Vous êtes sur la page 1sur 122

ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER PADA

PETERNAKAN BAPAK MAULID DI KELURAHAN


KARANG ANYAR KECAMATAN BUKIT BARU
KOTA PALEMBANG

SKRIPSI

RIZKI AMELIA
H 34080043

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

RINGKASAN
Rizki Amelia. Analisis Risiko Produksi Ayam Broiler pada Peternakan Bapak
Maulid di Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Bukit Baru Kota
Palembang. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI).
Bapak Maulid menjalankan usahaternak ayam broiler dengan kapasitas
pemeliharaan sebanyak enam ribu ekor ayam broiler. Dalam menjalankan
usahaternaknya, Peternakan Bapak Maulid menerapkan hubungan kerjasama
kemitraan inti-plasma dengan PT Sumber Unggas Cemerlang (PT SUC).
Peternakan Bapak Maulid masih menghadapi risiko produksi meskipun telah
menjalin kemitraan inti-plasma, yang ditandai dengan berfluktuasinya tingkat
mortalitas ayam broiler yang terjadi pada setiap periode produksi. Risiko produksi
tersebut menyebabkan tingkat pendapatan Peternakan Bapak Maulid berfluktuasi
pada setiap periode produksi. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi
dan menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid,
(2) Menganalisis tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak
Maulid, (3) Menganalisis tingkat probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko
produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid, (4) menganalisis
alternatif-alternatif strategi yang dapat diterapkan Peternakan Bapak Maulid untuk
menangani risiko produksi yang dihadapi.
Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Bapak Maulid yang berlokasi di
Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang. Data yang
digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pemilik dan pegawai
di peternakan, serta pengawas (field controller) dari pihak inti PT SUC. Data
primer yang diperoleh meliputi keadaan umum Peternakan Bapak Maulid dan
manajemen risiko produksi yang telah diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid.
Data sekunder diperoleh dari data Peternakan Bapak Maulid sebagai pihak plasma
maupun data dari PT SUC sebagai pihak inti, serta data dari literatur-literatur serta
instansi-instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian,
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, LSI IPB, Badan Pusat
Statistik Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan,
dan bahan-bahan pustaka yang relevan. Data sekunder yang diperoleh dari
Peternakan Bapak Maulid meliputi data upah dan gaji karyawan, data penggunaan
pakan dan obat-obatan, data kematian ayam broiler dan data penjualan. Data
sekunder yang diperoleh dari PT SUC antara lain data standar bobot ayam broiler,
data standar FCR (Food Convertion Ratio) dan data harga garansi (harga kontrak).
Dalam menjalankan usahaternak ayam broiler, Peternakan Bapak Maulid
menghadapi risiko produksi yang bersumber dari ayam broiler afkir, serangan
penyakit, dan kondisi cuaca. Risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan
Bapak Maulid menyebabkan tingkat pendapatan berfluktuasi. Nilai expected
return yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi
pengamatan adalah sebesar Rp 1.214,00, per ekor ayam broiler. Hal ini
mengindindikasikan bahwa tingkat pendapatan bersih yang diharapkan dapat
diperoleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi di masa yang

akan datang adalah sebesar Rp 1.214,00 per ekor ayam broiler, dengan asumsi
cateris paribus.
Nilai simpangan baku (standard deviation) yang dihasilkan oleh
Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar Rp 1.128,00 per ekor ayam broiler.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh
Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi di masa yang akan datang
adalah sebesar Rp 1.128,00 per ekor ayam broiler. Nilai koefisien variasi
(coefficient variation) yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar
0,93. Nilai koefisien variasi tersebut menunjukkan bahwa risiko produksi yang
dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 93 persen dari nilai return
yang diperoleh. Artinya, setiap Rp 1 dari return yang diperoleh Peternakan Bapak
Maulid, akan menghasilkan risiko sebesar Rp 0,93, dengan asumsi cateris
paribus.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode z-score,
sumber risiko produksi ayam broiler yang afkir memiliki tingkat probabilitas
tertinggi yaitu sebesar 45,2 persen, disusul oleh sumber risiko produksi kondisi
cuaca dengan tingkat probabilitas sebesar 42,9 persen, dan sumber risiko produksi
serangan penyakit dengan tingkat probabilitas sebesar 11,9 persen. Hasil
perhitungan dengan menggunakan metode analisis Value at Risk (VaR)
menunjukkan bahwa sumber risiko kondisi cuaca memberikan dampak kerugian
maksimal yang paling tinggi bagi Peternakan Bapak Maulid, yaitu sebesar
Rp 3.041.934,00, disusul oleh sumber risiko produksi serangan penyakit dengan
dampak kerugian maksimal sebesar Rp 3.041.934,00, dan sumber risiko ayam
broiler yang afkir dengan dampak kerugian maksimal sebesar Rp 1.245.319,00.
Alternatif manajemen risiko produksi yang dapat diterapkan oleh
Peternakan Bapak Maulid berdasarkan hasil analisis tingkat risiko produksi yaitu
dengan memeriksa kualitas air, mencampurkan probiotik pada air minum ayam
broiler, dan tidak membiarkan kotoran ayam broiler menumpuk terlalu lama.
Alternatif manajemen risiko produksi yang dapat diterapkan oleh Peternakan
Bapak Maulid berdasarkan hasil pemetaan sumber-sumber risiko produksi yaitu
dengan melakukan strategi preventif dan mitigasi. Strategi preventif yang
diusulkan antara lain membentuk kelompok yang beranggotakan para peternak
plasma untuk memperkuat posisi tawar, memasang beberapa unit kipas angin
(blower), memasang satu unit thermometer ruangan, membuat saluran air, dan
memberikan larutan herbal pada pakan dan air minum. Strategi mitigasi yang
diusulkan antara lain memberikan larutan gula merah, meningkatkan dosis
pemberian vitamin C dengan tingkat suplementasi sebesar 250 ppm, menambah
jumlah tempat air minum, melakukan perawatan secara intensif bagi ayam broiler
yang terserang penyakit, melakukan pengobatan herbal, dan mengelompokkan
ayam broiler afkir ke dalam kandang yang terpisah dari ayam broiler lain.

ANALISIS RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER PADA


PETERNAKAN BAPAK MAULID DI KELURAHAN
KARANG ANYAR KECAMATAN BUKIT BARU
KOTA PALEMBANG

RIZKI AMELIA
H 34080043

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Judul Skripsi

: Analisis Risiko Produksi Ayam Broiler pada Peternakan Bapak


Maulid di Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Bukit Baru
Kota Palembang

Nama

: Rizki Amelia

NIM

: H34080043

Menyetujui,
Pembimbing

Febriantina Dewi, SE, MM, M.Sc


NIP. 19690205 199603 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS


NIP 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko
Produksi Ayam Broiler pada Peternakan Bapak Maulid di Kelurahan Karang
Anyar Kecamatan Bukit Baru Kota Palembang adalah karya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2012

Rizki Amelia
H34080043

RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama lengkap Rizki Amelia, dilahirkan di Kota
Palembang pada tanggal 6 April 1990. Saya adalah bungsu dari lima bersaudara,
dari pasangan Ayahanda Salmi dan Ibunda Lela Nirwana.
Saya menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 6 Kecamatan Talang
Kelapa pada tahun 2002 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada
tahun 2005 di SMP Negeri 1 Kecamatan Talang Kelapa. Pendidikan lanjutan
menengah atas diselesaikan pada tahun 2008 di SMA Plus Negeri 17 Kota
Palembang.
Saya diterima sebagai mahasiswi di Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selama menjalani pendidikan di
IPB, saya juga aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi Ikatan
Keluarga Mahasiswa Provinsi Sumatera Selatan (Ikamusi).

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin.
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala
berkat rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Analisis Risiko Produksi Ayam Broiler pada Peternakan Bapak Maulid di
Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang.
Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh
Peternakan Bapak Maulid. Risiko produksi tersebut mempengaruhi tingkat
pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode
produksi.
Saya sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan karena adanya
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun, saya tetap mengharapkan agar
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2012


Rizki Amelia

UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, saya ingin menyampaikan terimakasih dan
penghargaan kepada :
1.

Febriantina Dewi, SE, MM, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, waktu, nasihat, dan kesabaran kepada saya
selama menyusun skripsi ini.

2.

Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji utama yang telah
memberikan saran dan arahan untuk perbaikan terhadap isi skripsi ini.

3.

Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M.Agribis selaku dosen penguji komisi


pendidikan yang telah memberikan saran dan arahan dalam penulisan format
dan isi skripsi ini.

4.

Orang tuaku tercinta Ayahanda Salmi dan Ibunda Lela Nirwana atas segala
perhatian, kasih sayang, doa, nasehat, dan dukungannya selama ini, sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

5.

Saudara-saudaraku yang selalu kubanggakan, Satya Nugraha, Indra Rosehan,


Maulid Ibrahim Zakir, dan Muhammad Aidil, atas doa, dukungan, dan
perhatiannya.

6.

Keluarga besarku yang tiada henti selalu memberikan doa, perhatian, dan
dukunngan.

7.

Keluarga besar Bapak Maulid Ibrahim Zakir, ST dan pihak peternakan atas
segala dukungan, waktu, tenaga, kesempatan, dan informasi yang telah
diberikan.

8.

Pihak manajemen PT Sumber Unggas Cemerlang, atas dukungan dan


informasi yang telah diberikan.

9.

Sahabat setiaku Rara June Azni, Santi Eka Wahyuni dan Lia Pratiwi, yang
selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat selama ini.

10. Sahabat kulinerku Liska Andrini Tatilu, Ni Putu Ayuning WPM, dan Fawzia
Defrida, atas segala perhatian, doa, dan dukungannya selama ini.
11. Teman-teman seperjuangan Sumsel, Herawati dan Arini Prihatin, atas segala
bantuan, doa, dan semangat yang diberikan selama ini.

12. Keluarga besar Bapak Kamir R Brata, atas perhatian, doa, dan dukungannya
selama ini.
13. Bapak Nursoma selaku Kepala Desa Kebonpedes, yang telah memberikan
bimbingan, dukungan, dan arahan selama kegiatan Gladikarya berlangsung.
14. Keluarga besar Agribisnis 45, atas semangat, kebersamaan, doa, dan
dukungan selama ini.
15. Para staf Departemen Agribisnis, terimakasih atas pengabdiannya selama ini
dan tidak pernah lelah memberikan segala bentuk bantuan, serta seluruh pihak
yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

Bogor, Juni 2012


Rizki Amelia

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................

xi

DAFTAR TABEL .............................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................

xv

PENDAHULUAN ....................................................................
1.1. Latar Belakang ....................................................................
1.2. Perumusan Masalah ............................................................
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................

1
1
6
10
10
11

II

TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................


2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler ........................................
2.2. Faktor-faktor Produksi Budidaya Ayam Broiler ................
2.3.1. Kandang ....................................................................
2.3.2. DOC (Day Old Chick) ..............................................
2.3.3. Pakan ........................................................................
2.3.4. Obat-obatan, Vaksin, dan Vitamin ...........................
2.3.5. Tenaga Kerja .............................................................
2.3. Pola Usaha Budidaya Ayam Broiler ...................................
2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu yang Relevan .....................

12
12
13
14
15
16
17
19
20
21

III

KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................


3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ..............................................
3.1.1. Konsep Risiko ...........................................................
3.1.2. Sikap dalam Menghadapi Risiko ..............................
3.1.3. Konsep Manajemen Risiko .......................................
3.1.4. Ukuran Risiko ...........................................................
3.1.5. Analisis Pendapatan Usahaternak Ayam Broiler .....
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .......................................

27
27
27
29
30
32
33
34

IV

METODE PENELITIAN ........................................................


4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian .............................
4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data .................................
4.3. Metode Analisis ..................................................................
4.3.1. Analisis Deskriptif ....................................................
4.3.2. Analisis Pendapatan ..................................................
4.3.3. Analisis Risiko ..........................................................
4.3.4. Penanganan Risiko ...................................................

36
36
36
37
38
39
40
46

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ......................


5.1. Keadaan Umum Peternakan Bapak Maulid ........................
5.1.1. Sejarah Perusahaan ...................................................
5.1.2. Lokasi Perusahaan ....................................................
5.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan ................................

48
48
48
50
51
xi

5.2. Proses Produksi Ayam Broiler Peternakan Bapak Maulid .


5.2.1. Persiapan Kandang ...................................................
5.2.2. Budidaya Ayam Broiler ............................................
5.2.3. Pemanenan ................................................................

53
53
55
60

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................


6.1. Analisis Risiko Produksi Usaha Peternakan Bapak Maulid
6.2. Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Bapak Maulid ......
6.2.1. Biaya Produksi ..........................................................
6.2.2. Penerimaan ...............................................................
6.2.3. Analisis Pendapatan R/C ..........................................
6.3. Analisis Risiko Produksi terhadap Pendapatan ..................
6.3.1. Hasil yang Diharapkan (Expected Return) ...............
6.3.2. Ragam (Variance) .....................................................
6.3.3. Simpangan Baku (Standard Deviation) ....................
6.3.4. Koefisien Variasi (Coefficient Variation) .................
6.3.5. Analisis Tingkat Probabilitas Sumber-sumber
Risiko Produksi .........................................................
6.3.6. Analisis Dampak Risiko Produksi ............................
6.3.7. Pemetaan Risiko Produksi ........................................
6.4. Alternatif Manajemen Risiko Peternakan Bapak Maulid ...

62
62
67
67
70
71
72
72
73
74
75

KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................


7.1. Kesimpulan .........................................................................
7.2. Saran ...................................................................................

89
89
90

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................

92

LAMPIRAN .......................................................................................

95

VI

VII

76
79
82
84

xii

DAFTAR TABEL
Nomor
1.

Halaman
Konsumsi per Kapita Jenis Daging di Indonesia
Tahun 2006 2010 .................................................................

Produksi Daging Ayam Broiler di Indonesia


Tahun 2006 2011 ................................................................

3. Laju Pertumbuhan Produksi Daging Ternak


Sumatera Selatan Tahun 2006 2010 ....................................

2.

4.

Produksi Daging Ternak Unggas di Kota Palembang


Tahun 2004 2010 .................................................................

5. Perkembangan Performa Ayam Broiler Umur 35 Hari .........

12

6. Jenis Pakan Berdasarkan Kandungan Nutrisi ........................

16

7. Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................................

26

8. Metode Analisis untuk Menjawab Tujuan Penelitian ............

38

9. Waktu Produksi Ayam Broiler di Peternakan Bapak


Maulid Selama Periode Pengamatan .......................................

62

10. Sumber-sumber Risiko Produksi di Peternakan


Bapak Maulid .........................................................................

63

11. Feed Convertion Ratio (FCR) Peternakan Bapak Maulid .....

66

12. Biaya Produksi Peternakan Bapak Maulid Selama Periode


Pengamatan ............................................................................

68

13. Kontribusi Penggunaan Total Biaya Produksi


Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan ........

69

14. Penerimaan Budidaya Ayam Broiler di Peternakan Bapak


Maulid Selama Periode Pengamatan ......................................

70

15. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)


Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan ........

72

16. Expected Return Peternakan Bapak Maulid Selama


Periode Pengamatan ...............................................................

73

17. Nilai Ragam Peternakan Bapak Maulid .................................

74

18. Hasil Analisis Probabilitas Sumber-sumber Risiko Produksi


Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan ........

76

19. Hasil Analisis Perhitungan Dampak Sumber Risiko


Produksi Peternakan Bapak Maulid ........................................

81

20. Status Risiko dari Sumber Risiko Produksi


Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan ........

84

21. Manajemen Sumber-sumber Risiko Produksi


Ayam Broiler Peternakan Bapak Maulid ...............................

88
xiii

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Grafik Fluktuasi Tingkat Mortalitas Ayam Broiler


Peternakan Bapak Maulid ......................................................
2.

Grafik Penyimpangan Hasil Produksi Ayam Broiler


Peternakan Bapak Maulid ......................................................

3. Tiga Perbedaan Sikap Pengambilan Keputusan


Investor ...................................................................................

29

4. Proses Pengelolaan Risiko .....................................................

31

5. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ...............................

35

6. Peta Risiko ..............................................................................

46

7. Strategi Preventif dan Mitigasi Risiko ...................................

47

8. Struktur Organisasi Peternakan Bapak Maulid ......................

51

9. Peta Sumber-sumber Risiko Produksi


Peternakan Bapak Maulid ......................................................

83

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.

Halaman
Produksi Daging Ayam Broiler Menurut Provinsi
di Indonesia Tahun 2006 2011 (Ton) ..................................

96

Penyimpangan Hasil Produksi Ayam Broiler Aktual


Peternakan Bapak Maulid dengan Hasil yang Diharapakan ..

97

3. Curah Hujan, Suhu Udara, Kecepatan Angin, dan


Kelembaban Udara di Kota Palembang Tahun 2011 .............

98

4. Standar Rata-rata Bobot Tubuh, Tingkat Mortalitas dan


FCR PT SUC Tahun 2010 2011 (Umur 31 38 Hari) ........

99

5. Harga Garansi Ayam Broiler Hidup PT SUC


Tahun 2010 2011 ..................................................................

100

6. Perhitungan Analisis Probabilitas Ayam Broiler Afkir


Selama Periode Pengamatan .................................................

101

7. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Serangan


Penyakit Selama Periode Pengamatan ..................................

102

8. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Kondisi


Cuaca Selama Periode Pengamatan .......................................

103

9. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Ayam


Broiler Afkir Selama Periode Pengamatan ............................

104

10. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Penyakit


Selama Periode Pengamatan ..................................................

105

11. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Cuaca Selama


Periode Pengamatan ...............................................................

106

12. Analisis Usahatani Ayam Broiler pada Peternakan


Bapak Maulid Tahun 2011 .....................................................

107

2.

xv

I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Subsektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian

yang berpotensi dikembangkan di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik


menyebutkan bahwa pada tahun 2011, subsektor peternakan telah mampu
memberikan kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar
harga yang berlaku sebesar Rp 129,57 triliun atau sekitar 1,74 persen dari total
PDB Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor peternakan tidak kalah
dengan sektor-sektor lainnya, baik sektor migas maupun non migas, yakni mampu
berperan dalam membangun perekonomian di Indonesia seperti melalui
penyerapan jumlah tenaga kerja dan menambah devisa negara.
Ayam broiler merupakan salah satu jenis komoditi dari subsektor
peternakan yang mampu diandalkan dalam mempercepat pembangunan
perekonomian nasional. Jenis unggas ini memerlukan waktu budidaya yang relatif
lebih singkat dibandingkan dengan jenis ternak lain. Ayam broiler sudah dapat
dipanen dalam usia rata-rata 35 hari, sehingga dapat mempercepat pengembalian
modal yang telah ditanamkan oleh para investor.
Tabel 1. Konsumsi per Kapita Jenis Daging di Indonesia Tahun 2006 2010
No. Jenis Daging
Jumlah Konsumsi per Tahun (Kg/Kapita)
2006

2007

2008

2009

2010

1.

Sapi

1,11

1.02

1,17

1,29

1,41

2.

Kerbau

0,11

0,10

0,09

0,08

0,08

3.

Kambing

0,15

0,15

0,15

0,17

0,15

4.

Domba

0,18

0,13

0,11

0,12

0,10

5.

Babi

0,51

0,58

0,54

0,50

0,52

6.

Ayam Buras

0,77

0,65

0,60

0,54

0,57

7.

Ayam Broiler

2,08

2,26

2,39

2,52

2,68

8.

Itik

0,06

0,11

0,07

0,06

0,06

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

Daging ayam broiler merupakan jenis daging yang paling banyak


dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Data yang disajikan pada Tabel 1
menunjukkan bahwa konsumsi daging ayam broiler per kapita di Indonesia

mengalami pertumbuhan yang positif setiap tahunnya, dibandingkan jenis-jenis


daging lain. Berdasarkan Tabel 1, rata-rata pertumbuhan konsumsi daging ayam
broiler adalah sebesar 5,23 persen per tahun. Peningkatan konsumsi tersebut
diduga karena adanya pertambahan jumlah penduduk, peningkatan income per
kapita, harga daging ayam broiler yang lebih terjangkau dibandingkan jenis
daging lain, dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap
pemenuhan kebutuhan protein hewani. Pada tahun 2007, konsumsi daging ayam
broiler per kapita di Indonesia berhasil mencapai pertumbuhan tertinggi, yaitu
sebesar 8,65 persen. Pertumbuhan konsumsi tersebut diduga akibat terjadinya
peningkatan pendapatan nasional Indonesia per kapita atas dasar harga berlaku
yakni sebesar 14,41 persen pada tahun 2007, sesuai dengan data yang disajikan
oleh Badan Pusat Statistik (2010).
Kecenderungan masyarakat Indonesia yang lebih memilih jenis daging
ayam broiler dibandingkan jenis-jenis daging lainnya dan waktu budidaya ayam
broiler yang relatif singkat, menjadikan ayam broiler sebagai komoditi unggulan
bagi para peternak di Indonesia. Tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang
lebih tinggi terhadap daging ayam broiler, menuntut supply daging ayam broiler
dalam jumlah yang lebih banyak di pasar. Hal ini mengindikasikan bahwa ayam
broiler memiliki prospek bisnis yang cukup baik diantara komoditas peternakan
lainnya.
Tabel 2. Produksi Ayam Broiler di Indonesia Tahun 2006 2011
Tahun
Produksi (Ton)
Pertumbuhan Produksi (%)
2006

861.262,76

2007

942.785,67

9,46

2008

1.018.735,94

8,05

2009

1.101.765,50

8,15

2010

1.241.251,00

12,66

2011*)

1.297.447,00

4,52

Keterangan *) : Angka Sementara


Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)

Perkembangan subsektor peternakan ayam broiler di Indonesia salah


satunya dapat dilihat berdasarkan jumlah produksi ayam broiler dari tahun ke

tahun. Berdasarkan Tabel 2, rata-rata pertumbuhan produksi ayam broiler di


Indonesia adalah sebesar 7,14 persen per tahun. Pertumbuhan produksi terbesar
ayam broiler di Indonesia dicapai pada tahun 2010, yakni sebesar 12,66 persen.
Hal ini diduga dikarenakan semakin banyak investor yang tertarik untuk
menanamkan modalnya pada uahaternak ayam broiler, semakin banyak peternak
ayam broiler yang meningkatkan skala usahanya, dan semakin berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berimplikasi pada semakin efisiennya
teknik budidaya ayam broiler.
Data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
menyatakan bahwa pada tahun 2010, Provinsi Sumatera Selatan merupakan
provinsi penghasil daging ayam broiler terbesar ketiga di Pulau Sumatera, setelah
Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Riau. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi
Sumatera Selatan memiliki potensi dalam pengembangan usahaternak ayam
broiler. Komoditi ayam broiler adalah jenis komoditi yang memiliki jumlah
produksi tertinggi di antara jenis komoditas peternakan lain di Provinsi Sumatera
Selatan.
Tabel 3.
No.

Laju Pertumbuhan Produksi Daging Ternak Sumatera Selatan Tahun


2006 2010
Jenis Daging
Laju Pertumbuhan Produksi per Tahun (%)
Ternak
2006
2007
2008
2009
2010

1.

Sapi Potong

0,33

1,75

8,36

29,61

1,76

2.

Kambing

32,20

1,64

10,35

18,57

2,35

3.

Domba

3,86

-71,77

51,53

-51,45

35,42

4.

Kerbau

-17,77

1,74

-16,80

-32,60

0,11

5.

Babi

0,32

1,75

-6,32

-7,29

7,01

6.

Ayam Broiler

15,56

56,48

4,76

-0,31

21,83

7.

Ayam Buras

-28,61

-30,79

-27,03

18,19

13,70

8.

Ayam Ras Petelur

19,43

-54,59

48,81

59,05

5,28

9.

Itik

5,88

5,04

2,21

17,07

-27,08

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah produksi daging ayam


broiler di Provinsi Sumatera Selatan cenderung mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun, yaitu dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 16,39 persen per
tahun. Laju pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan laju
pertumbuhan produksi jenis daging ternak lain di Provinsi Sumatera Selatan.
Berdasarkan data tersebut, laju pertumbuhan produksi beberapa jenis daging
ternak cenderung mengalami penurunan pada tahun 2007. Namun, pertumbuhan
tertinggi produksi ayam broiler justru terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 56,48
persen. Hal ini diduga pada tahun 2007 sebagian besar peternak beralih untuk
membudidayakan ayam broiler akibat pola kemitraan inti plasma yang semakin
berkembang di Provinsi Sumatera Selatan.
Jumlah produksi daging ayam broiler di Provinsi Sumatera Selatan
cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa komoditi ayam broiler mampu memberikan kontribusi bagi subsektor
peternakan, khususnya bagi pembangunan perekonomian daerah. Perkembangan
usahaternak ayam broiler di Provinsi Sumatera Selatan didukung oleh
ketersediaan lahan yang masih cukup luas, kondisi alam yang cukup mendukung,
serta ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup memadai.
Kota Palembang yang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan
pun ternyata masih memiliki potensi pengembangan budidaya ayam broiler.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan, pada tahun
2009 Kota Palembang menempati urutan ketiga terbesar penghasil daging ayam
broiler di Provinsi Sumatera Selatan, setelah Kabupaten Muara Enim dan
Kabupaten Banyuasin. Namun pada tahun 2010 lalu, sempat mengalami
penurunan sehingga Kota Palembang menempati urutan keempat sebagai
penghasil daging ayam broiler terbesar setelah Kabupaten Banyuasin, Muara
Enim, dan Ogan Komering Ilir.
Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 4, produksi daging ayam broiler
di Kota Palembang mengalami penurunan pada tahun 2007 dan tahun 2010.
Penurunan produksi tersebut diduga akibat terjadinya serangan virus flu burung
yang sempat mewabah di Kota Palembang pada tahun 2007. Penurunan produksi
yang terjadi pada tahun 2010 diduga akibat terjadinya musim kemarau panjang
yang sempat melanda Kota Palembang. Namun jika dilihat dari besarnya
kontribusi yang dihasilkan, komoditi ayam broiler memberikan kontribusi rata-

rata terbesar terhadap jumlah produksi ternak unggas di Kota Palembang yaitu
sebesar 72,35 persen per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa usahaternak ayam
broiler meskipun memiliki potensi untuk dikembangkan, namun masih
menimbulkan risiko sehingga dapat mempengaruhi hasil produksi.
Tabel 4. Produksi Daging Ternak Unggas di Kota Palembang Tahun 2006 - 2010
No. Jenis Unggas
Jumlah Produksi (Ton)
Kontribusi
Rata-rata
2006
2007
2008
2009
2010
(%)
1.

Ayam Buras

934

1.143

1.183

1.236

1.250

22,89

2.

Ayam Petelur

182

194

201

210

215

3,99

3.

Ayam Broiler

3.870

3.406

3.525

3.684

3.672

72,35

4.

Itik

27

38

40

42

43

0,75

5.013

4.781

4.949

5.172

5.180

100

Jumlah

Sumber : Dinas Peternakan Kota Palembang (2011)

Menurut Djohanputro (2008), adanya risiko diindikasikan oleh terjadinya


fluktuasi tingkat produktivitas yang diperoleh dari setiap periode waktu tertentu.
Fluktuasi

tersebut

dapat

mempengaruhi

tingkat

pendapatan

sehingga

menyebabkan terjadinya penyimpangan terhadap tingkat pendapatan yang


diharapkan (expected return) dengan tingkat pendapatan aktual yang diperoleh
peternak. Menurut Kasidi (2010), risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari berbagai aktivitas kehidupan, termasuk aktivitas suatu usaha. Semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, terkadang justru semakin
berpotensi menimbulkan risiko yang lebih kompleks. Hal ini menuntut setiap
pelaku usaha harus memiliki kemampuan mengelola setiap risiko yang dihadapi
dengan baik untuk mencegah terganggunya keberlangsungan aktivitas usaha yang
dapat menimbulkan kerugian.
Peternakan Bapak Maulid adalah sebuah peternakan plasma yang menjalin
hubungan kerjasama dengan pihak perusahaan inti yaitu PT Sumber Unggas
Cemerlang (PT SUC). Peternakan yang terletak di Kelurahan Karang Anyar,
Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan tersebut,
membudidayakan ayam broiler sebanyak 6.000 ekor. Namun meskipun telah
menjalin hubungan kemitraan inti plasma dengan PT SUC, Peternakan Bapak

Maulid masih menghadapi risiko yang ditandai dengan berfluktuasinya tingkat


produktivitas dan tingkat pendapatan yang diperoleh pada setiap periode produksi.
Adanya risiko yang dihadapi pada setiap periode produksi ayam broiler
harus disertai dengan kemampuan peternak dalam mengelola risiko dengan baik,
agar tidak meimbulkan kerugian. Risiko yang dihadapi oleh Peternakan Bapak
Maulid perlu dianalisis untuk menekan tingkat probabilitas (peluang) terjadinya
risiko maupun dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Melalui hasil
analisis ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Peternakan Bapak
Maulid dalam menangani risiko yang dihadapinya, sehingga mampu memperoleh
tingkat pendapatan yang optimal.
1.2.

Perumusan Masalah
Sejak awal menjalankan usahanya, Peternakan Bapak Maulid sudah

menjalani hubungan kemitraan pola inti-plasma dengan PT Sumber Unggas


Cemerlang (PT SUC). Hubungan kerjasama ini dilakukan untuk memberikan
kemudahan bagi Peternakan Bapak Maulid dalam memperoleh sarana produksi
ternak, adanya bimbingan teknis budidaya, dan adanya kepastian pemasaran hasil
produksi. Selain itu, alasan Bapak Maulid menerapkan sistem kemitraan ini
adalah sebagai cara untuk meminimalisasi risiko-risiko yang dihadapi oleh
Peternakan Bapak Maulid dalam menjalankan aktivitas budidaya ayam broiler
yang dapat menyebabkan kerugian, seperti risiko harga input, risiko harga output,
dan risiko produksi akibat adanya serangan wabah penyakit. Peternakan Bapak
Maulid mengawali budidaya ayam broiler dengan kapasitas sebanyak 5.000 ekor.
Namun pada periode produksi selanjutnya, total kapasitas budidaya ayam broiler
di Peternakan Bapak Maulid adalah sebanyak 6.000 ekor. Dalam hal ini,
Peternakan Bapak Maulid berperan sebagai pihak plasma sedangkan PT SUC
berperan sebagai pihak inti.
PT SUC sebagai pihak inti, berperan dalam menyediakan DOC (Day Old
Chick), pakan, vaksin, vitamin, obat-obatan, memberikan pengawasan budidaya
ayam broiler, dan menetapkan harga garansi (harga kontrak) dengan pihak
plasma. Harga garansi yang ditetapkan tersebut memberikan jaminan bagi
Peternakan Bapak Maulid dalam menghadapi risiko fluktuasi harga input produksi
dan harga jual ayam broiler di pasar. Peternakan Bapak Maulid sebagai pihak
6

plasma, berperan dalam menyiapkan lahan, kandang, perlengkapan dan peralatan


budidaya, serta tenaga kerja.
Peternakan Bapak Maulid masih menghadapi risiko produksi meskipun
telah menjalin kemitraan inti-plasma dengan PT SUC. Risiko produksi merupakan
risiko yang dapat mengganggu aktivitas produksi usahaternak ayam broiler
sehingga dapat menimbulkan kerugian berupa penurunan hasil produksi
Peternakan Bapak Maulid. Sumber-sumber risiko produksi yang seringkali
dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler antara lain adalah kualitas DOC,
wabah penyakit, dan kondisi cuaca.
Kualitas DOC sangat mempengaruhi pertumbuhan dan daya tahan tubuh
ayam broiler. Kualitas DOC yang rendah ditandai dengan pertambahan bobot
tubuh yang lebih lambat. Selama menjalani proses budidaya, DOC yang
berkualitas rendah cenderung membutuhkan pakan dalam jumlah yang lebih
banyak. Namun, hal ini tidak mempengaruhi pertumbuhan maupun pertambahan
bobot ayam broiler, sehingga total biaya produksi yang dikeluarkan menjadi lebih
tinggi. Selain itu, DOC dengan kualitas rendah akan lebih mudah terserang
penyakit karena daya tahan tubuh yang lebih lemah.
Wabah penyakit seringkali melanda usahaternak ayam broiler dan
berpengaruh langsung sebagai pemicu terjadinya risiko produksi. Serangan
penyakit sulit terdeteksi, dapat terjadi secara tiba-tiba, dan dapat menyebabkan
tingginya tingkat mortalitas. Jenis penyakit yang menyerang ayam broiler pada
usaha Peternakan Bapak Maulid yaitu penyakit Gumboro dan penyakit
Kolibasilosis. Penyakit Gumboro disebabkan oleh virus Gumboro yang
menyerang sistem kekebalan tubuh ayam broiler dan ditandai dengan kotoran
ayam broiler yang encer, berlendir, dan berwarna putih (Santoso dan Sudaryani,
2009). Penyakit Kolibasilosis yang menyerang ayam broiler di Peternakan Bapak
Maulid merupakan infeksi lanjutan akibat mengalami stress karena terjadinya
perubahan kondisi cuaca yang ekstrim.
Perubahan cuaca sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi ayam
broiler. Pada musim kemarau, dapat meningkatkan suhu di dalam tubuh ayam
broiler sehingga dapat meningkatkan penguapan. Pada musim penghujan, dapat
menyebabkan kelembaban yang tinggi di dalam kandang, sehingga mampu

meningkatkan perkembangbiakan bibit penyakit. Selain itu, terjadinya perubahan


cuaca yang ekstrim seringkali dapat menyebabkan ayam broiler menjadi stress,
sehingga dapat mempengaruhi daya tahan tubuh.

Tingkat Mortalitas (%)

8
7
6
5
4
3
2
1
0

Periode Produksi
I

Gambar 1.

II

III

IV

VI

VII

Grafik Fluktuasi Tingkat Mortalitas Ayam Broiler Peternakan


Bapak Maulid

Tingkat produktivitas ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid


cenderung mengalami kenaikan dan berfluktuasi pada setiap periode produksi,
yang dicerminkan dengan berfluktusinya tingkat mortalitas ayam broiler.
Berdasarkan Gambar 1, tingkat mortalitas ayam broiler terendah di Peternakan
Bapak Maulid terjadi pada periode produksi II yaitu sebesar 0,37 persen,
sedangkan tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada periode produksi VII, yaitu
mencapai 7,50 persen. Tingkat mortalitas ayam broiler yang tinggi pada periode
produksi VII menyebabkan Peternakan Bapak Maulid mengalami kerugian.

Total Produksi (Kg)

12000
10000
8000
StandarProduksi(Kg)

6000

TotalProduksiAktual(Kg)

4000
2000
0

Periode Produksi
I

Gambar 2.

II

III

IV

VI

VII

Grafik Penyimpangan Hasil Produksi Ayam Broiler Peternakan


Bapak Maulid

Berdasarkan Gambar 2, total produksi ayam broiler di Peternakan Bapak


Maulid cenderung mengalami penurunan setiap periode produksi. Selain itu, telah
terjadi penyimpangan antara hasil produksi aktual Peternakan Bapak Maulid
dengan standar produksi PT SUC. Penyimpangan tersebut terjadi pada periode
produksi III, V, VI, dan VII.
Pada periode produksi III dan V, umur rata-rata panen ayam broiler di
Peternakan Bapak Maulid adalah 35 hari (Lampiran 2). Pada umur tersebut, bobot
rata-rata minimal ayam broiler yang seharusnya dihasilkan berdasarkan standar
dari PT SUC adalah sebesar 1,75 kilogram per ekor. Namun, pada periode
produksi tersebut masing-masing bobot rata-rata aktual yang dihasilkan adalah
sebesar 1,61 kilogram per ekor dan 1,70 kilogram per ekor. Pada periode produksi
VI dan VII, umur rata-rata panen ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid
adalah 34 hari (Lampiran 2). Bobot rata-rata ayam broiler yang dihasilkan pada
periode produksi VI berada pada standar PT SUC. Namun pada periode produksi
tersebut, tingkat mortalitas ayam broiler cukup tinggi yaitu mencapai 3,58 persen.
Hal ini menyebabkan hasil produksi aktual Peternakan Bapak Maulid pada
periode produksi VI masih berada di bawah hasil produksi yang diharapkan. Pada
periode produksi VII, bobot rata-rata minimal ayam broiler yang seharusnya
dihasilkan berdasarkan standar dari PT SUC adalah sebesar 1,68 kilogram per
ekor. Namun, bobot rata-rata aktual yang dihasilkan pada periode produksi
tersebut adalah sebesar 1,46 kilogram per ekor.
Berdasarkan

hasil

pemaparan

di

atas,

terlihat

adanya

bentuk

penyimpangan antara hasil yang diharapkan oleh Peternakan Bapak Maulid


dengan hasil aktual yang telah dicapai. Bentuk penyimpangan tersebut
mengindikasikan adanya risiko yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid dan
harus dikelola, sehingga dapat mencapai tujuannya untuk memperoleh total hasil
maupun tingkat pendapatan yang optimal. Berdasarkan uraian tersebut, beberapa
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain :
1. Apa saja sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan
Bapak Maulid ?
2. Bagaimana tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak
Maulid ?

3. Bagaimana tingkat probabilitas dan dampak dari sumber-sumber risiko


produksi yang dihadapi Peternakan Bapak Maulid ?
4. Bagaimana

alternatif-alternatif

strategi

yang

dapat

diterapkan

oleh

Peternakan Bapak Maulid untuk menangani risiko produksi yang dihadapi ?


1.3.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan penelitian yang

telah dikemukanan, maka tujuan dari penelitian ini adalah


1. Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber risiko produksi yang
dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid.
2. Menganalisis tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak
Maulid.
3. Menganalisis tingkat probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko produksi
yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid.
4. Menganalisis alternatif-alternatif strategi yang dapat diterapkan Peternakan
Bapak Maulid untuk menangani risiko produksi yang dihadapi.
1.4.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk membantu
Peternakan Bapak Maulid dalam melakukan analisis terhadap risiko produksi
yang dihadapinya, sehingga dapat membantu dalam proses pembuatan
maupun pengambilan keputusan.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para peternak ayam broiler yang
akan memulai maupun mengembangkan usahanya, dalam menganalisis dan
menangani risiko produksi guna mengoptimalkan tingkat pendapatan.
3. Sebagai bahan rujukan bagi masyarakat peneliti untuk mengembangkan
penelitian selanjutnya yang sejenis dan mengembangkan kembali teori-teori
yang terkait dengan risiko.
4. Dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan pemahaman penulis dalam
menganalisis risiko, khususnya pada usahaternak ayam broiler yang
menerapkan kerjasama kemitraan inti-plasma.

10

1.5.

Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan milik Bapak Maulid, yang

melakukan usahaternak ayam broiler dengan menerapkan hubungan kemitraan


inti-plasma. Petenakan Bapak Maulid berlokasi di Kelurahan Karang Anyar,
Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang. Penelitian ini dibatasi pada analisis
risiko yang meliputi analisis hasil yang diharapkan (expected return), analisis
varian (variance), analisis simpangan baku (standard deviation), analisis koefisien
variasi (coefficient variation), analisis metode nilai standar (z-score), dan analisis
metode Value at Risk (VaR).
Analisis hasil yang diharapkan (expected return), analisis varian
(variance), analisis simpangan baku (standard deviation), dan analisis koefisien
variasi (coefficient variation), digunakan uuntuk mengetahui besarnya tingkat
risiko produksi berdasarkan tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak
Maulid. Analisis metode nilai standar (z-score) digunakan untuk mengetahui
besarnya tingkat probabilitas (peluang) kejadian sumber-sumber risiko produksi di
Peternakan Bapak Maulid. Analisis metode Value at Risk (VaR) digunakan untuk
mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat adanya sumber-sumber risiko
produksi di Peternakan Bapak Maulid pada tingkat kepercayaan tertentu. Hasil
analisis tingkat probabilitas sumber-sumber risiko produksi dan analisis metode
Value at Risk (VaR) dapat dipetakan ke dalam peta risiko sehingga dapat
ditemukan alternatif manajemen risiko produksi yang dapat diterapkan oleh
Peternakan Bapak Maulid.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh
langsung dari Peternakan Bapak Maulid, berupa data hasil produksi ayam broiler
selama tujuh periode produksi yaitu pada 7 Januari 2011 26 November 2011.
Data sekunder tersebut merupakan data pada saat Peternakan Bapak Maulid
menjalin kerjasama kemitraan inti-plasma dengan pihak PT Sumber Unggas
Cemerlang (PT SUC), karena pada saat ini Peternakan Bapak Maulid sudah
menjalin kerjasama dengan perusahaan inti lain yaitu PT Sumber Intan Grup (PT
SIG). Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data primer yang diperoleh dari
hasil observasi dan wawancara dan dianalisis secara deskriptif untuk menganalisis
risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid.

11

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Usaha Peternakan Ayam Broiler


Usaha peternakan ayam broiler telah banyak berkembang di Indonesia.

Hal ini ditandai dengan kecenderungan peningkatan jumlah produksi daging ayam
broiler di berbagai daerah di Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2011
(Lampiran 1). Menurut Rasyaf (2010), galur murni ayam broiler sudah ada sejak
tahun 1960. Namun, di Indonesia ayam broiler baru populer secara komersial
pada tahun 1980. Perkembangan usahaternak ayam broiler didukung oleh
semakin meningkatnya jumlah penduduk dan total pendapatan per kapita. Selain
itu, harga daging ayam broiler pun cukup terjangkau bagi masyarakat sehingga
lebih banyak dikonsumsi dibandingkan jenis daging hewan lainnya.
Seiring

dengan

perkembangan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi,

menjadikan waktu pemeliharaan yang dibutuhkan dalam membudidayakan ayam


broiler semakin singkat, yakni rata-rata pada umur 35 hari, ayam broiler sudah
dapat dipanen. Hal ini mengakibatkan semakin banyak investor (peternak) yang
berminat untuk membudidayakan ayam broiler. Waktu pemeliharaan ayam
broiler yang cukup singkat, mengimplikasikan jumlah modal yang telah
ditanamkan akan cepat kembali. Selain itu, peternak pun masih dapat memperoleh
penerimaan tambahan dari produk sampingan ayam broiler, yaitu kotoran ayam
yang dapat dijual untuk dimanfaatkan sebagai pupuk kandang.
Tabel 5. Perkembangan Performa Ayam Broiler Umur 35 Hari
No.
Tahun
Bobot (Kg)

FCR

1.

< 1980

1,0 1,2

1,9 2,0

2.

1980

1,2 1,4

1,8 1,9

3.

1990 2000

1,4 1,6

1,7 1,8

4.

>2000

>1,6

<1,7

Sumber : Santoso dan Sudaryani (2009)

Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), performa ayam broiler di


Indonesia terus menagalami perkembangan yang baik. Berdasarkan Tabel 5, bobot
ayam broiler umur 35 hari semakin mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
hingga pada usia tersebut ayam broiler sudah dapat dipanen. Selain itu, nilai FCR

(Feed Convertion Ratio) yang dihasilkan dari tahun ke tahun pun semakin kecil.
Hal ini mengindikasikan bahwa usahaternak ayam broiler di Indonesia semakin
efisien, yaitu untuk menghasilkan bobot rata-rata ayam broiler yang cukup besar
membutuhkan penggunaan pakan yang lebih sedikit.
Sistem agribisnis ayam broiler di Indonesia melipuuti subsistem hulu,
subsistem onfarm, subsistem hilir, dan subsistem penunjang. Sistem agribisnis
tersebut saling terintegrasi satu sama lain secara ke depan (forward) maupun ke
belakang (backward), dan ke atas (upstream) maupun ke bawah (downstream).
Serangkaian sistem agribisnis ayam broiler tersebut dilakukan untuk memberikan
dan atau menciptakan nilai tambah.
Subsistem agribisnis hulu ayam broiler meliputi seluruh aktivitas
pengadaan sarana produksi ternak yang terdiri dari, lahan, kandang, DOC (Day
Old Chick), pakan, peralatan, mesin, obat-obatan, vitamin, vaksin, bahan bakar,
dan tenaga kerja. Subsistem agribisnis onfarm meliputi keseluruhan aktivitas yang
berkaitan langsung dengan proses budidaya ataupun produksi ayam broiler dan
menggunakan sarana produksi ternak dari subsistem agribisnis hulu. Aktivitas
yang berkaitan langsung dengan proses budidaya ayam broiler meliputi aktivitas
pemanasan dan pembesaran. Subsistem agribisnis hilir ayam broiler meliputi
aktivitas-aktivitas distribusi dan pengolahan produk yang dihasilkan oleh
subsistem onfarm. Pada subsistem agribisnis hilir, aktivitas diawali dengan proses
pemanenan, pemasaran, dan pengolahan ayam broiler. Subsistem penunjang
merupakan subsistem yang mendukung dan berperan langsung terhadap seluruh
kegiatan yang ada pada subsistem hulu, subsistem onfarm, dan subsistem hilir.
Subsistem penunjang terdiri dari aktivitas-aktivitas yang dijalankan oleh lembagalembaga penunjang seperti, lembaga keuangan, hukum, informasi dan
komunikasi, transportasi, pendidikan, dan penelitian
2.2.

Faktor-faktor Produksi Budidaya Ayam Broiler


Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), faktor-faktor produksi yang perlu

diperhatikan dalam pembudidayaan ayam broiler antara lain, kandang, DOC,


pakan, vaksin, dan tenaga kerja.

13

2.2.1. Kandang
Kandang merupakan faktor produksi pertama yang harus diperhatikan oleh
peternak. Menurut Jayanata dan Harianto (2011), jenis kandang ayam broiler
berdasarkan konstruksi dindingnya dibedakan menjadi kandang terbuka dan
kandang tertutup. Namun, Jayanata dan Harianto (2011) menambahkan bahwa
penggunaan jenis kandang terbuka lebih banyak dipilih oleh peternak. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan oleh peternak dalam proses penyediaan kandang
antara lain :
1. Lokasi Kandang
Lokasi kandang yang baik adalah terletak jauh dari pemukiman penduduk
dan peternakan lain. Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), jarak antara kandang
dengan pemukiman penduduk adalah minimal 500 meter, sedangkan jarak dengan
peternakan lain minimal 1.000 meter. Lokasi kandang yang jauh dari pemukiman
penduduk

dimaksudkan

agar

aktivitas

penduduk

tidak

mengganggu

keberlangsungan budidaya ayam broiler ataupun sebaliknya, budidaya ayam


broiler tidak menimbulkan efek eksternalitas negatif kepada penduduk. Di
samping itu, lokasi kandang yang jauh dari peternakan lain, merupakan salah satu
upaya antisipasi penyebaran penyakit yang didatangkan dari peternakan lain.
Menurut Setiawan (2010), lokasi yang berada di sekitar hutan atau yang dipenuhi
oleh banyak pohon, sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat peternakan
unggas, khususnya ayam broiler. Ketersediaan air, saluran listrik, dan kondisi
infrastruktur juga harus diperhatikan oleh peternak dalam memilih lokasi
pendirian kandang, guna mendukung kelancaran budidaya ayam broiler.
2. Kapasitas Kandang
Ukuran kandang sangat mempengaruhi kapasitas pemeliharaan ayam
broiler. Menurut Rasyaf (2010), kapasitas pemeliharaan ayam broiler dapat
disesuaikan dengan lokasi peternakan. Kapasitas pemeliharaan yang disarankan
bagi peternakan ayam broiler yang berada di dataran rendah adalah sebanyak 8
9 ekor per meter persegi. Kapasitas pemeliharaan yang disarankan bagi
peternakan ayam broiler yang berada di dataran tinggi adalah sebanyak 11 12
ekor per meter persegi. Oleh karena itu, para peternak ayam broiler sebaiknya

14

menyesuaikan lokasi peternakan, jumlah ayam broiler yang akan dipelihara, dan
luas kandang yang dimiliki.
3. Ventilasi Kandang
Menurut Rasyaf (2010), semakin tinggi suhu di dalam kandang, umur, dan
bobot ayam broiler, maka semakin banyak jumlah udara segar yang dibutuhkan.
Oleh karena itu, pengaturan ventilasi sangat dibutuhkan untuk mengatur sirkulasi
udara di dalam kandang. Rasyaf (2010) menyatakan pengaturan sirkulasi udara
dapat dilakukan melalui ventilasi buatan berupa kipas angin. Kipas angin tersebut
berfungsi mengeluarkan udara kotor dan beracun ke luar kandang, dan
menghembuskan udara bersih dan segar masuk ke dalam kandang.
4. Peralatan Kandang
Peralatan kandang menurut Santoso dan Sudaryani (2009) antara lain
meliputi, instalasi listrik, instalasi air minum, tempat pakan, alas kandang,
pemanas ruangan, tirai kandang, dan pelindung indukan (brooder guard). Jenis
pemanas yang seringkali digunakan oleh peternak ayam broiler yaitu pemanas
listrik, pemanas gas, pemanas batu bara, dan pemanas minyak tanah.
5. Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan, obat-obatan, dan
peralatan serta perlengkapan kandang lainnya. Oleh karena itu, gudang sebaiknya
berada dekat dengan kandang untuk memudahkan akses dalam pengangkutan
input-nput yang diperlukan. Jarak antara gudang dengan kandang menurut
Santoso dan Sudaryani (2009) adalah sekitar 10 meter.
2.2.2. DOC (Day Old Chick)
DOC adalah bibit ayam atau anak ayam yang baru berusia satu hari.
Kualitas DOC sangat menentukan kelangsungan dan hasil produksi usahaternak
ayam broiler. Menurut Jayanata dan Harianto (2011), DOC yang berkualitas baik
memiliki ciri-ciri berasal dari indukan yang berkualitas, DOC sehat, bebas dari
penyakit, aktif bergerak, lincah, tidak terlihat lesu, tubuh gemuk dan berbentuk
bulat, berbulu bersih dan mengkilat, mata terlihat tajam dan cerah, lubang anus
bersih dan tidak terdapat kotoran, tidak terdapat bekas luka dan tidak cacat, serta
bobot tubuh minimal 37 gram atau rata-rata sebesar 40 gram.

15

Dalam pemeliharaannya, DOC sangat membutuhkan keadaan yang steril,


sehingga kebersihan kandang harus terjaga saat penerimaan DOC. Selain itu
menurut Jayanata dan Harianto (2011), DOC juga membutuhkan suhu yang lebih
hangat dibandingkan ayam broiler yang telah menginjak usia dewasa. Oleh karena
itu sebelum penerimaan DOC, hendaknya pemanas ruangan telah dinyalakan
terlebih dahulu.
Menurut Solihin (2009), harga DOC cenderung sering mengalami
kenaikan dan berfluktuasi akibat ketersediaan DOC yang tidak terkontrol serta
masih minimnya regulasi yang mengatur keseimbangan antara penawaran dan
permintaan DOC. Ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dan penawaran
DOC yang tersedia dapat mempengaruhi tingkat harga DOC.
2.2.3. Pakan
Keberhasilan usahaternak ayam broiler menurut Jayanata dan Harianto
(2011), ditentukan oleh kualitas pakan yang diberikan, disamping sifat genetik
yang dimiliki ayam broiler dan manajemen yang diterapkan oleh peternakan. Sifat
khas ayam broiler yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat harus didukung
oleh pemberian jenis pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang cukup. Jenis
pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan umur ayam broiler. Hal ini
dikarenakan setiap jenis pakan memiliki kandungan nutrisi yang berbeda, sesuai
dengan jumlah nutrisi yang diperlukan pada setiap fase pertumbuhan ayam
broiler. Adapun Santoso dan Sudaryani (2009) telah menggolongkan tiga jenis
pakan berdasarkan kandungan nutrisinya.
Tabel 6. Jenis Pakan Berdasarkan Kandungan Nutrisi
No.
Jenis Pakan
Umur
Protein (%)
Ayam Broiler
(Hari)

Energi
Metabolisme
(kkal/kg pakan)

1.

Prestarter

17

23 24

3.050

2.

Starter

8 28

21 22

3.100

3.

Finisher

29 panen

18 20

3.200 3.300

Sumber : Santoso dan Sudaryani (2009)

Berdasarkan Tabel 6, energi terbesar dapat diperoleh dari jenis pakan


finisher, yaitu sekitar 3.200 3.300 kilo kalori per kilogram, yang diberikan pada
16

saat ayam broiler berumur 29 hari hingga memasuki waktu panen. Kandungan
protein tertinggi terdapat pada jenis pakan prestarter, yaitu sebesar 23 24
persen. Jenis pakan prestarter diberikan pada saat ayam broiler berumur 1 7
hari. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan protein lebih banyak dibutuhkan
oleh ayam broiler pada usia tersebut, karena protein berperan secara langsung
dalam mendukung pertumbuhan ayam broiler.
Penggunaan jumlah pakan yang tidak berimbang dengan bobot rata-rata
ayam broiler dapat mengakibatkan kerugian bagi peternak. Hal ini dikarenakan
biaya terbesar dari total biaya produksi bersumber dari biaya pembelian pakan.
Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), biaya untuk pakan ayam broiler
menempati kontribusi terbesar, yaitu sekitar 70 persen dari total biaya produksi.
Oleh karena itu, efisiensi penggunaan pakan perlu diperhatikan oleh peternak
ayam broiler.
Efisiensi penggunaan pakan dapat dilakukan dengan menambahkan
probiotik dan herbal. Jayanata dan Harianto (2011) juga menambahkan bahwa
peternak ayam broiler dapat mencampurkan probiotik pada air minum yang
diberikan, yang dapat dilakukan sejak tahap awal pemeliharaan. Menurut Jayanata
dan Harianto (2011), probiotik dapat menghambat pertumbuhan patogen di dalam
tubuh, meningkatkan daya cerna, dan meningkatkan pertumbuhan bobot tubuh.
Pemberian probiotik dapat mengoptimalkan pertumbuhan ayam broiler sehingga
mampu mengefisiensikan penggunaan pakan.
Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi dampak dari
kenaikan harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat mempengaruhi
tingkat pendapatan. Menurut Solihin (2009), harga pakan yang cenderung naik
dan berfluktuasi dipengaruhi oleh kondisi tingkat harga bahan baku pembuatan
pakan.
2.2.4. Obat-obatan, Vaksin, dan Vitamin
Penggunaan obat-obatan, vaksin, dan vitamin sangat dibutuhkan untuk
mengatasi

penyakit,

meningkatkan

kekebalan

tubuh,

dan

menunujang

pertumbuhan ayam broiler. Menurut Aziz (2009), obat-obatan, vaksin, dan


vitamin dapat digunakan sebagai alternatif manajemen risiko produksi pada
usahaternak ayam broiler. Namun menurut Aziz (2009), harga obat-obatan,
17

vaksin, dan vitamin juga dapat mengalami kenaikan dan berfluktuasi sehingga
harus digunakan seefisien mungkin dan sesuai dengan aturan penggunaan.
Pemberian obat pada peternakan ayam broiler menurut Rasyaf (2010)
terdiri dari kelompok obat khusus untuk penyakit yang disebabkan oleh
Salmonella sp., kelompok obat Sulfonamides, kelompok obat antibiotika, dan
kelompok obat khusus untuk mengobati penyakit berak darah. Menurut Jayanata
dan Harianto (2011), para perternak ayam broiler dapat melakukan pengobatan
secara herbal dengan menggunakan jahe, kunyit, kencur, daun sirih, temulawak,
ataupun bawang puti, sebagai alternatif pengganti obat-obatan kimia. Bahanbahan herbal tersebut dapat dicampur pada pakan ataupun air minum ayam
broiler. Jayanata dan Harianto (2011) juga menyatakan bahwa penggunaan herbal
dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler terhadap serangan
penyakit.
Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), vaksin adalah penyakit yang telah
dilemahkan dan dimasukkan ke dalam tubuh ayam broiler guna meningkatkan
kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Pemberian vaksin dapat dilakukan
melalui tetes mata, penyuntikan, dan pencampuran dengan air minum. Santoso
dan Sudaryani (2009) mengelompokkan vaksin menjadi dua jenis yaitu, vaksin
aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang berisi virus hidup, namun
virus tersebut telah dilemahkan. Setelah tiga hari penggunaan vaksin ini,
kekebalan tubuh ayam broiler dapat ditingkatkan. Vaksin inaktif adalah vaksin
yang berisi virus yang dilemahkan dan dicampur dalam emulsi minyak dan bahan
stabilisator, untuk memperoleh tingkat kekebalan tubuh yang lebih lama dan
stabil.
Anita dan Widagdo (2011) menyatakan bahwa vitamin merupakan nutrien
organik yang dibutuhkan untuk mendukung berbagai fungsi biokimia yang tidak
disintesis oleh tubuh. Vitamin sangat berguna untuk mendukung proses
pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler. Seperti halnya
manusia, ayam broiler juga membutuhkan jenis vitamin A, B, C, D, E, dan K.
Kandungan vitamin tersebut biasanya sudah terdapat di dalam pakan yang
diberikan kepada ayam broiler. Hasil penelitian Kusnadi (2006) menyebutkan
penambahan vitamin C dengan tingkat suplementasi sebesar 250 ppm yang

18

dicampur pada air minum, dapat membantu meningkatkan konsumsi pakan dan
pertambahan bobot tubuh ayam broiler. Menurut Kusnadi (2006), pemberian
vitamin C tersebut sangat efektif pada kondisi cuaca yang panas karena pada
kodisi tersebut dapat menurunkan jumlah konsumsi pakan akibat penimbunan
panas yang terlalu banyak di dalam tubuh ayam broiler.
2.2.5. Tenaga Kerja
Peternakan ayam broiler memerlukan sejumlah tenaga kerja yang dapat
disesuaikan dengan banyaknya jumlah budidaya ataupun jenis teknologi yang
diterapkan. Menurut Rasyaf (2010), peternakan ayam broiler terdiri dari beberapa
jenis tenaga kerja, yaitu tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, serta tenaga kerja
harian lepas dan kontrak.
1. Tenaga Kerja Tetap
Pada umumnya, tenaga kerja tetap pada peternakan skala kecil dijabat oleh
peternak itu sendiri dan sekaligus berperan sebagai pemilik modal, sedangkan
pada peternakan skala menengah maupun besar dijabat oleh pihak-pihak yang ahli
di dalam bidangnya. Pihak-pihak tersebut terdiri dari tenaga lapang kandang yang
bertugas sebagai pemberi pakan, administrasi, dan pemasaran, sehingga gaji yang
mereka terima dimasukkan sebagai biaya tetap produksi. Tenagga kerja tetap
terikat dengan peraturan yang diterapkan dan harus menetap di peternakan.
2. Tenaga Kerja Harian
Tenaga kerja harian biasanya terdiri dari pekerja kasar yang bertugas
membersihkan kandang, membersihkan tempat pakan dan minuman, mengangkut
pakan, dan membersihkan rumput di sekitar areal kandang. Pekerjaan-pekerjaan
tersebut dilakukan secara rutin. Tenaga kerja harian diberi upah harian sesuai
dengan jumlah hari kerja yang dijalankan. Tenaga kerja harian tidak terikat
dengan aturan yang diterapkan dan tidak menetap di peternakan.
3. Tenaga Kerja harian Lepas dan Kontrak
Tenaga kerja harian lepas dan kontrak hanya bekerja untuk menyelesaikan
pekerjaan sementara, sehingga sudah tidak ada ikatan jika telah menyelesaikan
pekerjaannya. Tenaga kerja semacam ini banyak digunakan pada saat kegiatan
panen ayam broiler berlangsung.

19

Menurut Aziz (2009), perekrutan tenaga kerja yang berasal dari


masyarakat di sekitar peternakan ayam broiler dapat dilakukan untuk mengurangi
terjadinya risiko sosial yang muncul dari lingkungan masyarakat sekitar. Pelibatan
masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja di peternakan ayam broiler dapat
menjadikan masyarakat setempat merasa dihargai atas keberadaannya di dalam
lingkungan usahaternak ayam broiler.
2.3.

Pola Usaha Budidaya Ayam Broiler


Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), usaha budidaya ayam broiler

dapat dibedakan menjadi pola usaha mandiri dan pola kemitraan.


1. Pola Usaha Mandiri
Pada pola usaha mandiri, seluruh usaha budidaya ayam broiler dilakukan
sendiri (secara mandiri) oleh peternakan tersebut. Dalam hal ini, peternakan
mendatangkan langsung input-input yang dibutuhkan secara langsung dan
menerapkan sistem manajerialnya sendiri, sehingga total biaya produksi
ditanggung langsung oleh peternak. Pada pola usaha mandiri, seluruh bentuk
risiko yang terjadi harus ditanggung oleh peternak karena besarnya kuntungan
maupun kerugian diterima langsusng oleh peternak, akibat tidak menjalin
kerjasama dengan pihak lain. Secara umum, pola usaha mandiri lebih peka
terhadap total produksi, fluktuasi harga ayam broiler dan harga input-input di
pasaran.
2. Pola Usaha Kemitraan
Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), peternak ayam broiler yang
menerapkan pola usaha kemitraan, tidak perlu mengeluarkan seluruh biaya,
karena pola ini merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan dengan pihak lain,
seperti pabrik pakan, poultry shop, maupun peternak besar (perusahaan). Santoso
dan Sudaryani (2009), membagi pola usaha kemitraan menjadi pola inti plasma,
pola sewa kandang dan peralatan, dan pola investor. Pada pola inti plasma, pihak
inti yaitu pabrik pakan, poultry shop, maupun peternak besar (perusahaan), wajib
menyediakan berbagai sarana produksi seperti DOC (Day Old Chick), vaksin,
pakan, dan manajemen budidaya. Selain itu, pihak inti berhak menjual hasil
produksi peternakan dengan harga kontrak/harga pasar, sedangkan peternak
(plasma) wajib menyediakan kandang beserta peralatannya, dan tenaga kerja.
20

Pada pola kemitraan sewa kandang dan peralatan, peternak tidak perlu
mengeluarkan modal untuk menyediakan kandang dan peralatannya. Pada
kemitraan pola investor, pemilik modal dapat memberikan modalnya kepada
peternak untuk membeli tanah dan membuat kandang (tanah dan kandang tetap
menjadi milik investor).
Menurut Christiawan (2002), pola kemitraan seperti yang dikembangkan
pada penelitiannya, yaitu PT Mitra Asih Abadi melalui peternakan inti rakyat
(PIR), merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan anatara pihak
inti (perusahaan) dan plasma (peternak). Pola PIR yang diterapkan oleh PT Mitra
Asih Abadi meliputi penyediaan sarana produksi peternakan oleh perusahaan inti,
seperti DOC, pakan, obat/vaksin, pemberian jaminan pemasaran hasil produksi
peternak dengan harga garansi, dan pemberian bimbingan teknis dan pengawasan
secara kontinyu kepada peternak plasma. Manfaat yang dapat diperoleh dari pola
usaha kemitraan adalah dapat menciptakan lapangan kerja baru, menciptakan
keadilan dan pemerataan pendapatan bagi peternak plasma, dapat menciptakan
harga jual ayam broiler yang ideal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dan
dapat meminimalisasi risiko yang dihadapi oleh peternak, seperti risiko produksi,
risiko pemerolehan dan harga beli input, dan risiko harga penjualan ayam broiler.
2.4.

Tinjauan Penelitian Terdahulu yang Relevan


Tingkat pendapatan yang diperoleh para peternak plasma ayam broiler

menurut Maulana (2008) terbagi menjadi tiga skala. Pada skala I (2.500 4.999
ekor), tingkat pendapatan sebesar Rp 435,85 per kilogram bobot hidup. Pada
peternak dengan skala II (5.000 13.999 ekor) memperoleh pendapatan sebesar
Rp 388,59 per kilogram bobot hidup, sedangkan pada peternak skala III (14.000
37.000 ekor) memperoleh pendapatan sebesar Rp 580,96 per kilogram bobot
hidup. Nilai R/C tertinggi diperoleh peternak skala III, yaitu sebesar 1,07 yang
mengindikasikan bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan, maka peternak
akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,07. Hal ini mengindikasikan bahwa
para peternak plasma memperoleh keuntungan dari usahaternak ayam broiler
yang dijalankannya.
Usahaternak ayam broiler memang memiliki potensi untuk meningkatkan
tingkat pendapatan para peternak. Namun, hasil analisis risiko yang dilakukan
21

oleh Aziz (2009) pada peternakan ayam broiler di Desa Tapos, menghasilkan nilai
expected return sebesar Rp 5.768.199,00, yang menggambarkan bahwa
pendapatan bersih yang diharapkan dapat diperoleh peternak pada waktu
mendatang adalah sebesar Rp 5.768.199,00 (cateris paribus). Nilai standard
deviation yang diperoleh adalah sebesar Rp 10.095.088,00, mencerminkan bahwa
risiko yang dihadapi pada setiap periode produksi mendatang adalah sebesar
Rp 10.095.088,00 (cateris paribus). Nilai coefficient variation yang diperoleh
sebesar 1,75 menunjukkan bahwa risiko yang ditanggung oleh peternakan ayam
broiler tersebut adalah sebesar 175 persen dari setiap return yang diterima (cateris
paribus). Hal ini mengindikasikan bahwa usahaternak ayam broiler menghadapi
risiko yang cukup besar sehingga harus ditangani oleh peternak.
Menurut Aziz (2009), risiko-risiko yang berpengaruh langsung terhadap
pendapatan peternakan ayam broiler di Desa Tapos meliputi risiko harga, risiko
produksi, dan risiko sosial. Manajemen risiko yang diterapkan oleh peternakan
tersebut meliputi manajemen risiko harga, manajemen risiko produksi, dan
manajemen risiko sosial. Manajemen risiko harga yang diterapkan adalah dengan
melakukan proses pemanenan pada saat waktu yang tepat. Manajemen risiko
produksi yang diterapkan adalah melalui proses persiapan kandang, proses
budidaya, dan proses pemanenan, guna mengurangi tingkat mortalitas.
Manajemen risiko sosial yang diterapkan adalah dengan melibatkan partisispasi
masyarakat sekitar dalam kegiatan produksi, seperti dengan perekrutan pekerja
dari masyarakat sekitar, pemberian biaya sosial, dan kontribusi dalam kegiatan
sosial dalam bentuk kerja bakti.
Risiko harga seringkali terjadi pada usahaternak ayam broiler, baik yang
terjadi pada harga sarana produksi ternak maupun harga jual ayam broiler. Salah
satu risiko harga sarana produksi ternak yang cukup mempengaruhi kelangsungan
usahaternak ayam broiler adalah terjadinya fluktuasi harga DOC. Menurut Siregar
(2009), pola pergerakan harga DOC dipengaruhi oleh kondisi penawaran dan
permintaan di pasar. Berdasarkan hasil analisis GARCH, risiko harga DOC ayam
broiler dipengaruhi oleh volalitas dan varian harga DOC broiler pada periode
sebelumnya dengan tanda positif. Hal ini mengindikasikan bahwa jika terjadi
peningkatan harga DOC broiler pada periode sebelumnya, maka akan

22

meningkatkan risiko harga DOC broiler pada periode berikutnya. Menurut Siregar
(2009), persentase besarnya risiko harga DOC yang dihadapi oleh PT Sierad
Produce Tbk, selaku perusahaan penghasil DOC, adalah sebesar 14,53 persen,
sedangkan risiko harga DOC layer hanya sebesar 7,70 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa PT Sierad Produce Tbk menghadapi tingkat risiko harga
DOC broiler yang lebih tinggi dibandingkan dengan risiko harga DOC layer.
Siregar (2009) menyatakan, strategi yang dilakukan oleh PT Sierad
Produce Tbk dalam mengatasi risiko harga DOC adalah dengan melakukan
pemusnahan DOC dan telur tetas, seta menjual DOC dengan harga yang lebih
murah jika terjadi kelebihan produksi. Namun, Siregar (2009) menganggap
strategi ini belum tepat karena dapat menimbulkan biaya baru sihingga belum
mampu menstabilkan harga jual DOC PT Sierad Produce Tbk. Menurut Siregar
(2009), PT Sierad Produce Tbk dapat menerapkan strategi untuk mengatasi risiko
harga DOC dengan melakukan perencanaan produksi dan penjualan dengan
menganalisis pola harga jual DOC secara rutin dan menjadikan harga jual DOC
pada periode sebelumnya sebagai dasar untuk memprediksi harga jual DOC pada
periode selanjutnya. Selain itu, PT Sierad Produce Tbk dapat meningkatkan
kemitraan dengan para peternak sehingga dapat melakukan pencatatan data
permintaan DOC.
Menurut Solihin (2009), risiko produksi pada usahaternak ayam broiler
disebabkan oleh adanya perubahan cuaca, wabah penyakit, dan kualitas sarana
produksi ternak, sedangkan risiko harga diakibatkan adanya fluktuasi harga sarana
produksi ternak yang cenderung terus meningkat pada setiap periode produksi.
Fluktuasi harga juga terjadi pada harga jual ayam broiler di pasaran. Berdasarkan
hasil analisis risiko yang dilakukan Solihin (2009) di CV AB Farm, nilai
Coefficient Variation yang diperoleh adalah sebesar -2,63 persen. Artinya, setian
Rp 1,00 return yang diperoleh CV AB Farm akan menghasilkan risiko sebesar Rp
2,63. Nilai batas bawah pendapatan yang diperoleh CV AB Farm adalah sebesar
-Rp 111.107.708,00. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan risiko
terendah atau kerugian terendah yang dialami CV AB Farm pada setiap periode
mendatang adalah sebesar Rp 111.107.708, cateris paribus. Indeks Prestasi
Produksi rata-rata yang diperoleh selama tujuh periode produksi adalah 203 yang

23

menghasilkan pendapatan sebesar Rp 124.356.104,00, sedangkan Indeks Prestasi


standar yang seharusnya diperoleh adalah sebesar 301 dengan nilai pendapatan
Rp 310.615.119,00. Artinya, telah terjadi penyimpangan risiko produksi yang
dihadapi CV AB Farm sebesar 98 atau 32,6 persen yang berisiko menurunkan
pendapatan sebesar Rp. 342.290.546,00. Menurut Solihin (2009), manajemen
risiko yang dapat diterapkan oleh CV AB Farm adalah dengan memproduksi
pakan secara mandiri, melakukan kontrol kandang secara ketat, melakukan
konsultasi

klinis,

memperketat

biosecurity,

memperbaiki

manajemen

perkandangan, dan membentuk kelompok peternak sebagai sarana informasi dan


diskusi.
Risiko prooduksi yang terjadi pada setiap usahaternak ayam broiler
dipengaruhi oleh adanya sumber-sumber riisiko pada setiap peternakan. Menurut
Pinto (2011), terdapat empat jenis sumber risiko produksi pada usahaternak ayam
broiler, yaitu kepadatan ruang, perubahan cuaca, hama predator, dan penyakit.
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat probabilitas dengan menggunakan metode
z-score yang dilakukan oleh Pinto (2011), sumber risiko produksi hama predator
memiliki tingkat probabilitas tertinggi yaitu sebesar 38,4 persen, disusul oleh
probabilitas sumber risiko produksi kepadatan ruang sebesar 33,7 persen, sumber
risiko penyakit sebesar 33 persen, dan perubahan cuaca sebesar 12,5 persen. Hasil
perhitungan dampak dari sumber-sumber risiko dengan menggunakan metode
Value at Risk (VaR) yang dilakukan oleh Pinto (2011) menghasilkan sumber
risiko penyakit memberikan dampak terbesar pada tingkat keyakinan 95 persen,
disusul sumber risiko kepadatan ruang, perubahan cuaca, dan hama predator.
Menurut Pinto (2011) terdapat dua strategi alternatif risiko produksi yang
dapat diterapkan oleh para peternak, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi.
Strategi preventif yang diusulkan yaitu memakai ventilasi buatan, meningkatkan
kedisiplinan anak kandang, menjaga perlakuan yang bersifat operasional, dan
memakai jaring kawat di seluruh bagian kandang. Strategi mitigasi yang diusulkan
yaitu dengan menggunakan obat dan vaksin secara selang-seling.
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian
Maulana (2008), Aziz (2009), Siregar (2009), Solihin (2009), dan Pinto (2011).
Persamaan pada penelitian ini adalah meneliti komoditi yang sama dengan

24

penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu komoditi ayam broiler. Namun, Siregar


(2009) memilih DOC broiler dan layer sebagai objek penelitiannya. Perbedaan
mendasar antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulana
(2008), Aziz (2009), Siregar (2009), Solihin (2009), dan Pinto (2011) adalah
penelitian ini dilakukan pada lokasi dan waktu yang berbeda.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Maulana (2008) adalah kedua
penelitian menganalisis pendapatan usahaternak ayam broiler. Namun, penelitian
ini menambahkan analisis risiko serta pengaruhnya terhadap pendapatan yang
diperoleh peternak ayam broiler. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Aziz
(2009) dan Solihin (2009) yaitu dalam hal manganalisis risiko usahaternak ayam
broiler. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Aziz (2009) dan Solihin (2009)
terletak pada skala usaha peternak, identifikasi risiko yang dihadapi, serta metode
analisis yang digunakan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Siregar (2009) dan Pinto
(2011) adalah menganalisis risiko dan menggunakan metode analisis risiko Value
at Risk (VaR). Namun, terdapat perbedaan objek penelitian khususnya pada
penelitian Siregar (2009) yang menganalisi DOC broiler dan layer, sedangkan
penelitian ini menganalisis objek penelitian komoditi ayam broiler. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian Pinto (2011) terletak pada analisis risiko produksi
usahaternak ayam broiler, yang menganalisis tingkat probabilitas dan dampak dari
sumber-sumber risiko produksi. Namun, penelitian ini tidak hanya menganalisis
tingkat probabilitas dan dampak risiko saja, melainkan juga menganalisis ukuran
risiko produksi yang dihadapi yaitu dengan menggunakan analisis hasil yang
diharapkan (expected return), analisis varian (variance), analisis simpangan baku
(standard deviation), dan analisis koefisien variasi (coefficient variation).
Beberapa penelitian terdahulu tersebut, dapat dijadikan sebagai acuan pada
penelitian ini dan dirangkum dalam Tabel 7.

25

Tabel 7. Penelitian Terdahulu yang Relevan


Penulis
Judul
Metode
Analisis

Tujuan

Menganalisis mekanisme
Analisis
kemitraan inti-plasma,
Deskriptif,
mengetahui manajemen
Analisis
ternak
Pendapatan, dan pemeliharaan
kemitraan inti-plasma,
Analisis R/C
menghitung pendapatan
dan nilai R/C peternak
plasma.

Muhammad
Lucky
Maulana
(2008)

Analisis Pendapatan
Peternak Ayam Ras
Pedaging
Pola
Kemitraan Inti-Plasma
(Studi Kasus Peternak
Plasma dari Tunas
Mekar
farm
di
Kecamatan Nanggung
Kabupaten
Bogor,
Jawa Barat)

Faishal
Abdul Aziz
(2009)

Analisis Risiko dalam Analisis Risiko Menganalisis pengaruh


terhadap
Analisis risiko
Usahaternak
Ayam dan
pendapatan,
Broiler (Studi Kasus Deskriptif
menganalisis alternatif
Usaha Peternakan X di
manajemen risiko yang
Desa
Tapos,
diterapkan.
Kecamatan
Tenjo,
Kabupaten Bogor)

Yusni
Rahmadani
Siregar
(2009)

Analisis Risiko Harga


Day Old Chick (DOC)
Broiler dan Layer pada
PT Sierad Produce
Tbk Parung, Bogor

Muhamad
Solihin
(2009)

risiko
Risiko Prooduksi dan Analisis Risiko Menganalisis
dan
risiko
Analisis produksi
Harga
serta dan
harga,
menganalisis
Pengaruhnya terhadap Deskriptif
tigkat
pendapatan,
Pendapatan peternakan
menganalisis pengaruh
Ayam Broiler CV AB
risiko
terhadap
Farm
Kecamatan
pendapatan,
Bojonggentengmenganalisis alternatif
Sukabumi
strategi
menghadapi
risiko
produksi
dan
risiko harga.

Bona Pinto
(2011)

Analisis
Risiko Analisis
dan
Produksi
pada Deskriptif
Peternakan
Ayam Analisis Risiko
Broiler Milik Bapak
Restu
di
Desa
Cijayanti, Kecamatan
Babakan
Madang,
Kabupaten Bogor

Analisis
Kualitatif
dan
Analisis Risiko
Model ARCHGARCH
dan
Perhitungan VaR
(Value at Risk)

Menganalisis
risiko
harga DOC layer dan
broiler,
menganalisis
alternatif strategi risiko
harga.

Mengidentifikasi
sumber-sumber
risiko
produksi, menganalisis
besarnya probabilitas dan
dampak risiko produksi,
dan
menganalisis
alternatif strategi yang
diterapkan
untuk
mengatasi
risiko
produksi yang dihadapi.

26

III KERANGKA PEMIKIRAN


3.1.

Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Risiko


Dalam menjalankan kehidupan, risiko merupakan bagian yang tidak dapat
dihindari. Menurut Kountur (2004), risiko didefinisikan sebagai suatu keadaan
yang tidak pasti yang dihadapi oleh seseorang maupun perusahaan yang dapat
menyebabkan kerugian. Menurut Djohanputro (2008), pengertian risiko yang
paling mendasar adalah sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat
probabilitasnya.

Djohanputro

(2008)

membandingkan

antara

risiko

dan

ketidakpastian. Menurut Djohanputro (2008), risiko merupakan subjek yang


memiliki ukuran kuantitas yang diketahui melalui tingkat probabilitas dan data
pendukung kejadiannya, sedangkan ketidakpastian merupakan subjek yang tidak
memiliki ukuran kuantitas dan tidak memiliki data pendukung untuk mengukur
probabilitas kejadiannya.
Beberapa definisi risiko dari para ahli, disimpulkan oleh Kasidi (2010)
sebagai kemungkinan terjadinya berbagai penyimpangan dari harapan sehingga
dapat menyebabkan kerugian. Menurut Darmawi (2010), para ahli statistik
mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan suatu nilai yang berada di
sekitar titik pusat atau titik rata-rata. Darmawi (2010) juga memberikan variasi
lain dari definisi risiko yaitu sebagai probabilitas obyektif dari outcome aktual
suatu kejadian yang berbeda dengan outcome yang diharapkan atau dengan kata
lain, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya kerugian yang tidak
terduga. Menurut Darmawi (2010), kemungkinan tersebut menunjukkan adanya
ketidakpastian yang ditimbulkan karena berbagai hal, diantaranya :
1. Jarak waktu dimulainya perencanaan suatu kegiatan hingga kegiatan tersebut
berakhir.
2. Keterbatasan informasi yang tersedia.
3. Adanya keterbatasan pengetahuan, keterampilan, maupun teknik pengambilan
keputusan.
Kountur (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa kategori risiko
berdasarkan atas sudut pandang seseorang melihatnya, diantaranya berdasarkan

penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulakan, aktivitas yang dilakukan,


dan kejadian yang terjadi.
1. Risiko Berdasarkan Sudut Pandang Penyebabnya
Risiko yang dapat dilihat dari sudut pandang penyebab terjadinya risiko
terdiri dari risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan merupakan
risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan, seperti harga, tingkat suku
bunga, dan fluktuasi nilai mata uang asing. Risiko operasional adalah risiko-risiko
yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti, manusia, teknologi, dan
alam.
2. Risiko Berdasarkan Sudut Pandang Akibat
Risiko yang dilihat berdasarkan akibat yang ditimbulkan terdiri dari risiko
murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan risiko yang hanya dapat
menimbulkan kemungkinan kerugian atau kehilangan dan tidak mungkin
menimbulkan kemungkinan memperoleh keuntungan. Risiko spekulatif adalah
risiko yang memiliki dua kemungkinan, yaitu tidak hanya kemungkinan yang
menguntungkan, namun dapat pula kemungkinan yang merugikan. Setiap
kegiatan usaha akan selalu berhadapan dengan risiko murni maupun risiko
spekulatif.
3. Risiko Berdasarkan Sudut Pandang Aktivitas
Berbagai jenis aktivitas yang dilakukan dapat menimbulkan risiko, seperti
aktivitas pemberian kredit. Semakin banyak jumlah aktivitas yang dijalankan,
maka semakin banyak pula risiko yang dihadapi.
4. Risiko Berdasarkan Sudut Pandang Kejadian
Risiko dapat dikategorikan berdasarkan kejadiannya, seperti kebakaran
dan kecelakaan. Kejadian merupakan salah satu bagian dari aktivitas karena dalam
suatu aktivitas terdiri dari beberapa kejadian.
Darmawi (2010) mengklasifikasikan sumber risiko menjadi risiko sosial,
risiko fisik, dan risiko ekonomi. Risiko sosial pada umumnya bersumber dari
masyarakat. Risiko sosial ditunjukkan oleh terjadinya tindakan oleh masyarakat
yang dapat menimbulkan kerugian seperti, pencurian, peperangan, huru-hara, dan
aksi perusakan. Risiko fisik dapat bersumber dari fenomena alam dan tingkah laku
manusia. Risiko ekonomi dapat bersumber dari situasi dari keadaan ekonomi yang

28

sedang berlaku pada periode waktu tertentu seperti, inflasi, resesi, tingkat suku
bunga, dan nillai tukar domestik terhadap mata uang asing.
3.1.2. Sikap dalam Menghadapi Risiko
Setiap investor memiliki sikap yang berbeda dalam melakukan
pengambilan keputusan terhadap usaha yang akan dijalankannya. Menurut Render
dan Stair diacu dalam Fahmi (2010), terdapat tiga kelompok sikap investor dalam
menghadapi risiko berdasarkan konsep marginal utilitas, diantaranya adalah Risk
Averters, Risk Lovers, dan Risk Neutral.
Utility

Risk Averters
Risk Neutral
Risk Lovers

Income

Gambar 3.

Tiga Perbedaan Sikap Pengambilan Keputusan Investor


Sumber: Render dan Stair diacu dalam Fahmi (2010)

Risk Averters terdiri dari kelompok investor yang berusaha menghindari


risiko atau tidak ingin menanggung risiko dalam bentuk kerugian yang timbul
pada masa yang akan datang. Kelompok ini sangat berhati-hati dalam melakukan
pengambilan keputusan atau biasanya cenderung melakukan tindakan yang
disebut safety player. Menurut Fahmi (2010), sebagian besar investor bertipe Risk
averter. Fahmi (2010) juga menyatakan bahwa Risk averter cenderung sulit
menjadi pemimpin atau innovator dan lebih banyak menjadi seorang follower.
Menurut Sofyan (2005), Risk averter memiliki fungsi utilitas yang berbentuk
cekung yang menggambarkan bahwa marginal utilitas (tambahan kepuasan) akan
selalu menurun untuk setiap tambahan biaya yang dikeluarkan.

29

Risk Lovers atau Risk Seeking terdiri dari kelompok investor yang
menyenangi risiko. Menurut Fahmi (2010), bagi kelompok ini semakin tinggi
risiko yang dihadapi, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi.
Menurut Sofyan (2005), kelompok ini memiliki preferensi terhadap risiko yang
lebih tinggi dibandingkan Risk averters dan biasanya memiliki sikap yang sangat
optimis. Risk Lovers memiliki fungsi utilitas yang berbentuk cembung, yang
menggambarkan bahwa marginal utilitas akan selalu meningkat untuk setiap
tambahan biaya yang dikeluarkan.
Menurut Sofyan (2005), Risk Neutral terdiri dari kelompok investor yang
tidak peduli terhadap risiko. Fungsi utilitas yang dimiliki oleh kelompok Risk
Neutral berupa garis tegak lurus yang sesuai dengan ekspektasi labanya.
3.1.3. Konsep Manajemen Risiko
Secara umum, manajemen risiko merupakan upaya yang dilakukan untuk
mengendalikan risiko, sehingga dapat memperkecil kemungkinan maupun
dampak yang ditimbulkan oleh risiko yang dihadapi. Menurut Kountur (2004),
manajemen risiko merupakan berbagai cara yang digunakan oleh manajemen
untuk menangani berbagai persoalan yang disebabkan oleh adanya risiko,
sehingga perusahaan dapat memperoleh berbagai manfaat, yaitu menjamin
pencapaian

tujuan,

memperkecil

kemungkinan

terjadinya

kebangkrutan,

meningkatkan keuntungan perusahaan, dan memberikan keamanan pekerjaan.


Menurut Kasidi (2010), risiko tidak hanya dihindari, melainkan juga harus
dihadapi dengan cara memperkecil kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Hal
ini dikarenakan risiko dapat datang setiap waktu dan dapat menghalangi kegiatan
usaha. Definisi manajemen risiko menurut Kasidi (2010) adalah bentuk usaha
rasional yang dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian
akibat dari risiko yang dihadapi. Menurut Djohanputro (2008), manajemen risiko
merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur,
memetakan, mengembangkan alternatif-alternatif penanganan risiko, memonitor,
dan mengidentifikasi implementasi dari penanganan risiko tersebut.
Menurut Kountur (2008), proses manajemen atau pengelolaan risiko
dimulai dengan identifikasi risiko, pengukuran risiko, penanganan risiko, dan

30

evaluasi. Proses manajemen tersebut dilakukan secara terus-menerus dalam suatu


siklus waktu tertentu oleh perusahaan.
Kountur (2008) menyatakan bahwa identifikasi risiko diperlukan untuk
memperoleh daftar risiko. Langkah-langkah dalam proses identifikasi risiko terdiri
dari menentukan unit risiko, memahami proses bisnis dari unit tersebut,
menentukan beberapa aktivitas yang krusial, menentukan barang dan orang pada
aktivitas krusial tersebut, menentukan kerugian yang dapat terjadi pada aktivitas
tersebut, menentukan penyebab terjadinya kerugian, dan membuat daftar risiko.
Selanjutnya, risiko-risiko yang telah terdaftar tersebut diukur. Pengukuran risiko
tersebut merupakan upaya untuk menghasilkan status risiko dan membuat peta
risiko. Status risiko dapat menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui
risiko yang paling tinggi dan risiko yang paling rendah. Peta risiko
menggambarkan sebaran risiko, sehingga dapat diketahui dimana risiko berada
dalam suatu peta. Hasil dari pemetaan dan status risiko dapat memberikan
gambaran bagi pihak menajemen dalam membuat keputusan untuk melakukan
penanganan risiko.
Kountur (2008) menyatakan bahwa penanganan risiko dapat memberikan
usulan yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang telah dipetakan.
Setelah dilakukan penanganan risiko, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah
melakukan evaluasi. Bentuk evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi dari
pelaksanaan manajemen risiko yang telah dilakukan.
Proses

Evaluasi

Output
Identifikasi Risiko

Daftar Risiko

Pengukuran Risiko

1. Peta Risiko
2. Status Risiko

Penanganan Risiko
Gambar 4.

Penanganan Risiko

Proses Pengelolaan Risiko


Sumber: Kountur (2008)

31

Kasidi (2010) menyatakan bahwa pengelolaan risiko dapat dilakukan


melalui pengendalian risiko (risk control) dan pembiayaan risiko (risk financing).
Pengendalian risiko dapat diljalankan dengan menghindari risiko, mengendalikan
risiko, pemisahan, pooling atau kombinasi, dan pemindahan risiko. Pembiayaan
risiko dapat dilakukan dengan pemindahan risiko melalui asuransi atau dengan
menanggung risiko sendiri (retention).
3.1.4. Ukuran Risiko
Risiko memiliki keterkaitan yang erat dengan kemungkinan terjadinya
suatu kejadian dan dampak yang merugikan sebagai akibat dari kejadian tersebut.
Menurut Kountur (2004), karakteristik dari risiko adalah mengandung unsur
kemungkinan yang dapat diukur, sehingga besarnya kemungkinan terjadinya satu
risiko dengan risko lain akan berbeda. Menurut Darmawi (2010), perlunya
mengukur risiko antara lain untuk mengetahui tingkat relatif dan kepentingannya,
serta untuk memperoleh informasi guna menetapkan kombinasi peralatan
manajemen risiko yang sesuai.
Kountur (2004) menyatakan bahwa pengukuran risiko terdiri dari
pengukuran

kemungkinan

terjadinya

suatu

risiko,

pengukuran

dampak

(konsekuensi) yang ditimbulkan oleh suatu risiko, dan mengetahui status dan peta
risiko. Besar kecilnya kemungkinan terjadinya suatu risiko dapat ditentukan
dengan menggunakan metode distribusi ataupun metode aproksimasi. Kountur
(2004) pun menyatakan bahwa dampak (konsekuensi) yang ditimbulkan oleh
suatu risiko umumnya bersifat merugikan, sehingga dapat diukur berdasarkan
jenis kerugiannya yaitu kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian
langsung merupakan dampak yang langsung diderita akibat terjadinya suatu
risiko, sedangkan kerugian tidak langsung merupakan dampak yang secara tidak
langsung diderita akibat terjadinya suatu risiko.
Menurut Djohanputro (2008), pengukuran suatu risiko terdiri dari
penentuan national amount, sentsitivitas, volalitas, dan penyimpangan bawah.
National amount merupakan tahap menentukan batas atas besarnya nilai yang
menghadapi risiko. Ukuran sensitivitas mengukur berapa dampak yang diterima
oleh suatu variabel apabila dipengaruhi oleh faktor penentu lain yang mengalami
perubahan. Dampak tersebut dapat berupa akibat dari perubahan parameter
32

dengan skala kecil maupun akibat dari perubahan lain yang memberikan dampak
yang berbeda. Volalitas merupakan analisis yang mengukur seberapa besar tingkat
harga, tingkat pengembalian, ataupun variabel lain dari suatu aset dapat
berfluktuasi. Semakin tinggi fluktuasi yang terjadi, maka akan semakin tinggi pula
tingkat risikonya. Penyimpangan bawah memiliki dua pengertian yaitu berupa
besarnya dampak negatif yang berupa tidak tercapainya hasil yang diharapakan
(expected return), maupun sebagai Value at Risk (VaR) yang mengukur kerugian
maksimum yang dapat terjadi dengan tingkat keyakinan tertentu.
Menurut Sunaryo (2009), salah satu ukuran risiko yang lazim adalah
simpangan baku (standard deviation). Simpangan baku merupakan akar kuadrat
dari varian (variance), dari tingkat keuntungan/kerugian yang diperoleh. Selain
itu, Fahmi (2010) menyatakan bahwa untuk melengkapai perhitungan risiko agar
lebih komperhensif khususnya jika penyebaran hasil yang diharapkan (expected
return) sangat besar, maka perlu digunakan perhitungan tambahan yaitu koefisien
variasi (coefficient variation). Koefisien variasi dapat dihitung dengan membagi
angka perolehan dari standar deviasi dengan hasil yang diharapkan.
3.1.5. Analisis Pendapatan Usahaternak Ayam Broiler
Pendapatan usahatani dibedakan atas pendapatan kotor dan pendapatan
bersih. Menurut Soekartawi et al (1986), pendapatan kotor usahatani merupakan
nilai produk total usahatani yang dijual ataupun yang tidak dijual dalam jangka
waktu tertentu, sedangkan pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara
pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani. Soekartawi et al
(1986) juga mendefinisikan pengeluaran total usahatani sebagai nilai semua
masukan yang dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja
keluarga yang digunakan oleh petani.
Pendapatan usahaternak ayam broiler dapat diukur dari tingkat
produktivitas, yang tercermin dari tingkat mortalitas ayam broiler yang dihasilkan
pada setiap periode produksi. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas ayam broiler
dapat mempengaruhi total hasil produksi dan keuntungan yang diperoleh.
Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh peternak ayam broiler, antara

33

lain prestasi produksi, harga sarana produksi peternakan, harga jual ayam broiler,
dan pencurian.
3.2.

Kerangka Pemikiran Operasional


Usahaternak ayam broiler cukup diminati di kalangan peternak karena

memiliki waktu budidaya yang relatif singkat dibandingkan jenis usahaternak lain.
Selain itu, konsumsi daging ayam broiler di kalangan masyarakat pun cenderung
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Peternakan Bapak Maulid adalah sebuah peternakan plasma yang
membudidayakan ayam broiler di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit
Baru, Kota Palembang. Peternakan Bapak Maulid baru berdiri pada bulan
Desember tahun 2010 lalu. Dalam menjalankan usahaternak ayam broiler,
Peternakan Bapak Maulid mengalami fluktuasi tingkat mortalitas ayam broiler
sehingga terjadi penyimpangan antara hasil produksi aktual dengan standar hasil
produksi yang seharusnya dapat dicapai pada setiap periode produksi. Bentuk
penyimpangan tersebut mengindikasikan bahwa Peternakan Bapak Maulid
menghadapi risiko produksi dalam menjalankan usahaternak ayam broiler.
Risiko-risiko produksi tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil produksi ayam
broiler Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan analisis risiko produksi yang dihadapi, sehingga dapat dihasilkan
alternatif strategi bagi Peternakan Bapak Maulid dalam menghadapi risiko.
Risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid dianalisis
dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis risiko. Analisis deskriptif
digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi. Analisis risiko
produksi yang digunakan pada penelitian ini meliputi analisis hasil yang
diharapkan (expected return), analisis varian (variance), analisis simpangan baku
(standard deviation), analisis koefisien variasi (coefficient variation), analisis
metode nilai standar (z-score), dan analisis metode Value at Risk (VaR). Analisis
risiko hasil yang diharapkan, analisis varian, analisis simpangan baku, dan analisis
koefisien variasi digunakan uuntuk mengukur tingkat risiko produksi berdasarkan
tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode
produksi pengamatan. Analisis metode nilai standar (z-score) digunakan untuk
mengetahui besarnya tingkat probabilitas (peluang) sumber-sumber risiko
34

produksi di Peternakan Bapak Maulid. Analisis metode Value at Risk (VaR)


digunakan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat adanya sumbersumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid pada tingkat kepercayaan
tertentu.
Hasil analisis metode nilai standar (z-score) dan analisis metode Value at
Risk (VaR) dapat dipetakan ke dalam peta risiko. Hasil analisis tersebut
selanjutnya dianalisis kembali secara deskriptif melalui observasi, wawancara,
dan diskusi dengan pihak pengelola Peternakan Bapak Maulid. Hasil analisis
risiko yang diperoleh digunakan untuk menentukan alternatif manajemen risiko
yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid, sehingga dapat membantu
dalam mencapai tujuannya yaitu memperoleh hasil produksi dan pendapatan yang
optimal. Alur kerangka pemikiran operasional disajikan pada Gambar 5.
Peternakan Bapak Maulid

Fluktuasi Tingkat Mortalitas Ayam Broiler

Analisis Risiko Produksi

Identifikasi
Sumber-sumber Risiko
Produksi

Analisis Ukuran,
Tingkat Probabilitas, dan
Dampak Risiko Produksi

Alternatif Manajemen Risiko Produksi


Gambar 5.

Bagan Kerangka Pemikiran Operasional

35

IV METODE PENELITIAN
4.1.

Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Peternakan Bapak Maulid yang terletak di

Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi


Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yakni
atas dasar pertimbangan Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi
penghasil daging ayam broiler terbesar di Pulau Sumatera dan Peternakan Bapak
Maulid merupakan peternakan yang menerapkan hubungan kemitraan inti plasma
dengan PT Sumber Unggas Cemerlang (SUC), yang dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya risiko yang dapat menyebabkan kerugian. Di samping itu,
Peternakan Bapak Maulid adalah salah satu peternakan yang cukup berpotensi
untuk dikembangkan pada masa yang akan datang karena berada pada lokasi yang
cukup strategis dibandingkan dengan peternakan-peternakan ayam broiler lain,
yaitu didukung dengan kondisi lingkungan yang masih asri, cukup jauh dari
pemukiman penduduk, dan dekat dengan akses jalan raya lintas provinsi yang
menghubungkan antara Provinsi Sumatera Selatan dengan Provinsi Jambi.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2012 hingga tanggal 28
Maret 2012.
4.2.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data


Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan Bapak
Maulid selaku pemilik peternakan, yang berperan dalam mengatur sistem
manajemen peternakan yang meliputi manajemen produksi, manajemen keuangan,
dan manajemen sumberdaya manusia. Selain itu, data primer juga diperoleh dari
karyawan-karyawan di Peternakan Bapak Maulid, yang berperan langsung dalam
membudidayakan dan melakukan kegiatan pemanenan ayam broiler, dan
pengawas lapangan (field controller) dari PT SUC yang bertugas mengawasi
kegiatan budidaya ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid. Data primer yang
diperoleh meliputi keadaan umum Peternakan Bapak Maulid, kegiatan
usahaternak ayam broiler Peternakan Bapak Maulid, dan manajemen risiko yang

telah diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Data primer tersebut diperoleh
dari hasil wawancara, diskusi, dan observasi selama berada di lokasi penelitian.
Data primer juga diperoleh dari PT SUC sebagai pihak inti, melalui
observasi terhadap mekanisme pengawasan produksi oleh pihak PT SUC di
Peternakan Bapak Maulid. Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan
wawancara dan diskusi dengan bantuan kuesioner kepada pihak PT SUC, terkait
dengan mekanisme pengawasan yang telah dilakukan di Peternakan Bapak
Maulid.
Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah data produksi
ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid yang meliputi data upah dan gaji
karyawan, data penggunaan pakan dan obat-obatan, data kematian ayam broiler
dan data penjualan. Data sekunder pun diperoleh dari PT SUC berupa data standar
bobot ayam broiler, data standar FCR (Food Convertion Ratio) dan data harga
garansi. Data sekunder yang digunakan merupakan data yang terkumpul selama
tujuh periode produksi pengamatan yaitu pada tanggal 7 Januari 2011 26
November 2011.
4.3.

Metode Analisis
Data primer dan sekunder yang diperoleh dijadikan sebagai ukuran pada

penelitian ini. Data primer dan sekunder tersebut diolah dengan menggunakan
beberapa metode analisis sesuai dengan tujuan penelitian.
Berdasarkan Tabel 8, metode analisis yang digunakan pada penelitian ini
adalah analisis deskriptif, analisis pendapatan, dan analisis risiko. Analisis
deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian pertama dan keempat,
yaitu mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber risiko produksi, serta
menganalisis alternatif-alternatif strategi risiko produksi yang dapat diterapkan
oleh Peternakan Bapak Maulid. Analisis pendapatan dan analisis risiko digunakan
untuk menjawab tujuan penelitian kedua, yaitu menganalisis tingkat risiko
produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. Selain itu, analisis risiko
juga digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ketiga yaitu menganalisis
tingkat probabilitas dan dampak sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi
oleh Peternakan Bapak Maulid. Jenis data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu
data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi,
37

wawancara, dan diskusi dengan menggunakan kuesioner. Data kuantitatif


diperoleh dari laporan produksi ayam broiler yang terdiri dari laporan jumlah
kematian, laporan pengeluaran biaya dan penerimaan hasil di Peternakan Bapak
Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan. Data kuantitatif tersebut
digunakan untuk melakukan penilaian risiko yang dilakukan dengan mengukur
nilai penyimpangan terhadap hasil (return) yang diperoleh. Pada penelitian ini,
return dihitung dari nilai rata-rata pendapatan bersih yang diterima Peternakan
Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan.
Tabel 8. Metode Analisis untuk Menjawab Tujuan Penelitian
No.
Tujuan Penelitian
Jenis Data
Sumber Data

Metode
Analisis

1.

Mengidentifikasi dan
menganalisis sumbersumber risiko produksi
yang dihadapi oleh
Peternakan Bapak
Maulid

Kualitatif

Wawancara,
diskusi,
kuesioner,
observasi

Analisis
Deskriptif

2.

Menganalisis tingkat
risiko produksi yang
dihadapi oleh
Peternakan Bapak
Maulid

Kuantitatif

Laporan biaya
dan penerimaan
selama tujuh
periode produksi
pengamatan

Analisis
Risiko

3.

Menganalisis tingkat
Kuantitatif
probabilitas dan dampak
sumber-sumber risiko
produksi yang dihadapi
oleh Peternakan Bapak
Maulid

Laporan
produksi periode
pengamatan

Analisis
Risiko

4.

Menganalisis alternatifalternatif strategi yang


dapat diterapkan
Peternakan Bapak
Maulid untuk
menangani risiko
produksi yang dihadapi

Wawancara,
diskusi,
kuesioner,
observasi

Analisis
Deskriptif

Kualitattif

4.3.1. Analisis Deskriptif


Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
risiko produksi, serta menganalisis alternatif-alternatif strategi risiko produksi

38

yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Selain itu, analisis
deskriptif juga digunakan untuk mengetahui gambaran umum Peternakan Bapak
Maulid dan menganalisis manajemen risiko produksi yang telah diterapkan.
Identifikasi dan analisis risiko produksi dilakukan untuk mengetahui sumbersumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid. Analisis
manajemen risiko produksi dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas dari
manajemen produksi yang telah diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid.
Evaluasi tersebut dilakukan dengan membandingkan tingkat mortalitas ayam
broiler pada setiap periode produksi. Analisis alternatif-alternatif strategi
manajemen risiko produksi dilakukan berdasarkan hasil dari pemetaan risiko dan
disesuaikan dengan manajemen risiko produksi yang telah diterapkan oleh
Peternakan Bapak Maulid.
4.3.2. Analisis Pendapatan
Soekartawi (2006) menyatakan bahwa analisis pendapatan usahatani dapat
dilakukan secara parsial maupun keseluruhan (whole-farm analysis). Analisis
parsial dilakukan pada satu cabang usahatani, sedangkan analisis secara
keseluruhan dilakukan pada semua cabang usahatani. Analisis parsial terdiri dari
analisis tabel, analisis R/C, B/C, NPV, dan IRR, serta analisis Biaya Sumberdaya
Domestik (BSD). Analisis pendapatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu
analisis Return Cost Ratio (R/C), karena jenis analisis ini dapat menggambarkan
tingkat pendapatan Peternakan Bapak Maulid yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Analisis pendapatan R/C digunakan untuk mengetahui tingkat
pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode
produksi pengamatan.
Menurut Soekartawi (2006), analisis R/C merupakan perbandingan antara
total penerimaan dan total biaya. Secara matematis, analisis R/C dapat
dirumuskan sebagai berikut :
R
C

Total Penerimaan Produksi


Total Biaya Produksi

Keterangan:
R

= Penerimaan/Revenue (Rupiah)

= Biaya/Cost (Rupiah)
39

Menurut Soekartawi (2006), jika dihasilkan nilai R/C = 1, maka kegiatan


usahatani dikatakan tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian, atau dengan
kata lain total penerimaan yang diperoleh sama besarnya dengan total biaya
produksi yang dikeluarkan. Jika R/C > 1, maka total penerimaan yang diperoleh
lebih besar dari total biaya produksi yang dikeluarkan sehingga kegiatan usahatani
mengalami keuntungan. Jika R/C < 1, maka total penerimaan yang diperoleh lebih
kecil dari total biaya produksi yang dikeluarkan, sehingga kegiatan usahatani yang
dijalankan mengalami kerugian.
4.3.3. Analisis Risiko
Analisis risiko yang digunakan meliputi analisis varian (variance),
simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation)
untuk mengetahui besarnya ukuran risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan
Bapak Maulid berdasarkan tingkat pendapatan yang diperoleh, analisis metode
nilai standar (z-score) untuk menghitung tingkat probabilitas, serta analisis Value
at Risk (VaR) yang dapat memberikan gambaran tingkat kerugian maksimum
yang diderita oleh Peternakan Bapak Maulid pada tingkat kepercayaan tertentu.
Hasil yang diperoleh dari perhitungan tingkat probabilitas dan dampak dari
sumber-sumber risiko produksi selanjutnya dipetakan ke dalam peta risiko.
1.

Analisis Hasil yang Diharapkan (Expected Return)


Menurut

Siahaan

(2009),

expected

return

merupakan

tingkat

pengembalian atau hasil yang diharapkan oleh investor atas aset atau investasinya.
Expected return diperoleh dari jumlah perkalian antara peluang kejadian dengan
hasil (return) dalam bentuk total pendapatan bersih yang diperoleh Peternakan
Bapak Maulid setiap periode produksi. Satu periode produksi adalah waktu yang
dibutuhkan oleh Peternakan Bapak Maulid untuk melakukan budidaya ayam
broiler, yaitu pada saat DOC broiler tiba hingga ayam broiler siap untuk dipanen.
Jumlah periode produksi yang diamati adalah sebanyak tujuh periode, yaitu pada
bulan tanggal 7 Januari 2011 26 November 2011. Secara matematis, expected
return dirumuskan sebagai berikut :
n

E(R)i =

(P)i (R)i
i=1

40

Keterangan:
E(R)i = Nilai ekspektasi (Rupiah)
Pi

= Besarnya peluang memperoleh penerimaan pada periode ke-i


Menurut Walpole (1992), total peluang dari beberapa kejadian dalam suatu

himpunan berjumlah satu atau secara metematis dirumuskan sebagai berikut :


pi1 + pi2 + pi3 + + pm = 1
Ri

= Kemungkinan pendapatan bersih (Possible Returm)


Setiap periode produksi di Peternakan Bapak Maulid terdiri dari kejadian-

kejadian yang berbeda, sehingga terdapat tujuh kejadian berbeda yang diamati.
Akibatnya, jumlah peluang dari setiap kejadian yang dihadapi oleh Peternakan
Bapak Maulid bernilai sama. Dengan demikian, nilai expected return dihitung
berdasarkan nilai rata-rata dari pendapatan bersih yang diperoleh Peternakan
Bapak Maulid selama tujuh periode produksi, atau dirumuskan sebagai berikut :
n1 Ri
E(R)i =
n
Keterangan:
E(R)i = Nilai ekspektasi return (Rupiah)
Ri

= Kemungkinan pendapatan bersih (Rupiah)

= Jumlah pengamatan, yaitu sebanyak 7 periode produksi pengamatan

2.

Ragam (Variance)
Menurut Sofyan (2005), variance mengukur penyebaran dari penerimaan

yang berada di sekitar nilai rata-rata. Semakain kecil nilai variance, maka semakin
kecil penyimpangan yang terjadi sehingga risiko yang dihadapi semakin kecil.
Sebaliknya semakain besar nilai variance, maka semakin besar penyimpangan
yang terjadi sehingga risiko yang dihadapi pun akan semakin besar. Nilai variance
dapat dirumuskan sebagai berikut :
n

Variance

()2i =

(P)ij [Rij - E(R)i ]2


i=1

Keterangan:
2i

= Varian atau ragam dari return (Rupiah)

pij

= Peluang suatu kejadian (i= aset, j=kejadian)

41

Rij

= Return (pendapatan bersih) Peternakan Bapak Maulid periode I VII


(Rupiah)

E(R)i = Nilai ekspektasi return (Rupiah)


n

= Jumlah pengamatan, yaitu sebanyak 7 kali pengamatan


Nilai peluang pada setiap kejadian yang dihadapi oleh Peternakan Bapak

Maulid bernilai sama karena Peternakan Bapak Maulid mengalami tujuh kejadian
yang berbeda, sehingga nilai variance dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut :
2i =

ni=1 [Rij - E(R)i ]2


n-1

Keterangan:
2i

= Varian atau ragam dari return (Rupiah)

Rij

= Return (Rupiah)

E(R)i = Nilai ekspektasi return (Rupiah)


3.

Simpangan Baku (Standard Deviation)


Menurut Sofyan (2005), simpangan baku diperoleh dengan mencari akar

dari varian yang telah diperoleh. Makna dari simpangan baku sama halnya
denggan varian. Semakin kecil nilai simpangan baku, maka semakin rendah risiko
yang dihadapi. Sebaliknya semakin besar nilai simpangan baku yang diperoleh,
mengindikasikan semakin besar risiko yang dihadapi. Simpangan dapat diperoleh
dengan rumus berikut :
Simpangan Baku ()i =

()2i

Keterangan :
= Varian atau ragam dari return (Rupiah)
= Simpangan baku atau standar deviasi (Rupiah)
4.

Coefficient Variation
Siahaan (2009) menyatakan bahwa risiko perlu dibandingkan dengan

tingkat return yang diharapkan. Semakin kecil nilai coefficient variation, maka
semakin rendah risiko yang dihadapi. Secara matematis, pengukuran coefficient
variation dirumuskan sebagai berikut :
CV=

i
E(R)i

42

Keterangan :
CV = Coefficient Variation
i

= Simpangan baku atau standar deviasi (Rupiah)

E(R)i = Nilai ekspektasi return (Rupiah)


5.

Analisis Metode Nilai Standar (Z-Score)


Menurut Kountur (2008), suatu kejadian diindikasikan sebagai risiko

apabila memiliki peluang kejadian (tingkat probabilitas) dan menimbulkan


kerugian. Dalam penelitian ini, analisis tingkat probabilitas digunakan untuk
mengukur tingkat probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi
oleh Peternakan Bapak Maulid selama periode produksi pengamatan. Metode
yang digunakan untuk mengukur tingkat probabilitas pada penelitian ini adalah
metode nilai standar (z-score). Metode ini dianggap sesuai dengan penelitian yang
dilakukan karena penelitian ini memiliki data historis yang diperoleh dalam
bentuk desimal (kontinus). Menurut Kountur (2008), terdapat beberapa langkah
yang perlu dilakukan untuk menghitung tingkat probabilitas dengan menggunakan
metode z-score, antara lain :
a.

Menghitung nilai rata-rata dari kejadian yang berisiko


Nilai rata-rata kematian ayam broiler dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :


ni=1 xi
x=
n
Keterangan :
x

= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko (kilogram)

xi

= Data per periode kejadian berisiko (kilogram)

= Jumlah data

b.

Menghitung nilai standar deviasi (s)

Nilai standar deviasi diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai


berikut :
s=

ni=1 xi - x
n-1

Keterangan :
s

= Nilai standar deviasi kejadian berisiko (kilogram)

= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko (kilogram)


43

xi

= Data per periode kejadian berisiko (kilogram)

= Jumlah data

c.

Menghitung z-score
Nilai standar (z-score) diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :
z

x
s

Keterangan :
z

= Nilai standar (z-score) yang dilihat dari tabel distribusi normal

= Nilai rata-rata dari kejadian berisiko (kilogram)

= Nilai batas normal yang ditetapkan dari kejadian berisiko (kilogram)

= Nilai standar deviasi kejadian berisiko (kilogram)


Apabila nilai z-score yang diperoleh bertanda negatif (minus), maka

menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kiri dari nilai rata-rata pada
kurva distribusi normal. Apabila nilai z-score yang diperoleh bertanda positif,
maka menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kanan dari nilai ratarata pada kurva distribusi normal.
d.

Mencari tahu nilai probabilitas


Langkah terakhir yang dilakukan adalah memetakan nilai z-score yang

telah diperoleh ke dalam Tabel distribusi normal (Tabel distribusi Z). Nilai yang
diperoleh pada Tabel distribusi normal selanjutnya dikalikan dengan 100 persen
untuk memperoleh persentase tingkat probabilitas dari sumber-sumber risiko
produksi.
6.

Analisis Dampak Risiko


Analisis dampak risiko produksi terhadap pendapatan diukur dengan

menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Menurut J.P. Morgan dalam Sunaryo
(2009), Value at Risk (VaR) dapat digunakan sebagai alat ukur risiko.
Djohanputro (2008) pun menyatakan bahwa nilai yang dihasilkan dari Value at
Risk (VaR) menggambarkan tingkat kerugian maksimum yang dapat diderita
selama periode tertentu dengan tingkat keyakinan (confidence level) tertentu.
Artinya, terdapat kemungkinan sebesar persentase tingkat keyakinan bahwa
kerugian yang diderita lebih besar dari nilai VaR yang dihasilkan.

44

Menurut Kountur (2008), VaR dapat dihitung dengan rumus sebagai


berikut:
VaR= x+ z

s
n

dimana
s

= Standar deviasi yang diperoleh dari


s=

ni=1 xi - x
n-1

Keterangan :
VaR = Value at Risk (Rupiah)
x

= Rata-rata kejadian yang merugikan (Rupiah)

xi

= Data per periode kejadian berisiko (Rupiah)

= Banyaknya kejadian yang merugikan

7.

Peta Risiko
Menurut Kountur (2008), peta risiko terdiri dari dua sumbu yaitu sumbu

vertikal yang menggambarkan tingkat probabilitas (peluang) terjadinya risiko, dan


sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko. Melalui peta risiko, dapat
ditentukan status risiko pada setiap sumber-sumber risiko produksi di Peternakan
Bapak Maulid. Menurut Kountur (2008), status risiko diperoleh dari hasil
perkalian antara tingkat probabilitas dengan dampak yang ditimbulkan risiko.
Melalui status risiko, dapat diketahui posisi dari sumber-sumber risiko produksi di
Peternakan Bapak Maulid sehingga dapat ditentukan urutan sumber-sumber risiko
dari yang paling besar hingga yang paling kecil. Selain dapat menentukan status
risiko, melalui peta risiko dapat ditentukan alternatif-alternatif manajemen
pengendalian risiko produksi yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak
Maulid.
Berdasarkan Gambar 6, terdapat tingkat probabilitas yang dianggap besar
dan kecil. Demikian pula halnya dengan dampak risiko, terdapat dampak yang
dianggap besar dan kecil. Menurut Kountur (2008), pada umumnya risiko yang
memiliki tingkat probabilitas di atas 20 persen, dianggap sebagai tingkat
probabilitas risiko yang besar. Risiko yang memiliki tingkat probabilitas di bawah
20 persen, dianggap sebagai tingkat probabilitas risiko yang kecil. Namun, batas

45

risiko ataupun dampak risiko tersebut, pada kenyataannya dapat disesuaikan


dengan kebijakan yang berlaku di perusahaan.

Probabilitas (%)

Besar

Kuadran I

Kuadran II

Kuadran III

Kuadran IV

Kecil
Kecil

Gambar 6.

Besar

Dampak (Rp)

Peta Risiko
Sumber : Kountur (2008)

Gambar 6 menunjukkan bahwa terdapat empat kuadran di dalam peta


risiko. Risiko-risiko yang berada di kuadran I menggambarkan tingkat
probabilitas kejadian sedang hingga besar dan dampak risiko yang dihasilkan
dengan tingkat yang kecil hingga sedang. Risiko-risiko pada kuadran II memiliki
tingkat probabilitas kejadian dan dampak risiko dengan tingkat yang sedang
hingga besar. Risiko pada kuadran III memiliki tingkat probabilitas kejadian dan
dampak risiko dengan tingkat yang kecil hingga sedang. Risiko pada kuadran IV
memiliki tingkat probabilitas kejadian yang kecil hingga sedang, namun memiliki
dampak risiko dengan tingkat yang sedang hingga besar.
4.3.4. Penanganan Risiko
Kountur (2008) menyatakan bahwa terdapat dua strategi alternatif dalam
menangani risiko berdasarkan hasil pemetaan risiko, yaitu strategi preventif dan
strategi mitigasi. Strategi preventif merupakan strategi yang dilakukan untuk
memperkecil tingkat probabilitas risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan oleh risiko.

46

Strategi preventif dapat dilakukan pada risiko-risiko yang berada di


kuadran I dan II. Tujuan dari strategi preventif adalah menggeser risiko-risiko
yang berada di kuadran I ke kuadran III dan menggeser risiko-riisiko yang berada
di kuadran II ke kuadran IV (Gambar 7). Dengan demikian, tingkat probabilitas
risiko yang berada pada kuadran I dan II dapat berada pada batas tingkat
probabilitas risiko yang kecil, yaitu di kuadran II dan IV.
Strategi mitigasi dapat dilakukan pada risiko-risiko yang berada di kuadran
II dan IV. Tujuan dari strategi mitigasi adalah menggeser risiko-risiko yang
berada di kuadran II ke kuadran I dan menggeser risiko-riisiko yang berada di
kuadran IV ke kuadran III (Gambar 7). Dengan demikian, dampak risiko yang
berada pada kuadran II dan IV dapat berada pada batas dampak risiko yang
dianggap kecil, yaitu di kuadran I dan III.

Probabilitas (%)

Besar

Kuadran I

Kuadran II

Kuadran III

Kuadran IV

Kecil
Kecil

Gambar 7.

Besar

Dampak (Rp)

Stategi Preventif dan Mitigasi Risiko


Sumber : Kountur (2008)

47

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN


5.1.

Keadaan Umum Peternakan Bapak Maulid

5.1.1. Sejarah Perusahaan


Peternakan Bapak Maulid adalah usaha peternakan ayam broiler yang
didirikan oleh Bapak Maulid Ibrahim Zakir, ST, pada bulan Oktober tahun 2010
lalu. Bapak Maulid adalah seorang sarjana teknik mesin lulusan dari salah satu
perguruan tinggi swasta di Kota Palembang. Beliau juga merupakan warga yang
tinggal di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang.
Sebelum terjun ke usaha peternakan ayam broiler, Bapak Maulid sempat menjadi
karyawan di sebuah perusahaan swasta yaitu PT Pulau Hijau Asri. Bapak Maulid
selanjutnya berhenti bekerja karena lebih tertarik menekuni usaha peternakan
ayam broiler yang lebih dulu dijalankan oleh ayahnya. Berbagai pengalaman yang
diperoleh Bapak Maulid dalam menjalankan usahaternak ayam broiler bersama
ayahnya, memupuk semangat beliau untuk membangun peternakan ayam broiler
sendiri. Bagi Bapak Maulid, usaha peternakan ayam broiler merupakan usaha
yang cukup menjanjikan karena waktu pemeliharaan ayam broiler yang relatif
singkat.
Peternakan Bapak Maulid mengawali produksinya pada awal bulan
Januari tahun 2011, dengan kapasitas sebanyak 5.000 ekor ayam broiler. Pada
periode produksi berikutnya, Peternakan Bapak Maulid menambah skala
produksinya menjadi 6.000 ekor ayam broiler. Kapasitas produksi tersebut belum
mengalami peningkatan hingga sekarang. Pada periode produksi VI, Peternakan
Bapak Maulid membudidayakan sebanyak 5.700 ekor ayam broiler. Hal ini
dikarenakan pada periode produksi tersebut terjadi kesalahan pengantaran DOC
(Day Old Chick), sehingga pihak inti memberikan kompensasi berupa
penggantian uang sebanyak jumlah ayam broiler yang mati dan mengalami stress
selama di perjalanan, yaitu seharga 300 ekor DOC.
Sejak awal berdirinya, Peternakan Bapak Maulid telah melakukan sistem
kerjasama kemitraan inti-plasma. Hal ini dikarenakan Peternakan Bapak Maulid
masih memiliki keterbatasan modal dalam pengadaan sarana produksi ternak,
seperti pengadaan DOC, pakan, dan obat-obatan. Selain itu, sistem kerjasama
kemitraan inti-plasma diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid karena untuk

menghindari kerugian yang disebabkan oleh terjadinya serangan penyakit maupun


akibat dari ketidakpastian harga di pasar. Peternakan Bapak Maulid harus
memberikan jaminan yang diserahkan kepada PT SUC berupa surat tanah dan
jaminan uang yang sistem pembayarannya dapat dicicil.
Sebagai pihak plasma, Peternakan Bapak Maulid telah melakukan
hubungan kemitraan inti-plasma sebanyak dua kali dengan pihak inti. Adapun
perusahaan-perusahaan inti tersebut adalah PT Sumber Unggas Cemerlang (PT
SUC) dan

PT Sumber Intan Grup (PT SIG). Peternakan Bapak Maulid menjalin

kerjasama kemitraan inti-plasma dengan PT SUC pada periode produksi pertama


hingga periode produksi ketujuh atau sejak bulan Oktober tahun 2010 hingga
bulan November tahun 2011. Pada saat periode pengamatan, Peternakan Bapak
Maulid sedang melakukan hubungan kemitraan dengan PT SUC. Sebagai pihak
inti, PT SUC berperan dalam menyediakan DOC (Day Old Chick), pakan, vaksin,
vitamin, dan obat-obatan, memberikan pengawasan budidaya ayam broiler, dan
menetapkan harga garansi (harga kontrak) dengan pihak plasma. Sebagai pihak
plasma, Peternakan Bapak Maulid berperan dalam menyiapkan lahan, kandang,
perlengkapan dan peralatan budidaya, serta tenaga kerja.
Hubungan kemitraan inti-plasma antara PT SUC dengan Peternakan
Bapak Maulid ternyata hanya berlangsung selama tujuh periode produksi. Hal ini
dikarenakan Peternakan Bapak Maulid sempat mengalami kerugian yang cukup
besar pada periode produksi VII akibat kualitas DOC yang semakin menurun,
sehingga menyebabkan hubungan kemitraan tersebut terhenti. Pada bulan
Desember tahun 2011 hingga sekarang, Peternakan Bapak Maulid menjalankan
hubungan kemitraan inti-plasma dengan PT Sumber Intan Grup (PT SIG) karena
dianggap lebih menguntungkan dari pihak inti sebelumnya, yaitu memberikan
bonus pasar kepada peternak plasma berupa selisih antara harga kontrak dengan
harga yang berlaku di pasar dan dikalikan dengan 25 persen dari total FCR yang
dihasilkan pada periode produksi tersebut.
Peternakan Bapak Maulid memiliki tenaga kerja tetap dan tenaga kerja
tidak tetap. Perekrutan tenaga kerja tetap yang dilakukan oleh pemilik Peternakan
Bapak Maulid justru tidak berasal dari masyarakat lingkungan sekitar Kelurahan
Karang Anyar. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Kelurahan Karang

49

Anyar sudah bekerja sebagai buruh di perkebunan karet. Namun, Peternakan


Bapak Maulid masih melakukan perekrutan tenaga kerja tidak tetap yang berasal
dari masyarakat lingkungan sekitar Kelurahan Karang Anyar. Saat ini, Peternakan
Bapak Maulid memiliki dua orang tenaga kerja tetap dan satu hingga dua orang
tenaga kerja tidak tetap yang dibutuhkan sebagai tenaga kerja tambahan pada
setiap kegiatan pemanenan ayam broiler berlangsung.
5.1.2. Lokasi Perusahaan
Peternakan Bapak Maulid terletak di Kelurahan Karang Anyar RT 02/RW
04, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang. Lokasi tersebut berjarak sekitar dua
kilometer dari jalan raya, yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan
sepeda motor selama lima menit. Sebagian besar wilayah Kelurahan Karang
Anyar terdiri dari perkebunan karet yang dikelola oleh rakyat maupun dikelola
PT Perkebunan Nusantara. Selain itu, di Kecamatan Bukit Baru sendiri juga
dijumpai beberapa peternakan yang terdiri dari peternakan sapi potong,
peternakan ayam petelur, dan peternakan ayam broiler.
Usaha Peternakan Bapak Maulid berdiri di atas lahan seluas 5.000 meter
persegi dan dikelilingi oleh perkebunan karet rakyat. Lahan tersebut merupakan
lahan milik keluarga dekat Bapak Maulid sendiri, yang juga merupakan warga
kelurahan Karang Anyar. Peternakan Bapak Maulid berada pada lokasi yang
cukup strategis, yaitu dekat dengan akses jalan raya dan cukup jauh dari
pemukiman penduduk. Jarak terdekat Peternakan Bapak Maulid dengan
pemukiman penduduk adalah sekitar 200 meter. Selain itu, lokasi Peternakan
Bapak Maulid berada dekat dengan sumber mata air sehingga ketersediaan air di
Peternakan Bapak Maulid cukup terjamin.
Pembangunan kandang di Peternakan Bapak Maulid dimulai pada bulan
Oktober

tahun

2010

lalu,

dengan

modal

yang

dikeluarkan

sebesar

Rp 130.000.000,00 untuk membangun kandang, gudang, dan membeli peralatanperalatan yang diperlukan untuk budidaya ayam broiler. Bentuk kandang yang
digunakan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah kandang yang berbentuk
panggung dengan ketinggian kolong kandang sekitar dua meter. Tiang-tiang
kandang ditopang oleh kayu-kayu dolken yang berukuran besar, sedangkan lantai
kandang menggunakan bambu. Jenis atap yang digunakan adalah jenis atap dari
50

daun nipah dan dinding-dinding dibangun dengan menggunakan kawat. Kandang


ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid memiliki ukuran panjang 75 meter dan
lebar 8 meter atau memiliki luas sebesar 600 meter persegi. Luas kandang tersebut
mampu menampung ayam broiler sebanyak 6.000 ekor. Bangunan di Peternakan
Bapak Maulid juga dilengkapi dengan gudang yang berfungsi untuk menyimpan
pakan, obat-obatan, dan peralatan. Gudang tersebut berukuran panjang 6 meter
dan lebar 4 meter, dengan jarak kurang lebih sepuluh meter dari sisi sebelah kiri
kandang. Tepat di atas bangunan gudang juga dibangun tempat peristirahatan bagi
para karyawan kandang. Bangunan gudang dan tempat peristirahatan tersebut
dibangun dengan menggunakan batu batako.
5.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi yang dimiliki oleh Peternakan Bapak Maulid tergolong
sangat sederhana. Struktur organisasi yang sederhana memiliki keunggulan dalam
hal proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan mempermudah
pengawasan. Struktur organisasi Peternakan Bapak Maulid dapat digambarkan
sebagai berikut.

Pemilik Peternakan
Bapak Maulid

Pengawas atau Field


Controller dari Perusahaan Inti

Kepala Kandang

Anak Kandang
Gambar 8.

Struktur Organisasi Peternakan Bapak Maulid

Bapak Maulid adalah pemilik sekaligus pemimpin pada peternakan ayam


broiler yang dijalankannya. Dalam menjalankan usahanya, Bapak Maulid
bertugas mengatur sistem manajemen Peternakan Bapak Maulid yang meliputi
manajemen produksi, manajemen keuangan, dan manajemen sumberdaya
manusia. Selanjutnya, Bapak Maulid langsung membawahi seorang kepala
51

kandang bernama Bapak Gondo Margono. Tugas kepala kandang adalah


melakukan pengawasan terhadap kelancaran pelaksanaan budidaya ayam broiler
dan melakukan pencatatan jumlah ayam yang terserang penyakit ataupun mati.
Kepala kandang langsung membawahi seorang anak kandang yang bernama
Bapak Kamaludin. Sebagai anak kandang, Bapak Kamaludin berperan langsung
dalam melakukan teknik budidaya ayam broiler dan tetap dipandu oleh kepala
kandang maupun pemilik peternakan. Dalam menjalankan usahanya, Peternakan
Bapak Maulid mendapatkan pengawasan langsung dari seorang pengawas atau
field controller dari pihak inti PT SUC, yang bernama Bapak Yusrizal. Selain
melakukan pengawasan secara langsung, Bapak Yusrizal juga berperan dalam
memberikan solusi penanganan terhadap ayam-ayam broiler yang terserang
penyakit.
Jalur perintah dan koordinasi pada struktur organisasi di Peternakan Bapak
Maulid ditunjukkan oleh anak panah yang bergaris utuh dan anak panah yang
bergaris putus-putus. Anak panah yang bergaris utuh mengindikasikan adanya
perintah yang berasal dari Peternakan Bapak Maulid sendiri. Anak panah yang
bergaris putus-putus mengindikasikan adanya koordinasi dari pihak inti PT SUC,
yang diwakilkan oleh pengawas atau field controller kepada pemilik Peternakan
Bapak Maulid sebagai pihak plasma.
Kepala kandang dan anak kandang adalah tenaga kerja tetap di Peternakan
Bapak Maulid, sedangkan pengawas atau field controller adalah karyawan tetap di
PT SUC. Selain memiliki tenaga kerja tetap, Peternakan Bapak Maulid juga
memiliki tenaga kerja tidak tetap. Biasanya, tenaga kerja tidak tetap dipekerjakan
sebagai tenaga kerja tambahan pada setiap kegiatan pemanenan ayam broiler
berlangsung, yakni pada saat proses penangkapan ayam broiler. Jumlah tenaga
kerja tidak tetap tersebut adalah satu hingga dua orang.
Para pekerja di Peternakan Bapak Maulid memiliki kualifikasi yang
berbeda. Dalam merekrut tenaga kerja tetap, Peternakan Bapak Maulid tidak
menetapkan kualifikasi khusus. Bagi Bapak Maulid, hal yang terpenting adalah
para pekerja memiliki kejujuran dan rasa tanggung jawab. Kepala kandang di
Peternakan Bapak Maulid memiliki kualifikasi sebagai lulusan Sekolah Teknik
Menengah (STM), sedangkan anak kandang memiliki kualifikasi sebagai lulusan

52

Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kualifikasi tenaga kerja tidak tetap sebagian
besar adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pengawas atau field
controller adalah lulusan Sarjana Peternakan dari Universitas Jambi.
5.2.

Proses Produksi Ayam Broiler Peternakan Bapak Maulid


Proses produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid meliputi

berbagai aktifitas, diantaranya persiapan kandang, budidaya, dan pemanenan


ayam broiler. Setiap satu siklus periode produksi ayam broiler di Peternakan
Bapak Maulid membutuhkan waktu sekitar 44 51 hari, yang terdiri dari 34 37
hari proses budidaya dan 14 hari masa istirahat dan persiapan kandang. Dalam
waktu satu tahun, Peternakan Bapak Maulid dapat melakukan tujuh kali siklus
periode produksi ayam broiler.
5.2.1. Persiapan Kandang
Sebelum menjalankan aktifitas budidaya ayam broiler, Peternakan Bapak
Maulid melakukan tahap persiapan kandang. Persiapan kandang dilakukan setelah
aktifitas pemanenan pada periode produksi sebelumnya. Proses persiapan kandang
yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid membutuhkan waktu rata-rata
sekitar 14 hari. Biasanya, proses persiapan kandang diikuti dengan masa istirahat
kandang. Proses persiapan kandang dimaksudkan untuk melakukan sterilisasi dari
penyakit sehingga kebersihan kandang maupun lingkungan kandang menjadi lebih
terjamin. Proses persiapan kandang terdiri dari aktifitas pembersihan lingkungan
sekitar kandang, pencucian kandang dan peralatan kandang, pengapuran,
penyemprotan, dan persiapan peralatan kandang.
1. Pembersihan Lingkungan Kandang
Pembersihan lingkungan kandang merupakan tindak lanjut dari aktifitas
pembersihan kotoran-kotoran ayam broiler yang berada di kolong kandang.
Pembersihan lingkungan kandang meliputi pembersihan sisa-sisa kotoran maupun
sampah dan pembasmian gulma yang berada di sekitar lingkungan kandang.
2. Pencucian Kandang dan Peralatan Kandang
Pencucian kandang dan peralatan kandang dilakukan untuk membersihkan
kotoran-kotoran yang menempel di kandang maupun pada peralatan kandang.
Pencucian kandang yang dilakukan di Peternakan Bapak Maulid menggunakan

53

sikat dan selang air sepanjang 50 meter yang dihubungkan dengan sprayer.
Pencucian kandang meliputi bagian atas, dinding, dan lantai kandang. Pencucian
peralatan kandang meliputi pencucian tempat pakan, tempat minum, jaring, dan
tirai. Peralatan kandang yang telah dicuci selanjutnya direndam dengan deterjen
dan larutan desinfektan.
3. Pengapuran
Aktifitas pengapuran merupakan salah satu aktifitas yang dilakukan untuk
membasmi penyakit ataupun kuman yang melekat di kandang ayam broiler.
Jumlah kapur yang digunakan Peternakan Bapak Maulid setiap periode produksi
adalah senanyak 15 kilogram yang dilarutkan dengan air sebanyak 600 liter.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses pengapuran hingga mengering
adalah satu hari.
4. Penyemprotan
Setelah melakukan proses pengapuran, aktifitas selanjutnya yang
dilakukan di Peternakan Bapak Maulid adalah melakukan penyemprotan. Aktifitas
penyemprotan dilakukan untuk membasmi penyakit ataupun kuman yang masih
menempel di kandang maupun lingkungan di sekitar kandang. Penyemprotan
tersebut menggunakan larutan formalin dan larutan desinfektan. Larutan formalin
yang digunakan adalah sebanyak 7 liter untuk satu kali penyemprotan. Takaran
penggunaannya adalah 1 liter formalin dan 6 liter air, untuk satu kali
penyemprotan. Penyemprotan dengan larutan formalin dilakukan sebanyak tiga
kali. Setelah dilakukan penyemprotan dengan larutan formalin, tahap selanjutnya
adalah melakukan penyemprotan dengan larutan desinfektan. Penyemprotan
dengan larutan desinfektan tersebut dilakukan satu hari sebelum DOC tiba di
kandang.
5. Persiapan Peralatan Kandang
Beberapa peralatan kandang yang harus dipersiapkan sebelum DOC tiba di
kandang adalah alat pemanas, tempat pakan, tempat air minum, jaring, tirai, dan
sekat. Alat pemanas yang digunakan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah
gasolec yang berbahan bakar gas. Jumlah gasolec yang digunakan adalah
sebanyak 6 buah dan dipasang dengan ketinggian 125 sentimeter. Gasolec dapat
menghasilkan panas dengan suhu yang stabil, merata, tidak berbau, dan tidak

54

menimbulkan asap. Tempat pakan dan tempat air minum disesuaikan dengan
umur ayam broiler dan jumlah ayam broiler. Dengan kapasitas 6.000 ekor ayam
broiler pada tahap DOC, Peternakan Bapak Maulid menggunakan 120 baki
tempat pakan dan 96 buah tempat air minum.
Pemasangan jaring yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid
merupakan alternatif pengganti penggunaan sekam. Pemasangan sekam tidak
dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid karena diyakini dapat menyebabkan
perkembangbiakan penyakit. Penggunaan sekam sebagai alas lantai dapat
menyebabkan tumbuhnya jamur akibat terjadinya kelembaban pada sekam.
Pemasangan jaring disesuaikan dengan ukuran kandang Peternakan Bapak Maulid
yang ditebar di atas lantai kandang.
Pemasangan tirai dilakukan untuk mengatur sirkulasi udara dan cahaya
yang masuk ke kandang. Tirai yang digunakan adalah plastik terpal yang dipasang
dengan ketinggian 2 meter yang menempel pada dinding kandang. Pemasangan
tirai juga dilakukan hingga menutupi bagian kolong kandang untuk meningkatkan
suhu di dalam kandang, akibat penggunaan jaring sebagai alas lantai yang dapat
meningkatkan aliran sirkulasi udara sehingga suhu di dalam kandang menjadi
rendah. Untuk mempermudah pengontrolan aktifitas budidaya ayam broiler,
Peternakan Bapak Maulid memasang sekat yang terbuat dari kawat, setinggi 45
sentimeter di dalam kandang. Jumlah sekat yang dipasang adalah sebanyak 6
sekat, masing-masing sekat mengelompokkan ayam broiler sebanyak 1.000 ekor.
Setelah peralatan kandang dipersiapkan, tahap terakhir yang dilakukan adalah
melakukan sterilisasi kandang hingga DOC tiba.
5.2.2. Budidaya Ayam Broiler
Kegiatan budidaya ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid terdiri dari
budidaya tahap pemanasan dan budidaya tahap pembesaran.
1.

Budidaya Tahap Pemanasan (Brooding)


Budidaya pada tahap pemanasan (brooding) dilakukan untuk menciptakan

kondisi yang optimal sesuai dengan kebutuhan DOC dan untuk mendukung tahap
pertumbuhan ayam broiler. Budidaya pada tahap pemanasan dilakukan saat ayam
broiler berumur 0 14 hari. Budidaya pada tahap pemanasan yang dilakukan oleh
Peternakan Bapak Maulid meliputi aktivitas pemeriksaan kuantitas dan kualitas
55

DOC, pemberian air gula merah dan pakan pada DOC, menyalakan pemanas
gasolec, menggunakan penerangan lampu dan tirai, serta melakukan vaksinasi.
a.

Pemeriksaan Kuantitas dan Kualitas DOC


Pemeriksaan kuantitas DOC dilakukan untuk memastikan kesesuaian

antara jumlah DOC yang diterima dengan surat jalan yang tertera. Selain itu,
pemeriksaan tersebut juga dilakukan untuk memastikan kesesuaian bobot rata-rata
DOC yang tertera pada kotak dengan bobot rata-rata DOC yang diterima oleh
Peternakan Bapak Maulid. Kualitas DOC sangat mempengaruhi proses budidaya
ayam broiler pada setiap periode produksi. DOC yang berkualitas baik memiliki
laju pertumbuhan yang lebih cepat, lebih efisien dalam mengkonsumsi pakan, dan
lebih kebal terhadap serangan penyakit. DOC yang berkualitas rendah memiliki
laju pertumbuhan yang lebih rendah, lebih boros dalam mengkonsumsi pakan, dan
rentan terhadap serangan penyakit. DOC yang berkualitas baik memiliki bentuk
tubuh yang lebih besar yakni dengan bobot rata-rata sebesar 38 gram dan gerakan
yang lebih lincah. DOC yang diterima oleh Peternakan Bapak Maulid diperoleh
dari PT Vista Agung Kencana Farm.
Peternakan Bapak Maulid melakukan seleksi antara DOC yang berkualitas
baik dengan DOC yang berkualitas rendah. DOC yang berkualitas rendah
dipelihara di tempat yang terpisah dari DOC yang berkualitas baik. Selain
melakukan seleksi, Peternakan Bapak Maulid juga melakukan grading
berdasarkan jenis kelamin DOC dan bobot tubuh. Grading tersebut dilakukan
guna mempermudah proses penangkapan ayam broiler pada saat proses
pemanenan berlangsug, karena terdapat beberapa pedagang pengumpul yang
menginginkan ayam broiler berdasarkan jenis kelamin dan bobot tubuh tertentu.
DOC yang telah mengalami proses grading selanjutnya dipelihara secara terpisah
berdasarkan jenis kelamin dan bobot tubuh yang sama. DOC yang berjenis
kelamin jantan dan betina dipisahkan dengan menggunakan sekat-sekat yang telah
tersedia. DOC yang memiliki bobot tubuh yang lebih besar (36 38 gram)
dipelihara dalam sekat yang berbeda dengan DOC yang memiliki bobot tubuh
yang lebih kecil.

56

b.

Pemberian Air Gula Merah, Pakan, dan Air Minum pada DOC
Pemberian air gula merah dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid pada

saat DOC tiba di kandang. Pemberian air gula merah tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh DOC setelah menempuh perjalanan. Takaran air
gula merah yang digunakan adalah sebanyak 12 kilogram gula merah yang
dilarutkan dalam 600 liter air. Pemberian pakan juga dilakukan agar DOC
memperoleh nutrisi yang cukup untuk menggantikan jumlah kalori yang hilang
selama menempuh perjalanan. Pemberian pakan dilakukan secara sedikit demi
sedikit karena ukuran tembolok DOC yang masih kecil. Pakan yang diberikan
pada saat ayam broiler berumur 0 7 hari merupakan pakan starter bermerek
S10, sedangkan pada umur 11 14 hari menggunakan pakan bermerek H11, yang
diperoleh dari PT Vista Grain. Pemeberian air minum pada saat ayam broiler
berumur 0 5 hari dilakukan secara manual. Pada saat ayam broiler berumur 6
hari hingga memasuki masa panen, pemberian air minum dilakukan secara
otomatis, yakni setiap tempat air minum dihubungkan dengan selang-selang yang
langsung terhubung dengan tempat penampungan air di dalam kandang.
c.

Menyalakan Pemanas Gasolec


Alat pemanas gasolec digunakan Peternakan Bapak Maulid pada saat

ayam broiler berumur 0 10 hari. Pada usia tersebut, ayam broiler membutuhkan
suhu layaknya berada di dalam pengeraman induknya. Pada saat umur 0 3 hari,
pemanasan dengan gasolec dilakukan sepanjang hari. Hal ini dikarenakan ayam
broiler membutuhkan panas yang lebih banyak pada periode umur tersebut akibat
bulu tubuh yang belum terlalu banyak tumbuh. Pada umur 4 10 hari, pemanasan
hanya dilakukan pada saat sore hingga pagi hari.
d. Menggunakan Penerangan Lampu dan Tirai
Peternakan Bapak Maulid menggunakan penerangan lampu dan tirai untuk
menghasilkan panas yang lebih optimal di dalam kandang. Lampu didekatkan
dengan ayam broiler karena cahaya lampu yang dihasilkan dapat digunakan untuk
membantu menghasilkan panas. Selain itu, penggunaan cahaya lampu tersebut
juga dimaksudkan untuk membuat anak ayam menjadi lebih terangsang untuk
makan lebih banyak.

57

Pada saat memasuki tahap pemanasan, tirai dipasang menjadi dua lapisan
yaitu lapisan tirai yang berada di dalam kandang dan lapisan tirai yang berada di
luar kandang. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan panas yang lebih optimal
bagi ayam boiler. Pemasangan tirai di luar kandang dilakukan dengan rapat
hingga menutupi dinding dan kolong kandang. Pemasangan tirai yang menutupi
kolong kandang bertujuan untuk menahan terpaan angin dan menjaga kehangatan
di dalam kandang. Pemasangan tirai di dalam kandang dan tirai di luar kandang
yang menutupi kolong kandang, dilakukan hingga ayam broiler berumur 14 hari.
Pemasangan tirai di dinding kandang dilakukan untuk mengatur sirkulasi udara di
dalam kandang. Tirai tersebut dapat dinaikkan ataupun diturunkan, sesuai dengan
kondisi cuaca.
e. Melakukan Vaksinasi
Vaksinasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh Peternakan Bapak
Maulid guna mencegah terjadinya serangan penyakit pada ayam broiler. Terdapat
dua jenis vaksin yang digunakan oleh Peternakan Bapak Maulid, yaitu vaksin
Newcastle Disease (ND) dan vaksin Gumboro. Pemberian vaksin ND dilakukan
pada saat ayam broiler berumur 5 atau 6 hari, sedangkan pemberian vaksin
Gumboro dilakukan pada saat ayam broiler berumur 13 hari. Pemberian vaksin di
Peternakan Bapak Maulid dilakukan melalui penyuntikan dan pencampuran
dengan air minum. Vaksin ND diberikan melalui penyuntikan bagian leher ayam
broiler, sedangkan vaksin Gumboro diberikan melalui pencampuran dengan air
minum.
2.

Budidaya Tahap Pembesaran


Budidaya pada tahap pembesaran ayam broiler yang dilakukan oleh

Peternakan Bapak Maulid bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan ayam


broiler, mencegah penularan penyakit pada ayam broiler yang lain sehingga
memperkecil

tingkat

mortalitas,

dan

untuk

meningkatkan

keseragaman

pertumbuhan ayam broiler. Budidaya pada tahap pembesaran dilakukan pada saat
ayam broiler berumur 15 hari hingga memasuki tahap pemanenan. Budidaya
ayam broiler pada tahap pembesaran yang dilakukan oleh Peternakan Bapak
Maulid meliputi :

58

a. Mengatur Sirkulasi Udara di Dalam Kandang


Sirkulasi udara dalam kandang di Peternakan Bapak Maulid diatur dengan
menaikkan atau menurunkan tirai yang terpasang pada dinding kandang. Menurut
Bapak Maulid, sirkulasi udara di dalam kandang perlu diatur untuk menghasilkan
udara yang lebih segar di dalam kandang sehingga mampu mengoptimalkan
pertumbuhan ayam broiler dan mencegah pertumbuhan penyakit. Pengaturan
sirkulasi kandang biasanya dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid pada saat
ayam broiler mulai berumur 15 hari. Pada saat kondisi cuaca yang panas, tirai
lebih sering diturunkan untuk meningkatkan sirkulasi udara yang keluar masuk
kandang. Pada saat kondisi cuaca yang dingin, tirai dinaikkan hingga menutupi
setengah dari dinding kandang.
b. Penanganan Penyakit
Penanganan penyakit yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid
bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan dan menekan tingkat mortalitas
ayam broiler. Selama tujuh periode produksi pengamatan, serangan penyakit di
Peternakan Bapak Maulid terjadi sebanyak dua kali, yaitu pada periode produksi
VI dan VII. Jenis penyakit yang menyerang ayam broiler di Peternakan Bapak
Maulid adalah penyakit Gumboro dan Kolibasilosis.
Penyakit Gumboro yang menyerang Peternakan Bapak Maulid pada
periode produksi VI, merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Gumboro.
Penyakit Gumboro menyerang ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid pada
umur 15 20 hari. Penyakit ini ditandai oleh kotoran ayam yang encer berlendir
dan berwarna putih. Pengobatan yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid
adalah dengan memberikan 4 kilogram gula merah yang dilarutkan dengan 200
liter air. Penyakit Kolibasilosis menyerang ayam broiler di Peternakan Bapak
Maulid pada periode produksi VII, yaitu pada umur 20 25 hari. Penyakit
Kolibasilosis disebabkan oleh bakteri Escherichia coli dan ditandai oleh nafsu
makan ayam yang menurun. Pengobatan yang dilakukan oleh Peternakan Bapak
Maulid adalah dengan memberikan Amplicoli dan melarutkan Chlorin pada air
minum.

59

c. Melakukan Kontrol Kandang


Kontrol kandang di Peternakan Bapak Maulid dilakukan setiap hari, yang
meliputi pengamatan pertumbuhan dan kondisi kesehatan ayam broiler,
pencatatan ayam broiler yang mati, dan pemisahan ayam broiler yang terserang
penyakit maupun yang afkir. Kontrol kandang di Peternakan Bapak Maulid
dilakukan oleh semua pihak yaitu anak kandang, kepala kandang, dan pemilik
peternakan, yang dilakukan secara bergantian. Aktivitas kontrol kandang
dilakukan agar ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid mengalami tingkat
pertumbuhan yang seragam.
d.

Proses Pemberian Pakan dan Air Minum


Proses pemberian pakan dan air minum dilakukan pada saat DOC tiba

hingga ayam broiler memasuki proses pemanenan. Pemberian pakan dilakukan


dua kali sehari, yaitu setiap pagi dan sore hari. Pakan yang diberikan pada saat
ayam broiler berumur 14 21 hari bermerek H11, dan umur 22 masa panen
menggunakan pakan finisher bermerek H12. Proses pemberian air minum pada
tahap pembesaran dilakukan secara otomatis.
5.2.3. Pemanenan
Ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid memiliki umur tangkap sekitar
33 37 hari setiap periode produksi. Waktu pemanenan yang dilakukan yaitu
selama dua hingga tiga hari. Lamanya waktu pemanenan tersebut tergantung
dengan jumlah permintaan ayam broiler di pasar.
Persiapan yang dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid sebelum
kegiatan pemanenan berlangsung adalah mempersiapkan tenaga kerja tambahan
sebanyak satu hingga dua orang, timbangan gantung, dan tali rafia. Tali rafia
digunakan untuk menangkap dan mempermudah perhitungan ayam broiler pada
saat penimbangan berlangsung. Sebelum melakukan proses pemanenan, Bapak
Maulid melakukan pemeriksaan terhadap daftar timbangan yang terdiri dari nama
penangkap, total tangkapan, ukuran bobot ayam broiler, dan kesesuaian nomor
polisi yang tertera dengan nomor polisi pada kendaraan yang digunakan.
Pada saat pemanenan berlangsung, Bapak Maulid selaku pemilik
peternakan melakukan penimbangan dan pencatatan hasil penimbangan pada
daftar timbangan secara langsung, untuk mencegah tindak penipuan dan
60

kecurangan yang dapat dilakukan oleh para pihak penangkap (pedagang


pengumpul). Proses penimbangan dan pencatatan juga disaksikan langsung oleh
satu orang dari pihak penangkap. Setiap penangkapan ayam broiler dilakukkan
dengan menggunakan tali rafia. Satu ikatan tali tersebut digunakan untuk
mengikat setiap lima ekor ayam broiler yang ditangkap. Penimbangan dilakukan
untuk tiga ikatan ayam broiler atau berjumlah 15 ekor ayam broiler. Setelah hasil
penimbangan dicatat, ayam broiler langsung dimasukkan ke keranjang yang telah
disediakan oleh pihak penangkap. Apabila pemanenan berlangsung pada siang
atau sore hari, maka dilakukan proses penyiraman pada saat ayam broiler berada
di dalam keranjang. Proses penyiraman tersebut dimaksudkan untuk mengurangi
suhu tubuh sehingga ayam broiler akan kuat selama menempuh perjalanan.
Setelah proses pemanenan ayam broiler berlangsung, kegiatan selanjutnya
yang dilakukan adalah membersihkan kotoran-kotoran ayam broiler. Kotorankotoran tersebut akan dijual untuk dijadikan sebagai pupuk kandang. Pembersihan
kotoran-kotoran ayam broiler segera dilakukan untuk mengurangi bau yang tidak
sedap dan menghindari terjadinya perkembangbiakan penyakit.

61

VI HASIL DAN PEMBAHASAN


6.1.

Analisis Risiko Produksi Usaha Peternakan Bapak Maulid


Peternakan Bapak Maulid menghadapi risiko produksi dalam menjalankan

usahaternak ayam broiler. Risiko produksi tersebut menyebabkan tingkat


pendapatan Peternakan Bapak Maulid mengalami fluktuasi setiap periode
produksi. Budidaya ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid mulai dilakukan
pada tanggal 7 Januari 2011. Banyaknya periode produksi pengamatan yang
dilakukan di Peternakan Bapak Maulid adalah sebanyak tujuh periode produksi,
yang masing-masing dilakukan selama 34 37 hari. Waktu produksi ayam broiler
di Peternakan Bapak Maulid selama periode pengamatan adalah sebagai berikut.
Tabel 9. Waktu Produksi Ayam Broiler di Peternakan Bapak Maulid Selama
Periode Pengamatan (7 Januari 2011 26 November 2011)
Periode
Tanggal Budidaya
Jumlah Hari
Musim
Produksi
I

7 Januari 12 Februari 2011

37

Hujan

II

28 Februari 5 April 2011

37

Kemarau

III

19 April 24 Mei 2011

36

Kemarau

IV

7 Juni 12 Juli 2011

36

Kemarau

19 Juli 23 Agustus 2011

36

Kemarau

VI

8 September 12 Oktober 2011

35

Kemarau

VII

24 Oktober 26 November 2011

34

Hujan

Berdasrkan Tabel 9, periode produksi I dilakukan pada tanggal 7 Januari


2011 dan periode produksi terakhir dilakukan pada periode produksi VII, yakni
pada tanggal 24 Oktober 2011. Selama periode produksi tersebut, Peternakan
Bapak Maulid menghadapi kondisi cuaca yang berbeda. Pada periode produksi I
dan VII, pelaksanaan produksi dilakukan pada musim hujan. Pada periode
produksi II VI, produksi ayam broiler dilakukan pada musim kemarau.
Perbedaan kondisi cuaca yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid sangat
mempengaruhi hasil produksi ayam broiler karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan ayam broiler. Kondisi cuaca yang ekstrim dapat menyebabkan
perkembangan penyakit yang dapat menyerang ayam broiler.

Risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid dapat


mempengaruhi hasil usahaternak ayam broiler yang dijalankan pada setiap
periode produksi. Hal ini dikarenakan risiko produksi dapat mempengaruhi
tingkat produktivitas ayam broiler, yang dicerminkan oleh tingkat mortalitas
ayam broiler pada setiap periode produksi. Sumber-sumber risiko produksi yang
mempengaruhi tingkat mortalitas ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid,
diantaranya adalah ayam broiler yang afkir, serangan penyakit, dan kondisi cuaca.
Tabel 10. Sumber-sumber Risiko Produksi Ayam Broiler di Peternakan Bapak
Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 26 November
2011)
Periode
Produksi

Total
Budidaya
(Ekor)

Jumlah Kematian
Sumber Risiko Produksi Ayam Broiler
Ayam
Broiler Afkir
Ekor

Serangan
Penyakit
Ekor

Total
Kematian
(Mortalitas)

Kondisi
Cuaca

Ekor

Ekor

5.000

20

0,40

73

1,46

93

1,86

II

6.000

22

0,37

22

0,37

III

6.000

25

0,42

113

1,88

138

2,30

IV

6.000

39

0,65

46

0,77

85

1,42

6.000

71

1,18

131

2,18

202

3,37

VI

5.700

50

0,88

36

0,63

118

2,07

204

3,58

VII

6.000

56

0,93

119

1,98

275

4,58

450

7,50

Berdasarkan Tabel 10, rata-rata tingkat mortalitas ayam broiler di


Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi adalah sebesar 2,91
persen. Tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada periode produksi VII dengan
tingkat mortalitas sebesar 7,50 persen. Tingkat mortalitas tersebut berada di atas
standar tingkat mortalitas yang ditetapkan oleh PT SUC, yaitu sebesar 4,39 persen
(Lampiran 4). Tingginya tingkat mortalitas ayam broiler pada periode produksi
tersebut dikarenakan banyaknya jumlah ayam broiler yang afkir, terjadi serangan
penyakit Kolibasilosis, dan terjadinya perubahan kondisi cuaca yang cukup
ekstrim, yakni peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Tingkat
mortalitas yang tinggi juga terjadi pada periode produksi VI, yaitu sebesar 3,58
persen. Hal ini disebabkan pada periode produksi VI banyak ditemui ayam broiler

63

yang afkir, terjadi serangan penyakit Gumboro, dan menghadapi musim kemarau
dengan suhu yang cukup tinggi sehingga mempengaruhi kondisi tubuh ayam
broiler.
1. Ayam Broiler yang Afkir
Kualitas DOC (Day Old Chick) sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
daya tahan tubuh ayam broiler. Ayam broiler afkir di Peternakan Bapak Maulid
terdiri dari ayam broiler yang kerdil dan ayam broiler yang cacat. Ayam broiler
yang kerdil cenderung membutuhkan pakan dalam jumlah yang lebih banyak.
Namun, hal ini tidak mempengaruhi pertambahan bobot ayam broiler, sehingga
total biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid menjadi
semakin tinggi.
Ayam broiler yang afkir akibat kualitas DOC yang rendah dihitung
sebagai ayam broiler yang sudah mati oleh pihak PT SUC. Ayam broiler yang
cacat tidak dipelihara oleh Peternakan Bapak Maulid, sehingga dihitung sebagai
ayam broiler yang sudah mati. Namun, sebagian dari ayam broiler yang kerdil
masih tetap dipelihara secara khusus oleh Peternakan Bapak Maulid. Hal ini
dikarenakan ayam broiler tersebut masih mengalami pertumbuhan walaupun
dengan laju pertumbuhan yang lebih lambat. Beberapa ekor ayam broiler afkir
yang sudah mencapai bobot tubuh yang normal, selanjutnya dijual oleh
Peternakan Bapak Maulid kepada pedagang pengumpul.
Berdasarkan Tabel 10, Peternakan Bapak Maulid memperoleh ayam
broiler afkir sebanyak 283 ekor selama tujuh periode produksi atau rata-rata
sebanyak 40 ekor setiap periode produksi. Pada periode produksi II, Peternakan
Bapak Maulid memperoleh ayam broiler afkir dalam jumlah yang paling sedikit
yaitu sebanyak 22 ekor. Menurut Bapak Maulid, pada periode produksi tersebut
peternakannya memperoleh DOC yang berkualitas cukup baik. Jumlah ayam
broiler afkir terbanyak diterima oleh Peternakan Bapak Maulid pada periode
produksi V yaitu sebanyak 71 ekor.
2. Serangan Penyakit
Serangan penyakit sangat mempengaruhi kelangsungan budidaya ayam
broiler. Jenis penyakit yang pernah menyerang ayam broiler di Peternakan Bapak
Maulid selama periode pengamatan meliputi Kolibasilosis dan Gumboro. Penyakit

64

Gumboro menyerang Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VI,


sedangkan penyakit Kolibasilosis menyerang Peternakan Bapak Maulid pada
periode produksi VII. Serangan penyakit baru terjadi pada periode produksi VI
dan VII diduga karena kandang di Peternakan Bapak Maulid merupakan kandang
yang baru dibangun sehingga kondisi lingkungan di luar maupun lingkungan di
dalam kandang masih cukup steril.
Jumlah kematian ayam broiler selama tujuh periode produksi di
Peternakan Bapak Maulid akibat serangan penyakit adalah sebanyak 155 ekor
(Tabel 10). Jumlah kematian ayam broiler terbanyak akibat serangan penyakit
terjadi pada periode produksi VII, yaitu sebanyak 119 ekor. Serangan penyakit
dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar pada usahaternak ayam broiler,
karena mengakibatkan kematian dalam jumlah yang banyak. Menurut Bapak
Maulid, serangan penyakit yang terjadi pada beberapa ayam broiler dapat menular
dengan cepat pada ayam broiler lainnya. Selain itu, serangan penyakit pun sulit
untuk terdekteksi karena dapat terjadi secara tiba-tiba.
3. Kondisi Cuaca
Kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi ayam
broiler. Pada musim kemarau, penguapan yang cukup tinggi dapat terjadi pada
tubuh ayam broiler akibat suhu udara yang terlalu tinggi. Pada musim penghujan,
dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi di dalam kandang, sehingga mampu
meningkatkan pertumbuhan penyakit. Selain itu, perubahan suhu yang cukup
tinggi seperti peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau ataupun
sebaliknya, dapat menyebabkan stress sehingga menyebabkan ayam broiler
mudah terserang penyakit.
Kondisi cuaca sangat mempengaruhi tingkat mortalitas ayam broiler di
Peternakan Bapak Maulid. Rata-rata jumlah kematian ayam broiler adalah
sebanyak 108 ekor setiap periode produksi, yang disebabkan oleh kondisi cuaca.
Berdasarkan Tabel 10, total kematian ayam broiler pada periode produksi I akibat
kondisi cuaca adalah sebanyak 73 ekor. Rendahnya suhu udara akibat musim
penghujan terjadi pada saat budidaya tahap pemanasan (brooding) ayam broiler.
Hal ini menyebabkan sejumlah ayam broiler mati akibat tidak mampu bertahan
pada kondisi suhu udara yang rendah. Namun pada saat ayam broiler memasuki

65

tahap pembesaran, curah hujan semakin berkurang sehingga menyebabkan suhu


udara mulai meningkat. Selain itu dari total kematian 756 ekor ayam broiler
selama tujuh periode produksi, sebanyak 408 ekor ayam broiler mati karena
kondisi cuaca yang terlalu panas yang terjadi pada musim kemarau, yaitu pada
periode produksi III VI. Menurut Bapak Maulid, kondisi cuaca yang terlalu
panas kurang cocok bagi ayam broiler yang berumur di atas 20 hari karena pada
umur tersebut ayam broiler justru membutuhkan suhu udara yang lebih rendah.
Jumlah kematian ayam broiler terbanyak di Peternakan Bapak Maulid terjadi pada
periode produksi VII, akibat terjadinya perubahan cuaca yang ekstrim dari musim
kemarau ke musim penghujan pada saat budidaya tahap pembesaran ayam broiler.
Tingkat mortalitas ayam broiler dapat mempengaruhi tingkat efisiensi
penggunaan pakan atau yang dikenal dengan istilah Feed Convertion Ratio (FCR).
Nilai FCR merupakan rasio antara jumlah pakan yang digunakan dengan jumlah
bobot akhir ayam broiler. Nilai FCR yang berfluktuasi sangat mempengaruhi
tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid. Berikut ini
merupakan tingkat FCR ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid selama tujuh
periode produksi pengamatan.
Tabel 11. Feed Convertion Ratio (FCR) Peternakan Bapak Maulid Selama
Periode Pengamatan (7 Januari 2011 26 November 2011)
Periode
Jumlah Pakan
Jumlah Bobot Hidup
FCR
Produksi
(Kg)
(Kg)
I

15.500

9.018,0

1,718

II

18.900

11.056,5

1,709

III

15.350

9.462,5

1,622

IV

14.950

9.796,0

1,526

15.700

9.873,5

1,590

VI

14.750

9.414,0

1,566

VII

13.750

8.115,5

1,694

15.557,142

9.533,714

1,632

Rata-rata

Berdasarkan Tabel 11, rata-rata nilai FCR yang dihasilkan oleh


Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi adalah sebesar 1,632.
Besar kecilnya nilai FCR tersebut dipengaruhi oleh besarnya jumlah pakan yang
66

digunakan dan besarnya jumlah bobot hidup ayam broiler yang dipanen pada
setiap periode produksi. Pada periode produksi I VI, nilai FCR yang dihasilkan
oleh Peternakan Bapak Maulid masih berada di bawah standar nilai FCR PT SUC
(Lampiran 4). Namun, pada periode produksi VII, terjadi ketidakefisienan
penggunaan pakan. Nilai FCR yang dihasilkan pada periode produksi VII berada
di atas nilai FCR standar yang ditetapkan oleh PT SUC. Pada periode produksi
VII, bobot rata-rata akhir ayam broiler yang dihasilkan adalah hanya sebesar 1,46
kilogram per ekor (Lampiran 2). Pada bobot rata-rata tersebut, nilai FCR yang
dihasilkan Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 1,694, yang berada di atas
standar FCR PT SUC yaitu sebesar 1,641. Penggunaan pakan yang tidak efisien
pada periode produksi VII disebabkan oleh tingginya tingkat mortalitas yang
mencapai 7,50 persen akibat banyaknya jumlah ayam broiler afkir, terjadinya
serangan penyakit, dan pengaruh dari kondisi cuaca (Tabel 10).
6.2.

Analisis Pendapatan Usaha Peternakan Bapak Maulid


Tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selalu

mengalami fluktuasi pada setiap periode produksi. Hal ini dikarenakan


berfluktuasinya biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid
pada setiap periode produksi. Besar kecilnya jumlah biaya produksi yang
dikeluarkan, dipengaruhi oleh jumlah dan jenis sapronak yang digunakan oleh
Peternakan Bapak Maulid. Selain itu, tingkat pendapatan juga sangat dipegaruhi
oleh hasil produksi ayam broiler yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid
pada setiap periode produksi. Hasil produksi ayam broiler di Peternakan Bapak
Maulid sangat ditentukan oleh tingkat mortalitas dan total bobot akhir yang
dihasilkan pada setiap periode produksi.
6.2.1. Biaya Produksi
Biaya-biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid
selama menjalankan usahaternak ayam broiler meliputi biaya DOC, pakan, obatobatan, upah tenaga kerja, dan biaya tetap. Berdasarkan Tabel 12, rata-rata biaya
produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar
Rp 133.756.874,00 setiap periode produksi. Total biaya produksi Peternakan
Bapak Maulid selama periode produksi I VII cukup berfluktuatif. Hal ini

67

dikarenakan terjadinya perbedaan penggunaan pakan, obat-obatan, dan upah


tenaga kerja yang dikeluarkan. Total biaya produksi tertinggi terjadi pada periode
produksi II, yaitu sebesar Rp 153.431.354,00. Pada periode produksi II, terjadi
penggunaan

pakan

menyebabkan

terbesar

peningkatan

yaitu
pada

sebanyak
biaya

18.900

produksi

kilogram
pakan

sehingga

menjadi

Rp

114.431.750,00. Biaya produksi terendah terjadi pada periode produksi VII. Pada
periode produksi tersebut, Peternakan Bapak Maulid hanya menggunakan pakan
sebanyak 13.750 kilogram atau senilai Rp 83.336.350,00 karena nafsu makan
ayam broiler yang menurun akibat serangan penyakit Kolibasilosis.
Tabel 12. Biaya Produksi Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan
(7 Januari 2011 26 November 2011)
Upah TK

Biaya
Tetap

Total Biaya
Produksi
(Rp/Periode
Produksi)

Periode

Biaya Produksi (Rp)


DOC

25.750.000

93.864.350

1.707.376

2.103.600

5.962.000

129.387.326

II

30.900.000

114.431.750

1.426.304

2.511.300

5.962.000

155.231.354

III

31.200.000

92.964.900

978.230

2.192.500

5.962.000

133.297.630

IV

31.050.000

90.447.500

1.373.427

2.259.200

5.962.000

131.092.127

31.050.000

94.985.000

1.038.081

2.274.700

5.962.000

135.309.781

VI

29.497.500

89.106.400

1.036.684

2.182.800

5.962.000

127.785.384

VII

31.050.000

83.336.350

1.923.064

1.923.100

5.962.000

124.194.514

Pakan

Obat

Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid


dapat digambarkan dari besarnya kontribusi masing-masing biaya faktor produksi
yang dikeluarkan. Persentase kontribusi biaya yang besar mengindikasikan bahwa
faktor produksi tersebut membutuhkan biaya yang lebih besar. Persentase
kontribusi biaya yang kecil mengindikasikan bahwa faktor produksi tersebut
membutuhkan biaya yang lebih kecil.
Berdasarkan Tabel 13, biaya pakan merupakan biaya yang memiliki
kontribusi terbesar terhadap biaya produksi yang dikeluarkan oleh Peternakan
Bapak Maulid selama periode pengamatan. Besarnya rata-rata kontribusi biaya
pakan adalah 70,29 persen dari total biaya produksi. Kontribusi terbesar kedua
terhadap total biaya produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid adalah
biaya DOC. Rata-rata kontribusi biaya DOC pada setiap periode produksi adalah
68

sebesar 22,56 persen dari total biaya produksi. Biaya tetap, upah tenaga kerja, dan
obat-obatan memiliki kontribusi rata-rata sebesar 4,47 persen, 1,65 persen, dan
1,02 persen terhadap total biaya produksi. Biaya obat-obatan merupakan biaya
yang memberikan kontribusi rata-rata terkecil dari total biaya produksi yang
dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid.
Tabel 13. Kontribusi Penggunaan Total Biaya terhadap Total Biaya Produksi
Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari
2011 26 November 2011)
Periode
Kontribusi Biaya (%)
Total
Produksi
(%)
DOC
Pakan
ObatUpah TK
Biaya
obatan
Tetap
I

19,90

72,55

1,32

1,63

4,61

100

II

19,91

73,72

0,92

1,62

3,84

100

III

23,41

69,74

0,73

1,64

4,47

100

IV

23,69

68,99

1,05

1,72

4,55

100

22,95

70,20

0,77

1,68

4,41

100

VI

23,08

69,73

0,81

1,71

4.67

100

VII

25,00

67,10

1,55

1,55

4.80

100

Biaya tetap meliputi biaya pemanas, biaya listrik, gaji pemilik kandang,
gaji kepala kandang, dan biaya lainnya. Besarnya biaya pemanas yang
dikeluarkan Peternakan Bapak Maulid setiap periode produksi adalah sebesar
Rp 1.032.000,00. Peternakan Bapak Maulid membutuhkan 12 buah tabung gas
sebagai bahan bakar pemanas. Peternakan Bapak Maulid menggunakan listrik
berdaya 900 watt dan mengeluarkan biaya listrik sebesar Rp 230.000,00 per
periode produksi. Pemilik kandang dan kepala kandang masing-masing menerima
gaji sebesar Rp 2.500.000,00 dan Rp 2.000.000,00 untuk setiap periode
produksinya.
Upah tenaga kerja meliputi pembayaran upah terhadap anak kandang dan
tenaga kerja yang digunakan pada saat kegiatan pemanenan berlangsung. Upah
anak kandang dibayar berdasarkan total bobot ayam broiler yang dihasilkan pada
saat pemanenan. Besarnya upah yang diterima oleh anak kandang adalah sebesar
Rp 200,00 per kilogram ayam broiler. Tenaga kerja tambahan yang digunakan

69

oleh Peternakan Bapak Maulid pada saat pemanenan adalah sebanyak satu hingga
dua orang dan diberi upah sebesar Rp 100.000,00 hingga Rp 150.000,00 per
orang.
6.2.2. Penerimaan
Total penerimaan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid mengalami
fluktuasi setiap periode produksi. Hal ini dikarenakan terjadinya fluktuasi pada
tingkat produktivitas ayam broiler. Total penerimaan hasil budidaya ayam broiler
di Peternakan Bapak Maulid terdiri dari penerimaan hasil penjualan ayam broiler,
bonus FCR dan bonus kematian (mortalitas). Bonus FCR dan bonus kematian
dapat diperoleh Peternakan Bapak Maulid jika mampu menghasilkan nilai FCR
dan tingkat mortalitas yang lebih rendah dari standar yang telah ditentukan oleh
PT SUC.
Tabel 14. Penerimaan Budidaya Ayam Broiler di Peternakan Bapak Maulid
Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 26 November 2011)
Hasil Panen
Periode

Jumlah
(Ekor)

Total
Bobot
(Kg)

Bobot
Ratarata
(Kg)

Harga
Garansi
Rata-rata
(Rp/Kg)

FCR

Bonus (Rp)
Mortalitas

Total
Penerimaan
(Rp/Periode
Produksi)

4.907

9.018,0

1,83

14.370,00

2.254.500

450.900

132.294.060

II

5.978

11.056,5

1,84

14.375,45

2.764.125

552.825

162.253.175

III

5.862

9.462,5

1,61

14.426,15

2.365.625

473.125

139.322.745

IV

5.915

9.796,0

1,65

14.406,00

2.938.800

489.800

144.566.340

5.798

9.873,5

1,70

14.394,00

2.962.050

493.675

145.634.930

VI

5.496

9.414,0

1,71

14.394,61

2.824.200

470.700

138.841.300

VII

5.550

8.115,5

1,46

14.482,72

117.517.085

Berdasarkan Tabel 14, besarnya harga garansi rata-rata yang diperoleh


Peternakan Bapak Maulid berbeda pada setiap periode produksi. Hal ini
dipengaruhi oleh besarnya bobot rata-rata ayam broiler yang dihasilkan pada
setiap proses pemanenan berlangsung. Besarnya harga garansi ayam broiler telah
tertera di dalam kontrak dan sudah disepakati oleh Peternakan Bapak Maulid dan
PT SUC (Lampiran 5). Rata-rata harga garansi yang diterima oleh Peternakan
Bapak Maulid setiap periode produksi adalah sebesar Rp 14.406,99,00. Bobot

70

rata-rata ayam broiler tertinggi dihasilkan Peternakan Bapak Maulid pada periode
produksi II, sedangkan bobot rata-rata terendah dihasilkan pada periode produksi
VII. Tinggi rendahnya bobot rata-rata ayam broiler tersebut dipengaruhi oleh
tingkat mortalitas dan bobot akhir yang dihasilkan pada setiap periode produksi.
Peternakan Bapak Maulid memperoleh penerimaan tertinggi pada periode
produksi II, yaitu sebesar Rp 162.253.175,00. Pada periode produksi tersebut,
Peternakan Bapak Maulid menghasilkan bobot rata-rata ayam broiler tertinggi
sebesar 1,84 kilogram per ekor, tingkat mortalitas ayam broiler terendah yaitu
sebesar 0,367 persen (Tabel 10), dan nilai FCR yang berada di bawah standar PT
SUC yaitu sebesar 1,709 (Tabel 11). Total penerimaan terendah diperoleh
Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VII yaitu sebesar Rp
117.517.085,00. Pada periode produksi tersebut Peternakan Bapak Maulid
menghasilkan bobot rata-rata ayam broiler terendah yaitu sebesar 1,46 kilogram
per ekor, tingkat mortalitas ayam broiler tertinggi yaitu sebesar 7,5 persen (Tabel
10), dan nilai FCR yang berada di atas standar PT SUC yaitu sebesar 1,694 (Tabel
11). Tingkat mortalitas dan nilai FCR yang melebihi standar PT SUC (Lampiran
4), mengakibatkan Peternakan Bapak Maulid tidak memperoleh bonus kematian
dan bonus FCR pada periode produksi VII.
6.2.3. Analisis Pendapatan R/C
Analisis rasio penerimaan dan biaya (R/C) menggambarkan besarnya
tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid setiap periode
produksi. Analisis pendapatan R/C dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
keuntungan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode
produksi pengamatan. Apabila diperoleh nilai R/C>1, maka usahaternak ayam
broiler yang dijalankan oleh Peternakan Bapak Maulid mengalami keuntungan
karena total penerimaan produksi lebih besar dari biaya produksi yang
dikeluarkan. Apabila diperoleh nilai R/C<1, maka usahaternak ayam broiler yang
dijalankan oleh Peternakan Bapak Maulid mengalami kerugian karena total
penerimaan produksi lebih kecil dari biaya produksi yang dikeluarkan.
Berdasarkan Tabel 15, Peternakan Bapak Maulid memperoleh nilai ratarata R/C sebesar 1,05 selama tujuh periode produksi pengamatan. Nilai R/C>1
diperoleh Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi I hingga periode
71

produksi VI. Hal ini mengindikasikan bahwa pada periode produksi I VI,
usahaternak ayam broiler yang dijalankan oleh Peternakan Bapak Maulid
mengalami keuntungan. Nilai R/C tertinggi diperoleh Peternakan Bapak Maulid
pada periode produksi IV, yaitu sebesar 1,11. Artinya, Peternakan Bapak Maulid
memiliki tingkat pendapatan tertinggi pada periode produksi IV atau dengan kata
lain setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh Peternakan Bapak Maulid akan
memberikan nilai pendapatan sebesar Rp 1,11. Pada periode produksi VII,
Peternakan Bapak Maulid memperoleh nilai R/C<1, yang mengindikasikan bahwa
pada periode produksi tersebut usahaternak ayam broiler yang dijalankan oleh
Peternakan Bapak Maulid mengalami kerugian. Kerugian yang dialami oleh
Peternakan Bapak Maulid pada periode produksi VII disebabkan oleh tingkat
mortalitas ayam broiler yang tinggi (Tabel 10) dan nilai FCR yang berada di atas
standar PT SUC (Tabel 11).
Tabel 15. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C) Peternakan Bapak
Maulid Selama Periode Pengamatan (Rupiah)

(a)

(b)

Total
Penerimaan
Peternakan
Bapak
Maulid

Total Biaya
Produksi

Pendapatan
Bersih

R/C

(c=a+b)

(d)

(e=c-d)

(f=c/d)

Keterangan

Periode

Total
Penerimaan
Budidaya
Ayam
Broiler

Penjualan
Kotoran
Ayam,
Kardus,
dan
Karung
Pakan

132.294.060

625.000

132.919.060

129.387.326

3.531.734

1,03

R>1

II

162.253.175

873.000

163.126.175

155.231.354

7.894.821

1,05

R>1

III

139.322.745

834.000

140.156.745

133.297.630

6.859.115

1,05

R>1

IV

144.566.340

838.000

145.404.340

131.092.127

14.312.213

1,11

R>1

145.634.930

809.000

146.443.930

135.309.781

11.134.149

1,08

R>1

VI

138.841.300

766.000

139.607.300

127.785.384

11.821.916

1,09

R>1

VII

117.517.085

770.000

118.287.085

124.194.514

-5.907.429

0,95

R<1

6.3.

Analisis Risiko Produksi terhadap Pendapatan

6.3.1. Hasil yang Diharapkan (Expected Return)


Hasil yang diharapkan (expected return) dihitung dari rata-rata pendapatan
bersih yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi
pengamatan. Nilai tersebut menggambarkan tingkat pendapatan bersih yang
72

diharapkan oleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi di masa
yang akan datang.
Tabel 16. Expected Return Peternakan Bapak Maulid Selama Periode
Pengamatan (7 Januari 2011 26 November 2011)
Total Budidaya
Return (Rp/Periode
Return/Ekor
Periode
(Ekor)
Produksi)
(Rp/Periode
Produksi
Produksi)
I

5.000

3.531.734

706

II

6.000

7.894.821

1.316

III

6.000

6.859.115

1.143

IV

6.000

14.312.213

2.385

6.000

11.134.149

1.856

VI

5.700

11.821.916

2.074

VII

6.000

-5.907.429

-985

Jumlah Return per Ekor (Ri)

8.496

Expected Return (Pi.Ri)

1.214

Berdasarkan Tabel 16, rata-rata pendapatan bersih yang diterima oleh


Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan adalah
sebesar Rp 1.214,00 per ekor ayam broiler. Angka tersebut merupakan nilai
expected

return

yang

diperoleh

Peternakan

Bapak

Maulid.

Hal

ini

mengindindikasikan bahwa tingkat pendapatan bersih yang diharapkan dapat


diperoleh Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi di masa yang
akan datang adalah sebesar Rp 1.214,00 per ekor ayam broiler, dengan asumsi
cateris paribus.
6.3.2. Ragam (Variance)
Nilai ragam (variance) yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid
disajikan pada Tabel 17. Semakin besar nilai variance yang dihasilkan, maka
semakin besar penyimpangan yang terjadi sehingga risiko yang dihadapi oleh
Peternakan Bapak Maulid semakin besar. Semakin kecil nilai variance yang
dihasilkan, maka semakin kecil penyimpangan yang terjadi sehingga risiko yang
dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid semakin kecil.
Berdasarkan Tabel 17, nilai variance yang dihahasilkan oleh Peternakan
Bapak Maulid adalah sebesar Rp 1.272.019,00 per ekor ayam broiler. Nilai
73

variance yang diperoleh tersebut cukup tinggi sehingga penyimpangan yang


terjadi pada usahaternak ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid pun cukup
tinggi. Artinya, penyimpangan tersebut menunjukkan bahwa tingkat risiko
produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid cukup tinggi.
Tabel 17. Nilai Ragam (Variance) Peternakan Bapak Maulid Selama Periode
Pengamatan (Rupiah)
Periode
Return/Ekor
(Rij-Ri)2
(Rij-Ri)
Expected
Produksi
(Rij)
Return (Ri)
I

706

1.214

-508

258.064

II

1.316

1.214

102

10.404

III

1.143

1.214

-71

5.041

IV

2.385

1.214

1.171

1.371.241

1.856

1.214

642

412.164

VI

2.074

1.214

860

739.600

VII

-985

1.214

-2.199

4.835.601

Jumlah ()

7.632.115
2

Variance ( ) = (/(7-1))

1.272.019

6.3.3. Simpangan Baku (Standard Deviation)


Simpangan baku (standard deviation) merupakan akar kuadrat dari nilai
variance yang dihasilkan. Nilai variance yang dihasilkan akan berbanding lurus
dengan nilai simpangan baku. Semakin besar nilai simpangan baku, maka tingkat
risiko yang dihadapi semakin besar. Semakin kecil nilai simpangan baku, maka
tingkat risiko yang dihadapi semakin kecil. Nilai simpangan baku yang dihasilkan
oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebagai berikut :
Simpangan Baku ()i = ()2i
= 1.272.019
=1.128
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai simpangan baku yang dihasilkan oleh
Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar Rp 1.128,00 per ekor ayam broiler.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh
Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi di masa yang akan datang
adalah sebesar Rp 1.128,00 per ekor ayam broiler. Nilai simpangan baku sebesar
74

Rp 1.128,00 mengindikasikan bahwa tingkat risiko produksi yang dihadapi oleh


Peternakan Bapak Maulid cukup tinggi. Tingginya tingkat risiko produksi tersebut
disebabkan oleh berfluktuasinya tingkat mortalitas ayam broiler dan nilai FCR di
Peternakan Bapak Maulid pada setiap periode produksi.
6.3.4. Koefisien Variasi (Coefficient Variation)
Koefisien variasi (coefficient variation) merupakan rasio antara nilai
simpangan baku dengan nilai expected return. Semakin besar nilai koefisien
variasi yang dihasilkan, maka risiko yang dihadapi semakin besar. Semakin kecil
nilai koefisien variasi yang dihasilkan, artinya risiko yang dihadapi oleh
Peternakan Bapak Maulid semakin kecil. Nilai koefisien variasi yang dihasilkan
oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebagai berikut :
i
CV=
E(R)i
=

1.128
1.214

= 0,93

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai koefisien variasi yang diperoleh

Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 0,93. Nilai koefisien variasi tersebut
menunjukkan bahwa risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid
adalah sebesar 93 persen dari nilai return yang diperoleh. Artinya, setiap Rp 1 dari
return yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid, akan menghasilkan risiko
sebesar Rp 0,93, dengan asumsi cateris paribus.
Risiko produksi yang dihadapi Peternakan Bapak Maulid dipengaruhi oleh
sumber-sumber risiko produksi, seperti ayam broiler yang afkir, serangan
penyakit,

dan

kondisi

cuaca.

Sumber-sumber

risiko

produksi

tersebut

mempengaruhi tingkat mortalitas ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid pada


setiap periode produksi. Risiko produksi juga mempengaruhi tingkat efisiensi
penggunaan pakan (FCR). Nilai FCR yang dihasilkan sangat mempengaruhi
tingkat pendapatan yang diperoleh Peternakan Bapak Maulid setiap periode
produksi. Rata-rata nilai FCR yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid
selama tujuh periode produksi pengamatan adalah sebesar 1,63 persen (Tabel 11).
Ketidakefisienan nilai FCR terjadi pada periode produksi VII. Pada perode

75

produksi tersebut, nilai FCR yang dihasilkan berada di atas FCR standar PT SUC
(Lampiran 4).
6.3.5. Analisis Tingkat Probabilitas Sumber-sumber Risiko Produksi
Analisis tingkat probabilitas risiko produksi digunakan untuk menghitung
peluang terjadinya sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid,
yang terdiri dari ayam broiler yang afkir, serangan penyakit, dan kondisi cuaca.
Besarnya tingkat peluang yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan
prioritas dalam pengelolaan risiko. Perhitungan analisis tersebut menggunakan
metode z-score, seperti yang tersaji pada lampiran 6 hingga lampiran 8.
Proses perhitungan tingkat probabilitas sumber-sumber risiko produksi
dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah kematian ayam broiler yang
disebabkan oleh masing-masing sumber risiko produksi selama tujuh periode
produksi pengamatan. Selanjutnya, dilakukan penjumlahan kematian ayam broiler
dan perhitungan rata-rata kematian ayam broiler setiap periode produksi. Proses
perhitungan tersebut juga membutuhkan batas normal yang merupakan jumlah
kematian ayam broiler yang terjadi akibat salah satu sumber risiko produksi, yang
telah ditetapkan oleh Peternakan Bapak Maulid. Melalui batas normal tersebut,
dapat diketahui besarnya penyimpangan antara jumlah kematian ayam broiler
aktual dengan jumlah kematian ayam broiler yang telah ditetapkan oleh
Peternakan Bapak Maulid akibat salah satu dari sumber risiko produksi.
Tabel 18. Hasil Analisis Probabilitas Sumber-sumber Risiko Produksi
Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari
2011 26 November 2011)
No.
Sumber Risiko Produksi
Penyebab
Probabilitas (%)
1.

Ayam broiler yang afkir

Manusia

45,2

2.

Serangan penyakit

Manusia dan
Alam

11,9

3.

Kondisi cuaca

Alam

42,9

Berdasarkan Tabel 18, masing-masing sumber risiko produksi memiliki


tingkat probabilitas (peluang) kejadian yang berbeda. Ayam broiler yang afkir
memiliki tingkat probabilitas yang paling tinggi yaitu sebesar 45,2 persen,
sedangkan serangan penyakit memiliki tingkat probabilitas yang paling rendah
76

yaitu sebesar 11,9 persen. Rendahnya tingkat probabilitas tersebut diduga karena
bangunan kandang di Peternakan Bapak Maulid yang masih baru, sehingga
kondisi lingkungan di luar maupun lingkungan di dalam kandang masih cukup
steril.
Ayam broiler afkir di Peternakan Bapak Maulid ditemukan pada setiap
periode produksi selama tujuh periode pengamatan. Jumlah ayam broiler afkir
tersebut dihitung sebagai ayam broiler yang sudah mati oleh Peternakan Bapak
Maulid. Batas normal ayam broiler afkir yang ditetapkan oleh Peternakan Bapak
Maulid adalah sebanyak 42 ekor setiap periode produksi. Penentuan angka ini
berdasarkan asumsi dari Peternakan Bapak Maulid yang menetapkan terdapat
tujuh ekor ayam broiler afkir di setiap sekat. Di dalam kandang Peternakan Bapak
Maulid terdapat enam buah sekat yang membagi 1.000 ekor ayam broiler di setiap
sekat. Batas normal tersebut selanjutnya dikalikan dengan bobot rata-rata ayam
broiler yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode
produksi pengamatan, yaitu sebesar 1,69 kilogram. Total ayam broiler afkir yang
berada pada batas normal Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 70,8 kilogram.
Nilai z dari sumber risiko produksi ayam broiler afkir yang diperoleh dari
hasil perhitungan metode z-score adalah sebesar 0,120. Tanda positif pada angka
tersebut menunjukkan bahwa nilai 0,120 berada di sebelah kanan dari nilai ratarata pada kurva distribusi normal. Nilai z tersebut apabila dipetakan pada Tabel
distribusi normal (Tabel distribusi Z) akan menunjukkan nilai sebesar 0,452. Nilai
0,456 tersebut menunjukkan bahwa tingkat probabilitas kematian ayam broiler
akibat ayam broiler yang afkir melebihi total bobot 70,8 kilogram adalah sebesar
45,2 persen. Tingginya tingkat probabilitas tersebut dikarenakan pada setiap
periode produksi selalu ditemukan sejumlah ayam broiler yang afkir.
Tingkat probabilitas serangan penyakit menempati urutan terendah dari
keseluruhan sumber risiko produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid.
Batas normal kematian akibat serangan penyakit ayam broiler yang ditetapkan
oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebanyak 66 ekor setiap periode produksi.
Angka tersebut ditetapkan berdasarkan asumsi dari Peternakan Bapak Maulid,
yaitu terdapat sebelas ekor ayam broiler yang mati akibat terserang penyakit
dalam setiap sekat. Namun selama tujuh periode produksi pengamatan, serangan

77

penyakit di Peternakan Bapak Maulid hanya terjadi sebanyak dua kali yaitu pada
periode produksi VI dan VII. Pada periode produksi VI, terdapat 36 ekor ayam
broiler mati akibat gejala penyakit Gumboro. Pada periode produksi VII,
sebanyak 119 ekor ayam broiler mati karena terserang penyakit Kolibasilosis.
Batas normal yang ditetapkan selanjutnya dikalikan dengan bobot rata-rata ayam
broiler yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak Maulid selama tujuh periode
produksi pengamatan, yaitu sebesar 1,69 kilogram. Total ayam broiler yang mati
akibat serangan penyakit dan berada pada batas normal Peternakan Bapak Maulid
adalah sebesar 111,26 kilogram.
Nilai z dari sumber risiko produksi serangan penyakit yang diperoleh dari
hasil perhitungan metode z-score adalah sebesar 1,18. Nilai z yang bertanda
positif tersebut menunjukkan bahwa nilai 1,18 berada di sebelah kanan dari nilai
rata-rata pada kurva distribusi normal. Nilai z tersebut apabila dipetakan pada
Tabel distribusi normal akan menunjukkan nilai sebesar 0,119. Nilai 0,119
tersebut menunjukkan bahwa tingkat probabilitas kematian ayam broiler akibat
serangan penyakit melebihi total bobot 111,26 kilogram adalah sebesar 11,9
persen.
Kondisi cuaca merupakan sumber risiko produksi ayam broiler yang tidak
dapat dihindari karena merupakan pengaruh dari alam. Kondisi cuaca menempati
urutan kedua tingkat probabilitas sumber risiko produksi di Peternakan Bapak
Maulid. Batas normal kematian ayam broiler akibat kondisi cuaca yang ditetapkan
oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebanyak 90 ekor ayam broiler. Penetapan
angka tersebut adalah berdasarkan asumsi dari Peternakan Bapak Maulid yang
menetapkan jumlah kematian ayam broiler akibat kondisi cuaca sebanyak 15 ekor
setiap sekat per periode produksi. Batas normal tersebut selanjutnya dikalikan
dengan bobot rata-rata ayam broiler yang dihasilkan oleh Peternakan Bapak
Maulid selama tujuh periode produksi pengamatan, yaitu sebesar 1,69 kilogram.
Total ayam broiler afkir yang berada pada batas normal Peternakan Bapak Maulid
adalah sebesar 151,71 kilogram.
Nilai z dari sumber risiko produksi kondisi cuaca yang diperoleh dari hasil
perhitungan metode z-score adalah sebesar -0,180. Tanda minus pada angka
tersebut menunjukkan bahwa nilai 0,180 berada di sebelah kiri dari nilai rata-rata

78

pada kurva distribusi normal. Nilai z tersebut apabila dipetakan pada Tabel
distribusi normal akan menunjukkan nilai sebesar 0,429, yang mengindikasikan
bahwa tingkat probabilitas kematian ayam broiler akibat kondisi cuaca yang
melebihi total bobot 151,71 kilogram adalah sebesar 42,9 persen. Besarnya tingkat
probabilitas yang melebihi batas normal tersebut disebabkan pada periode
produksi III VI, suhu di lingkungan luar kandang cukup tinggi sehingga
mempengaruhi tingkat penguapan dan ketahanan tubuh ayam broiler. Selain itu,
pada periode produksi VII terjadi perubahan cuaca yang ekstrim dari musim
kemarau ke musim penghujan, sehingga menyebabkan ayam broiler menjadi
stress.
6.3.6. Analisis Dampak Risiko Produksi
Sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak
Maulid akan memberikan dampak berupa kerugian yang berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan yang diperoleh pada setiap periode produksi. Besarnya
dampak risiko produksi terhadap tingkat pendapatan yang diterima oleh
Peternakan Bapak Maulid dihitung dengan menggunakan metode analisis Value at
Risk (VaR). Perhitungan tersebut menggunakan tingkat keyakinan sebesar 95
persen dan 5 persen sisanya ditetapkan sebagai error. Hal ini disesuaikan dengan
kondisi di lapangan, dimana perkiraan besarnya kerugian yang dialami oleh
Peternakan Bapak Maulid kemungkinan tidak akan tepat sepenuhnya (100
persen). Nilai VaR yang dihasilkan menggambarkan tingkat kerugian terbesar
yang diderita oleh Peternakan Bapak Maulid akibat salah satu sumber risiko
produksi pada tingkat keyakinan sebesar 95 persen. Proses perhitungan dampak
risiko produksi terhadap tingkat pendapatan Peternakan Bapak Maulid dapat
dilihat pada Lampiran 9 hingga Lampiran 11.
Jumlah kematian ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid akibat
ditemukannya ayam broiler yang afkir terjadi pada periode produksi I VII.
Jumlah kematian pada masing-masing periode produksi produksi tersebut adalah
20 ekor, 22 ekor, 25 ekor, 39 ekor, 71 ekor, 50 ekor, dan 56 ekor. Total kerugian
yang dialami oleh Peternakan Bapak Maulid akibat ayam broiler yang afkir
selama tujuh periode produksi pengamatan adalah sebesar Rp 6.767.741,00.
Masing-masing jumlah kerugian yang diderita pada periode produksi I VII
79

adalah sebesar Rp 525.942,00, Rp 581.918,00, Rp 580.653,00, Rp 927.026,00,


Rp 1.737.356,00, Rp 1.230.739,00, dan Rp 1.184.107,00. Jumlah kerugian
tersebut diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah bobot kematian ayam broiler
yang terjadi pada masing-masing periode produksi dengan harga garansi rata-rata
yang berlaku (Lampiran 9).
Dampak risiko akibat sumber risiko produksi dari ayam broiler yang afkir
dengan menggunakan metode VaR menghasilkan nilai sebesar Rp 1.245.319,00,
pada tingkat keyakinan sebesar 95 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa
kerugian yang diderita Peternakan Bapak Maulid akibat ayam broiler yang afkir
adalah maksimal sebesar Rp 1.245.319,00 pada tingkat keyakinan sebesar 95
persen, namun terdapat kemungkinan sebesar 5 persen kerugian yang diderita oleh
Peternakan Bapak Maulid akan lebih besar dari Rp 1.245.319,00.
Selama tujuh periode produksi pengamatan, serangan penyakit di
Peternakan Bapak Maulid terjadi sebanyak dua kali yaitu pada periode produksi
VI dan VII. Pada periode produksi VI, ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid
mengalami gejala penyakit Gumboro sehingga menyebabkan kematian ayam
broiler sebanyak 36 ekor. Pada periode produksi VII, ayam broiler di Peternakan
Bapak Maulid terserang penyakit Kolibasilosis sehingga menyebabkan kematian
ayam broiler sebanyak 119 ekor. Akibat serangan penyakit, jumlah kerugian yang
diderita Peternakan Bapak Maulid pada periode VI adalah sebesar Rp 886.132,00
dan pada periode produksi VII sebesar Rp 2.516.228,00. Jumlah kerugian tersebut
diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah bobot kematian ayam broiler yang
terjadi pada masing-masing periode produksi dengan harga garansi rata-rata yang
berlaku (Lampiran 10).
Dampak risiko akibat sumber risiko produksi serangan penyakit dengan
menggunakan metode VaR menghasilkan nilai sebesar Rp 3.041.93,004, pada
tingkat keyakinan sebesar 95 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kerugian
yang diderita Peternakan Bapak Maulid akibat adanya serangan penyakit adalah
maksimal sebesar Rp 3.041.934,00 pada tingkat keyakinan sebesar 95 persen,
namun terdapat kemungkinan sebesar 5 persen kerugian yang diderita oleh
Peternakan Bapak Maulid akan lebih besar dari Rp 3.041.934,00.

80

Sumber risiko produksi kondisi cuaca terjadi sebanyak enam kali di


Peternakan Bapak Maulid, yaitu periode produksi I dan periode produksi III VII.
Jumlah kematian ayam broiler akibat kondisi cuaca pada periode produksi I
adalah sebanyak 73 ekor, sedangkan pada periode produksi III VII masingmasing sebanyak 113 ekor, 46 ekor, 131 ekor, 118 ekor, dan 275 ekor. Jumlah
kerugian yang diderita oleh Peternakan Bapak Maulid akibat kondisi cuaca pada
periode produksi I adalah sebesar Rp 1.919.688,00, sedangkan pada periode
produksi III VII masing-masing sebesar Rp 2.988.944,00, Rp 1.068.401,00,
Rp 3.113.857,00, Rp 2.887.436,00, dan

Rp 6.769.065,00. Jumlah kerugian

tersebut diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah bobot kematian ayam broiler
yang terjadi pada masing-masing periode produksi dengan harga garansi rata-rata
yang berlaku (Lampiran 11).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode VaR, sumber
risiko kondisi cuaca memberikan dampak kerugian maksimal yang paling tinggi
bagi Peternakan Bapak Maulid yaitu sebesar Rp 4.434.955,00 pada tingkat
keyakinan sebesar 95 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi cuaca
merupakan sumber risiko produksi yang paling berpengaruh terhadap usahaternak
ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid. Hal ini juga mengindikasikan bahwa
kerugian yang diderita Peternakan Bapak Maulid akibat pengaruh dari kondisi
cuaca adalah maksimal sebesar Rp 4.434.955,00 pada tingkat keyakinan sebesar
95 persen, namun terdapat kemungkinan sebesar 5 persen kerugian yang diderita
oleh Peternakan Bapak Maulid akan lebih besar dari Rp 4.434.955,00.
Tabel 19. Hasil Analisis Perhitungan Dampak Sumber Risiko Produksi Ayam
Broiler di Peternakan Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7
Januari 2011 26 November 2011)
No.
Sumber Risiko Produksi
Penyebab
Dampak (Rp)
1.

Ayam broiler yang afkir

Manusia

1.245.319

2.

Serangan penyakit

Manusia dan
Alam

3.041.934

3.

Kondisi cuaca

Alam

4.434.955

Sumber risiko produksi yang berasal dari serangan penyakit, menempati


urutan kedua yang memberikan dampak kerugian maksimal bagi Peternakan

81

Bapak Maulid, yaitu sebesar Rp. 3.041.934,00, sedangkan ayam broiler yang afkir
merupakan sumber risiko produksi yang memberikan dampak kerugian maksimal
yang paling rendah bagi Peternakan Bapak Maulid, yaitu sebesar Rp
1.245.319,00. Meskipun memberikan dampak kerugian dengan tingkat yang
berbeda., sumber-sumber risiko produksi harus tetap diperhatikan dan diwaspadai
oleh pihak manajemen Peternakan Bapak Maulid.
6.3.7. Pemetaan Risiko Produksi
Hasil perhitungan tingkat probabilitas dan dampak dari sumber-sumber
risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid, selanjutnya dipetakan ke dalam peta
risiko. Melalui pemetaan risiko, dapat diketahui posisi dari masing-masing sumber
risiko produksi ayam broiler di Peternakan Bapak Maulid, sehingga dapat
ditemukan keputusan yang tepat dalam penanganan risiko yang dihadapi oleh
Peternakan Bapak Maulid. Peta risiko terdiri dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal
dan sumbu horizontal. Sumbu vertikal menggambarkan tingkat probabilitas risiko,
sedangkan sumbu horizontal menggambarkan dampak yang ditimbulkan oleh
risiko. Tingkat probabilitas dan dampak risiko dibagi menjadi dua bagian, yaitu
batas yang dianggap besar dan kecil.
Batas tingkat probabilitas dan dampak risiko yang dianggap besar dan
kecil, ditentukan oleh pihak manajemen Peternakan Bapak Maulid. Berdasarkan
hasil perhitungan, rata-rata tingkat probabilitas sumber risiko produksi yang
dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 33,3 persen, sedangkan
rata-rata dampak kerugiannya adalah sebesar Rp 2.907.403,00. Namun setelah
dikonfirmasi, Peternakan Bapak Maulid menetapkan batas tingkat probabilitas
sebesar 30 persen, sedangkan batas dampak kerugian akibat sumber-sumber risiko
produksi

dibulatkan menjadi Rp 3.000.000,00 oleh pihak Peternakan Bapak

Maulid.
Berdasarkan Gambar 8, sumber risiko produksi ayam broiler yang afkir
berada di kuadran I, yang mengindikasikan bahwa sumber risiko tersebut
memiliki tingkat probabilitas yang tinggi namun memiliki dampak yang kecil bagi
Peternakan Bapak Maulid. Sumber risiko produksi serangan penyakit berada di
kuadran IV, yang mengindikasikan bahwa sumber risiko tersebut memiliki tingkat
probabilitas yang rendah namun memiliki dampak yang cukup besar bagi
82

Peternakan Bapak Maulid. Sumber risiko produksi kondisi cuaca terletak pada
kuadran II, yang mengindikasikan bahwa sumber risiko tersebut memiliki tingkat
probabilitas dan dampak yang besar bagi Peternakan Bapak Maulid.

Probabilitas (%)

Besar

Ayam
Broiler yang
Afkir

Kondisi
Cuaca

30%

Serangan
penyakit

Kecil
Kecil

Gambar 9.

Rp 3.000.000

Besar

Dampak (Rp)

Peta Sumber-sumber Risiko Produksi Peternakan Bapak Maulid

Pemetaan yang dilakukan pada sumber-sumber risiko produksi di


Peternakan Bapak Maulid hanya mampu memperkirakan posisinya saja. Menurut
Kountur (2008), untuk mengetahui posisi yang sebenarnya dari sumber-sumber
risiko produksi tersebut perlu dilakukan perhitungan status risikonya. Dengan
megetahui status risiko, dapat ditentukan urutan sumber risiko yang paling besar
hingga yang paling kecil. Nilai status risiko diperoleh dari hasil perkalian antara
tingkat probabilitas sumber risiko dengan dampak dari masing-masing sumber
risiko.
Berdasarkan Tabel 20, dapat diketahui urutan sumber risiko produksi di
Peternakan Bapak Maulid dari yang paling besar hingga yang paling kecil.
Kondisi cuaca merupakan sumber risiko produksi yang paling besar (paling
berisiko), dengan status risiko sebesar 1.902.596, diikuti dengan DOC yang
berkualitas rendah sebesar 562.884. Serangan penyakit merupakan sumber risiko
produksi yang memiliki status risiko terkecil (paling tidak berisiko), yaitu sebesar
361.990.

83

Tabel 20. Status Risiko dari Sumber Risiko Produksi Ayam Broiler Peternakan
Bapak Maulid Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 26
November 2011)
No. Sumber Risiko Produksi Probabilitas
Dampak
Status Risiko
(%)
(Rp)
1.

Ayam broiler yang afkir

45,2

1.245.319

562.884

2.

Serangan penyakit

11,9

3.041.934

361.990

3.

Kodisi cuaca

42,9

4.434.955

1.902.596

6.4.

Alternatif Manajemen Risiko Peternakan Bapak Maulid


Alternatif manajemen risiko produksi Peternakan Bapak Maulid

ditentukan berdasarkan hasil analisis tingkat risiko produksi dan hasil dari
pemetaan sumber-sumber risiko produksi, yang disesuaikan dengan hasil
pengamatan di lokasi penelitian. Alternatif manajemen berdasarkan hasil analisis
tingkat risiko produksi disesuaikan dengan risiko produksi yang dihadapi oleh
Peternakan Bapak Maulid secara menyeluruh. Alternatif manajemen berdasarkan
hasil dari pemetaan risiko produksi disesuaikan dengan risiko produksi yang
dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid secara terperinci, yaitu berdasarkan
sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid.
Alternatif manajemen risiko produksi yang dapat diterapkan oleh
Peternakan Bapak Maulid berdasarkan hasil analisis tingkat risiko produksi adalah
melakukan pemeriksaan terhadap timgkat keasaman air dengan menggunakan
kertas lakmus. Hal ini dikarenakan kualitas air minum yang diberikan sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan kondisi tubuh ayam broiler. Peternakan Bapak
Maulid juga dapat menambahkan probiotik yang dicampur pada air minum ayam
broiler untuk mengefisiensikan penggunaan pakan. Pencampuran probiotik dapat
meningkatkan daya cerna ayam broiler sehingga menyebabkan pakan terserap
secara lebih efisien menjadi daging. Selain itu untuk menjaga agar lingkungan di
luar kandang tetap steril, sebaiknya Peternakan Bapak Maulid tidak membiarkan
kotoran ayam broiler yang telah dimasukkan ke dalam karung menumpuk terlalu
lama.
Berdasarkan

hasil

pemetaan

risiko

yang

menunujukkan

tingkat

probabilitas kejadian dan dampak yang dihasilkan oleh sumber-sumber risiko


produksi di Peternakan Bapak Maulid, maka alternatif manajemen sumber-sumber
84

risiko produksi ditentukan dengan menggunakan dua strategi. Strategi tersebut


terdiri dari strategi preventif dan strategi mitigasi.
1. Strategi Preventif
Strategi preventif diterapkan pada risiko-risiko yang memiliki tingkat
probabilitas yang tinggi atau risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan II pada
peta risiko. Berdasarkan hasil pemetaan, strategi preventif dapat diterapkan untuk
mengatasi sumber-sumber risiko produksi di Peternakan Bapak Maulid, seperti
ayam broiler yang afkir dan kondisi cuaca. Alternatif strategi preventif yang
diusulkan untuk mengatasi kedua sumber produksi tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Sumber Risiko Ayam Broiler yang Afkir
Selama tujuh periode produksi pengamatan, selalu terdapat sejumlah ayam
broiler afkir pada setiap periode produksi di Peternakan Bapak Maulid (Tabel 10).
Ayam broiler yang afkir memiliki tingkat probabilitas tertinggi dari sumber risiko
produksi lainnya yaitu sebesar 45,2 persen, sedangkan dampak yang ditimbulkan
adalah sebedar Rp 1.245.319,00, dengan status risiko sebesar 562.884 (Tabel 20).
Ayam broiler afkir menimbulkan dampak risiko yang paling kecil bagi
Peternakan Bapak Maulid. Meskipun demikian, sumber risiko tersebut harus
diatasi oleh Peternakan Bapak Maulid karena dapat menimbulkan kerugian.
Strategi yang dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah
dengan membentuk kelompok yang beranggotakan peternak-peternak plasma,
sehingga dapat memperkuat posisi tawar para peternak plasma. Melalui kelompok
tersebut, para peternak plasma dapat mengajukan complaint kepada pihak inti agar
dapat melakukan pemotongan harga DOC apabila ditemui sejumlah ayam broiler
yang afkir. Pemotongan harga tersebut dapat disesuaikan dengan jumlah ayam
broiler afkir yang diterima pada periode produksi tersebut. Dengan demikian,
dapat membuat pihak inti mengupayakan memberikan DOC yang berkualitas baik
sehingga tidak ditemukan lagi sejumlah ayam broiler yang afkir.
b. Sumber Risiko Kondisi Cuaca
Sumber risiko kondisi cuaca tidak dapat dihindari oleh Peternakan Bapak
Maulid karena merupakan faktor alam. Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 10),
dari total kematian 756 ekor ayam broiler akibat kondisi cuaca selama tujuh

85

periode produksi, sebanyak 408 ekor ayam broiler mati karena kondisi cuaca yang
terlalu panas yang terjadi pada musim kemarau, yaitu pada periode produksi III
VI. Hal ini mengindikasikan bahwa penanganan risiko pada saat kondisi cuaca
panas sangat diperlukan. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan oleh
Peternakan Bapak Maulid adalah menjaga suhu udara di dalam kandang tetap
stabil.
Alternatif manajemen yang disarankan guna memperkecil tingkat
probabilitas sumber risiko kondisi cuaca adalah dengan memasang beberapa unit
kipas angin atau blower untuk menjaga kelembaban di dalam kandang dan
meningkatkan sirkulasi udara sehingga dapat mengeluarkan kelebihan panas dan
gas-gas yang berbahaya seperti CO, CO2 dan NH3 yang ada di dalam kandang.
Salain itu, Peternakan Bapak Maulid juga perlu memasang satu unit thermometer
ruangan, untuk mengetahui tingkat suhu udara di dalam kandang sehingga dapat
segera disesuaikan dengan kondisi suhu yang diperlukan oleh ayam broiler pada
saat itu.
2. Strategi Mitigasi
Strategi mitigasi digunakan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan
oleh risiko, yaitu risiko-risiko yang berada pada kuadran II dan IV pada peta
risiko. Berdasarkan hasil pemetaan, strategi mitigasi dapat diterapkan untuk
mengatasi sumber-sumber risiko produksi yang ada di Peternakan Bapak Maulid,
seperti sumber risiko kondisi cuaca dan serangan penyakit.
a. Kondisi Cuaca
Sumber risiko produksi kondisi cuaca terletak pada kuadran II, yang
mengindikasikan bahwa sumber risiko tersebut memiliki tingkat probabilitas dan
dampak yang besar bagi Peternakan Bapak Maulid. Tingkat probabilitas sumber
risiko kondisi cuaca adalah sebesar 42,9 persen, dengan dampak yang ditimbulkan
sebesar Rp 4.434.955,00. Selain itu, kondisi cuaca menghasilkan status risiko
tertinggi dibandingkan sumber risiko produksi lainnya, yaitu sebesar 1.902.596
(Tabel 20).
Alternatif strategi yang disarankan untuk mengurangi dampak dari kondisi
cuaca adalah dengan memberikan larutan gula merah untuk meningkatkan daya
tahan tubuh ayam broiler. Pencampuran vitamin C dengan tingkat suplementasi

86

sebesar 250 ppm pada air minum juga dapat dilakukan oleh Peternakan Bapak
Maulid pada kondisi cuaca yang panas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
konsumsi pakan ayam broiler pada kondisi cuaca yang panas. Selain itu,
Peternakan Bapak Maulid dapat melakukan penambahan jumlah tempat air
minum pada kondisi cuaca yang panas, untuk menjaga keseimbangan jumlah air
di dalam tubuh ayam broiler.
b. Sumber Risiko Serangan Penyakit
Berdasarkan hasil pemetaan risiko, sumber risiko serangan penyakit
berada di kuadran IV. Hal ini mengindikasikan bahwa serangan penyakit memiliki
tingkat probabilitas kejadian yang rendah, namun menimbulkan dampak kerugian
yang cukup besar. Tingkat probabilitas sumber risiko serangan penyakit adalah
sebesar 11,9 persen, sedangkan dampak yang ditimbulkan adalah sebesar
Rp 3.041.934,00. Status risiko yang dihasilkan adalah sebesar 361.990 (Tabel 20).
Alternatif manajemen yang diusulkan untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan akibat sumber risiko produksi serangan penyakit adalah dengan
melakukan perawatan yang lebih

intensif pada ayam broiler yang terserang

penyakit. Ayam broiler yang terserang penyakit dirawat di tempat yang terpisah
dari ayam broiler yang sehat. Selain itu pengobatan secara herbal pun dapat
dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid, yaitu dengan memberikan larutan
kunyit pada setiap ayam broiler yang terserang penyakit.
Upaya untuk memperkecil dampak akibat sumber risiko ayam broiler afkir
pun dapat dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid. Upaya tersebut adalah
dengan melakukan pemisahan antara ayam broiler yang afkir dengan ayam
broiler lainnya ke dalam kandang khusus. Pemisahan tersebut dilakukan untuk
menghindari penyebaran penyakit, karena ayam broiler yang afkir lebih rentan
terserang penyakit.
Alternatif manajemen untuk memperkecil tingkat probabilitas (preventif)
sumber risiko serangan penyakit juga dapat diterapkan oleh Peternakan Bapak
Maulid. Alternatif manajemen tersebut adalah dengan menjaga tingkat kekeringan
kolong kandang, yaitu dengan membuat saluran air sehingga mencegah genangan
air hujan membasahi kotoran ayam broiler yang ada di kolong kandang. Selain
itu, pemberian larutan herbal melalui air minum juga dapat dilakukan oleh

87

Peternakan Bapak Maulid pada tahap awal pemeliharaan untuk meningkatkan


daya tahan tubuh dan mencegah pertumbuhan penyakit di dalam tubuh ayam
broiler.
Tabel 21. Manajemen Sumber-sumber Risiko
Peternakan Bapak Maulid
Manajemen Risiko yang
telah Diterapkan
No.
Sumber Risiko
Peternakan Bapak
Maulid

Produksi

Ayam

Broiler

Manajemen Risiko yang


Diusulkan bagi Peternakan
Bapak Maulid

1.

Ayam Broiler
yang Afkir

Memisahkan
ayam - Membentuk
kelompok
broiler afkir dengan
yang beranggotakan para
ayam broiler lain yang
peternak plasma.
dibatasi oleh satu buah - Mengelompokkan ayam
sekat.
broiler afkir ke dalam
kandang khusus.

2.

Serangan Penyakit

- Membersihkan
- Membuat saluran air.
lingkungan kandang.
- Melakukan
perawatan
- Melakukan
yang lebih intensif pada
pengapuran
dan
ayam
broiler
yang
penyemprotan.
terserang penyakit.
- Menggunakan jaring - Memberikan
larutan
untuk
mengurangi
herbal.
tingkat kelembaban.
- Menggunakan larutan
desinfektan sebelum
memasuki kandang.
- Memberikan
vaksin
Newcastle Disease dan
vaksin Gumboro.
- Melakukan pengobatan
dengan larutan gula
merah. Amplicoli dan
Chlorin.

3.

Kondisi Cuaca

- Menyalakan gasolec, - Memasang beberapa unit


menaikkan
dan
kipas angin atau blower.
menurunkan tirai.
- Memasang satu unit
- Memberikan vitamin
thermometer ruangan.
C.
- Meningkatkan
dosis
pemberian vitamin C
dengan
tingkat
suplementasi 250 ppm.
- Menambah
jumlah
tempat air minum.
- memberikan larutan gula
merah.

88

VII
7.1.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Hasil penulisan kajian analisis risiko produksi usahaternak ayam broiler di

Peternakan Bapak Maulid adalah sebagai berikut :


1.

Dalam menjalankan usahaternak ayam broiler, Peternakan Bapak Maulid


menghadapi tiga sumber risiko produksi, yaitu ayam broiler yang afkir,
serangan penyakit, dan kondisi cuaca.

2.

Besarnya nilainya coefficient variation dihadapi oleh Peternakan Bapak


Maulid adalah sebesar 0,93, yang menunjukkan bahwa tingkat risiko produksi
yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebesar 93 persen dari
nilai return yang diperoleh.

3.

Sumber risiko produksi ayam broiler yang afkir memiliki tingkat probabilitas
tertinggi yaitu sebesar 45,2 persen, sedangkan sumber risiko produksi
serangan penyakit memiliki tingkat probabilitas terendah yaitu sebesar 11,9
persen. Sumber risiko produksi kondisi cuaca memberikan dampak kerugian
maksimal yang paling tinggi bagi Peternakan Bapak Maulid, yaitu sebesar
Rp 4.434.955,00. sedangkan sumber risiko produksi ayam broiler yang afkir
memberikan dampak kerugian maksimal yang paling rendah bagi Peternakan
Bapak Maulid, yaitu sebesar Rp 1.245.319,00.

4.

Alternatif manajemen risiko produksi yang diusulkan bagi Peternakan Bapak


Maulid berdasarkan analisis tingkat risiko produksi adalah dengan memeriksa
kualitas air, mencampurkan probiotik pada air minum ayam broiler, dan tidak
membiarkan kotoran ayam broiler menumpuk terlalu lama. Alternatif
manajemen risiko produksi yang diusulkan bagi Peternakan Bapak Maulid
berdasarkan hasil pemetaan sumber-sumber risiko produksi adalah dengan
melakukan strategi preventif dan mitigasi. Strategi preventif yang dapat
dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah sebagai berikut :
a. Membentuk kelompok yang beranggotakan para peternak plasma,
sehingga dapat memperkuat posisi tawar para peternak plasma.
b. Memasang beberapa unit kipas angin atau blower untuk menjaga
kelembaban di dalam kandang dan meningkatkan sirkulasi udara.

c. Memasang satu unit thermometer ruangan sehingga suhu di dalam


kandang dapat segera disesuaikan.
d. Membuat saluran air untuk menghindari terjadinya genangan air di bawah
kolong kandang.
e. Memberikan larutan herbal yang dicampur dengan air minum pada tahap
awal pemeliharaan ayam broiler.
Strategi mitigasi yang dapat dilakukan oleh Peternakan Bapak Maulid adalah
sebagai berikut :
a. Memberikan larutan gula merah untuk meningkatkan daya tahan tubuh
ayam broiler.
b. Meningkatkan dosis pemberian vitamin C dengan tingkat suplementasi
sebesar 250 ppm.
c. Menambah jumlah tempat air minum untuk menjaga keseimbangan jumlah
air di dalam tubuh ayam broiler.
d. Melakukan perawatan secara terpisah dan lebih intensif pada ayam broiler

yang terserang penyakit.


e. Melakukan pengobatan herbal.
f. Mengelompokkan ayam broiler afkir ke dalam kandang khusus yang

terpisah dari ayam broiler lain.


7.2.

Saran
Peternakan Bapak Maulid perlu memperhatikan sumber-sumber risiko

produksi yang dihadapinya, terutama kondisi cuaca yang merupakan sumber


risiko produksi dengan status risiko yang paling besar (paling berisiko) di
Peternakan Bapak Maulid. Hal yang dapat dilakukan oleh Peternakan Bapak
Maulid untuk menghadapi sumber risiko produksi kondisi cuaca adalah dengan
memasang beberapa unit kipas angin atau blower, memasang satu unit
thermometer ruangan, meningkatkan dosis pemberian vitamin C, menambah
jumlah tempat air minum, dan memberikan larutan gula merah.
Tingginya tingkat risiko produksi, tingkat probabilitas dan dampak dari
sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Peternakan Bapak Maulid
sebaiknya diikuti dengan lebih banyak melakukan konsultasi kepada pihak inti
yang diwakilkan oleh field controller. Selain itu, Peternakan Bapak Maulid juga
90

dapat melakukan tukar-menukar informasi kepada para peternak plasma lainnya


dalam hal penanganan risiko produksi ayam broiler.
Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan kajian terhadap analisis
risiko produksi antara peternak ayam broiler yang menerapkan pola kemitraan
inti-plasma dengan peternak ayam broiler yang tidak menerapkan pola kemitraan
inti-plasma. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pola usaha mana yang
mampu memberikan tingkat keuntungan yang optimal bagi peternak, yaitu
menghasilkan tingkat probabilitas dan dampak risiko produksi ayam broiler yang
paling rendah.

91

DAFTAR PUSTAKA
Anita, Widagdo W. 2011. Budidaya Ayam Broiler 28 Hari Panen. Yogyakarta:
Pinang Merah.
Aziz FA. 2009. Analisis Risiko dalam Usahaternak Ayam Broiler (Studi Kasus
Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2012. Rata-rata Unsur
Iklim Kota Palembang. http://iklim.bmg.go.id/index.jsp [3 Juni 2012].
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Produk Domestik Bruto per Kapita per Tahun.
Produk Nasional Bruto per Kapita dan Pendapatan Nasional per Kapita
Tahun 2000 2009. http://www.bps.go.id [30 Oktober 2011].
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produk Domestik Bruto Atas dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 2011.
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=11&nota
b=1 [13 April 2012].
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2010. Berita Resmi
Statistik Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan Triwulan III 2011.
http://sumsel.bps.go.id//index.php?option=com_content&task=view&id=1
89&Itemid=122.pdf [13 April 2011].
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2011a. Provinsi Sumatera
Selatan dalam Angka 2011. Palembang: Badan Pusat Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2011b. Palembang dalam
Angka 2011. Palembang: Badan Pusat Statistik.
Christiawan A. 2002. Analisis Kemitraan dan Kelayakan Finansial Usaha
Peternakan Ayam Potong Peternakan Plasma PT Mitra Asih Abadi
Purwokerto (Studi Kasus : Peternakan Ayam Potong di Desa Kebutuh,
Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah) [Skripsi].
Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Darmawi. 2010. Manajemen Risiko. Jakarta: PT Bumi Aksara.
[Disnak] Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan. 2009. Produksi Daging
Ternak Unggas dan Total Produksi Daging di Sumatera Selatan Tahun
2009. Palembang: Dinas Peternakan.
[Disnak] Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Selatan. 2010. Produksi Daging
Ternak Unggas dan Total Produksi Daging di Sumatera Selatan Tahun
2010. Palembang: Dinas Peternakan.
[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011a.
Produksi Jenis Ternak Menurut Provinsi. www.deptan.go.id/pusdatin [30
Oktober 2011].

[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011b. Neraca


Bahan Makanan Penduduk Indonesia dalam Angka. Jakarta: Direktorat
Jenderal Peternakan.
[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Produksi
Ayam Ras Pedaging Menurut Provinsi. www.deptan.go.id/pusdatin [24
Januari 2012].
Djohanputro B. 2008. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: PPM.
Fahmi I. 2010. Manajemen Risiko Toeri, Kasus, dan Solusi. Bandung: Alfabeta.
Jayanata CE, Harianto B. 2011. 28 Hari Panen Ayam Broiler. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Kasidi. 2010. Manajemen Risiko. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kountur R. 2004. Manajemen Risiko Operasional. Jakarta: PPM
Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta:
PPM.
Kusnadi E. 2006. Suplementasi Vitamin C sebagai Penangkal Cekaman Panas
pada Ayam Broiler. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 11(4):249-253.
Maulana ML. 2008. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Pola
Kemitraan Inti-Plasma (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar
Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [Skripsi].
Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Pinto B. 2011. Analisis Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik
Bapak Restu di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten
Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
[PT SUC] PT Sumber Unggas Cemerlang. 2011. Profil PT Sumber Unggas
Cemerlang. Palembang: PT Sumber Unggas Cemerlang.
Rasyaf M. 2010. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: Penebar Swadaya.
Santoso H, Sudaryani T. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang
Panggung Terbuka. Jakarta: Penebar Swadaya.
Setiawan P. 2010. Analisis Kelayakan Finansial Peternak Plasma Ayam Broiler
Pola kemitraan Inti-Plasma Cikahuripan PS, Kabupaten Ciamis [Skripsi].
Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Siahaan H. 2009. Manajemen Risiko pada Perusahan dan Birokrasi. Jakarta : PT
Gramedia.
Siregar YR. 2009. Analisis Risiko Harga Day Old Chick (DOC) Broiler dan Layer
pada PT Sierad Produce Tbk Parung, Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI-Press.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-Press.

93

Sofyan I. 2005. Manajemen Risiko. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Solihin M. 2009. Risiko Prooduksi dan Harga serta Pengaruhnya terhadap
Pendapatan peternakan Ayam Broiler CV AB Farm Kecamatan
Bojonggenteng-Sukabumi [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Sunaryo T. 2009. Manajemen Risiko Finansial. Jakarta : Salemba Empat.
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

94

LAMPIRAN

Lampiran 1. Produksi Daging Ayam Broiler Menurut Provinsi di Indonesia


Tahun 2006 2011 (Ton)
No.
1.
2.

Provinsi

2006

2007

Tahun
2008
2009

Aceh
1.395
1.581
3.629
4.746
Sumatera
39.054
5.098
35.283
50.631
Utara
3. Sumatera
11.601
12.439
13.275
16.145
Barat
4. Riau
19.014
23.059
28.082
28.326
5. Kepulauan
4.795
5.858
5.975
5.751
Riau
6. Jambi
9.289
14.536
12.459
14.129
7. Sumatera
13.531
21.176
22.185
22.116
Selatan
8. Bangka
4.795
6.007
5.292
6.492
Belitung
9. Bengkulu
1.641
1.577
2.132
3.838
10. Lampung
19.723
12.937
10.542
22.106
11. DKI Jakarta
83.767
128.480
128.480
102.398
12. Jawa Barat
276.195
279.851
335.151
365.572
13. Banten
6.969
29.751
69.333
53.089
14. Jawa Tengah
81.203
65.026
73.191
90.740
15. DI Yogyakarta
23.000
22.203
23.117
20.797
16. Jawa Timur
143.643
148.855
115.193
140.109
17. Bali
20.354
18.553
19.046
20.139
18. NTB
15.303
20.037
2.001
12.228
19. NTT
29,51
6,10
139
224
20. Kalimantan
21.540
22.138
26.121
24.061
Barat
4.357
5.125
5.330 7.387,63
21. Kalimantan
Tengah
22. Kalimantan
18.705
26.690
34.562
34.230
Selatan
23. Kalimantan
20.944
18.337
20.620
30.220
Timur
24. Sulawesi
1.323
5.714
6.775
2.549
Utara
25. Gorontalo
348
1.805
1.221
1.221
26. Sulawesi
2.819
7.109
5.553
6.477
Tengah
27. Sulawesi
10.537
5.445
9.768
10.709
Selatan
28. Sulawesi
710
61
69
986
Barat
29. Sulawesi
887
968
1.101
822,04
Tenggara
30. Maluku
73,41
107
102
111
31. Maluku Utara
1.723
122
828
333
32. Papua
310
758
809
414
33. Papua Barat
765
1.375
1.370
2.655
861.262
942.785
1.018.735
1.101.765
Jumlah
Sumber : Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)

2010

2011*)

4.981
53.979

5.140
56.516

16.012

17.064

38.082
5.917

38.518
6.054

14.802
26.944

15.394
27.080

10.897

17.872

1.837
26.768
106.260
399.744
86.089
100.903
25.273
159.671
20.679
14.539
227
26.699

2.351
27.313
108.641
423.126
88.069
105.839
25.633
160.359
21.136
15.266
239
27.233

5.436

6.849

34.670

36.366

32.169

32.812

5.090

5.329

1.419
6.684

1.520
8.132

10.692

10.976

244

245

977

997

117
343
2.662
436

125
352
4.479
454

1.241.251

1.297.447

96

Lampiran 2. Penyimpangan Hasil Produksi Aktual Ayam Broiler Peternakan


Bapak Maulid dengan Hasil Produksi yang Diharapakan Selama
Periode Pengamatan (7 Januari 2011 26 November 2011)
Periode
Produksi

Hasil Produksi Aktual


Umur
Ratarata
Panen
(Hari)

Bobot
Ratarata
(Kg)

Jumlah
(Ekor)

Hasil Produksi yang Diharapkan


Total
Bobot
(Kg)

Bobot
Rata-rata
Minimal
Standar
PT SUC
(Kg)

Jumlah
(Ekor)

Total
Bobot
(Kg)

35

1,83

4.907

9.018,0

1,75

5.000

8.750,0

II

36

1,84

5.978

11.056,5

1,82

6.000

10.920,0

III

35

1,61

5.862

9.462,5

1,75

6.000

10.500,0

IV

33

1,65

5.915

9.796,0

1,61

6.000

9.660,0

35

1,70

5.798

9.873,5

1,75

6.000

10.500,0

VI

34

1,71

5.496

9.414,0

1,68

5.700

9.576,0

VII

34

1,46

5.550

8.115,5

1,68

6.000

10.080,0

97

Lampiran 3. Curah Hujan, Suhu Udara, Kecepatan Angin, dan Kelembaban


Udara di Kota Palembang Tahun 2011
No.

Bulan

Rata-rata
Curah
Hujan

Suhu Udara
(C)

Rata-rata
Kecepatan
Angin
(Knots)

Rata-rata
Kelembaban
Udara (%)

Keterangan
Musim

1.

Januari

Hujan
Sedang

22,0 30,0

3,25

86,0 Hujan

2.

Februari

Hujan
Ringan

20,0 31,0

3,00

86,0 Kemarau

3.

Maret

Berawan

23,0 32,0

3,00

86,0 Kemarau

4.

April

Berawan

24,0 33,0

2,75

85,0 Kemarau

5.

Mei

Berawan

24,0 34,0

2,90

85,0 Kemarau

6.

Juni

Berawan

23,5 33,0

3,00

84,0 Kemarau

7.

Juli

Berawan

22,0 33,0

3,40

83,0 Kemarau

8.

Agustus

Berawan

23,0 33,5

4,15

81,0 Kemarau

9.

September

Berawan

23,0 33,5

3,70

81,0 Kemarau

10.

Oktober

Berawan

23,5 34,0

3,20

82,0 Kemarau

11.

November

Hujan
Lebat

23,5 31,0

2,95

85,0 Hujan

12.

Desember

Hujan
Lebat

23,5 30,0

3,00

87,0 Hujan

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (2012)

98

Lampiran 4. Standar Rata-rata Bobot Tubuh, Tingkat Mortalitas dan FCR PT


SUC Tahun 2010 2011 (Umur 31 38 Hari)
Umur (Hari)
31
31
31
31
31
31
31
32
32
32
32
32
32
32
32
33
33
33
33
33
33
33
34
34
34
34
34
34
34
35
35
35
35
35
35
35
36
36
36
36
36
36
36
37
37
37
37
37
37
37
37
38
38
38
38
38
38
38

Rata-rata Bobot
Tubuh (Kg/Ekor)
1,46
1,47
1,48
1,49
1,50
1,51
1,52
1,53
1,54
1,55
1,56
1,57
1,58
1,59
1,60
1,61
1,62
1,63
1,64
1,65
1,66
1,67
1,68
1,69
1,70
1,71
1,72
1,73
1,74
1,75
1,76
1,77
1,78
1,79
1,80
1,81
1,82
1,83
1,84
1,85
1,86
1,87
1,88
1,89
1,90
1,91
1,92
1,93
1,94
1,95
1,96
1,97
1,98
1,99
2,00
2,01
2,02
2,03

Tingkat Mortalitas
(%)
4,07
4,07
4,07
4,07
4,07
4,07
4,07
4,18
4,18
4,18
4,18
4,18
4,18
4,18
4,18
4,29
4,29
4,29
4,29
4,29
4,29
4,29
4,39
4,39
4,39
4,39
4,39
4,39
4,39
4,50
4,50
4,50
4,50
4,50
4,50
4,50
4,64
4,64
4,64
4,64
4,64
4,64
4,64
4,79
4,79
4,79
4,79
4,79
4,79
4,79
4,79
4,93
4,93
4,93
4,93
4,93
4,93
4,93

FCR
1,641
1,645
1,648
1,652
1,656
1,660
1,663
1,667
1,670
1,673
1,676
1,680
1,683
1,686
1,689
1,692
1,696
1,699
1,703
1,706
1,710
1,713
1,717
1,720
1,724
1,727
1,731
1,734
1,738
1,741
1,744
1,748
1,751
1,755
1,758
1,762
1,765
1,768
1,772
1,775
1,778
1,781
1,785
1,788
1,791
1,794
1,797
1,800
1,802
1,805
1,808
1,811
1,814
1,818
1,821
1,824
1,827
1,831

Sumber :PT Sumber Unggas Cemerlang (2011)

99

Lampiran 5. Harga Garansi Ayam Broiler Hidup PT SUC Tahun 2010 2011
No.
Bobot Tubuh (Kg/Ekor)
Harga Garansi (Rp/Kg)
1.

1,09

15.000

2.

1,10 1,19

14.780

3.

1,20 1,29

14.650

4.

1,30 1,39

14.530

5.

1,40 1,49

14.480

6.

1,50 1,59

14.450

7.

1,60 1,69

14.410

8.

1,70 1,79

14.390

9.

1,80

14.370

Sumber : PT Sumber Unggas Cemerlang (2011)

100

Lampiran 6. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Ayam Broiler


Afkir Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 26 November
2011)
Periode
Waktu Pemeliharaan
Jumlah Afkir Bobot RataTotal
Produksi
Ayam
(Ekor)
rata (Kg)
Bobot
(Kg)
I

7 Januari 12
Februari 2011

20

1,83

36,60

II

28 Februari 5 April
2011

22

1,84

40,48

III

19 April 24 Mei
2011

25

1,61

40,25

IV

7 Juni 12 Juli 2011

39

1,65

64,35

19 Juli 23 Agustus
2011

71

1,70

120,70

VI

8 September 12
Oktober 2011

50

1,71

85,50

VII

24 Oktober 26
November 2011

56

1,46

81,76

Total

469,64

Rata-rata

67,09

Standar Deviasi (s)

31,05

Batasan Mormal (X)

70,80

Z-Score

0,120

Nilai pada Tabel Distribusi Z

0,452

Probabilitas Risiko

45,2%

101

Lampiran 7. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Serangan


Penyakit Selama Periode Pengamatan (7 Januari2011 26
November 2011)
Periode
Waktu Pemeliharaan
Jumlah
Bobot RataTotal
Produksi
Ayam
Kematian
rata (Kg)
Bobot
(Ekor)
(Kg)
I

7 Januari 12
Februari 2011

1,83

II

28 Februari 5 April
2011

1,84

III

19 April 24 Mei
2011

1,61

IV

7 Juni 12 Juli 2011

1,65

19 Juli 23 Agustus
2011

1,70

VI

8 September 12
Oktober 2011

36

1,71

61,56

VII

24 Oktober 26
November 2011

119

1,46

173,74

Total

235,30

Rata-rata

33,61

Standar Deviasi (s)

65,91

Batasan Normal (X)

111,26

Z-Score
Nilai pada Tabel Distribusi Z
Probabilitas Risiko

1,18
0,119
11,9%

102

Lampiran 8. Perhitungan Analisis Probabilitas Sumber Risiko Kondisi Cuaca


Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 26 November 2011)
Periode
Waktu Pemeliharaan
Jumlah
Bobot
Total
Produksi
Ayam
Kematian
Rata-rata
Bobot
(Ekor)
(Kg)
(Kg)
I

7 Januari 12
Februari 2011

73

1,83

133,59

II

28 Februari 5 April
2011

1,84

III

19 April 24 Mei
2011

113

1,61

181,93

IV

7 Juni 12 Juli 2011

46

1,65

75,90

19 Juli 23 Agustus
2011

131

1,70

222,70

VI

8 September 12
Oktober 2011

118

1,71

201,78

VII

24 Oktober 26
November 2011

275

1,46

401,50

Total

1.217,40

Rata-rata

174,00

Standar Deviasi (s)

126,82

Batasan Normal (X)

151,71

Z-Score

-0,18

Nilai pada Tabel Distribusi Z

0,429

Probabilitas Risiko

42,9%

103

Lampiran 9. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Ayam Broiler Afkir


Selama Periode Pengamatan (7 Januari 2011 26 November 2011)
Periode
Waktu
Jumlah
Bobot
Harga
Kerugian
Produksi Pemeliharaan Kematian Rata-rata
Garansi
(Rp)
(Ekor)
(Kg)
Rata-rata
(Rp/Kg)
I

7 Januari 12
Februari 2011

20

1,83

14.370,00

525.942

II

28 Februari 5
April 2011

22

1,84

14.375,45

581.918

III

19 April 24
Mei 2011

25

1,61

14.426,15

580.653

IV

7 Juni 12 Juli
2011

39

1,65

14.406,00

927.026

19 Juli 23
Agustus 2011

71

1,70

14.394,00

1.737.356

VI

8 September
12 Oktober
2011

50

1,71

14.394,61

1.230.739

VII

24 Oktober
26 November
2011

56

1,46

14.482,72

1.184.107

Jumlah

6.767.741

Rata-rata

966.820

Standar Deviasi (s)

447.926

Z-Score
VaR

1,645
1.267.633

104

Lampiran 10. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Risiko Penyakit Selama


Periode Pengamatan (7 Januari 2011 26 November 2011)
Periode
Waktu
Jumlah
Bobot
Harga
Kerugian (Rp)
Produksi Pemeliharaan Kematian
RataGaransi
(Ekor)
rata (Kg) Rata-rata
(Rp/Kg)
VI

8 September
12 Oktober
2011

36

1,71

14.394,61

886.132

VII

24 Oktober
26 November
2011

119

1,46

14.482,72

2.516.228

Jumlah

3.402.360

Rata-rata

1.701.180

Standar Deviasi (s)

1.152.652

Z-Score
VaR

1,645
3.041.934

105

Lampiran 11. Perhitungan Analisis Dampak Sumber Cuaca Selama Periode


Pengamatan (7 Januari 2011 26 November 2011)
Periode
Waktu
Jumlah
Bobot
Harga
Kerugian
Produksi Pemeliharaan Kematian Rata-rata
Garansi
(Rp)
(Ekor)
(Kg)
Rata-rata
(Rp/Kg)
I

7 Januari 12
Februari 2011

73

1,83

14.370,00

1.919.688

III

19 April 24
Mei 2011

113

1,61

14.426,15

2.988.944

IV

7 Juni 12 Juli
2011

46

1,65

14.406,00

1.068.401

19 Juli 23
Agustus 2011

131

1,70

14.394,00

3.113.857

VI

8 September
12 Oktober
2011

118

1,71

14.394,61

2.887.436

VII

24 Oktober
26 November
2011

275

1,46

14.482,72

6.769.065

Jumlah

18.747.391

Rata-rata

3.124.565

Standar Deviasi (s)

1.951.238

Z-Score
VaR

1,645
4.434.955

106

Lampiran 12. Analisis Usahatani Ayam Broiler pada Peternakan Bapak Maulid
Tahun 2011
No.
1.
2.

3.

4.
5.
6.
7.
8.

Komponen
Total Penerimaan
Biaya Tunai
DOC
Pakan
Biogreen
Doxysol-C
Pulmotil AC
Neomix-325
Kaporit

Satuan

Jumlah

Nilai (Rp)

Kontribusi
Biaya (%)

140.061.376,40
ekor
kilogram
liter
kilogram
mililiter
gram
kilogram

5.814,00
15.557,14
1,00
1,00
17,14
14,29
0,57

25.957.142,86
94.162.321,43
194.810,00
250.470,00
59.635,71
14.312,57
26.242,85

19,84
71,99
0,14
0,19
0,04
0,01
0,02

Biocide
liter
Perfexol
kilogram
LS-100 Powder
gram
Virukill
liter
Octamic-AC
kilogram
Vitamin C
kilogram
Quinabic
gram
Bromoquad
liter
Nopstress Vitamin
kilogram
Tektrol
liter
Kapur
kilogram
Tenaga Kerja
HOK
Listrik
watt
Gas
kilogram
Pajak Lahan
hektar
Total Biaya Tunai
Biaya Diperhitungkan
Air
liter
Sewa Lahan
hektar
Penyusutan
Total Biaya Diperhitungkan
Total Biaya
Pendapatan atas Biaya Tunai
Pendapatan atas Biaya Total
R/C atas Biaya Tunai
R/C atas Biaya Total

0,57
1,42
42,85
0,14
0,28
0,14
85,71
0,14
0,14
0,54
15,00
755,00
900,00
144,00

81.104,57
79.514,28
141.139,42
16.897,57
119.271,42
53.672,14
63.611,42
5.566
14.909,71
45.720,71
90.000
6.706.743
230.000
1.032.000
18.667,67
129.363.753,33

0,06
0,06
0,10
0,01
0,09
0,04
0,04
0,004
0,01
0,03
0,06
5,12
0,17
0,78
0,01
98,90

2.000,00

200.000
800.000
432.380,95
1.432.380,95
130.796.134,30
10.697.623,07
9.265.242,10
1,08
1,07

0,15
0,61
0,33
1,09
100,00

107

Vous aimerez peut-être aussi