Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Ruly Rahmatillah
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Ibnu Sina Gresik
Topik : Kegawatdaruratan
Tanggal Kasus : 1-04-2014
Nama Pasien : Ny. YS
Tanggal Presentasi : -
No. RM :536xxx
Pendamping : dr. Lisa P, SpS
Alamat: Gresik
Nama Klinik : RSUD IBNU SINA
Data Utama untuk bahan diskusi
1. Keluhan Utama (Subjective) :
Telp.
Keluar darah dari jalan lahir disertai dengan nyeri perut bawah
Anamnesis (Autoanamne)
Keluhan Utama : Pada malam hari sebelum MRS pasien mengeluh ada flek-
positif hamil.
RIwayat trauma (-), jamu pelancar haid (-), pijat (-), instrumentasi (-),
panas badan (+) sejak 5 hari yang lalu, batuk pilek (+) 3 minggu yang
lalu tetapi tidak berobat dan saat ini sudah berkurang, anyang-anyangan
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 88 x/menit, reguler
RR
: 20 x/menit
Temp axila
: 36,4 0C
Pulmo/v v
Rh - -
Wh - -
vv
--
--
vv
--
--
Abdomen
Inspekulo
Vaginal Touche
Ekstremitas
: edema =|=
Laboratorium:
Planotest +
Darah Lengkap
Darah
Lengkap
Leukosit
Nilai
Satuan
Nilai Normal
7500
/mm3
3.500-10.000
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
HBsAg
10,3
31,3
161.000
-
gr/dl
%
mm3
11,0-16,5
35,0-50,0
150.000-390.000
Follow Up
Tanggal
1-4-2014
Subjective
Objective
Nyeri
CM, TD 110/70,
punggung
N 86x/m, RR 16,
berkurang
tax 36.7
Assesment
GI P0000 Ab000 Gravida UK
Planning
Obs VS
12
Rencana
minggu
dengan
abortus inkomplete.
Kuretase besok
Laporan kuretase:
Setelah tindakan aseptik dan anti septik di daerah vulva dan sekitarnya di
samping spekulum bawah yang dipegang oleh asisten dilakukan anestesi
paraservikal blok.
Amoxycilin
3 x 500 mg
Asam mefenamat
3 x 500 mg
Methergin
3x1
Resume
Ny YS datang ke RSUD Ibnu Sina dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir
disertai dengan nyeeri perut bawah. Pada malam hari sebelum MRS pasien
mengeluh ada flek-flek berwarna merah muda. Pagi hari keluar darah semakin
banyak dan bergumpal disertai nyeri di daerah punggung. pasien pergi ke Bidan
kemudian disarankan untuk langsung ke rumah sakit. Dalam perjalanan keluar
darah lebih banyak 2 pembalut disertai nyeri perut bawah . Pasien mengetahui
bahwa dirinya hamil sejak bulan Februari 2014 oleh karena terlambat haid
kemudian tes kencing sendiri dan didapatkan hasil positif hamil. Riwayat trauma (-),
jamu pelancar haid (-), pijat (-), instrumentasi (-), panas badan (+) sejak 5 hari yang
lalu, batuk pilek (+) 3 minggu yang lalu tetapi tidak berobat dan saat ini sudah
berkurang, anyang-anyangan (-), keputihan (-). ANC: 2 x di Bidan, HPHT: ?-12-2013
(pasien lupa), tidak ada riwayat penggunaan KB.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan fundus uteri berada 2 jari di atas simfisis
yang setara dengan besar fundus uteri dengan usia kehamilan 10-12 minggu. Dari
inspeksi didapatkan perdarahan yang bergumpal melalui vagina,selain itu pada
pemeriksaan
inspekulo
terlihat
portio
terbuka
dan
terlihat
jaringan.
Pada
pemeriksaan VT (Vaginal Touche) teraba bahwa porsio terbuka dan teraba sisa
jaringan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian hasil konsepsi telah keluar bersama
dengan pendarahan yang dialami pasien. Diagnosis abortus inkomplete pada pasien
ini
juga
ditunjang
pada
pemerikasaan
tambahan
berupa
plano
tes
yang
menunjukkan hasil positif dimana ini menandakan bahwa pasien sedang hamil.
Penatalaksanaan abortus inkomplet pada pasien ini sudah tepat yaitu dengan
melakukan kuretase. Kuretase dilakukan untuk mengeluarkan sisa jaringan di dalam
uterus, di mana pasien datang dalam keadaan janin telah keluar dari jalan lahir
namun masih didapatkan sisa jaringan di dalam uterus
Daftar pustaka
1. Analisadaiily. 2011. Menkes: Angka Kematian Ibu dan Bayi Masih Tinggi.
http://www.analisadaily.com/news/read/2011/12/22/27353/menkes_angka_ke
matian_ibu_dan_bayi_masih_tinggi.
2. Carsten ME, Miller JD. 1977. Effects of prostaglandins and oxitocyn on calcium
release from
a uterine microsomal fraction. The Journal of Biological
Chemistry. Vol. 252, No.5, pp.1576-1581.
3. Challis JRG, Matthews SG, Gibb W, Lye SY. 2000. Endocrine and paracrine
regulation of birth at term and preterm. Endocrine reviews. 5:514-550.
4. Cunningham, F., Gant, N., Leveno, K., Gilstrap, L., Hauth, J., Wenstrom, K.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 menunjukkan
bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) masih sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup
dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup,
sedangkan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Kementrian Kesehatan tahun 2007 adalah AKI sebesar 226 per 100.000 kelahiran
hidup dan AKB sebesar 26 per 1.000 kelahiran hidup. Meskipun demikian, angka
tersebut masih tertinggi di Asia. Angka ini 65 kali kematian Ibu di Singapura, 9.5
kali dari Malaysia (Analisadaily, 2011).
Penyebab terbanyak dari kematian Ibu diantaranya adalah perdarahan
(28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), abortus tidak aman (5%), partus lama
atau macet (5%), emboli (5%), dan lain-lain (22%). Di berbagai Negara, paling
sedikit seperempat dari seluruh kematian Ibu disebabkan oleh perdarahan,
proporsinya berkisar antara < 10 % - 60 %. Walaupun seorang perempuan
bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan
menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan
mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (DepKes RI, 2007).
Perdarahan
disini
terbagi
menjadi
tiga
yaitu
perdarahan
selama
kehamilan dengan usia kehamilan <20 minggu dapat disebabkan oleh Abortus,
Kehamilan Ektopik Terganggu, dan Mola Hidatidosa. Untuk perdarahan selama
kehamilan dengan usia kehamilan >20 minggu dapat disebabkan karena
Plasenta Previa dan Solusio Plasenta. Perdarahan dalam persalinan terbagi
menjadi empat yaitu perdarahan di Kala I seperti Plasenta Previa, Solusio
Plasenta, Ruptur Uteri; perdarahan di Kala II misalnya pada Ruptur Uteri;
perdarahan di Kala III diantaranya adalah Perlukaan jalan lahir, Ruptur Uteri,
Plasenta Inkarserata, Plasenta Adhesiv; dan perdarahan di Kala IV seperti pada
kasus Perlukaan jalan lahir, Sisa plasenta, Ruptur Uteri, Inversio, dan Atonia
Uteri. Untuk perdarahan saat masa nifas terbagi menjadi dua yaitu ketika <24
jam (perlukaan jalan lahir, sisa plasenta, atonia uteri) dan >24 jam (sisa
plasenta, infeksi atau subinvolusi uteri) (Cunningham et al., 2006).
Dalam Laporan Kasus ini, penulis ingin membahas lebih lanjut mengenai
perdarahan di usia muda terutama perdarahan akibat abortus. Kejadian abortus
di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta unsafe abortion, 70.000 wanita
diantaranya meninggal. Menurut WHO diperkirakan sekitar 4,2 juta abortus
dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara dengan perincian 1,5 juta di Indonesia;
1,3 juta di Vietnam dan Singapura, 900.000 di Thailand, dan 750.000 di Filipina.
Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat
mencapai angka 50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini,
terlambat haid beberapa hari, sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui
bahwa ia sudah hamil. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan pertahun, dengan demikian setiap tahun terjadi 500.000-750.000 abortus spontan
(WHO, 2002).
TINJAUAN PUSTAKA
Abortus Aneuploid
Abortus Euploid
Infeksi
Kelainan Endokrin
Pada kondisi Diabetes Melitus, kadar gula darah yang tidak terkontrol
meningkatakan angka kejadian aborsi. Kurangnya sekresi progesterone oleh
korpus luteum atau plasenta dilaporkan menyebabkan peningkatan insidensi
abortus. Defisiensi tiroid yang berat mungkin berkaitan dengan aborsi. Efek dari
hipotiroid sendiri terhadap aborsi belum banyak diteliti namun peningkatan
autoantibodi terhadap tiroid berkaitan dengan peningkatan angka kejadian dari
aborsi (Cunningham et al., 2006).
2.2.2.3
abortus.
Selain
itu,
penggunaan
IUD
berkaitan
dengan
suhu tubuh basal. Penuaan gamet dalam saluran genitalia wanita sebelum
pembuahan meningkatkan kemungkinan abortus (Cunningham et al., 2006).
2.2.2.5
Kontraksi Uterus
Serviks Inkompeten
Servix inkompeten adalah terjadinya dilatasi servix yang tidak sakit pada
trimester kedua. Kejadian tersebut bisa diikuti oleh prolap dan penggembungan
dari
membran
ke
vagina
sehingga
terjadi
expulsi
dari
janin
prematur
uterus.
Keadaan
ini
menyebabkan
uterus
berkontraksi
untuk
nyeri
tekan
atau
tidak
pada
daerah
perut
maupun
suprasimfisis, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan. Pada
Inspeksi vulva perlu dilihat adakah perdarahan pervaginam, ada atau tidak
jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vagina.
Pada
inspekulo, perlu dilihat perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak
jaringan
berbau
busuk
dari
ostium.
Pada
pemeriksaan
Vaginal
Toucher
didapatkan portio terbuka atau tertutup, teraba jaringan atau tidak dalam cavum
uteri, terdapat nyeri goyang portio atau tidak, terdapat nyeri pada perabaan
adneksa atau tidak, cavum douglasi menonjol atau tidak (Valley, 2011).
tengah suprapubis.
Uterus sebanding dengan usia kehamilan.
Ostium uteri tertutup.
perubahan
payudara,
dan
pertumbuhan
uterus.
Setelah
janin
Perdarahan pada usia kehamilan < 20 minggu bisa juga disebabkan oleh
mola hidatidosa, yaitu vili chorionic yang tumbuh berganda berupa gelembunggelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah
anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak.
Gejalanya adalah terdapat tanda-tanda kehamilan muda yang wajar, perdarahan
yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna kecoklatan, disertai pembesaran
uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan. Selain itu terdapat riwayat
keluar jaringan mola seperti buah anggur yang merupakan diagnosis pasti. Pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan balotemen ataupun bagian janin serta
gerakan janin. Tidak terdengar pula denyut jantung janin. Pada pemeriksaan HCG
didapatkan kadar HCG yang tinggi. Pada pemeriksaan dalam rahim terasa
lembek, tidak ada bagian janin, dan terdapat perdarahan dan jaringan dalam
kanalis servikalis dan vagina. Gambaran USG tampak bayangan Snow Storm dan
tidak terlihat janin (Mochtar, 2006).
2.7 Penatalaksanaan Abortus
2.7.1 Penilaian Awal
Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari (Wibowo,
2002):
Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi
Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus, atau
cidera intra abdomen (mual/muntah, nyeri punggung, demam, perut
kembung, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri ulang lepas).
Bersihkan ramuan tradisional, jamu, bahan kaustik, kayu, atau benda-benda
Perforasi uterus dapat terjadi terutama pada saat dilatasi dan kuretase
dengan posisi uterus hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu
diobservasi dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparotomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi, atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dilakukan
oleh tenaga tidak ahli menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus
biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih dan usus.
Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus
segera
dilakukan
untuk
menentukan
luasnya
cedera,
untuk
selanjutnya