengan rapat
hingga menutupi dinding dan kolong kandang. Pemasangan tirai yang menutupi
kolong kandang bertujuan untuk menahan terpaan angin dan menjaga kehangatan
di dalam kandang. Pemasangan tirai di dalam kandang dan tirai di luar kandang
yang menutupi kolong kandang, dilakukan hingga ayam broiler berumur 14 hari.
Pemasangan tirai di dinding kandang dilakukan untuk mengatur sirkulasi udara di
dalam kandang. Tirai tersebut dapat dinaikkan ataupun diturunkan, sesuai dengan
kondisi cuaca.
e. Melakukan Vaksinasi
Vaksinasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh Peternakan Bapak
Maulid guna mencegah terjadinya serangan penyakit pada ayam broiler. Terdapat
dua jenis vaksin yang digunakan oleh Peternakan Bapak Maulid, yaitu vaksin
Newcastle Disease (ND) dan vaksin Gumboro. Pemberian vaksin ND dilakukan
pada saat ayam broiler berumur 5 atau 6 hari, sedangkan pemberian vaksin
Gumboro dilakukan pada saat ayam broiler berumur 13 hari. Pemberian vaksin di
Peternakan Bapak Maulid dilakukan melalui penyuntikan dan pencampuran
dengan air minum. Vaksin ND diberikan melalui penyuntikan bagian leher ayam
broiler, sedangkan vaksin Gumboro diberikan melalui pencampuran dengan air
minum.
2.
tingkat
mortalitas,
dan
untuk
meningkatkan
keseragaman
pertumbuhan ayam broiler. Budidaya pada tahap pembesaran dilakukan pada saat
ayam broiler berumur 15 hari hingga memasuki tahap pemanenan. Budidaya
ayam broiler pada tahap pembesaran yang dilakukan oleh Peternakan Bapak
Maulid meliputi :
58
59
61
37
Hujan
II
37
Kemarau
III
36
Kemarau
IV
36
Kemarau
36
Kemarau
VI
35
Kemarau
VII
34
Hujan
Total
Budidaya
(Ekor)
Jumlah Kematian
Sumber Risiko Produksi Ayam Broiler
Ayam
Broiler Afkir
Ekor
Serangan
Penyakit
Ekor
Total
Kematian
(Mortalitas)
Kondisi
Cuaca
Ekor
Ekor
5.000
20
0,40
73
1,46
93
1,86
II
6.000
22
0,37
22
0,37
III
6.000
25
0,42
113
1,88
138
2,30
IV
6.000
39
0,65
46
0,77
85
1,42
6.000
71
1,18
131
2,18
202
3,37
VI
5.700
50
0,88
36
0,63
118
2,07
204
3,58
VII
6.000
56
0,93
119
1,98
275
4,58
450
7,50
63
yang afkir, terjadi serangan penyakit Gumboro, dan menghadapi musim kemarau
dengan suhu yang cukup tinggi sehingga mempengaruhi kondisi tubuh ayam
broiler.
1. Ayam Broiler yang Afkir
Kualitas DOC (Day Old Chick) sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
daya tahan tubuh ayam broiler. Ayam broiler afkir di Peternakan Bapak Maulid
terdiri dari ayam broiler yang kerdil dan ayam broiler yang cacat. Ayam broiler
yang kerdil cenderung membutuhkan pakan dalam jumlah yang lebih banyak.
Namun, hal ini tidak mempengaruhi pertambahan bobot ayam broiler, sehingga
total biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid menjadi
semakin tinggi.
Ayam broiler yang afkir akibat kualitas DOC yang rendah dihitung
sebagai ayam broiler yang sudah mati oleh pihak PT SUC. Ayam broiler yang
cacat tidak dipelihara oleh Peternakan Bapak Maulid, sehingga dihitung sebagai
ayam broiler yang sudah mati. Namun, sebagian dari ayam broiler yang kerdil
masih tetap dipelihara secara khusus oleh Peternakan Bapak Maulid. Hal ini
dikarenakan ayam broiler tersebut masih mengalami pertumbuhan walaupun
dengan laju pertumbuhan yang lebih lambat. Beberapa ekor ayam broiler afkir
yang sudah mencapai bobot tubuh yang normal, selanjutnya dijual oleh
Peternakan Bapak Maulid kepada pedagang pengumpul.
Berdasarkan Tabel 10, Peternakan Bapak Maulid memperoleh ayam
broiler afkir sebanyak 283 ekor selama tujuh periode produksi atau rata-rata
sebanyak 40 ekor setiap periode produksi. Pada periode produksi II, Peternakan
Bapak Maulid memperoleh ayam broiler afkir dalam jumlah yang paling sedikit
yaitu sebanyak 22 ekor. Menurut Bapak Maulid, pada periode produksi tersebut
peternakannya memperoleh DOC yang berkualitas cukup baik. Jumlah ayam
broiler afkir terbanyak diterima oleh Peternakan Bapak Maulid pada periode
produksi V yaitu sebanyak 71 ekor.
2. Serangan Penyakit
Serangan penyakit sangat mempengaruhi kelangsungan budidaya ayam
broiler. Jenis penyakit yang pernah menyerang ayam broiler di Peternakan Bapak
Maulid selama periode pengamatan meliputi Kolibasilosis dan Gumboro. Penyakit
64
65
15.500
9.018,0
1,718
II
18.900
11.056,5
1,709
III
15.350
9.462,5
1,622
IV
14.950
9.796,0
1,526
15.700
9.873,5
1,590
VI
14.750
9.414,0
1,566
VII
13.750
8.115,5
1,694
15.557,142
9.533,714
1,632
Rata-rata
digunakan dan besarnya jumlah bobot hidup ayam broiler yang dipanen pada
setiap periode produksi. Pada periode produksi I VI, nilai FCR yang dihasilkan
oleh Peternakan Bapak Maulid masih berada di bawah standar nilai FCR PT SUC
(Lampiran 4). Namun, pada periode produksi VII, terjadi ketidakefisienan
penggunaan pakan. Nilai FCR yang dihasilkan pada periode produksi VII berada
di atas nilai FCR standar yang ditetapkan oleh PT SUC. Pada periode produksi
VII, bobot rata-rata akhir ayam broiler yang dihasilkan adalah hanya sebesar 1,46
kilogram per ekor (Lampiran 2). Pada bobot rata-rata tersebut, nilai FCR yang
dihasilkan Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 1,694, yang berada di atas
standar FCR PT SUC yaitu sebesar 1,641. Penggunaan pakan yang tidak efisien
pada periode produksi VII disebabkan oleh tingginya tingkat mortalitas yang
mencapai 7,50 persen akibat banyaknya jumlah ayam broiler afkir, terjadinya
serangan penyakit, dan pengaruh dari kondisi cuaca (Tabel 10).
6.2.
67
pakan
menyebabkan
terbesar
peningkatan
yaitu
pada
sebanyak
biaya
18.900
produksi
kilogram
pakan
sehingga
menjadi
Rp
114.431.750,00. Biaya produksi terendah terjadi pada periode produksi VII. Pada
periode produksi tersebut, Peternakan Bapak Maulid hanya menggunakan pakan
sebanyak 13.750 kilogram atau senilai Rp 83.336.350,00 karena nafsu makan
ayam broiler yang menurun akibat serangan penyakit Kolibasilosis.
Tabel 12. Biaya Produksi Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan
(7 Januari 2011 26 November 2011)
Upah TK
Biaya
Tetap
Total Biaya
Produksi
(Rp/Periode
Produksi)
Periode
25.750.000
93.864.350
1.707.376
2.103.600
5.962.000
129.387.326
II
30.900.000
114.431.750
1.426.304
2.511.300
5.962.000
155.231.354
III
31.200.000
92.964.900
978.230
2.192.500
5.962.000
133.297.630
IV
31.050.000
90.447.500
1.373.427
2.259.200
5.962.000
131.092.127
31.050.000
94.985.000
1.038.081
2.274.700
5.962.000
135.309.781
VI
29.497.500
89.106.400
1.036.684
2.182.800
5.962.000
127.785.384
VII
31.050.000
83.336.350
1.923.064
1.923.100
5.962.000
124.194.514
Pakan
Obat
sebesar 22,56 persen dari total biaya produksi. Biaya tetap, upah tenaga kerja, dan
obat-obatan memiliki kontribusi rata-rata sebesar 4,47 persen, 1,65 persen, dan
1,02 persen terhadap total biaya produksi. Biaya obat-obatan merupakan biaya
yang memberikan kontribusi rata-rata terkecil dari total biaya produksi yang
dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid.
Tabel 13. Kontribusi Penggunaan Total Biaya terhadap Total Biaya Produksi
Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari
2011 26 November 2011)
Periode
Kontribusi Biaya (%)
Total
Produksi
(%)
DOC
Pakan
ObatUpah TK
Biaya
obatan
Tetap
I
19,90
72,55
1,32
1,63
4,61
100
II
19,91
73,72
0,92
1,62
3,84
100
III
23,41
69,74
0,73
1,64
4,47
100
IV
23,69
68,99
1,05
1,72
4,55
100
22,95
70,20
0,77
1,68
4,41
100
VI
23,08
69,73
0,81
1,71
4.67
100
VII
25,00
67,10
1,55
1,55
4.80
100
Biaya tetap meliputi biaya pemanas, biaya listrik, gaji pemilik kandang,
gaji kepala kandang, dan biaya lainnya. Besarnya biaya pemanas yang
dikeluarkan Peternakan Bapak Maulid setiap periode produksi adalah sebesar
Rp 1.032.000,00. Peternakan Bapak Maulid membutuhkan 12 buah tabung gas
sebagai bahan bakar pemanas. Peternakan Bapak Maulid menggunakan listrik
berdaya 900 watt dan mengeluarkan biaya listrik sebesar Rp 230.000,00 per
periode produksi. Pemilik kandang dan kepala kandang masing-masing menerima
gaji sebesar Rp 2.500.000,00 dan Rp 2.000.000,00 untuk setiap periode
produksinya.
Upah tenaga kerja meliputi pembayaran upah terhadap anak kandang dan
tenaga kerja yang digunakan pada saat kegiatan pemanenan berlangsung. Upah
anak kandang dibayar berdasarkan total bobot ayam broiler yang dihasilkan pada
saat pemanenan. Besarnya upah yang diterima oleh anak kandang adalah sebesar
Rp 200,00 per kilogram ayam broiler. Tenaga kerja tambahan yang digunakan
69
oleh Peternakan Bapak Maulid pada saat pemanenan adalah sebanyak satu hingga
dua orang dan diberi upah sebesar Rp 100.000,00 hingga Rp 150.000,00 per
orang.
6.2.2. Penerimaan
Total penerimaan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid mengalami
fluktuasi setiap periode produksi. Hal ini dikarenakan terjadinya fluktuasi pada
tingkat produktivitas ayam broiler. Total penerimaan hasil budidaya ayam broiler
di Peternakan Bapak Maulid terdiri dari penerimaan hasil penjualan ayam broiler,
bonus FCR dan bonus kematian (mortalitas). Bonus FCR dan bonus kematian
dapat diperoleh Peternakan Bapak Maulid jika mampu menghasilkan nilai FCR
dan tingkat mortalitas yang lebih rendah dari standar yang telah ditentukan oleh
PT SUC.
Tabel 14. Penerimaan Budidaya Ayam Broiler di Peternakan Bapak Maulid
Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 26 November 2011)
Hasil Panen
Periode
Jumlah
(Ekor)
Total
Bobot
(Kg)
Bobot
Ratarata
(Kg)
Harga
Garansi
Rata-rata
(Rp/Kg)
FCR
Bonus (Rp)
Mortalitas
Total
Penerimaan
(Rp/Periode
Produksi)
4.907
9.018,0
1,83
14.370,00
2.254.500
450.900
132.294.060
II
5.978
11.056,5
1,84
14.375,45
2.764.125
552.825
162.253.175
III
5.862
9.462,5
1,61
14.426,15
2.365.625
473.125
139.322.745
IV
5.915
9.796,0
1,65
14.406,00
2.938.800
489.800
144.566.340
5.798
9.873,5
1,70
14.394,00
2.962.050
493.675
145.634.930
VI
5.496
9.414,0
1,71
14.394,61
2.824.200
470.700
138.841.300
VII
5.550
8.115,5
1,46
14.482,72
117.517.085
70
rata-rata ayam broiler tertinggi dihasilkan Peternakan Bapak Maulid pada periode
produksi II, sedangkan bobot rata-rata terendah dihasilkan pada periode produksi
VII. Tinggi rendahnya bobot rata-rata ayam broiler tersebut dipengaruhi oleh
tingkat mortalitas dan bobot akhir yang dihasilkan pada setiap periode produksi.
Peternakan Bapak Maulid memperoleh penerimaan tertinggi pada periode
produksi II, yaitu sebesar Rp 162.253.175,00. Pada periode produksi tersebut,
Peternakan Bapak Maulid menghasilkan bobot rata-rata ayam broiler tertinggi
sebesar 1,84 kilogram per ekor, tingkat mortalitas ayam broiler terendah yaitu
sebesar 0,367 persen (Tabel 10), dan nilai FCR yang berada di bawah standar PT
SUC yaitu sebesar 1,709 (Tabel 11). Total penerimaan terendah diperoleh
Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VII yaitu sebesar Rp
117.517.085,00. Pada periode produksi tersebut Peternakan Bapak Maulid
menghasilkan bobot rata-rata ayam broiler terendah yaitu sebesar 1,46 kilogram
per ekor, tingkat mortalitas ayam broiler tertinggi yaitu sebesar 7,5 persen (Tabel
10), dan nilai FCR yang berada di atas standar PT SUC yaitu sebesar 1,694 (Tabel
11). Tingkat mortalitas dan nilai FCR yang melebihi standar PT SUC (Lampiran
4), mengakibatkan Peternakan Bapak Maulid tidak memperoleh bonus kematian
dan bonus FCR pada periode produksi VII.
6.2.3. Analisis Pendapatan R/C
Analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C) menggambarkan besarnya
tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid setiap periode
produksi. Analisis pendapatan R/C dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
keuntungan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode
produksi pengamatan. Apabila diperoleh nilai R/C>1, maka usahaternak ayam
broiler yang dijalankan oleh Peternakan Bapak Maulid mengalami keuntungan
karena total penerimaan produksi lebih besar dari biaya produksi yang
dikeluarkan. Apabila diperoleh nilai R/C<1, maka usahaternak ayam broiler yang
dijalankan oleh Peternakan Bapak Maulid mengalami kerugian karena total
penerimaan produksi lebih kecil dari biaya produksi yang dikeluarkan.
Berdasarkan Tabel 15, Peternakan Bapak Maulid memperoleh nilai ratarata R/C sebesar 1,05 selama tujuh periode produksi pengamatan. Nilai R/C>1
diperoleh Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi I hingga periode
71
produksi VI. Hal ini mengindikasikan bahwa pada periode produksi I VI,
usahaternak ayam broiler yang dijalankan oleh Peternakan Bapak Maulid
mengalami keuntungan. Nilai R/C tertinggi diperoleh Peternakan Bapak Maulid
pada periode produksi IV, yaitu sebesar 1,11. Artinya, Peternakan Bapak Maulid
memiliki tingkat pendapatan tertinggi pada periode produksi IV atau dengan kata
lain setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid akan
memberikan nilai pendapatan sebesar Rp 1,11. Pada periode produksi VII,
Peternakan Bapak Maulid memperoleh nilai R/C<1, yang mengindikasikan bahwa
pada periode produksi tersebut usahaternak ayam broiler yang dijalankan oleh
Peternakan Bapak Maulid mengalami kerugian. Kerugian yang dialami oleh
Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VII disebabkan oleh tingkat
mortalitas ayam broiler yang tinggi (Tabel 10) dan nilai FCR yang berada di atas
standar PT SUC (Tabel 11).
Tabel 15. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C) Peternakan Bapak
Maulid Selama Periode Pengamatan (Rupiah)
(a)
(b)
Total
Penerimaan
Peternakan
Bapak
Maulid
Total Biaya
Produksi
Pendapatan
Bersih
R/C
(c=a+b)
(d)
(e=c-d)
(f=c/d)
Keterangan
Periode
Total
Penerimaan
Budidaya
Ayam
Broiler
Penjualan
Kotoran
Ayam,
Kardus,
dan
Karung
Pakan
132.294.060
625.000
132.919.060
129.387.326
3.531.734
1,03
R>1
II
162.253.175
873.000
163.126.175
155.231.354
7.894.821
1,05
R>1
III
139.322.745
834.000
140.156.745
133.297.630
6.859.115
1,05
R>1
IV
144.566.340
838.000
145.404.340
131.092.127
14.312.213
1,11
R>1
145.634.930
809.000
146.443.930
135.309.781
11.134.149
1,08
R>1
VI
138.841.300
766.000
139.607.300
127.785.384
11.821.916
1,09
R>1
VII
117.517.085
770.000
118.287.085
124.194.514
-5.907.429
0,95
R<1
6.3.
diharapkan oleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi di masa
yang akan datang.
Tabel 16. Expected Return Peternakan Bapak Maulid Selama Periode
Pengamatan (7 Januari 2011 26 November 2011)
Total Budidaya
Return (Rp/Periode
Return/Ekor
Periode
(Ekor)
Produksi)
(Rp/Periode
Produksi
Produksi)
I
5.000
3.531.734
706
II
6.000
7.894.821
1.316
III
6.000
6.859.115
1.143
IV
6.000
14.312.213
2.385
6.000
11.134.149
1.856
VI
5.700
11.821.916
2.074
VII
6.000
-5.907.429
-985
8.496
1.214
return
yang
diperoleh
Peternakan
Bapak
Maulid.
Hal
ini
706
1.214
-508
258.064
II
1.316
1.214
102
10.404
III
1.143
1.214
-71
5.041
IV
2.385
1.214
1.171
1.371.241
1.856
1.214
642
412.164
VI
2.074
1.214
860
739.600
VII
-985
1.214
-2.199
4.835.601
Jumlah ()
7.632.115
2
Variance ( ) = (/(7-1))
1.272.019
1.128
1.214
= 0,93
Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 0,93. Nilai koefisien variasi tersebut
menunjukkan bahwa risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid
adalah sebesar 93 persen dari nilai return yang diperoleh. Artinya, setiap Rp 1 dari
return yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid, akan menghasilkan risiko
sebesar Rp 0,93, dengan asumsi cateris paribus.
Risiko produksi yang dihadapi Peternakan Bapak Maulid dipengaruhi oleh
sumber-sumber risiko produksi, seperti ayam broiler yang afkir, serangan
penyakit,
dan
kondisi
cuaca.
Sumber-sumber
risiko
produksi
tersebut
75
produksi tersebut, nilai FCR yang dihasilkan berada di atas FCR standar PT SUC
(Lampiran 4).
6.3.5. Analisis Tingkat Probabilitas Sumber-sumber Risiko Produksi
Analisis tingkat probabilitas risiko produksi digunakan untuk menghitung
peluang terjadinya sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid,
yang terdiri dari ayam broiler yang afkir, serangan penyakit, dan kondisi cuaca.
Besarnya tingkat peluang yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan
prioritas dalam pengelolaan risiko. Perhitungan analisis tersebut menggunakan
metode z-score, seperti yang tersaji pada lampiran 6 hingga lampiran 8.
Proses perhitungan tingkat probabilitas sumber-sumber risiko produksi
dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah kematian ayam broiler yang
disebabkan oleh masing-masing sumber risiko produksi selama tujuh periode
produksi pengamatan. Selanjutnya, dilakukan penjumlahan kematian ayam broiler
dan perhitungan rata-rata kematian ayam broiler setiap periode produksi. Proses
perhitungan tersebut juga membutuhkan batas normal yang merupakan jumlah
kematian ayam broiler yang terjadi akibat salah satu sumber risiko produksi, yang
telah ditetapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Melalui batas normal tersebut,
dapat diketahui besarnya penyimpangan antara jumlah kematian ayam broiler
aktual dengan jumlah kematian ayam broiler yang telah ditetapkan oleh
Peternakan Bapak Maulid akibat salah satu dari sumber risiko produksi.
Tabel 18. Hasil Analisis Probabilitas Sumber-sumber Risiko Produksi
Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari
2011 26 November 2011)
No.
Sumber Risiko Produksi
Penyebab
Probabilitas (%)
1.
Manusia
45,2
2.
Serangan penyakit
Manusia dan
Alam
11,9
3.
Kondisi cuaca
Alam
42,9
yaitu sebesar 11,9 persen. Rendahnya tingkat probabilitas tersebut diduga karena
bangunan kandang di Peternakan Bapak Maulid yang masih baru, sehingga
kondisi lingkungan di luar maupun lingkungan di dalam kandang masih cukup
steril.
Ayam broiler afkir di Peternakan Bapak Maulid ditemukan pada setiap
periode produksi selama tujuh periode pengamatan. Jumlah ayam broiler afkir
tersebut dihitung sebagai ayam broiler yang sudah mati oleh Peternakan Bapak
Maulid. Batas normal ayam broiler afkir yang ditetapkan oleh Peternakan Bapak
Maulid adalah sebanyak 42 ekor setiap periode produksi. Penentuan angka ini
berdasarkan asumsi dari Peternakan Bapak Maulid yang menetapkan terdapat
tujuh ekor ayam broiler afkir di setiap sekat. Di dalam kandang Peternakan Bapak
Maulid terdapat enam buah sekat yang membagi 1.000 ekor ayam broiler di setiap
sekat. Batas normal tersebut selanjutnya dikalikan dengan bobot rata-rata ayam
broiler yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode
produksi pengamatan, yaitu sebesar 1,69 kilogram. Total ayam broiler afkir yang
berada pada batas normal Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 70,8 kilogram.
Nilai z dari sumber risiko produksi ayam broiler afkir yang diperoleh dari
hasil perhitungan metode z-score adalah sebesar 0,120. Tanda positif pada angka
tersebut menunjukkan bahwa nilai 0,120 berada di sebelah kanan dari nilai ratarata pada kurva distribusi normal. Nilai z tersebut apabila dipetakan pada Tabel
distribusi normal (Tabel distribusi Z) akan menunjukkan nilai sebesar 0,452. Nilai
0,456 tersebut menunjukkan bahwa tingkat probabilitas kematian ayam broiler
akibat ayam broiler yang afkir melebihi total bobot 70,8 kilogram adalah sebesar
45,2 persen. Tingginya tingkat probabilitas tersebut dikarenakan pada setiap
periode produksi selalu ditemukan sejumlah ayam broiler yang afkir.
Tingkat probabilitas serangan penyakit menempati urutan terendah dari
keseluruhan sumber risiko produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid.
Batas normal kematian akibat serangan penyakit ayam broiler yang ditetapkan
oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebanyak 66 ekor setiap periode produksi.
Angka tersebut ditetapkan berdasarkan asumsi dari Peternakan Bapak Maulid,
yaitu terdapat sebelas ekor ayam broiler yang mati akibat terserang penyakit
dalam setiap sekat. Namun selama tujuh periode produksi pengamatan, serangan
77
penyakit di Peternakan Bapak Maulid hanya terjadi sebanyak dua kali yaitu pada
periode produksi VI dan VII. Pada periode produksi VI, terdapat 36 ekor ayam
broiler mati akibat gejala penyakit Gumboro. Pada periode produksi VII,
sebanyak 119 ekor ayam broiler mati karena terserang penyakit Kolibasilosis.
Batas normal yang ditetapkan selanjutnya dikalikan dengan bobot rata-rata ayam
broiler yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode
produksi pengamatan, yaitu sebesar 1,69 kilogram. Total ayam broiler yang mati
akibat serangan penyakit dan berada pada batas normal Peternakan Bapak Maulid
adalah sebesar 111,26 kilogram.
Nilai z dari sumber risiko produksi serangan penyakit yang diperoleh dari
hasil perhitungan metode z-score adalah sebesar 1,18. Nilai z yang bertanda
positif tersebut menunjukkan bahwa nilai 1,18 berada di sebelah kanan dari nilai
rata-rata pada kurva distribusi normal. Nilai z tersebut apabila dipetakan pada
Tabel distribusi normal akan menunjukkan nilai sebesar 0,119. Nilai 0,119
tersebut menunjukkan bahwa tingkat probabilitas kematian ayam broiler akibat
serangan penyakit melebihi total bobot 111,26 kilogram adalah sebesar 11,9
persen.
Kondisi cuaca merupakan sumber risiko produksi ayam broiler yang tidak
dapat dihindari karena merupakan pengaruh dari alam. Kondisi cuaca menempati
urutan kedua tingkat probabilitas sumber risiko produksi di Peternakan Bapak
Maulid. Batas normal kematian ayam broiler akibat kondisi cuaca yang ditetapkan
oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebanyak 90 ekor ayam broiler. Penetapan
angka tersebut adalah berdasarkan asumsi dari Peternakan Bapak Maulid yang
menetapkan jumlah kematian ayam broiler akibat kondisi cuaca sebanyak 15 ekor
setiap sekat per periode produksi. Batas normal tersebut selanjutnya dikalikan
dengan bobot rata-rata ayam broiler yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak
Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan, yaitu sebesar 1,69 kilogram.
Total ayam broiler afkir yang berada pada batas normal Peternakan Bapak Maulid
adalah sebesar 151,71 kilogram.
Nilai z dari sumber risiko produksi kondisi cuaca yang diperoleh dari hasil
perhitungan metode z-score adalah sebesar -0,180. Tanda minus pada angka
tersebut menunjukkan bahwa nilai 0,180 berada di sebelah kiri dari nilai rata-rata
78
pada kurva distribusi normal. Nilai z tersebut apabila dipetakan pada Tabel
distribusi normal akan menunjukkan nilai sebesar 0,429, yang mengindikasikan
bahwa tingkat probabilitas kematian ayam broiler akibat kondisi cuaca yang
melebihi total bobot 151,71 kilogram adalah sebesar 42,9 persen. Besarnya tingkat
probabilitas yang melebihi batas normal tersebut disebabkan pada periode
produksi III VI, suhu di lingkungan luar kandang cukup tinggi sehingga
mempengaruhi tingkat penguapan dan ketahanan tubuh ayam broiler. Selain itu,
pada periode produksi VII terjadi perubahan cuaca yang ekstrim dari musim
kemarau ke musim penghujan, sehingga menyebabkan ayam broiler menjadi
stress.
6.3.6. Analisis Dampak Risiko Produksi
Sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak
Maulid akan memberikan dampak berupa kerugian yang berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan yang diperoleh pada setiap periode produksi. Besarnya
dampak risiko produksi terhadap tingkat pendapatan yang diterima oleh
Peternakan Bapak Maulid dihitung dengan menggunakan metode analisis Value at
Risk (VaR). Perhitungan tersebut menggunakan tingkat keyakinan sebesar 95
persen dan 5 persen sisanya ditetapkan sebagai error. Hal ini disesuaikan dengan
kondisi di lapangan, dimana perkiraan besarnya kerugian yang dialami oleh
Peternakan Bapak Maulid kemungkinan tidak akan tepat sepenuhnya (100
persen). Nilai VaR yang dihasilkan menggambarkan tingkat kerugian terbesar
yang diderita oleh Peternakan Bapak Maulid akibat salah satu sumber risiko
produksi pada tingkat keyakinan sebesar 95 persen. Proses perhitungan dampak
risiko produksi terhadap tingkat pendapatan Peternakan Bapak Maulid dapat
dilihat pada Lampiran 9 hingga Lampiran 11.
Jumlah kematian ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid akibat
ditemukannya ayam broiler yang afkir terjadi pada periode produksi I VII.
Jumlah kematian pada masing-masing periode produksi produksi tersebut adalah
20 ekor, 22 ekor, 25 ekor, 39 ekor, 71 ekor, 50 ekor, dan 56 ekor. Total kerugian
yang dialami oleh Peternakan Bapak Maulid akibat ayam broiler yang afkir
selama tujuh periode produksi pengamatan adalah sebesar Rp 6.767.741,00.
Masing-masing jumlah kerugian yang diderita pada periode produksi I VII
79
80
tersebut diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah bobot kematian ayam broiler
yang terjadi pada masing-masing periode produksi dengan harga garansi rata-rata
yang berlaku (Lampiran 11).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode VaR, sumber
risiko kondisi cuaca memberikan dampak kerugian maksimal yang paling tinggi
bagi Peternakan Bapak Maulid yaitu sebesar Rp 4.434.955,00 pada tingkat
keyakinan sebesar 95 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi cuaca
merupakan sumber risiko produksi yang paling berpengaruh terhadap usahaternak
ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid. Hal ini juga mengindikasikan bahwa
kerugian yang diderita Peternakan Bapak Maulid akibat pengaruh dari kondisi
cuaca adalah maksimal sebesar Rp 4.434.955,00 pada tingkat keyakinan sebesar
95 persen, namun terdapat kemungkinan sebesar 5 persen kerugian yang diderita
oleh Peternakan Bapak Maulid akan lebih besar dari Rp 4.434.955,00.
Tabel 19. Hasil Analisis Perhitungan Dampak Sumber Risiko Produksi Ayam
Broiler di Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7
Januari 2011 26 November 2011)
No.
Sumber Risiko Produksi
Penyebab
Dampak (Rp)
1.
Manusia
1.245.319
2.
Serangan penyakit
Manusia dan
Alam
3.041.934
3.
Kondisi cuaca
Alam
4.434.955
81
Bapak Maulid, yaitu sebesar Rp. 3.041.934,00, sedangkan ayam broiler yang afkir
merupakan sumber risiko produksi yang memberikan dampak kerugian maksimal
yang paling rendah bagi Peternakan Bapak Maulid, yaitu sebesar Rp
1.245.319,00. Meskipun memberikan dampak kerugian dengan tingkat yang
berbeda., sumber-sumber risiko produksi harus tetap diperhatikan dan diwaspadai
oleh pihak manajemen Peternakan Bapak Maulid.
6.3.7. Pemetaan Risiko Produksi
Hasil perhitungan tingkat probabilitas dan dampak dari sumber-sumber
risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid, selanjutnya dipetakan ke dalam peta
risiko. Melalui pemetaan risiko, dapat diketahui posisi dari masing-masing sumber
risiko produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid, sehingga dapat
ditemukan keputusan yang tepat dalam penanganan risiko yang dihadapi oleh
Peternakan Bapak Maulid. Peta risiko terdiri dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal
dan sumbu horizontal. Sumbu vertikal menggambarkan tingkat probabilitas risiko,
sedangkan sumbu horizontal menggambarkan dampak yang ditimbulkan oleh
risiko. Tingkat probabilitas dan dampak risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu
batas yang dianggap besar dan kecil.
Batas tingkat probabilitas dan dampak risiko yang dianggap besar dan
kecil, ditentukan oleh pihak manajemen Peternakan Bapak Maulid. Berdasarkan
hasil perhitungan, rata-rata tingkat probabilitas sumber risiko produksi yang
dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 33,3 persen, sedangkan
rata-rata dampak kerugiannya adalah sebesar Rp 2.907.403,00. Namun setelah
dikonfirmasi, Peternakan Bapak Maulid menetapkan batas tingkat probabilitas
sebesar 30 persen, sedangkan batas dampak kerugian akibat sumber-sumber risiko
produksi
Maulid.
Berdasarkan Gambar 8, sumber risiko produksi ayam broiler yang afkir
berada di kuadran I, yang mengindikasikan bahwa sumber risiko tersebut
memiliki tingkat probabilitas yang tinggi namun memiliki dampak yang kecil bagi
Peternakan Bapak Maulid. Sumber risiko produksi serangan penyakit berada di
kuadran IV, yang mengindikasikan bahwa sumber risiko tersebut memiliki tingkat
probabilitas yang rendah namun memiliki dampak yang cukup besar bagi
82
Peternakan Bapak Maulid. Sumber risiko produksi kondisi cuaca terletak pada
kuadran II, yang mengindikasikan bahwa sumber risiko tersebut memiliki tingkat
probabilitas dan dampak yang besar bagi Peternakan Bapak Maulid.
Probabilitas (%)
Besar
Ayam
Broiler yang
Afkir
Kondisi
Cuaca
30%
Serangan
penyakit
Kecil
Kecil
Gambar 9.
Rp 3.000.000
Besar
Dampak (Rp)
83
Tabel 20. Status Risiko dari Sumber Risiko Produksi Ayam Broiler Peternakan
Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 26
November 2011)
No. Sumber Risiko Produksi Probabilitas
Dampak
Status Risiko
(%)
(Rp)
1.
45,2
1.245.319
562.884
2.
Serangan penyakit
11,9
3.041.934
361.990
3.
Kodisi cuaca
42,9
4.434.955
1.902.596
6.4.
ditentukan berdasarkan hasil analisis tingkat risiko produksi dan hasil dari
pemetaan sumber-sumber risiko produksi, yang disesuaikan dengan hasil
pengamatan di lokasi penelitian. Alternatif manajemen berdasarkan hasil analisis
tingkat risiko produksi disesuaikan dengan risiko produksi yang dihadapi oleh
Peternakan Bapak Maulid secara menyeluruh. Alternatif manajemen berdasarkan
hasil dari pemetaan risiko produksi disesuaikan dengan risiko produksi yang
dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid secara terperinci, yaitu berdasarkan
sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid.
Alternatif manajemen risiko produksi yang dapat diterapkan oleh
Peternakan Bapak Maulid berdasarkan hasil analisis tingkat risiko produksi adalah
melakukan pemeriksaan terhadap timgkat keasaman air dengan menggunakan
kertas lakmus. Hal ini dikarenakan kualitas air minum yang diberikan sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan kondisi tubuh ayam broiler. Peternakan Bapak
Maulid juga dapat menambahkan probiotik yang dicampur pada air minum ayam
broiler untuk mengefisiensikan penggunaan pakan. Pencampuran probiotik dapat
meningkatkan daya cerna ayam broiler sehingga menyebabkan pakan terserap
secara lebih efisien menjadi daging. Selain itu untuk menjaga agar lingkungan di
luar kandang tetap steril, sebaiknya Peternakan Bapak Maulid tidak membiarkan
kotoran ayam broiler yang telah dimasukkan ke dalam karung menumpuk terlalu
lama.
Berdasarkan
hasil
pemetaan
risiko
yang
menunujukkan
tingkat
85
periode produksi, sebanyak 408 ekor ayam broiler mati karena kondisi cuaca yang
terlalu panas yang terjadi pada musim kemarau, yaitu pada periode produksi III
VI. Hal ini mengindikasikan bahwa penanganan risiko pada saat kondisi cuaca
panas sangat diperlukan. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan oleh
Peternakan Bapak Maulid adalah menjaga suhu udara di dalam kandang tetap
stabil.
Alternatif manajemen yang disarankan guna memperkecil tingkat
probabilitas sumber risiko kondisi cuaca adalah dengan memasang beberapa unit
kipas angin atau blower untuk menjaga kelembaban di dalam kandang dan
meningkatkan sirkulasi udara sehingga dapat mengeluarkan kelebihan panas dan
gas-gas yang berbahaya seperti CO, CO2 dan NH3 yang ada di dalam kandang.
Salain itu, Peternakan Bapak Maulid juga perlu memasang satu unit thermometer
ruangan, untuk mengetahui tingkat suhu udara di dalam kandang sehingga dapat
segera disesuaikan dengan kondisi suhu yang diperlukan oleh ayam broiler pada
saat itu.
2. Strategi Mitigasi
Strategi mitigasi digunakan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan
oleh risiko, yaitu risiko-risiko yang berada pada kuadran II dan IV pada peta
risiko. Berdasarkan hasil pemetaan, strategi mitigasi dapat diterapkan untuk
mengatasi sumber-sumber risiko produksi yang ada di Peternakan Bapak Maulid,
seperti sumber risiko kondisi cuaca dan serangan penyakit.
a. Kondisi Cuaca
Sumber risiko produksi kondisi cuaca terletak pada kuadran II, yang
mengindikasikan bahwa sumber risiko tersebut memiliki tingkat probabilitas dan
dampak yang besar bagi Peternakan Bapak Maulid. Tingkat probabilitas sumber
risiko kondisi cuaca adalah sebesar 42,9 persen, dengan dampak yang ditimbulkan
sebesar Rp 4.434.955,00. Selain itu, kondisi cuaca menghasilkan status risiko
tertinggi dibandingkan sumber risiko produksi lainnya, yaitu sebesar 1.902.596
(Tabel 20).
Alternatif strategi yang disarankan untuk mengurangi dampak dari kondisi
cuaca adalah dengan memberikan larutan gula merah untuk meningkatkan daya
tahan tubuh ayam broiler. Pencampuran vitamin C dengan tingkat suplementasi
86
sebesar 250 ppm pada air minum juga dapat dilakukan oleh Peternakan Bapak
Maulid pada kondisi cuaca yang panas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
konsumsi pakan ayam broiler pada kondisi cuaca yang panas. Selain itu,
Peternakan Bapak Maulid dapat melakukan penambahan jumlah tempat air
minum pada kondisi cuaca yang panas, untuk menjaga keseimbangan jumlah air
di dalam tubuh ayam broiler.
b. Sumber Risiko Serangan Penyakit
Berdasarkan hasil pemetaan risiko, sumber risiko serangan penyakit
berada di kuadran IV. Hal ini mengindikasikan bahwa serangan penyakit memiliki
tingkat probabilitas kejadian yang rendah, namun menimbulkan dampak kerugian
yang cukup besar. Tingkat probabilitas sumber risiko serangan penyakit adalah
sebesar 11,9 persen, sedangkan dampak yang ditimbulkan adalah sebesar
Rp 3.041.934,00. Status risiko yang dihasilkan adalah sebesar 361.990 (Tabel 20).
Alternatif manajemen yang diusulkan untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan akibat sumber risiko produksi serangan penyakit adalah dengan
melakukan perawatan yang lebih
penyakit. Ayam broiler yang terserang penyakit dirawat di tempat yang terpisah
dari ayam broiler yang sehat. Selain itu pengobatan secara herbal pun dapat
dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid, yaitu dengan memberikan larutan
kunyit pada setiap ayam broiler yang terserang penyakit.
Upaya untuk memperkecil dampak akibat sumber risiko ayam broiler afkir
pun dapat dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid. Upaya tersebut adalah
dengan melakukan pemisahan antara ayam broiler yang afkir dengan ayam
broiler lainnya ke dalam kandang khusus. Pemisahan tersebut dilakukan untuk
menghindari penyebaran penyakit, karena ayam broiler yang afkir lebih rentan
terserang penyakit.
Alternatif manajemen untuk memperkecil tingkat probabilitas (preventif)
sumber risiko serangan penyakit juga dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak
Maulid. Alternatif manajemen tersebut adalah dengan menjaga tingkat kekeringan
kolong kandang, yaitu dengan membuat saluran air sehingga mencegah genangan
air hujan membasahi kotoran ayam broiler yang ada di kolong kandang. Selain
itu, pemberian larutan herbal melalui air minum juga dapat dilakukan oleh
87
Produksi
Ayam
Broiler
1.
Ayam Broiler
yang Afkir
Memisahkan
ayam - Membentuk
kelompok
broiler afkir dengan
yang beranggotakan para
ayam broiler lain yang
peternak plasma.
dibatasi oleh satu buah - Mengelompokkan ayam
sekat.
broiler afkir ke dalam
kandang khusus.
2.
Serangan Penyakit
- Membersihkan
- Membuat saluran air.
lingkungan kandang.
- Melakukan
perawatan
- Melakukan
yang lebih intensif pada
pengapuran
dan
ayam
broiler
yang
penyemprotan.
terserang penyakit.
- Menggunakan jaring - Memberikan
larutan
untuk
mengurangi
herbal.
tingkat kelembaban.
- Menggunakan larutan
desinfektan sebelum
memasuki kandang.
- Memberikan
vaksin
Newcastle Disease dan
vaksin Gumboro.
- Melakukan pengobatan
dengan larutan gula
merah. Amplicoli dan
Chlorin.
3.
Kondisi Cuaca
88
VII
7.1.
Kesimpulan
Hasil penulisan kajian analisis risiko produksi usahaternak ayam broiler di
2.
3.
Sumber risiko produksi ayam broiler yang afkir memiliki tingkat probabilitas
tertinggi yaitu sebesar 45,2 persen, sedangkan sumber risiko produksi
serangan penyakit memiliki tingkat probabilitas terendah yaitu sebesar 11,9
persen. Sumber risiko produksi kondisi cuaca memberikan dampak kerugian
maksimal yang paling tinggi bagi Peternakan Bapak Maulid, yaitu sebesar
Rp 4.434.955,00. sedangkan sumber risiko produksi ayam broiler yang afkir
memberikan dampak kerugian maksimal yang paling rendah bagi Peternakan
Bapak Maulid, yaitu sebesar Rp 1.245.319,00.
4.
Saran
Peternakan Bapak Maulid perlu memperhatikan sumber-sumber risiko
91
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Widagdo W. 2011. Budidaya Ayam Broiler 28 Hari Panen. Yogyakarta:
Pinang Merah.
Aziz FA. 2009. Analisis Risiko dalam Usahaternak Ayam Broiler (Studi Kasus
Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2012. Rata-rata Unsur
Iklim Kota Palembang. http://iklim.bmg.go.id/index.jsp [3 Juni 2012].
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Produk Domestik Bruto per Kapita per Tahun.
Produk Nasional Bruto per Kapita dan Pendapatan Nasional per Kapita
Tahun 2000 2009. http://www.bps.go.id [30 Oktober 2011].
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produk Domestik Bruto Atas dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 2011.
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=11¬a
b=1 [13 April 2012].
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2010. Berita Resmi
Statistik Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan Triwulan III 2011.
http://sumsel.bps.go.id//index.php?option=com_content&task=view&id=1
89&Itemid=122.pdf [13 April 2011].
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2011a. Provinsi Sumatera
Selatan dalam Angka 2011. Palembang: Badan Pusat Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2011b. Palembang dalam
Angka 2011. Palembang: Badan Pusat Statistik.
Christiawan A. 2002. Analisis Kemitraan dan Kelayakan Finansial Usaha
Peternakan Ayam Potong Peternakan Plasma PT Mitra Asih Abadi
Purwokerto (Studi Kasus : Peternakan Ayam Potong di Desa Kebutuh,
Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah) [Skripsi].
Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Darmawi. 2010. Manajemen Risiko. Jakarta: PT Bumi Aksara.
[Disnak] Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan. 2009. Produksi Daging
Ternak Unggas dan Total Produksi Daging di Sumatera Selatan Tahun
2009. Palembang: Dinas Peternakan.
[Disnak] Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan. 2010. Produksi Daging
Ternak Unggas dan Total Produksi Daging di Sumatera Selatan Tahun
2010. Palembang: Dinas Peternakan.
[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011a.
Produksi Jenis Ternak Menurut Provinsi. www.deptan.go.id/pusdatin [30
Oktober 2011].
93
94
LAMPIRAN
Provinsi
2006
2007
Tahun
2008
2009
Aceh
1.395
1.581
3.629
4.746
Sumatera
39.054
5.098
35.283
50.631
Utara
3. Sumatera
11.601
12.439
13.275
16.145
Barat
4. Riau
19.014
23.059
28.082
28.326
5. Kepulauan
4.795
5.858
5.975
5.751
Riau
6. Jambi
9.289
14.536
12.459
14.129
7. Sumatera
13.531
21.176
22.185
22.116
Selatan
8. Bangka
4.795
6.007
5.292
6.492
Belitung
9. Bengkulu
1.641
1.577
2.132
3.838
10. Lampung
19.723
12.937
10.542
22.106
11. DKI Jakarta
83.767
128.480
128.480
102.398
12. Jawa Barat
276.195
279.851
335.151
365.572
13. Banten
6.969
29.751
69.333
53.089
14. Jawa Tengah
81.203
65.026
73.191
90.740
15. DI Yogyakarta
23.000
22.203
23.117
20.797
16. Jawa Timur
143.643
148.855
115.193
140.109
17. Bali
20.354
18.553
19.046
20.139
18. NTB
15.303
20.037
2.001
12.228
19. NTT
29,51
6,10
139
224
20. Kalimantan
21.540
22.138
26.121
24.061
Barat
4.357
5.125
5.330 7.387,63
21. Kalimantan
Tengah
22. Kalimantan
18.705
26.690
34.562
34.230
Selatan
23. Kalimantan
20.944
18.337
20.620
30.220
Timur
24. Sulawesi
1.323
5.714
6.775
2.549
Utara
25. Gorontalo
348
1.805
1.221
1.221
26. Sulawesi
2.819
7.109
5.553
6.477
Tengah
27. Sulawesi
10.537
5.445
9.768
10.709
Selatan
28. Sulawesi
710
61
69
986
Barat
29. Sulawesi
887
968
1.101
822,04
Tenggara
30. Maluku
73,41
107
102
111
31. Maluku Utara
1.723
122
828
333
32. Papua
310
758
809
414
33. Papua Barat
765
1.375
1.370
2.655
861.262
942.785
1.018.735
1.101.765
Jumlah
Sumber : Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
2010
2011*)
4.981
53.979
5.140
56.516
16.012
17.064
38.082
5.917
38.518
6.054
14.802
26.944
15.394
27.080
10.897
17.872
1.837
26.768
106.260
399.744
86.089
100.903
25.273
159.671
20.679
14.539
227
26.699
2.351
27.313
108.641
423.126
88.069
105.839
25.633
160.359
21.136
15.266
239
27.233
5.436
6.849
34.670
36.366
32.169
32.812
5.090
5.329
1.419
6.684
1.520
8.132
10.692
10.976
244
245
977
997
117
343
2.662
436
125
352
4.479
454
1.241.251
1.297.447
96
Bobot
Ratarata
(Kg)
Jumlah
(Ekor)
Bobot
Rata-rata
Minimal
Standar
PT SUC
(Kg)
Jumlah
(Ekor)
Total
Bobot
(Kg)
35
1,83
4.907
9.018,0
1,75
5.000
8.750,0
II
36
1,84
5.978
11.056,5
1,82
6.000
10.920,0
III
35
1,61
5.862
9.462,5
1,75
6.000
10.500,0
IV
33
1,65
5.915
9.796,0
1,61
6.000
9.660,0
35
1,70
5.798
9.873,5
1,75
6.000
10.500,0
VI
34
1,71
5.496
9.414,0
1,68
5.700
9.576,0
VII
34
1,46
5.550
8.115,5
1,68
6.000
10.080,0
97
Bulan
Rata-rata
Curah
Hujan
Suhu Udara
(C)
Rata-rata
Kecepatan
Angin
(Knots)
Rata-rata
Kelembaban
Udara (%)
Keterangan
Musim
1.
Januari
Hujan
Sedang
22,0 30,0
3,25
86,0 Hujan
2.
Februari
Hujan
Ringan
20,0 31,0
3,00
86,0 Kemarau
3.
Maret
Berawan
23,0 32,0
3,00
86,0 Kemarau
4.
April
Berawan
24,0 33,0
2,75
85,0 Kemarau
5.
Mei
Berawan
24,0 34,0
2,90
85,0 Kemarau
6.
Juni
Berawan
23,5 33,0
3,00
84,0 Kemarau
7.
Juli
Berawan
22,0 33,0
3,40
83,0 Kemarau
8.
Agustus
Berawan
23,0 33,5
4,15
81,0 Kemarau
9.
September
Berawan
23,0 33,5
3,70
81,0 Kemarau
10.
Oktober
Berawan
23,5 34,0
3,20
82,0 Kemarau
11.
November
Hujan
Lebat
23,5 31,0
2,95
85,0 Hujan
12.
Desember
Hujan
Lebat
23,5 30,0
3,00
87,0 Hujan
98
Rata-rata Bobot
Tubuh (Kg/Ekor)
1,46
1,47
1,48
1,49
1,50
1,51
1,52
1,53
1,54
1,55
1,56
1,57
1,58
1,59
1,60
1,61
1,62
1,63
1,64
1,65
1,66
1,67
1,68
1,69
1,70
1,71
1,72
1,73
1,74
1,75
1,76
1,77
1,78
1,79
1,80
1,81
1,82
1,83
1,84
1,85
1,86
1,87
1,88
1,89
1,90
1,91
1,92
1,93
1,94
1,95
1,96
1,97
1,98
1,99
2,00
2,01
2,02
2,03
Tingkat Mortalitas
(%)
4,07
4,07
4,07
4,07
4,07
4,07
4,07
4,18
4,18
4,18
4,18
4,18
4,18
4,18
4,18
4,29
4,29
4,29
4,29
4,29
4,29
4,29
4,39
4,39
4,39
4,39
4,39
4,39
4,39
4,50
4,50
4,50
4,50
4,50
4,50
4,50
4,64
4,64
4,64
4,64
4,64
4,64
4,64
4,79
4,79
4,79
4,79
4,79
4,79
4,79
4,79
4,93
4,93
4,93
4,93
4,93
4,93
4,93
FCR
1,641
1,645
1,648
1,652
1,656
1,660
1,663
1,667
1,670
1,673
1,676
1,680
1,683
1,686
1,689
1,692
1,696
1,699
1,703
1,706
1,710
1,713
1,717
1,720
1,724
1,727
1,731
1,734
1,738
1,741
1,744
1,748
1,751
1,755
1,758
1,762
1,765
1,768
1,772
1,775
1,778
1,781
1,785
1,788
1,791
1,794
1,797
1,800
1,802
1,805
1,808
1,811
1,814
1,818
1,821
1,824
1,827
1,831
99
Lampiran 5. Harga Garansi Ayam Broiler Hidup PT SUC Tahun 2010 2011
No.
Bobot Tubuh (Kg/Ekor)
Harga Garansi (Rp/Kg)
1.
1,09
15.000
2.
1,10 1,19
14.780
3.
1,20 1,29
14.650
4.
1,30 1,39
14.530
5.
1,40 1,49
14.480
6.
1,50 1,59
14.450
7.
1,60 1,69
14.410
8.
1,70 1,79
14.390
9.
1,80
14.370
100
7 Januari 12
Februari 2011
20
1,83
36,60
II
28 Februari 5 April
2011
22
1,84
40,48
III
19 April 24 Mei
2011
25
1,61
40,25
IV
39
1,65
64,35
19 Juli 23 Agustus
2011
71
1,70
120,70
VI
8 September 12
Oktober 2011
50
1,71
85,50
VII
24 Oktober 26
November 2011
56
1,46
81,76
Total
469,64
Rata-rata
67,09
31,05
70,80
Z-Score
0,120
0,452
Probabilitas Risiko
45,2%
101
7 Januari 12
Februari 2011
1,83
II
28 Februari 5 April
2011
1,84
III
19 April 24 Mei
2011
1,61
IV
1,65
19 Juli 23 Agustus
2011
1,70
VI
8 September 12
Oktober 2011
36
1,71
61,56
VII
24 Oktober 26
November 2011
119
1,46
173,74
Total
235,30
Rata-rata
33,61
65,91
111,26
Z-Score
Nilai pada Tabel Distribusi Z
Probabilitas Risiko
1,18
0,119
11,9%
102
7 Januari 12
Februari 2011
73
1,83
133,59
II
28 Februari 5 April
2011
1,84
III
19 April 24 Mei
2011
113
1,61
181,93
IV
46
1,65
75,90
19 Juli 23 Agustus
2011
131
1,70
222,70
VI
8 September 12
Oktober 2011
118
1,71
201,78
VII
24 Oktober 26
November 2011
275
1,46
401,50
Total
1.217,40
Rata-rata
174,00
126,82
151,71
Z-Score
-0,18
0,429
Probabilitas Risiko
42,9%
103
7 Januari 12
Februari 2011
20
1,83
14.370,00
525.942
II
28 Februari 5
April 2011
22
1,84
14.375,45
581.918
III
19 April 24
Mei 2011
25
1,61
14.426,15
580.653
IV
7 Juni 12 Juli
2011
39
1,65
14.406,00
927.026
19 Juli 23
Agustus 2011
71
1,70
14.394,00
1.737.356
VI
8 September
12 Oktober
2011
50
1,71
14.394,61
1.230.739
VII
24 Oktober
26 November
2011
56
1,46
14.482,72
1.184.107
Jumlah
6.767.741
Rata-rata
966.820
447.926
Z-Score
VaR
1,645
1.267.633
104
8 September
12 Oktober
2011
36
1,71
14.394,61
886.132
VII
24 Oktober
26 November
2011
119
1,46
14.482,72
2.516.228
Jumlah
3.402.360
Rata-rata
1.701.180
1.152.652
Z-Score
VaR
1,645
3.041.934
105
7 Januari 12
Februari 2011
73
1,83
14.370,00
1.919.688
III
19 April 24
Mei 2011
113
1,61
14.426,15
2.988.944
IV
7 Juni 12 Juli
2011
46
1,65
14.406,00
1.068.401
19 Juli 23
Agustus 2011
131
1,70
14.394,00
3.113.857
VI
8 September
12 Oktober
2011
118
1,71
14.394,61
2.887.436
VII
24 Oktober
26 November
2011
275
1,46
14.482,72
6.769.065
Jumlah
18.747.391
Rata-rata
3.124.565
1.951.238
Z-Score
VaR
1,645
4.434.955
106
Lampiran 12. Analisis Usahatani Ayam Broiler pada Peternakan Bapak Maulid
Tahun 2011
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Komponen
Total Penerimaan
Biaya Tunai
DOC
Pakan
Biogreen
Doxysol-C
Pulmotil AC
Neomix-325
Kaporit
Satuan
Jumlah
Nilai (Rp)
Kontribusi
Biaya (%)
140.061.376,40
ekor
kilogram
liter
kilogram
mililiter
gram
kilogram
5.814,00
15.557,14
1,00
1,00
17,14
14,29
0,57
25.957.142,86
94.162.321,43
194.810,00
250.470,00
59.635,71
14.312,57
26.242,85
19,84
71,99
0,14
0,19
0,04
0,01
0,02
Biocide
liter
Perfexol
kilogram
LS-100 Powder
gram
Virukill
liter
Octamic-AC
kilogram
Vitamin C
kilogram
Quinabic
gram
Bromoquad
liter
Nopstress Vitamin
kilogram
Tektrol
liter
Kapur
kilogram
Tenaga Kerja
HOK
Listrik
watt
Gas
kilogram
Pajak Lahan
hektar
Total Biaya Tunai
Biaya Diperhitungkan
Air
liter
Sewa Lahan
hektar
Penyusutan
Total Biaya Diperhitungkan
Total Biaya
Pendapatan atas Biaya Tunai
Pendapatan atas Biaya Total
R/C atas Biaya Tunai
R/C atas Biaya Total
0,57
1,42
42,85
0,14
0,28
0,14
85,71
0,14
0,14
0,54
15,00
755,00
900,00
144,00
81.104,57
79.514,28
141.139,42
16.897,57
119.271,42
53.672,14
63.611,42
5.566
14.909,71
45.720,71
90.000
6.706.743
230.000
1.032.000
18.667,67
129.363.753,33
0,06
0,06
0,10
0,01
0,09
0,04
0,04
0,004
0,01
0,03
0,06
5,12
0,17
0,78
0,01
98,90
2.000,00
200.000
800.000
432.380,95
1.432.380,95
130.796.134,30
10.697.623,07
9.265.242,10
1,08
1,07
0,15
0,61
0,33
1,09
100,00
107