Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kas merupakan sumber pembiayaan yang paling likuid. Dimana saldo kas dapat
digunakan sewaktu-waktu dalam proses pembiayaan dalam kegiatan operasional suatu
entitas. Tujuan utama audit saldo kas adalah untuk memastikan saldo kas telah
diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan tepat dalam neraca,sehingga kas tersebut dapat
memenuhi kebutuhan entitas. Dengan audit atassaldo kas maka akan memudahkan
perusahaan dalam mengembangkan anggaran kas. Dengan pengelolaan anggaran kas yang
baik perusahaan dapat memproyeksikan peramalan yang baik atas penerimaan dan
pengeluaran kas.Dengan teknik peramalan kas, manajemen dapat merencanakan
untukmengivestasikan kelebihan kas, dan bila terdapat kebutuhan akan kas,mendapatkan
pinjaman dengan tingkat bunga yang menguntungkan.
Dalam malakah ini menjelaskan prosedur serta pertimbangan-pertimbangan yang
dapat dilakukan sebelum melaksanakan audit. Dan pada bagian akhir makalah ini akan
memaparkan pertimbangan lain yakni pengujian untuk mendeteksi kecurangan dalam saldo
kas.
Pada awal makalah ini, terdapat pembahasan mengenai kasus atas saldo kas dan
analisanya. Pembahasan kasus atas saldo kas yang akan penulis bahas adalah yang terjadi
pada Bank BRI Unit Tapung Raya yang terduga telah melakukan pelaporan fiktif pad akas.
Dan berikut ulasannya:
Kepala Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Tapung Raya, Masril (40) ditahan polisi.
Ia terbukti melakukan transfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa dokumen laporan
keuangan.
Perbuatan tersangka diketahui oleh tim penilik/pemeriksa dan pengawas dari BRI
Cabang Bangkinang pada hari Rabu 23 Februari 2011 Tommy saat melakukan pemeriksaan
di BRI Unit Tapung.
Tim ini menemukan kejanggalan dari hasil pemeriksaan antara jumlah saldo neraca
dengan kas tidak seimbang. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan cermat,
diketahui adanya transaksi gantung yaitu adanya pembukuan setoran kas Rp1,6 miliar yang
berasal BRI Unit Pasir Pengaraian II ke BRI Unit Tapung pada tanggal 14 Februari 2011
yang dilakukan Masril, namun tidak disertai dengan pengiriman fisik uangnya.
Kapolres Kampar AKBP MZ Muttaqien yang dikonfirmasi mengatakan, Kepala BRI
Tapung Raya ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di sel Mapolres Kampar karena
mentransfer uang Rp1,6 miliar dan merekayasa laporan pembukuan.
Kasus ini dilaporkan oleh Sudarman (Kepala BRI Cabang Bangkinang dan Rustian
Martha pegawai BRI Cabang Bangkinang. Masril telah melakukan tindak pidana
membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam pembukuan atau laporan
maupun dalam dokumen laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening Bank (TP
Perbankan). Tersangka dijerat pasal yang disangkakan yakni pasal 49 ayat (1) UU No. 10
tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan dangan
ancaman hukuman 10 tahun, kata Kapolres.
Polres Kampar telah melakukan penyitaan sejumlah barang bukti dokumen BRI serta
melakukan koordinasi dengan instansi terkait, memeriksa dan menahan tersangka dan 6
orang saksi telah diperiksa dan meminta keterangan ahli.
Kesimpulan Kasus tersebut yakni:
Dengan latar belakang kasus diatas, penulis mengambil kesimpulan bahwa audit
dilakukan untuk mengetahu apakah ada tindak kecurangan atau ketidaksengajaan dalam
arti salah saji pada setiap laporan keuangan di perusahaan dan mengungkapkan kerugian
yang diderita suatu perusahaan akibat tindakan kecurangan tersebut. Audit dilakukan
dengan menyelidiki Kepala Bank BRI Unit Tapung Raya, yakni Masril, dan dan juga
pengumpulan bukti-bukti berupa dokumen sehingga di temukannya laporan keuangan yang
menunjukkan antara jumlah saldo neraca dengan kas yang sebenarnya tidak seimbang.
Setelah dilakukan penyelidikan, terungkaplah bahwa Kepala Bank BRI Unit Tapung Raya
telah melakukan transfer fiktif sebesar Rp1,6M dengan melakukan pencatatan palsu atau
merekayasa laporan keuangan Bank BRI Unit Tapung Raya. Dengan ditetapkannya Marsil
sebagai tersangka pada kasus transfer kas fiktif, maka ia dijerat dengan ancaman hukuman
selama 10 tahun penjara ditambah denda.
Dalam kasus ini, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pengendalian internal
pada Bank BRI Unit Tapung Raya adalah tidak baik. Hal ini didasarkan pada terbuktinya
suatu kecurangan dengan melakukan transaksi fiktif dengan tersangka adalah Kepala Bank
BRI Unit Tapung Raya yang melakukan transfer fiktif dan juga merekayasa atau
memalsukan laporan keuangan perusahaan. Hal ini dapat dihindarkan jika unit internal
Setiap setoran/penarikan tunai harus dihitung dan dicocokan dengan bukti setoran atau
penarikan. Setiap bukti setoran atau penarikan harus diberi cap identifikasi teller yang
memproses;
Setiap transaksi harus dibukukan secara baik dan dilengkapi dengan bukti pendukung
seperti Daftar Mutasi Kas, Cash Register (daftar persediaan uang tunai);
Head teller harus memeriksa saldo kas, apakah sesuai dengan yang dilaporkan oleh
teller;
Head teller harus menghitung saldo uang tunai pada box teller sebelum teller yang
Area teller/counter/khasanah adalah area terbatas dalam arti selain petugas atau pejabat
Setiap hari Unit Kontrol Intern harus memeriksa transaksi-transaksi yang berasal dari
unit kas;
Secara periodik saldo fisik harus diperiksa oleh Satuan Kerja Audit Internal (SKAI);
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
penerimaan itu dicatat, dengan menghapus akun sebagai piutang tak tertagih;
Salinan pembayaran faktur pemasok;
Pembayaran yang tidak semestinya berupa pengeluaran pribadi pejabat;
Pembayaran bahan baku yang tidak terima;
Pembayaran kepada karyawan untuk jam kerja yang lebih besar dari yang dia kerjakan;
Pembayaran bunga kepada pihak terkait dalam jumlah yang melampaui tingkat yang
berlaku.
Seluruh jenis salah saji yang berbeda itu umumnya ditemukan sebagai bagian dari
Setoran yang dicatat sebagai penerimaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan ke bank
pada bulan yang sama, dan dicantumkan dalam rekonsiliasi bank sebagai setoran dalam
perjalanan;
Pembayaran wesel bayar yang didebet langsung ke saldo bank oleh bank, tetapi belum
dimasukkan dalam catatan klien.
2.2
2.2.1
besar organisasi karena hampir semua penerimaan dan pengeluaran kas mengalir melalui
akun ini. Sebagai contoh, pengeluaran untuk siklus akuisisi dan pembayaran biasanya
dibayar dari akun ini, sementara penerimaan kas dalam siklus penjualan dan penagihan
disetorkan dalam akun ini.
2.2.2
Akun Imprest
Banyak perusahaan membuat akun penggajian imperest yang terpisah untuk
memudahkan karyawan dalam mencairkan cek pribadi atau cek penggajian. Akun kas
imprest dibentuk atas dasar yang sama seperti akun bank cabang imprest, tetapi biasanya
digunakan untuk pengeluaran dalam jumlah yang lebih kecil. Beban yang umum meliputi
perlengkapan minor kantor, perangko, dan sumbangan amal. Akun kas kecil biasanya tidak
melampaui beberapa ratus dolar dan seringkali hanya di isi kembali satu atau dua kali
setiap bulan.
2.2.5 Ekuivalen Kas
Perusahaan sering kali menginvestasikan kelebihan kas yang diakumulasi selama
bagian tertentu dari siklus operasi, yang akan diperlukan tidak lama lagi dalam bentuk
ekuivalen kas (cash equivalent) yang bersifat jangka pendek dan sangat likuid. Hal
tersebut termasuk deposito berjangka, sertifikat deposito, dan dana pasar uang. Ekuvalen
kas, yang dapat sangat material, dicantumkan dalam laporan keuangan sebagai bagian dari
akun kas hanya jika ekuivale kas tersebut merupakan investasi jangka pendek yang siap di
konversi menjadi sejumlah kas tertentu, dan terdapat risiko perubahan nilai yang tidak
signifikan akibat perubahan tingkat bunga. Sekuritas dan investasi berbunga jangka
panjang bukan merupakan ekuivalen kas.
2.3
Risiko bisnis klien kemungkinan besar berasal dari ekuivalen kas dan jenis investasi
lainnya. Beberapa perusahaan jasa keuangan mengalami kerugian perdagangan yang besar
akibat aktivitas setiap pedagang yang tersembunyikan oleh salah saji investasi dan saldo
kas. Auditor harus memahami risiko yang berasal dari kebijakan dan strategi investasi
klien, serta pengendalian manajemen yang mengurangi risiko tersebut.
2.3.2
Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren
(Tahap I)
Saldo kas bersifat tidak material pada sebagian besar audit, tetapi transaksi kas yang
mempengaruhi saldo itu hamper selalu sangat material. Oleh karena itu, potensi salah saji
kas yang material sering kali ada.
Karena kas lebih rentan terhadap pencurian ketimbang aktiva lainnya, terdapat risiko
inheren yang tinggi untuk tujuan eksistensi, kelengkapan, dan keakuratan. Tujuan-tujuan
tersebut biasanya menjadi fokus dalam mengaudit saldo kas. Pada umumnya, risiko inheren
untuk semua tujuan lainnya adalah rendah.
2.3.3 Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)
Pengendalian internal terhadap saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi
dalam dua kategori:
1. Pengendalian terhadap siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan penerimaan dan
pengeluaran kas;
2. Rekonsiliasi bank independen.
Pengendalian utama termasuk pemisahan tugas yang memadai antara fungsi
penandatanganan cek dan fungsi utang usaha, penandatanganan cek hanya oleh orang yang
berwenang, pengguna cek yang telah dipranomori di atas kertas khusus, mereview dengan
cermat dokumen pendukung oleh penanda tangan cek sebelum cek ditandatangani, dan
verifikasi internal yang memadai. Jika pengendalian yang mempengaruhi transaksi yang
berhubungan dengan kas telah beroperasi secara efektif, risiko pengendalian akan menurun
sebagaimana pengujian audit untuk rekonsiliasi bank akhir tahun.
Rekonsiliasi bank (bank reconciliation) bulanan terhadap akun bank umum atas
dasar tepat waktu oleh orang yang independen menangani atau mencatat penerimaan serta
pengeluaran kas merupakan pengendalian yang penting terhadap saldo kas akhir tahun. Jika
suatu perusahaan menunda penyiapan rekonsiliasi bank dalam periode yang lama, nilai
pembatalan;
Membandingkan setoran di bank dengan penerimaan kas yang tercatat menyangkut
Karena saldo kas dipengaruhi oleh seluruh siklus, kecuali persediaan dan
pergudangan, maka sejumlah besar transaksi akun memengaruhi kas. Dalam bab-bab
sebelumnya, telah membahas secara terperinci mengenai pengujian pengendalian dan
pegujian substansif yang memadai untuk audit setiap siklus. Misalnya, pengendalian atas
penerimaan kas. Transaksi kas diaudit melalui pengujian siklus transaksi tersebut.
2.3.5 Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Dalam audit, rekonsiliasi bank pada akhir tahun di audit secara luas. Dengan
menggunakan prosedur analitis, pengujian atas kewajaran saldo kas tidak terlalu penting
dibandingkan area audit lainya.
Auditor biasanya membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank, setoran dalam
perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainya dengan rekonsiliasi yang dilakukan
pada tahun-tahun sebelumnya. Auditor juga membandingkan saldo akhir kas dengan saldo
bulan-bulan sebelumnya. Prosedur analtis ini dapat ditemukan salah saji pada kas.
2.3.6 Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Kas (Tahap III)
Titik awal verifikasi saldo dalam akun bank umum adalah dengan mendapatkan
rekonsiliasi bank dari klien dengan memasukkan dokumentasi auditor. Untuk mengaudit
kas dibank, auditor melakukan verifikasi apakah rekonsiliasi bank yang diterima klien
sudah benar. Tujuan audit-terkait saldo dan pengujian perincian saldo dalam audit kas yang
paling penting adalah keberadaan, kelengkapan, dan akurasi, oleh karena itu harus
diperhatikan. Auditor juga melakukan pengujian yang berhubungan dengan keempat tujuan
penyajian dan pengungkapan, seperti menelaah hasil pertemuan dewan direksi dan
penyajian utang untuk menentukan apakah ada restriksi atas kas yang harus diugkapkan.
Dalam area audit lainya, prosedur audit aktual bergantung pada materialitas dan risiko
dalam kas yang sudah diidentifikasi auditor pada audit di bagian lainya.
Ketiga prosedur ini harus ditambahkan dalam pembahasan permintaan konfirmasi
bank sangat penting dan kompleksitasnya, yaitu penerimaan konfiirmasi bank, penerimaan
laporan pisah batas bank, dan pengujian rekonsiliasi bank.
Meskipun tidak disyaratkan oleh standar audit, auditor biasanya meminta konfirmasi
dari setiap bank atau institusi keuangan lainnya yang berbisnis dengan klien, kecuali jika
terdapat sejumlah besar akun yang tidak aktif. Jika bank tidak menjawab permintaan
konfrimasi, maka auditor perlu mengirimkan permintaan kedua atau meminta klien
berkomunikasi dengan bank untuk meminta mereka melengkapi dan mengembalikan
konfirmasi kepada auditor, agar memudahkan auditor maupun pihak bank yang diminta
mengisi konfirmasi, di Amerika Serikat, AICPA menyetujui penggunaan formulir
konfirmasi bank standar (standard bank confirmation form).
Pentingnya konfirmasi bank dalam audit lebih dari sekedar verifikasi saldo kas aktual.
Bank mengonfirmasi informasi pinjaman dan saldo bank dalam formulir yang sama.
Infromasi pada wesel bayar pada bank, hipotek, dan utang lainnya biasanya memasukkan
jumlah dan tanggal pinjaman, tanggal jatuh tempo pinjaman, tingkat bunga, dan adanya
jaminan.
Bank tidak bertanggung jawab untuk mencari untuk mencari pencatatan atas saldo
bank atau pinjaman selain yang dimasukkan dalam formulir dari klien kantor akuntan
publik. Laporan di bagian bawah formulir meminta bank menginformasikan kepada kantor
akuntan publik semua pinjaman yang tidak dimasukkan dalam konfirmasi dari bank yang
memiliki informasi tersebut. Dampak dari tanggung jawab yang terbatas ini dalah untuk
mensyaratkan auditor agar memenuhi tujuan kelengkapan atas saldo dan utang bank yang
tidak tercatat dengan cara lain. Sama halnya, bank tidak perlu menginformasikan kepada
auditor mengenai persyaratan kredit, persyaratan saldo kompensasi, atau kewajiban
kontinjen ketika kewajiban dijaminkan. Jika auditor menginginkan konfirmasi tas jenis
informasi ini, maka mereka harus mendapatkan konfirmasi yang terpisah dari institusi
keuangan yang dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Setelah auditor menerima konfirmasi bank secara lengkap, saldo dalam akun bank
yang dikonfirmasi oleh bank garus ditelusuri ke saldo yang disebutkan dalam konfirmasi
bank. Sama halnya dengan informasi lain, dalam konfirmasi, juga garus ditelusuri ke
skedul audit lainnya. Jika konfirmasi bank tidak sesuai dengan skedul audit, maka auditor
harus memeriksa selisihnya.
Laporan bank atas pisah batas (cutoff bank statement) adalah laporan bank pada
periode tertentu dan pembatalan cek terkait, duplikan slip setoran, dan dokumen lain yang
termasuk dalam laporan bank, dikirimkan oleh bank ke kantor akuntan publik. Tujuan dari
laporan bank atas pisah batas adalah untuk memberikan verifikasi bagian yang
direkonsiliasi pada rekonsiliasi bank klien di akhir tahun dengan bukti yang tidak dapat
diakses ke klien. Untuk memenuhi tujuan ini, auditor meminta klien agar bank
mengirimkan laporan langsung kepada auditor dalam waktu 7 samoai 10 hari setelah
tanggal neraca.
Banyak auditor melakukan verifikasi periode laporan bank jika laporan pisah batas
tidak diterima langsung dari pihak bank. Tujuan adalah untuk menguji apakah karyawan
klien tidak memasukkan, menambahkan, atau menggantikan dokumen sesuai dengan
laporan. Pengujian ini jelas dilakukan untuk salah saji yang disengaja. Auditor melakukan
verifikasi berikut ini dalam bulan setelah tanggal neraca:
Memeriksa saldo seluruh cek yang dibatalkan, memo debet, setoran, dan memo
kredit;
Menelaah bagian dari penjumlahan untuk memastikan sudah dibatalkan oleh bank
pada periode yang tepat dan tidak ada penghapusan atau penggantian.
Pengujian Rekonsiliasi Bank
Rekonsiliasi bank yang dilakukan dengan benar oleh pihak independen merupakan
pengendalian internal penting atas kas. Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk
menentukan apakah pihak klien sudah menyiapkan rekonsiliasi dengan cermat dan
melakukan verifikasi apakah saldo bank yang dicatat klien sama jumlahnya dengan kas di
bank, kecuali bila ada setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainnya.
Dalam verifikasi rekonsiliasi, auditor menggunakan informasi dalam laporan bank
atas pisah batas untuk melakukan verifikasi kewajaran rekonsiliasi. Verifikasi auditor
dalam rekonsiliasi meliputi beberapa prosedur:
Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan ke
laporan bank atas pisah batas ke daftar cek beredar pada rekonsiliasi bank dan juga
jurnal pengeluaran kas dalam periode neraca atau periode sebelumnya. Seluruh cek
yang dikliring bank setelah tanggal neraca dan dimasukkan dalam jurnal pengeluaran
kas harus dimasukkan dalam daftar cek beredar. Jika cek dimasukkan dalam jurnal
pengeluaran kas, maka seharusanya dianggap cek beredar karena tidak dikliring di bank
sebelum tanggal neraca, maka tidak boleh dimasukkan dalam rekonsiliasi bank;
Memeriksa seluruh cek yang jumlahnya besar dan termasuk dalam daftar cek beredar
yang belum dikliring oleh bank pada laporan pisah batas. Langkah pertama dalam
pemeriksaan ini harus dilakukan dengan menelusuri jumlah yang belum dikliring dalam
jurnal pengeluaran kas. Alasan mengapa cek belum diuangkan, harus dibahas dengan
klien, dan jika auditor khawatir telah terjadi kecurangan, maka vendor yang termasuk
dalam saldo utang dagang harus dikonfirmasi untuk menentukan apakah vendor
tersebut sudah mengakui penerimaan kas dalam pecatatannya. Ditambah lagi, cek yang
dibatalkan perlu diperiksa sebelum tanggal terakhir audit jika memang ada;
Menelusuri setoran dalam perjalanan ke laporan pisah batas bank. Semua penerimaan
kas yang belum disetorkan ke bank pada akhir tahun harus ditelusuri ke laporan pisah
batas bank untuk untuk memastikan bahwa hal itu disetorkan segera setelah awal tahun
yang baru;
Memperhitungkan item yang direkonsiliasi lainnya pada laporan bank dan rekonsiliasi
bank. Hal tersebut termasuk item seperti beban jasa bank, kesalahan dan koreksi bank,
dan transaksi belum tercatat yang didebit atau dikredit secara langsung ke akun bank
oleh bank. Item yang direkonsiliasi tersebut harus diselidiki untuk memastikan bahwa
item itu telah diperlakukan secara tepat oleh klien.
2.4
kekurangan tersebut, potensi materialitas kecurangan, dan prosedur audit yang paling
efektif untuk menemukan kecurangan penerimaan kas yang meliputi:
Memeriksa persetujuan dan dokumen pendukung piutang tak tertagih dan retur
penjualan serta pengurangan.
1.
bagian rekonsiliasi dengan cek yang dibatalkan dan dokumen lainnya dalam laporan
2.
bank tertanggal.
Membandingkan sisa cek yang dibatalkan dan slip setoran dalam laporan bank
3.
4.
Melakukan verifikasi seluruh bagian rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank dari jurnal
untuk rekonsiliasi bank tertanggal yang belum dikliring ke bank.
1.
Rekonsiliasi saldo pada laporan bank dengan saldo buku besar pada awal periode
pembuktian kas.
2.
3.
4.
Rekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada akhir periode
pembuktian kas.
Keakuratan informasi pada jadwal transfer antarbank harus diverifikasi. Auditor harus
mempertimbangkan informasi pengeluaran dan penerimaan pada skedul ke
pengeluarannya yang dicatat, maka ini adalah bukti pencurian uang yang ditutupi.
Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer harus dilakukan
di tahun fiskal yang sama. Jika penerimaan kas dicatat pada tahun fiskal berjalan dan
pengeluaran kas dicatat setelah tanggal neraca, maka hal tersebut bisa saja dilakukan
saji cek beredar pada rekonsiliasi bank mengindikasikan adanya kemungkinan kiting.
Skedul tranfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan dengan benar dari
rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai setoran dalam perjalanan. Untuk akun tabungan
dan penggajian harus mengindikasikan setoran dalam perjalanan untuk transfer
rekonsiliasi bank. Lebih saji atas setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank
mengindikasikan adanya kemungkinan kiting.
Meskipun pengujian audit atas transfer antarbank biasanya dimaksudkan untuk
menemukan kecurangan, tindakan ini juga bisa dilakukan banyak transfer antarbank tanpa
memerhatikan pengendalian internal. Bila ada kemungkinan kiting, maka dapat
mengakibatkan salah perhitungan antara kas dan utang dagang.
2.5
2.6
urut yang dijadikan bukti pengeluaran aktual sebelumnya. Voucher ini harus diverifikasi
oleh petugas utang dagang dan dibatalkan agar tidak digunakan kembali.
2.6.2 Pengujian Audit atas Kas Kecil
Dalam pengujian kas kecil, auditor pertama kali harus menentukan prosedur klien
dalam menangani dana. Hal ini dilakukan dengan mendiskusikan pengendalian internal
bersama pemegang kas kecil dan memeriksa dokumen atas beberapa transaksi. Saat hasil
penilaian risiko pengendalian adalah rendah dan hanya sedikit pengeluaran dilakukan
selama tahun berjalan, biasanya auditor tidak melakukan pengujian lebih lanjut karena
tidak material. Ketika auditor menguji kas kecil, dua prosedur utamanya adalah
menghitung saldo kas kecil dan melanjutkan dengan pengujian terperinci atas satu atau dua
transaksi pengeluaran. Prosedur utama harus meliputi:
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pengujian substantif terhadap saldo kas ditujukan untuk memperoleh keyakinan
tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kas, membuktikan
keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan kas yang dicantumkan di
neraca, membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo kas yang disajikan dalam neraca, membuktikan hak kepemilikan klien
atas kas yang dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran penilaian kas yang
dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan kas di
neraca.
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan catatan akuntansi kas
yang diselenggarakan oleh klien, dengan cara mengusut saldo kas yang dicantumkan di
neraca ke dalam akun kas yang diselenggarakan didalam buku besar, membuktikan
ketelitian penghitungan saldo akun kas di dalam buku besar dan membuktikan sumber
pendebitan dan pengkreditan akun kas didalam buku besar ke dalam jurnal penerimaan kas
dan register cek.
Pada dasarnya proses audit memiliki tujuan untuk menilai kewajaran suatu entitas.
Dalam proses mengaudit kas auditor memiliki tujuan untuk memperoleh keyakianan bahwa
saldo kasyang ada di neraca benar-benar sesuai dengan saldo yang sebenarnya sebagaimana
telah disesuaikan dengan bukti-bukti yang tersedia. Langkah-langkah untukmengaudit kas
pertama kali dilakukan auditor yakni melakukan prosedur audit awal, dimana auditor
mendapatkan pemahaman atas bisnis klien dan mencocokkan antara saldo investasi awal
dan kas dengan jumlah yang diaudit. Selanjutnya prosedur analitik, pengujian rincian
transaksi, prosedur rincian saldo, dan terakhir yaitu memverifikasi penyajian dan
pengungkapan kas.
Dalam pengujian terhadap akun rinci, auditor menempuh audit berikut ini : (1)
menghitung kas yang ada ditangan klien, (2) melakukan rekonsiliasi catatan kas klien
dengan rekening Koran bank yang bersangkutan, (3) melakukan konfirmasi saldo kas di
3.2
bank ,(4) memeriksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening Koran bank.
Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat membantu pembaca dalam memahami
memahami lebih jauh akan audit pada saldo kas.
Penulis sadar akan banyaknya kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah
ini. Penulis sangat berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Alvin, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2008). Auditing dan Jasa Assurance
(Pendekatan Terintegrasi, Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
www.pekanbaru.tribunnews.com