Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TORSIOIDEA
Disusun oleh:
Hartina Samosir
1309005081
1309005131
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan tugas paper ini. Paper ini dibuat untuk
memenuhi tugas Manajemen dan Penyakit Satwa Primata, Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Udayana.
Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari paper
ini, terima kasih kepada dosen pengampu yang memberikan materi pada saat
perkuliahan, teman satu kelompok yang sudah banyak membantu dalam proses
pembuatan dan tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
2.2
2.3
2.4
Simpulan .................................................................................................... 9
3.2
Saran .......................................................................................................... 9
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 ...................................................................................................................... 3
Gambar 2 ...................................................................................................................... 6
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini dokter hewan dituntut untuk menguasai pengelolaan atau
pengembangan dan penanganan penyakit selain hewan ternak. Satwa primata
merupakan primata yang bukan manusia. Satwa primata memiliki kedekatan
struktur tubuh dengan manusia. Pada manusia ada dokter hewan yang secara
gamblang menerangkan dan memahami apa saja yang terkait dengan tubuh
badaniah manusia, untuk itu para dokter hewan dan para calon dokter hewan
diharapkan dapat memahami biologi satwa primata. Seperti layaknya mempelajari
manusia, pada satwa primata pun kita harus memahami profil dan penyakit satwa
primata. Mempelajari sejarah, asal-usul, klasifikasi atau taksonomi, struktur dan
fungsi tubuh, tingkah laku sosialnya, penyakit zoonosis dan non-zoonosis dengan
mengutamakan satwa primata khas Indonesia.
Salah satu subordo primata yang ada di Indonesia adalah Tarsioidea.
Tarsius adalah binatang kecil dengan mata yang sangat besar; masing-masing bola
mata adalah sekitar 16 mm dan sebagai besar memenuhi seluruh otaknya. Karena
Tarsioidea merupakan salah satu sub ordo yang ada di Indonesia hal ini lah yang
melatarbelakangi pembuatan paper ini.
Tarsius syrichta adalah sejenis primata yang terkecil di dunia dan bisa
ditemukan di Filipina, dan variasi speciesnya ditemukan juga di Sumatra, Borneo,
Sulawesi (Indonesia). Tarsier asal Filipina ini adalah hewan yang sangat aktif
dengan ciri yang khas. Tubuhnya dibalut dengan bulu warna abu-abu, ekornya
memiliki panjang kira-kira 232 mm hampir tidak berbulu alias gundul. Dari
kepala hingga ekor panjangnya antara 118-149 mm dengan berat 113-142 gram.
Memiliki karakteristik mata yang bulat lebar besarnya dan menonjol dan hidung
yang unik dan ukurannya yang kecil. Ukuran rongga mata tarsius ini melebihi
ukuran tempurung otak dan perutnya. Tangan dan kakinya mempunyai jari-jari
yang mirip dengan manusia yang digunakannya untuk bertengger di pohon dan
ekornya digunakan untuk keseimbangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
:Mammalia
Order
:Primates
Suborder
: Haplorrhini
Infraorder
: Tarsiiformis
Famili
: Tarsiidea
Genus
: Tarsius
Genera
Sejauh ini, tiga spesies fosil dari genus Tarsius dikenal dari catatan
fosil:
a. Tarsius eocaenus diketahui dari Eosen Tengah di Cina.
b. Tarsius thailandicus hidup pada Miosen Awal di barat laut Thailand.
c. Tarsius sirindhornae hidup pada Miosen Tengah di utara Thailand.
2
(genus Carlito),
tarsius
Barat
tiga
genera
yaitu
(genus Cephalopachus),
tarsius
dan
tarsius
Filipina
timur
(genus Tarsius). Hal ini didasarkan pada perbedaan gigi, ukuran mata, tungkai dan
panjang tangan, jumbai ekor, ekor duduk bantalan, jumlah mammae, jumlah
kromosom, sosioekologi, vokalisasi, dan distribusi. Fosil primate tarsiiform
ditemukan di Asia, Eropa, dan Amerika Utara, dengan fosil yang disengketakan
dari Afrika, namun tarsius yang masih ada dibatasi untuk beberapa pulau di Asia
Tenggara, termasuk Filipina, Malaysia, dan Indonesia.
2.2
sangat
berbeda. Untuk
tarsius
Filipina
pendengarannya
mampu
perkawinan
bervariasi
antara
tarsius,
tarsius
cenderung
Tarsius itu keadaan sehat dan mengingatkan keluarga lain agar tidak
memasuki wilayahnya.
2.3.4 Perkembangan Bayi/anakan
Kehamilan pada tarsius berlangsung enam bulan, kemudian tarsius
melahirkan seekor anak. Tarsius muda lahir berbulu dan dengan mata
terbuka serta mampu memanjat dalam waktu sehari setelah kelahiran.
Tarsius mencapai masa dewasa setelah usia satu tahun kematangan
seksual pada akhir tahun kedua. Tarsius dewasa hidup berpasangan
dengan jangkauan tempat tinggal sekitar satu hektar. Sosialitas dan
sistem
perkawinan
bervariasi
antara
tarsius,
tarsius
cenderung
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Dahulu kala Fosil primate tarsiiform ditemukan di Asia, Eropa, dan
Amerika Utara, tetapi semua spesies yang hidup sekarang jumlahnya
terbatas dan ditemukan di pulau-pulau Asia Tenggara, termasuk Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, dan bagian dari Kepulauan Filipina.
Tarsius memiliki keistimewaan pada mata karena merupakan organ
terbesar dibanding organ kepala lainnya. Kepala dapat berputar sampai
dengan 180 seperti burung hantu. Tarsius satu-satunya primata yang
insektivora. Tarsius spesies yang memiliki tulang tarsal yang memanjang
dan membentuk sendi-sendi sehingga dapat melompat sejauh 3 meter dari
satu pohon ke pohon lainnya dengan gerakan yang paling disukai adalah
gerakan vertikal.
Tarsius adalah binatang setia dan hidup monogami jika pasangan
jenisnya mati tidak mau mencari pasangan lagi.. Pasangan Tarsius
membentuk kelompok kecil dengan anak-anaknya yang belum dewasa,
bersarang dalam rongga pohon. Tarsius mengeluarkan nyanyian berupa
cicitan rumit dengan berbagai nada saat mencari makan di malam hari dan
pagi hari ketika akan kembali ke sarang.
Penyakit yang biasanya menginfeksi monyet tarsius ini adalah parasit
jenis cacing Tarsubulura karena tarsius senang makan jangkrik dan juga
parasit saluran cerna yaitu cocidia dan ditemukan juga jamur Blastomyces.
3.2
Saran
1. Sejak tahun 1990 tarsius telah masuk dalam daftar merah IUCN, maka
dari itu diharapkan kita masyarakat Indonesia bisa mengkonservasi dan
menyelamatkan keberlangsungan dari hewan spesies ini.
2. Dengan ukuran tubuh yang kecil spesies ini terancam untuk mudah
diburu, kiranya pemerintah segera membuat sanksi atas perburuan hewan
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Clark, W. E. Le G. 1955. Primates Part 2 Haplorhin: Torsioidea (On-line).
Diakses
12
Maret
2016
di
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1244749/. J Anat v.89(pt4);
1955 Oct.
Groves, C.; Shekelle, M. 2010. "The Genera and Species of Tarsiidae".
International
Journal
of
Primatology 31 (6):
1071
1082. doi:10.1007/s10764-010-9443-1.
IUCN. 2009. IUCN Redlist of Threatened (On-line). Diakses 12 Maret 2016
di http://www.iucnredlist.org/.
Myers, P. . "Tarsiidae" (On-line), Animal Diversity Web. Accessed April 13,
2016 at http://animaldiversity.org/accounts/Tarsiidae/.
Niemitz, C. 2003. Tarsiers (Tarsiidae). Pp. 91-100 in M Hutchins, A Evans, J
Jackson, D Kleiman, J Murphy, D Thoney, eds. Grzimek Animal Life
Encyclopedia, Vol. 14, 2nd Edition. Detroit: Gale Group. (Dalam Myers, P.
. "Tarsiidae" (On-line), Animal Diversity Web. Accessed April 13, 2016 at
http://animaldiversity.org/accounts/Tarsiidae/).
Shekelle, M. in pres. Primary Taxonomy of Eastern Tarsiers, Phase II: Naming
Taxa Discovered in Phase I and Extending Sampling Transects. (Dalam
Tolibin Iskandar Tarsius: Monyet Mini yang Belum Banyak Dikenal Di
Indonesia dan Parasitnya).
Sussman, R.B. 1999. Primate Ecology and Social Stucture. Vol. I.: Lorises.
Lemurs and Tarsiers. Department of Anthropology Washington University.
(Dalam Tolibin Iskandar Tarsius: Monyet Mini yang Belum Banyak
Dikenal Di Indonesia dan Parasitnya).
10