Vous êtes sur la page 1sur 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kas merupakan sumber pembiayaan yang paling likuid. Dimana saldo kas dapat
digunakan sewaktu-waktu dalam proses pembiayaan dalam kegiatan operasional suatu
entitas. Tujuan utama audit saldo kas adalah untuk memastikan saldo kas telah
diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan tepat dalam neraca,sehingga kas tersebut dapat
memenuhi kebutuhan entitas. Dengan audit atassaldo kas maka akan memudahkan
perusahaan dalam mengembangkan anggaran kas. Dengan pengelolaan anggaran kas yang
baik perusahaan dapat memproyeksikan peramalan yang baik atas penerimaan dan
pengeluaran kas.Dengan teknik peramalan kas, manajemen dapat merencanakan
untukmengivestasikan kelebihan kas, dan bila terdapat kebutuhan akan kas,mendapatkan
pinjaman dengan tingkat bunga yang menguntungkan.
Dalam malakah ini menjelaskan prosedur serta pertimbangan-pertimbangan yang
dapat dilakukan sebelum melaksanakan audit. Dan pada bagian akhir makalah ini akan
memaparkan pertimbangan lain yakni pengujian untuk mendeteksi kecurangan dalam saldo
kas.
Pada awal makalah ini, terdapat pembahasan mengenai kasus atas saldo kas dan
analisanya. Pembahasan kasus atas saldo kas yang akan penulis bahas adalah yang terjadi
pada Bank BRI Unit Tapung Raya yang terduga telah melakukan pelaporan fiktif pad akas.
Dan berikut ulasannya:
Kepala Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya, Masril (40) ditahan polisi.
Ia terbukti melakukan transfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa dokumen laporan
keuangan.
Perbuatan tersangka diketahui oleh tim penilik/pemeriksa dan pengawas dari BRI
Cabang Bangkinang pada hari Rabu 23 Februari 2011 Tommy saat melakukan pemeriksaan
di BRI Unit Tapung.
Tim ini menemukan kejanggalan dari hasil pemeriksaan antara jumlah saldo neraca
dengan kas tidak seimbang. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan cermat,
diketahui adanya transaksi gantung yaitu adanya pembukuan setoran kas Rp1,6 miliar yang

berasal BRI Unit Pasir Pengaraian II ke BRI Unit Tapung pada tanggal 14 Februari 2011
yang dilakukan Masril, namun tidak disertai dengan pengiriman fisik uangnya.
Kapolres Kampar AKBP MZ Muttaqien yang dikonfirmasi mengatakan, Kepala BRI
Tapung Raya ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di sel Mapolres Kampar karena
mentransfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa laporan pembukuan.
Kasus ini dilaporkan oleh Sudarman (Kepala BRI Cabang Bangkinang dan Rustian
Martha pegawai BRI Cabang Bangkinang. Masril telah melakukan tindak pidana
membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan
maupun dalam dokumen laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening Bank (TP
Perbankan). Tersangka dijerat pasal yang disangkakan yakni pasal 49 ayat (1) UU No. 10
tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dangan
ancaman hukuman 10 tahun, kata Kapolres.
Polres Kampar telah melakukan penyitaan sejumlah barang bukti dokumen BRI serta
melakukan koordinasi dengan instansi terkait, memeriksa dan menahan tersangka dan 6
orang saksi telah diperiksa dan meminta keterangan ahli.
Kesimpulan Kasus tersebut yakni:
Dengan latar belakang kasus diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa audit
dilakukan untuk mengetahu apakah ada tindak kecurangan atau ketidaksengajaan dalam
arti salah saji pada setiap laporan keuangan di perusahaan dan mengungkapkan kerugian
yang diderita suatu perusahaan akibat tindakan kecurangan tersebut. Audit dilakukan
dengan menyelidiki Kepala Bank BRI Unit Tapung Raya, yakni Masril, dan dan juga
pengumpulan bukti-bukti berupa dokumen sehingga di temukannya laporan keuangan yang
menunjukkan antara jumlah saldo neraca dengan kas yang sebenarnya tidak seimbang.
Setelah dilakukan penyelidikan, terungkaplah bahwa Kepala Bank BRI Unit Tapung Raya
telah melakukan transfer fiktif sebesar Rp1,6M dengan melakukan pencatatan palsu atau
merekayasa laporan keuangan Bank BRI Unit Tapung Raya. Dengan ditetapkannya Marsil
sebagai tersangka pada kasus transfer kas fiktif, maka ia dijerat dengan ancaman hukuman
selama 10 tahun penjara ditambah denda.
Dalam kasus ini, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pengendalian internal
pada Bank BRI Unit Tapung Raya adalah tidak baik. Hal ini didasarkan pada terbuktinya
suatu kecurangan dengan melakukan transaksi fiktif dengan tersangka adalah Kepala Bank
BRI Unit Tapung Raya yang melakukan transfer fiktif dan juga merekayasa atau
memalsukan laporan keuangan perusahaan. Hal ini dapat dihindarkan jika unit internal

control perusahaan berjalan dengan baik dalam memeriksa transaksi-transaksi perusahaan


yang berkaitan dengan kas, baik itu berupa penerimaan maupun pengeluaran kas.
Saran untuk Kasus tersebut:
Untuk mencegah hal itu terjadi, kemampuan yang diberikan harus sesuai dengan
bidang kerja yang ia lakukan.Kemudian kemampuan tersebut dikembangkan lebih lanjut
untuk meningkatkan kontribusi karyawan pada perusahaan. Perusahaan melakukan
pelatihan pendidikan secara periodik kepada karyawan sesuai dengan perkembangan
teknologi yang berkembang.
Pembinaan ini sangatlah penting karena setiap karyawan memiliki kepribadian yang
berbeda jadi attitude ini harus ditekankan kepada karyawan. Dalam hal ini karyawan
diharapkan dapat memiliki kepribadian yang baik sehingga dapat memperkecil resiko
terjadinya penyimpangan dari karyawan itu sendiri.
Prosedur Otoritas Yang Wajar
Harus ada batas transaksi untuk masing-masing teller dan head teller;
Penyimpanan uang harus menggunakan pengawasan ganda;
Teller secara pribadi tidak diperkenankan menerima kuasa dalam bentuk apapun dari

nasabah untuk melaksanakan transaksi atas nasabah tersebut;


Teller secara pribadi dilarang menerima titipan barang atau dokumen penting milik
nasabah.

Dokumen dan catatan yang cukup

Setiap setoran/penarikan tunai harus dihitung dan dicocokan dengan bukti setoran atau
penarikan. Setiap bukti setoran atau penarikan harus diberi cap identifikasi teller yang

memproses;
Setiap transaksi harus dibukukan secara baik dan dilengkapi dengan bukti pendukung
seperti Daftar Mutasi Kas, Cash Register (daftar persediaan uang tunai);

Kontrol fisik atas uang tunai dan catatan

Head teller harus memeriksa saldo kas, apakah sesuai dengan yang dilaporkan oleh

teller;
Head teller harus menghitung saldo uang tunai pada box teller sebelum teller yang

bersangkutan cuti atau seteleh teller tersebut absen tanpa pemberitahuan;


Setiap selisih harus diindentifikasi, dilaporkan kepada head teller dan pemimpin

cabang, diinvestigasi, dan dikoreksi;


Selisih uang tunai yang ada pada teller ataupun dalam khasanah harus dibuatkan berita
acara selisih kas;

Area teller/counter/khasanah adalah area terbatas dalam arti selain petugas atau pejabat

yang berwenang, tidak diperbolehkan masuk;


Teller dilarang membawa tas, makanan, ataupun perlengkapan pribadi ke counterarea.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh unit yang independen

Setiap hari Unit Kontrol Intern harus memeriksa transaksi-transaksi yang berasal dari

unit kas;
Secara periodik saldo fisik harus diperiksa oleh Satuan Kerja Audit Internal (SKAI);

Pemimpin Cabang melakukan pemeriksaan kas dadakan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang diatas, penulis mengambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Seperti apakah prosedur audit pada saldo kas?
2. Apa tujuan dari prosedur pemeriksaan audit pada saldo kas?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan
yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi sebagian kewajiban dalam menyelesaikan tugas pada Semester 6;
2. Untuk memberikan pemahaman mengenai audit pada saldo kas.
1.4 Metode Penelitian
Data-data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini didapat oleh penulis
melalui satu macam metode yaitu metode penelitian deskriptif. Penulis juga mendapatkan
informasi dengan mengunduh situs www.google.com.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam sistematika penulisan karya tulis ini akan dijelaskan secara garis besar dari bab
demi bab agar dapat memberikan gambaran singkat. Makalah ini terdiri atas tiga bab
dengan perincian sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan mengenai latar belakang masalah dan rumusan


masalah, hipotesis atau dugaan sementara, tujuan melakukan penelitian tersebut, dan
memberi informasi mengenai metode penelitian yang digunakan.
Bab II merupakan penjelasan singkat mengenai kas di bank dan siklus transaksi, jenis
akun kas, audit akun kas umum, prosedur yang berorientasi kecurangan, audit akun bank
penggajian imperest, dan audit kas kecil imperest.
Bab III merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran dari penulis
makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Kas di Bank dan Siklus Transaksi


Pembahasan singkat mengenai hubungan antara kas di bank dan siklus transaksi
lainnya memiliki peran ganda:
1. Hal tersebut menunjukkan pentingnya pengujian audit atas berbagai siklus transaksi
dalam audit kas;
2. Hal tersebut membantu kita mendapatkan pemahaman lebih lanjut tentang memadukan
berbagai siklus transaksi.
Gambar: Hubungan Antara Kas di Bank dan Siklus Transaksi

Gambar tersebut mengilustrasikan hubungan diantara berbagai siklus transaksi,


dengan titik fokusnya pada akun kas umum (Kas di bank). Dengan memeriksa gambar
tersebut, tampak jelas mengapa akun kas umum dianggap signifikan dalam hamper semua
audit, meskipun saldo akhirnya tidak material. Jumlah kas yang mengalir masuk kedalam
dan keluar dari akun kas seringkali lebih besar daripada jumlah kas yang mengalir untuk
akun lainnya dalam laporan keuangan. Lebih lanjut, kas lebih rentan digelapkan ketimbang
jenis aktiva lainnya karena sebagian besar aktiva lainnya itu harus dikonversikan menjadi
kas agar dapat digunakan.
Dalam audit kas, auditor harus membedakan antara memverifikasi saldo pada laporan
bank klien dan saldo di buku besar umum, serta memverifikasi apakah kas yang tercatat di
buku besar umum merefleksikan dengan benar semua transaksi kas yang terjadi selama
tahun tersebut. Jadi, jauh lebih mudah memverifikasi rekonsiliasi saldo di rekening bank
klien dengan buku besar umum, tetapi bagian yang signifikan dari total audit perusahaan
melibatkan verifikasi apakah transaksi kas dicatat dengan benar. Sebagai contoh, masingmasing dari salah saji berikut akhirnya menghasilkan pembayaran yang tidak tepat atau
kegagalan untuk menerima kas, tetapi biasanya tidak ada yang akan ditemukan sebagai
bagian dari audit rekonsiliasi bank:
Kegagalan menagih pelanggan;
Penggelapan kas dengan memotong penerimaan kas dari pelanggan sebelum

penerimaan itu dicatat, dengan menghapus akun sebagai piutang tak tertagih;
Salinan pembayaran faktur pemasok;
Pembayaran yang tidak semestinya berupa pengeluaran pribadi pejabat;
Pembayaran bahan baku yang tidak terima;
Pembayaran kepada karyawan untuk jam kerja yang lebih besar dari yang dia kerjakan;
Pembayaran bunga kepada pihak terkait dalam jumlah yang melampaui tingkat yang
berlaku.
Seluruh jenis salah saji yang berbeda itu umumnya ditemukan sebagai bagian dari

pengujian rekonsiliasi bank. Hal tersebut termasuk:


Kegagalan memasukkan cek yang belum dikliring oleh bank pada daftar cek yang

beredar, walaupun ia telah dicatat dengan dalam jurnal pengeluaran kas;


Kas yang diterima oleh klien setelah tanggal neraca tetapi dicatat sebagai penerimaan
kas pada tahun berjalan;

Setoran yang dicatat sebagai penerimaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan ke bank
pada bulan yang sama, dan dicantumkan dalam rekonsiliasi bank sebagai setoran dalam
perjalanan;

Pembayaran wesel bayar yang didebet langsung ke saldo bank oleh bank, tetapi belum
dimasukkan dalam catatan klien.

2.2

Jenis Akun Kas


Gambar: Hubungan Kas Umum dengan Akun Kas Lainnya

2.2.1

Akun Kas Umum (general cash account)


Akun kas umum (general cash account) merupakan kas yang penting bagi sebagian

besar organisasi karena hampir semua penerimaan dan pengeluaran kas mengalir melalui
akun ini. Sebagai contoh, pengeluaran untuk siklus akuisisi dan pembayaran biasanya
dibayar dari akun ini, sementara penerimaan kas dalam siklus penjualan dan penagihan
disetorkan dalam akun ini.

2.2.2

Akun Imprest
Banyak perusahaan membuat akun penggajian imperest yang terpisah untuk

memperbaiki pengendalian internal terhadap pengeluaran penggajian. Jenis akun imprest


yang agak berbeda terdiri dari satu rekening bank untuk penerimaan dan satu untuk
pengeluaran. Mungkin terdapat beberapa rekening semacam itu di perusahaan untuk divisi
yang berbeda. Semua penerimaan disetorkan dalam akun imprest, dan totalnya ditransfer
ke akun umum secara periodic. Akun pengeluaran ini ditetapkan atas dasar imprest, tetapi
dengan cara yang berbeda dari akun penggajian imprest. Suatu saldo tetap akan
dipertahankan dalam akun imprest, dan personil yang berwenang dapat bebas
menggunakan dana tersebut untuk melakukan pembayaran asalkan konsisten dengan
kebijakan perusahaan. Ketika saldo kas hampir habis, permohonan pengisian kembali
diajukan ke akun pengeluaran imprest dari akun umum setelah pengeluaran disetujui,
biasanya melalu transfer online. Penggunaan akun bank imprest semacam itu
meningkatkan pengendalian terhadap penerimaan dan pengeluaran.
2.2.3 Akun Bank Cabang
Untuk perusahaan yang beroperasi di lokasi yang berbeda, akan lebih mudah jika
perusahaan memiliki saldo bank yang terpisah disetiap lokasi. Akun bank cabang (branch
bank accounts) berguna untuk membangun hubungan perbankan di komunitas local dan
memungkinkan sentralisasi operasi pada tingkat cabang.
Di beberapa perusahaan, setoran dan pengeluaran untuk setiap cabang dilakukan di
rekening bank terpisah, dan kelebihan kas akan ditransfer secara elektronik dan secara
periodic ke rekening bank umum kantor utama. Akun cabang dalam contoh ini hampir
sama seperti akun umum, tetapi pada tingkat cabang.
2.2.4 Dana Kas Kecil Imprest
Dana kas kecil imprest (imprest petty cash fund) bukan merupakan rekening bank,
tetapi hampir serupa dengan kas di bank dalam hal pencantumannya. Akun kas kecil adalah
akun sederhana seperti memisahkan sejumlah kas dalam kotak terkunci untuk beban yang
tidak terduga. Dana tersebut digunakan untuk akuisisi kas bernilai kecil yang dapat dibayar
secara lebih mudah dan lebih cepat dengan kas ketimbang dengan cek, atau untuk

memudahkan karyawan dalam mencairkan cek pribadi atau cek penggajian. Akun kas
imprest dibentuk atas dasar yang sama seperti akun bank cabang imprest, tetapi biasanya
digunakan untuk pengeluaran dalam jumlah yang lebih kecil. Beban yang umum meliputi
perlengkapan minor kantor, perangko, dan sumbangan amal. Akun kas kecil biasanya tidak
melampaui beberapa ratus dolar dan seringkali hanya di isi kembali satu atau dua kali
setiap bulan.
2.2.5 Ekuivalen Kas
Perusahaan sering kali menginvestasikan kelebihan kas yang diakumulasi selama
bagian tertentu dari siklus operasi, yang akan diperlukan tidak lama lagi dalam bentuk
ekuivalen kas (cash equivalent) yang bersifat jangka pendek dan sangat likuid. Hal
tersebut termasuk deposito berjangka, sertifikat deposito, dan dana pasar uang. Ekuvalen
kas, yang dapat sangat material, dicantumkan dalam laporan keuangan sebagai bagian dari
akun kas hanya jika ekuivale kas tersebut merupakan investasi jangka pendek yang siap di
konversi menjadi sejumlah kas tertentu, dan terdapat risiko perubahan nilai yang tidak
signifikan akibat perubahan tingkat bunga. Sekuritas dan investasi berbunga jangka
panjang bukan merupakan ekuivalen kas.
2.3

Audit Akun Kas Umum


Dalam menguji saldo akhir tahun dalam akun kas umum, auditor harus
mengakumulasikan bukti yang cukup memadai untuk mengevaluasi apakah kas,
sebagaimana dinyatakan dalam neraca, dinyatakan dan diungkapkan dengan wajar sesuai
lima dari delapan tujuan audit yang terkait saldo untuk seluruh pengujian perincian saldo
(eksistensi, kelengkapan, keakuratan, pisah batas, dan detail tie-in). Hak atas kas umum,
klasifikasinya dalam neraca, dan nilai realisasi kas tidak dapat diterapkan.
2.3.1 Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Kas (Tahap I)
Sebagian besar perusahaan mungkin tidak menghadapi risiko bisnis klien yang
signifikan yang mempengaruhi saldo kas. Akan tetapi, risiko bisnis klien bisa saja berasal
dari kebijakan manajemen kas yang tidak tepat atau penanganan dana yang dilakukan oleh
pihak lain.

Risiko bisnis klien kemungkinan besar berasal dari ekuivalen kas dan jenis investasi
lainnya. Beberapa perusahaan jasa keuangan mengalami kerugian perdagangan yang besar
akibat aktivitas setiap pedagang yang tersembunyikan oleh salah saji investasi dan saldo
kas. Auditor harus memahami risiko yang berasal dari kebijakan dan strategi investasi
klien, serta pengendalian manajemen yang mengurangi risiko tersebut.
2.3.2

Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren
(Tahap I)
Saldo kas bersifat tidak material pada sebagian besar audit, tetapi transaksi kas yang

mempengaruhi saldo itu hamper selalu sangat material. Oleh karena itu, potensi salah saji
kas yang material sering kali ada.
Karena kas lebih rentan terhadap pencurian ketimbang aktiva lainnya, terdapat risiko
inheren yang tinggi untuk tujuan eksistensi, kelengkapan, dan keakuratan. Tujuan-tujuan
tersebut biasanya menjadi fokus dalam mengaudit saldo kas. Pada umumnya, risiko inheren
untuk semua tujuan lainnya adalah rendah.
2.3.3 Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)
Pengendalian internal terhadap saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi
dalam dua kategori:
1. Pengendalian terhadap siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan penerimaan dan
pengeluaran kas;
2. Rekonsiliasi bank independen.
Pengendalian utama termasuk pemisahan tugas yang memadai antara fungsi
penandatanganan cek dan fungsi utang usaha, penandatanganan cek hanya oleh orang yang
berwenang, pengguna cek yang telah dipranomori di atas kertas khusus, mereview dengan
cermat dokumen pendukung oleh penanda tangan cek sebelum cek ditandatangani, dan
verifikasi internal yang memadai. Jika pengendalian yang mempengaruhi transaksi yang
berhubungan dengan kas telah beroperasi secara efektif, risiko pengendalian akan menurun
sebagaimana pengujian audit untuk rekonsiliasi bank akhir tahun.
Rekonsiliasi bank (bank reconciliation) bulanan terhadap akun bank umum atas
dasar tepat waktu oleh orang yang independen menangani atau mencatat penerimaan serta
pengeluaran kas merupakan pengendalian yang penting terhadap saldo kas akhir tahun. Jika
suatu perusahaan menunda penyiapan rekonsiliasi bank dalam periode yang lama, nilai

pengendalian akan berkurang dan mungkin mempengaruhi penilaian risiko pengendalian


kas oleh auditor. Rekonsiliasi itu akan memastikan bahwa catatan akuntansi merfleksikan
saldo kas yang sama seperti jumlah actual kas di bank setelah mempertimbangkan itemitem rekonsiliasi. Lebih penting lagi, rekonsiliasi independen memberikan kesempatan bagi
verifikasi internal atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Jika laporan bank
diterima dalam kondisi tertutup oleh orang yang melakukan rekonsiliasi, dan pengendalian
fisik diterapkan terhadap laporan itu hingga rekonsiliasi selesai, cek yang dibatalkan,
salinan slip deposit, dan dokumen lainnya yang dicantumkan dalam laporan dapat diperiksa
tanpa khawatir dengan kemungkinan adanya perubahan, penghapusan, atau penambahan.
Rekonsiliasi bank yang cermat oleh personil klien yang kompeten meliputi tindakantindakan berikut:
Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas menyangkut

tanggal, payee atau pihak yang dibayar, dan jumlahnya;


Memeriksa cek yang dibatalkan menyangkut tanda tangan, endorsement, dan

pembatalan;
Membandingkan setoran di bank dengan penerimaan kas yang tercatat menyangkut

tanggal, pelanggan, dan jumlah;


Memeriksa urutan nomor cek, dan menyelidiki cek yang hilang;
Merekonsiliasi semua item yang menyebabkan perbedaan antara nilai buku dan saldo

bank serta memverifikasi kesesuaiannya dengan bisnis klien;


Merekonsiliasi total debit pada laporan bank dengan total catatan pengeluaran kas;
Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan penerimaan kas;
Mereview transfer antarbank pada akhir bulan untuk melihat kesesuaian dan
pencatatan yang tepat;

Menindaklanjuti cek yang beredar dan pemberitahuan penghentian pembayaran.


Banyak paket peranti lunak akuntansi yang menyediakan rekonsiliasi bank sebagai
bagian dari prosedur bulanan. Meskipun peranti lunak mengurangi tindakan klerikal dalam
melakukan rekonsiliasi bank, pihak yang menyiapkan harus tetap melakukan banyak
prosedur pada daftar di atas. Pengendalian atas rekonsiliasi bank dilakukan pada saat
personel yang kompoten menelaah rekonsiliasi bank sesegera mungkin setelah selesai.
2.3.4

Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian serta Pengujian


Substantif atas Transaksi (Tahap II)

Karena saldo kas dipengaruhi oleh seluruh siklus, kecuali persediaan dan
pergudangan, maka sejumlah besar transaksi akun memengaruhi kas. Dalam bab-bab
sebelumnya, telah membahas secara terperinci mengenai pengujian pengendalian dan
pegujian substansif yang memadai untuk audit setiap siklus. Misalnya, pengendalian atas
penerimaan kas. Transaksi kas diaudit melalui pengujian siklus transaksi tersebut.
2.3.5 Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Dalam audit, rekonsiliasi bank pada akhir tahun di audit secara luas. Dengan
menggunakan prosedur analitis, pengujian atas kewajaran saldo kas tidak terlalu penting
dibandingkan area audit lainya.
Auditor biasanya membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank, setoran dalam
perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainya dengan rekonsiliasi yang dilakukan
pada tahun-tahun sebelumnya. Auditor juga membandingkan saldo akhir kas dengan saldo
bulan-bulan sebelumnya. Prosedur analtis ini dapat ditemukan salah saji pada kas.
2.3.6 Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Kas (Tahap III)
Titik awal verifikasi saldo dalam akun bank umum adalah dengan mendapatkan
rekonsiliasi bank dari klien dengan memasukkan dokumentasi auditor. Untuk mengaudit
kas dibank, auditor melakukan verifikasi apakah rekonsiliasi bank yang diterima klien
sudah benar. Tujuan audit-terkait saldo dan pengujian perincian saldo dalam audit kas yang
paling penting adalah keberadaan, kelengkapan, dan akurasi, oleh karena itu harus
diperhatikan. Auditor juga melakukan pengujian yang berhubungan dengan keempat tujuan
penyajian dan pengungkapan, seperti menelaah hasil pertemuan dewan direksi dan
penyajian utang untuk menentukan apakah ada restriksi atas kas yang harus diugkapkan.
Dalam area audit lainya, prosedur audit aktual bergantung pada materialitas dan risiko
dalam kas yang sudah diidentifikasi auditor pada audit di bagian lainya.
Ketiga prosedur ini harus ditambahkan dalam pembahasan permintaan konfirmasi
bank sangat penting dan kompleksitasnya, yaitu penerimaan konfiirmasi bank, penerimaan
laporan pisah batas bank, dan pengujian rekonsiliasi bank.

Penerimaan Konfirmasi Bank

Meskipun tidak disyaratkan oleh standar audit, auditor biasanya meminta konfirmasi
dari setiap bank atau institusi keuangan lainnya yang berbisnis dengan klien, kecuali jika
terdapat sejumlah besar akun yang tidak aktif. Jika bank tidak menjawab permintaan
konfrimasi, maka auditor perlu mengirimkan permintaan kedua atau meminta klien
berkomunikasi dengan bank untuk meminta mereka melengkapi dan mengembalikan
konfirmasi kepada auditor, agar memudahkan auditor maupun pihak bank yang diminta
mengisi konfirmasi, di Amerika Serikat, AICPA menyetujui penggunaan formulir
konfirmasi bank standar (standard bank confirmation form).
Pentingnya konfirmasi bank dalam audit lebih dari sekedar verifikasi saldo kas aktual.
Bank mengonfirmasi informasi pinjaman dan saldo bank dalam formulir yang sama.
Infromasi pada wesel bayar pada bank, hipotek, dan utang lainnya biasanya memasukkan
jumlah dan tanggal pinjaman, tanggal jatuh tempo pinjaman, tingkat bunga, dan adanya
jaminan.
Bank tidak bertanggung jawab untuk mencari untuk mencari pencatatan atas saldo
bank atau pinjaman selain yang dimasukkan dalam formulir dari klien kantor akuntan
publik. Laporan di bagian bawah formulir meminta bank menginformasikan kepada kantor
akuntan publik semua pinjaman yang tidak dimasukkan dalam konfirmasi dari bank yang
memiliki informasi tersebut. Dampak dari tanggung jawab yang terbatas ini dalah untuk
mensyaratkan auditor agar memenuhi tujuan kelengkapan atas saldo dan utang bank yang
tidak tercatat dengan cara lain. Sama halnya, bank tidak perlu menginformasikan kepada
auditor mengenai persyaratan kredit, persyaratan saldo kompensasi, atau kewajiban
kontinjen ketika kewajiban dijaminkan. Jika auditor menginginkan konfirmasi tas jenis
informasi ini, maka mereka harus mendapatkan konfirmasi yang terpisah dari institusi
keuangan yang dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Setelah auditor menerima konfirmasi bank secara lengkap, saldo dalam akun bank
yang dikonfirmasi oleh bank garus ditelusuri ke saldo yang disebutkan dalam konfirmasi
bank. Sama halnya dengan informasi lain, dalam konfirmasi, juga garus ditelusuri ke
skedul audit lainnya. Jika konfirmasi bank tidak sesuai dengan skedul audit, maka auditor
harus memeriksa selisihnya.

Penerimaan Laporan Pisah Batas Bank

Laporan bank atas pisah batas (cutoff bank statement) adalah laporan bank pada
periode tertentu dan pembatalan cek terkait, duplikan slip setoran, dan dokumen lain yang
termasuk dalam laporan bank, dikirimkan oleh bank ke kantor akuntan publik. Tujuan dari
laporan bank atas pisah batas adalah untuk memberikan verifikasi bagian yang
direkonsiliasi pada rekonsiliasi bank klien di akhir tahun dengan bukti yang tidak dapat
diakses ke klien. Untuk memenuhi tujuan ini, auditor meminta klien agar bank
mengirimkan laporan langsung kepada auditor dalam waktu 7 samoai 10 hari setelah
tanggal neraca.
Banyak auditor melakukan verifikasi periode laporan bank jika laporan pisah batas
tidak diterima langsung dari pihak bank. Tujuan adalah untuk menguji apakah karyawan
klien tidak memasukkan, menambahkan, atau menggantikan dokumen sesuai dengan
laporan. Pengujian ini jelas dilakukan untuk salah saji yang disengaja. Auditor melakukan
verifikasi berikut ini dalam bulan setelah tanggal neraca:

Memeriksa saldo seluruh cek yang dibatalkan, memo debet, setoran, dan memo
kredit;

Melakukan verifikasi saldo laporan bank saat penjumlahan dilakukan;

Menelaah bagian dari penjumlahan untuk memastikan sudah dibatalkan oleh bank
pada periode yang tepat dan tidak ada penghapusan atau penggantian.
Pengujian Rekonsiliasi Bank
Rekonsiliasi bank yang dilakukan dengan benar oleh pihak independen merupakan
pengendalian internal penting atas kas. Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk
menentukan apakah pihak klien sudah menyiapkan rekonsiliasi dengan cermat dan
melakukan verifikasi apakah saldo bank yang dicatat klien sama jumlahnya dengan kas di
bank, kecuali bila ada setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainnya.
Dalam verifikasi rekonsiliasi, auditor menggunakan informasi dalam laporan bank
atas pisah batas untuk melakukan verifikasi kewajaran rekonsiliasi. Verifikasi auditor
dalam rekonsiliasi meliputi beberapa prosedur:

Melakukan verifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien akurat secara matematis;


Menelusuri saldo konfirmasi bank dan atau saldo awal pada laporan pisah batas ke
saldo per bank pada rekonsiliasi bank utnuk memastikan jumlahnya sama;

Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan ke
laporan bank atas pisah batas ke daftar cek beredar pada rekonsiliasi bank dan juga
jurnal pengeluaran kas dalam periode neraca atau periode sebelumnya. Seluruh cek
yang dikliring bank setelah tanggal neraca dan dimasukkan dalam jurnal pengeluaran
kas harus dimasukkan dalam daftar cek beredar. Jika cek dimasukkan dalam jurnal
pengeluaran kas, maka seharusanya dianggap cek beredar karena tidak dikliring di bank

sebelum tanggal neraca, maka tidak boleh dimasukkan dalam rekonsiliasi bank;
Memeriksa seluruh cek yang jumlahnya besar dan termasuk dalam daftar cek beredar
yang belum dikliring oleh bank pada laporan pisah batas. Langkah pertama dalam
pemeriksaan ini harus dilakukan dengan menelusuri jumlah yang belum dikliring dalam
jurnal pengeluaran kas. Alasan mengapa cek belum diuangkan, harus dibahas dengan
klien, dan jika auditor khawatir telah terjadi kecurangan, maka vendor yang termasuk
dalam saldo utang dagang harus dikonfirmasi untuk menentukan apakah vendor
tersebut sudah mengakui penerimaan kas dalam pecatatannya. Ditambah lagi, cek yang

dibatalkan perlu diperiksa sebelum tanggal terakhir audit jika memang ada;
Menelusuri setoran dalam perjalanan ke laporan pisah batas bank. Semua penerimaan
kas yang belum disetorkan ke bank pada akhir tahun harus ditelusuri ke laporan pisah
batas bank untuk untuk memastikan bahwa hal itu disetorkan segera setelah awal tahun
yang baru;

Memperhitungkan item yang direkonsiliasi lainnya pada laporan bank dan rekonsiliasi
bank. Hal tersebut termasuk item seperti beban jasa bank, kesalahan dan koreksi bank,
dan transaksi belum tercatat yang didebit atau dikredit secara langsung ke akun bank
oleh bank. Item yang direkonsiliasi tersebut harus diselidiki untuk memastikan bahwa
item itu telah diperlakukan secara tepat oleh klien.

2.4

Prosedur yang Berorientasi Kecurangan


Kecurangan atas saldo kas umum ini terjadi karena tidak memadainya pemisahan
tugas antara pemegang kas dan pencatatan transaksi kas dalam pencatatan akuntansi dan
kurangnya rekonsiliasi bank bulanan yang independen. Prosedur yang harus dilakukan
auditor untuk menemukan kecurangan atas penerimaan kas meliputi, mempertimbangkan
sifat dari kurangnya pengendalian internal, jenis kecurangan yang dapat terjadi dari

kekurangan tersebut, potensi materialitas kecurangan, dan prosedur audit yang paling
efektif untuk menemukan kecurangan penerimaan kas yang meliputi:

Konfirmasi piutang dagang;


Pengujian yang dilaksanakan untuk mendeteksi lapping;
Mereview ayat jurnal buku besar umum dalam akun kas untuk pos-pos tidak biasa;
Membandingkan pesanan pelanggan dengan penjualan dan penerimaan kas
selanjutnya;

Memeriksa persetujuan dan dokumen pendukung piutang tak tertagih dan retur
penjualan serta pengurangan.

2.4.1 Memperluas Pengujian Rekonsiliasi Bank


Jika rekonsiliasi bank dapat dengan sengaja salah saji, maka perlu dilakukan
perluasan pengujian atas rekonsiliasi bank akhir tahun. Prosedur yang dilakukan auditor :
Memulai rekonsiliasi bank untuk bulan/tahun tertanggal, dan membandingkan seluruh

1.

bagian rekonsiliasi dengan cek yang dibatalkan dan dokumen lainnya dalam laporan
2.

bank tertanggal.
Membandingkan sisa cek yang dibatalkan dan slip setoran dalam laporan bank

3.

tertanggal dengan jurnal pengeluaran dan penerimaan kas bulan/tahun tertanggal.


Menelusuri seluruh bagian yang tidak jelas dalam rekonsiliasi bank dan jurnal
penerimaan dan pengeluaran kas ke rekonsiliasi bank klien untuk memastikan semua
sudah dimasukkan.

4.

Melakukan verifikasi seluruh bagian rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank dari jurnal
untuk rekonsiliasi bank tertanggal yang belum dikliring ke bank.

2.4.2 Bukti Kas


Auditor menggunakan pembuktian kas untuk menentukan apakah hal-hal berikut ini
telah terpenuhi.

Seluruh penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan.


Seluruh setoran ke bank dicatat dalam pencatatan akuntansi
Seluruh pengeluaran kas dibayarkan oleh bank

Seluruh jumlah yang dibayarkan oleh bank sudah dicatat.


Bukti kas (proof of cash) memasukkan empat tugas rekonsiliasi berikut:

1.

Rekonsiliasi saldo pada laporan bank dengan saldo buku besar pada awal periode
pembuktian kas.

2.

Rekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan ke bank dengan penerimaan yang

3.

tercatat dalam jurnal penerimaan kas pada periode tertentu.


Rekonsiliasi cek yang dibatalkan di kliring bank dengan yang dicatat dalam jurnal
pengeluaran kas untuk periode tertentu.

4.

Rekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada akhir periode
pembuktian kas.

2.4.3 Pengujian Transfer Antarbank


Ada beberapa hal yang perlu diaudit atas jadwal transfer antarbank, yaitu sebagai
berikut :

Keakuratan informasi pada jadwal transfer antarbank harus diverifikasi. Auditor harus
mempertimbangkan informasi pengeluaran dan penerimaan pada skedul ke

pencatatan pengeluaran dan penerimaan kas untuk memastikan akurasinya.


Transfer antarbank harus dicatat, baik di bank penerima maupun bank pengirim.
Asumsikan terdapat Rp 10.000.000 dipindahkan dari bank A ke bank B, tetapi hanya

pengeluarannya yang dicatat, maka ini adalah bukti pencurian uang yang ditutupi.
Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer harus dilakukan
di tahun fiskal yang sama. Jika penerimaan kas dicatat pada tahun fiskal berjalan dan
pengeluaran kas dicatat setelah tanggal neraca, maka hal tersebut bisa saja dilakukan

untuk menutupi berkurangnya kas.


Pengeluaran pada skedul transfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan
dengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai cek beredar. Dalam akun kas
umum harus dimasukkan sebagai cek beredar pada transfer rekonsiliasi bank. Kurang

saji cek beredar pada rekonsiliasi bank mengindikasikan adanya kemungkinan kiting.
Skedul tranfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan dengan benar dari
rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai setoran dalam perjalanan. Untuk akun tabungan
dan penggajian harus mengindikasikan setoran dalam perjalanan untuk transfer
rekonsiliasi bank. Lebih saji atas setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank
mengindikasikan adanya kemungkinan kiting.
Meskipun pengujian audit atas transfer antarbank biasanya dimaksudkan untuk

menemukan kecurangan, tindakan ini juga bisa dilakukan banyak transfer antarbank tanpa
memerhatikan pengendalian internal. Bila ada kemungkinan kiting, maka dapat
mengakibatkan salah perhitungan antara kas dan utang dagang.

2.5

Audit Akun Bank Penggajian Imprest


Pengujian atas rekonsiliasi bank untuk penggajian tidak akan memakan waktu jika
terdapat akun impres untuk penggajian dan rekonsiliasi independen atas akun bank, seperti
yang dijelaskan pada akun umum. Biasanya, bagian yang direkonsiliasi adalah cek beredar.
Cek beredar tersebut akan langsung jelas ketika cek diterbitkan. Dalam pengujian saldo
akun bank untuk penggajian, auditor harus mendapatkan rekonsiliasi bank, konfirmasi
bank, dan laporan bank atas pisah batas. Prosedur rekonsiliasi sama dengan kas umum,
kecuali pengujian pada cek beredar yang biasanya terbatas untuk pengujian kewajarannya.
Biasanya, diperlukan perluasan prosedur bila pengendalian tidak memadai atau jika akun
bank tidak direkonsiliasi dengan saldo kas impres pada buku besar.

2.6

Audit Kas Kecil Imprest


Kas kecil (petty cash) adalah akun yang unik. Meskipun jumlahnya seringkali tidak
material, banyak auditor memverifikasi kas kecil terutama karena potensi penggelapan dan
ekspektasi klien bahwa auditor akan memeriksa akun tersebut, walaupun jumlahnya tidak
material.
2.6.1 Pengendalian Internal atas Kas Kecil
Pengendalian internal yang paling penting dalam kas kecil adalah penggunaan dan
impres yang merupakan tanggung jawab perorangan. Dana untuk kas kecil tidak dapat
digabungkan dengan penerimaan lainnya, dan dana harus disimpan terpisah dari aktivitas
lainnya. Pembatasan juga harus dilakukan atas pengeluaran dari kas kecil, sama halnya
dengan jumlah total dana. Jenis pengeluaran yang dilakukan dari transaksi kas kecil harus
jelas didefinisikan sesuai kebijakan perusahaan.
Saat pengeluaran kas dilakukan dari kas kecil, pengendalian internal yang memadai
mensyaratkan adanya tanda tangan personel yang berwenang pada formulir kas kecil yang
bernomor urut. Total dari kas aktual dan cek dananya, ditambah total formulir kas kecil
yang disebut dalam buku besar. Perhitungan mendadak secara periodik dan rekonsiliasi
dana kas kecil harus dilakukan oleh auditor internal atau personel lain yang berwenang.
Saat saldo kas kecil tinggal sedikit, cek dari akun kas umum harus dibuat untuk
mengisi kas kecil. Cek harus ditulis dengan jumlah yang sama dengan voucher bernomor

urut yang dijadikan bukti pengeluaran aktual sebelumnya. Voucher ini harus diverifikasi
oleh petugas utang dagang dan dibatalkan agar tidak digunakan kembali.
2.6.2 Pengujian Audit atas Kas Kecil
Dalam pengujian kas kecil, auditor pertama kali harus menentukan prosedur klien
dalam menangani dana. Hal ini dilakukan dengan mendiskusikan pengendalian internal
bersama pemegang kas kecil dan memeriksa dokumen atas beberapa transaksi. Saat hasil
penilaian risiko pengendalian adalah rendah dan hanya sedikit pengeluaran dilakukan
selama tahun berjalan, biasanya auditor tidak melakukan pengujian lebih lanjut karena
tidak material. Ketika auditor menguji kas kecil, dua prosedur utamanya adalah
menghitung saldo kas kecil dan melanjutkan dengan pengujian terperinci atas satu atau dua
transaksi pengeluaran. Prosedur utama harus meliputi:

Menjumlahkan voucher pendukung kas kecil yang menunjukkan jumlah pengeluaran

Memperhatikan urutan voucher kas kecil

Memeriksa otorisasi dan pembatalan voucher kas kecil

Memeriksa kewajaran dokumen pendukung, biasanya terdiri atas gulungan register


kas, faktur, dan bukti penerimaan.
Pengujian kas kecil dapat dilakukan sewaktu-waktu selama tahun berjalan, tetapi agar
memudahkan, biasanya dilakukan pada tanggal interim. Jika saldo dana kas kecil
diperkirakan material, hal ini jarang terjadi, maka saldo tersebut harus diperhitungkan pada
akhir tahun. Pengeluaran yang belum diganti harus diperiksa sebagai bagian dari penentuan
apakah biaya yang belum tercatat jumlahnya material.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Pengujian substantif terhadap saldo kas ditujukan untuk memperoleh keyakinan
tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kas, membuktikan

keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan kas yang dicantumkan di
neraca, membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo kas yang disajikan dalam neraca, membuktikan hak kepemilikan klien
atas kas yang dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran penilaian kas yang
dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan kas di
neraca.
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan catatan akuntansi kas
yang diselenggarakan oleh klien, dengan cara mengusut saldo kas yang dicantumkan di
neraca ke dalam akun kas yang diselenggarakan didalam buku besar, membuktikan
ketelitian penghitungan saldo akun kas di dalam buku besar dan membuktikan sumber
pendebitan dan pengkreditan akun kas didalam buku besar ke dalam jurnal penerimaan kas
dan register cek.
Pada dasarnya proses audit memiliki tujuan untuk menilai kewajaran suatu entitas.
Dalam proses mengaudit kas auditor memiliki tujuan untuk memperoleh keyakianan bahwa
saldo kasyang ada di neraca benar-benar sesuai dengan saldo yang sebenarnya sebagaimana
telah disesuaikan dengan bukti-bukti yang tersedia. Langkah-langkah untukmengaudit kas
pertama kali dilakukan auditor yakni melakukan prosedur audit awal, dimana auditor
mendapatkan pemahaman atas bisnis klien dan mencocokkan antara saldo investasi awal
dan kas dengan jumlah yang diaudit. Selanjutnya prosedur analitik, pengujian rincian
transaksi, prosedur rincian saldo, dan terakhir yaitu memverifikasi penyajian dan
pengungkapan kas.
Dalam pengujian terhadap akun rinci, auditor menempuh audit berikut ini : (1)
menghitung kas yang ada ditangan klien, (2) melakukan rekonsiliasi catatan kas klien
dengan rekening Koran bank yang bersangkutan, (3) melakukan konfirmasi saldo kas di
3.2

bank ,(4) memeriksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening Koran bank.
Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat membantu pembaca dalam memahami
memahami lebih jauh akan audit pada saldo kas.
Penulis sadar akan banyaknya kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah
ini. Penulis sangat berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

Alvin, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2008). Auditing dan Jasa Assurance
(Pendekatan Terintegrasi, Jilid 2). Jakarta: Erlangga.

www.pekanbaru.tribunnews.com

Vous aimerez peut-être aussi