Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN
Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi
yang merupakan karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan
sehari-hari dalam kondisi yang biasa. Sifatnya stabil dan dapat
diprediksi. Kepribadian tiap individu mempengaruhi tingkah laku
dan keputusan dalam kehidupan sehari-hari, bersifat stabil dan
dapat diprediksi. Namun, ada kalanya kepribadian yang mulanya
stabil dapat bersifat labil dan terganggu yang mengakibatkan
distress dan disabilitas.
Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat
tidak fleksibel dan maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang
bermakna dan penderitaan subjektif. Orang dengan gangguan
kepribadian menunjukkan pola relasi dan persepsi terhadap
lingkungan dan diri sendiri yang bersifat maladaptif. Dengan kata
lain,

kepribadian

yang

terganggu

akan

menyerupai

pola

kepribadian tertentu dan bersifat kaku. Hal ini menyebabkan


perubahan perilaku yang berdampak pada kehidupan sehari-hari.
Gangguan kepribadian menurut PPDGJ III berdasarkan ciri
khasnya, diklasifikasikan menjadi sepuluh yakni:2
F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
F60.1 Gangguan kepribadian skizoid
F60.2 Gangguan kepribadian dissosial
F60.3 Gangguan kepribadian emosional tidak stabil
.30 Tipe impulsif

.31 Tipe ambang


F60.4 Gangguan kepribadian histrionik
F60.5 Gangguan kepribadian anankastik
F60.6 Gangguan kepribadian cemas (menghindar)
F60.7 Gangguan kepribadian dependen
F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya
F60.9 Gangguan kepribadian YTT
Dalam referat ini penyusun akan membahas gangguan
kepribadian anankastik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Gangguan kepribadian anankastik adalah pola perilaku berupa
preokupasi dengan keteraturan, peraturan, perfeksionisme, bersifat ngotot,
keras kepala, kontrol mental, mengenyampingkan : fleksibilitas, keterbukaan,
efisiensi. Gambaran inti dari kepribadian jenis ini adalah pola pervasif dari
perfeksionisme dan bersifat kaku.(5)

2.2. Etiologi
Obsesif kompulsif disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:(1,5,6)

1. Genetik.
Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai sejarah
penyakit ini kemungkinan beresiko mengalami gangguan kepribadian
anankastik. Satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik
pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar
monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah
beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu
menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan
temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap social,
kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama
dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
2. Organik.
Masalah organik seperti terjadi masalah neurologi dibagian-bagian
tertentu otak juga merupakan satu faktor bagi gangguan kepribadian

anankastik. Kelainan saraf seperti yang disebabkan oleh meningitis dan


ensefalitis juga adalah salah satu penyebab gangguan kepribadian
anankastik.
3. Kepribadian.
Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat
gangguan gangguan kepribadian anankastik..
4. Pengalaman masa lalu.
Pengalaman masa lalu juga mudah mencorakkan cara seseorang
menangani masalah di antaranya dengan menunjukkan gejala gangguan
kepribadian anankastik.
5. Konflik.
Mereka yang mengalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa
yang berasal dari masalah hidup.
2.3. Epidemiologi
1,7%7,7% dari populasi dapat didiagnosa menderita gangguan
kepribadian obsesif kompulsif dan itu lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita. Hal ini dikarenakan wanita secara umum lebih emosional dan lebih
empati dari pria. Secara umum, pria lebih asertif, percaya diri, dan lebih
mementingkan

logika

dibandingkan

wanita.

Itulah

sebabnya

tidak

mengherankan jika gangguan kepribadian yang meliputi emosional


(histrionik, ambang) lebih sering terjadi pada wanita dan gangguan
kepribadian yang mementingkan diri sendiri (narsistik, antisosial) lebih
sering terjadi pada laki-laki.(1)

2.4. Gambaran Klinis


Obsesif dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum:(9)

a. Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara bertubi-tubi


dan terus-menerus ke dalam kesadaran seseorang.
b. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi
sentral dan seringkali menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan
melawan gagasan atau impuls awal.
c. Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu dialami
sebagai suatu yang asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya
sendiri sebagai makhluk psikologis.
d. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsi
tersebut, orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk
akal.
e. Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan
suatu dorongan yang kuat untuk menahannya.
Tetapi kira-kira separuh dari semua pasien memiliki pertahanan
yang kecil terhadap kompulsi. Kira-kira 80 persen dari semua pasien percaya
bahwa kompulsi adalah irasional.
2.5. Diagnosis
Di dalam PPDGJ III terdapat kriteria gangguan kepribadian yang
khas sebagai berikut:(8)
a. Kondisi tersebut tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit
otak berat (gross brain damage or disease) atau gangguan jiwa yang lain;
b. Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasany meliputi
beberapa bidang fungsi, misalnya afek, kesiagaan, pengendalian impuls,
cara memandang dan berpikir, serta gaya yang berhubungan dengan orang
lain;
c. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan tidak
terbatas pada episode gangguan jiwa;

d. Pola perilaku abnormalnya bersifat pervasif (mendalam) dasn maladaptif


yang jelas terhadap berbagai kehidupan pribadi dan sosial yang luas;
e. Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak-kanak atau remaja dan
berlangsung hingga usia dewasa;
f. Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress) yang
cukup berarti, tetapi baru menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut;
g. Gangguan ini bisanya berkaitan secara bermakna dengan masalah-masalah
dalam pekerjaan dan kinerja sosial.
Setelah dipastikan seseorang menderita gangguan kepribadian yang
khas, maka diagnosis gangguan kepribadian anankastik dapat ditegakkan
apabila orang tersebut memperlihatkan setidak-tidaknya tiga ciri dari ciri-ciri
anankastik di bawah ini:(8)
a. Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan;
b. Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (detail). Peraturan, daftar, urutan,
organisasi, atau jadwal;
c. Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas;
d. Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan keterikatan yang tidak
semestinya pada produktifitas sampai menghabiskan kepuasan dan
hubungan interpersonal;
e. Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial;
f. Kaku dan keras kepala;
g. Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya
mengerjakan sesuatu, atau keengganan yang tak beralasan untuk
mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu;
h. Mencampur-adukkan pikiran atau dorongan yang memaksa dan yang
enggan.
Adapun kriteria diagnosis dari gangguan kepribadian obsesif
kompulsif menurut DSM-IV-TR adalah sebuah pola yang meresap pada
terpusatnya perhatian pada keteraturan, perfeksionisme, dan kontrol mental

dan interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan


efisiensi, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) dari berikut:(3,4)\
a. Sibuk dengan rincian, peraturan, daftar, urutan, organisasi, atau jadwal
sejauh bahwa poin utama dari aktivitas ini hilang.
b. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas
(misalnya, tidak dapat menyelesaikan proyek karena standar yang
terlalu ketat kepada dirinya sendiri yang tidak dapat dipenuhi).
c. Kerja secara berlebihan yang ditujukan untuk produktivitas dengan
mengesampingkan

kegiatan

rekreasi

dan

persahabatan

(tidak

diperhitungkan oleh kebutuhan ekonomi yang jelas).


d. Terlalu teliti, cermat, dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas,
etika, atau nilai-nilai (tidak diperhitungkan oleh identifikasi budaya
atau agama).
e. Tidak dapat membuang benda yang sudah usang atau benda tak
berharga bahkan ketika mereka tidak memiliki nilai yang sentimental.
f. Enggan untuk mendelegasikan tugas atau bekerja dengan orang lain
kecuali mereka tunduk persis kepada dirinya caranya dalam melakukan
sesuatu.
g. Mengadopsi gaya belanja kikir baik terhadap diri dan orang lain, uang
dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk bencana di masa
depan.
h. Menunjukkan kekakuan dan keras kepala.
2.6. Diagnosis Banding

a. Kondisi medis.(9)
Gangguan neurologis utama yang dipertimbangkan dalam diagnosis
banding adalah gangguan Tourette, gangguan tik lainnya, epilepsi lobus
temporalis, dan kadang-kadang komplikasi trauma dan pasca ensefalitik.

Gejala karakteristik dari gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal
yang sering dan hampir setiap hari terjadi.
b. Keadaan psikiatri lain.(5)
Gangguan obesesif kompulsif dapat digambarkan sebagai pikiran dan
tindakan yang berulang yang menghabiskan waktu atau menyebabkan
distress dan hendaya yang bermakna. Gangguan ini memiliki banyak
kesamaan dengan gangguan kepribadian anankastik. Oleh karena itu
gangguan kepribadian anankastik disebut juga gangguan obsesifkompulsif. Tetapi gangguan obsesif kompulsif merupakan fase lanjut
dari gangguan kepribadian anankastik.
Obsesi adalah aktifitas mental seperti pikiran, perasaan, ide, impuls yang
berulang dan intrusif. Kompulsi adalah pola perilaku tertentu yang
berulang dan disadari seperti menghitung, memeriksa, dan menghindar.
Tindakan kompulsi merupakan usaha untuk meredakan kecemasan yang
berhubungan dengan obsesi dan kompulsi tidak beralasan sehingga
bersifat egodistonik.
Prevalensi gangguan obsesi kompulsi sebesar 2-2,4%. Sebagian besar
gangguan dimulai pada saat remaja atau dewasa muda (umur 18 24
tahun), tetapi bisa terjadi pada masa kanak-kanak. Perbandingan antara
laki-laki dan perempuan sama.
Pada umumnya obsesi dan kompulsi mempunyai gambaran tertentu
seperti:
Adanya ide atau impuls yang terus-menerus menekan ke dalam

a.

kesadaran individu
Perasaan cemas/takut akan ide atau impuls yang aneh
c.
Obsesi dan kompulsi egoalien
Pasien mengenali obsesi dan kompulsi merupakan sesuatu yang
b.

d.

abstrak dan irasional

e.

Individu yang menderita obsesi kompulsi merasa adanya keinginan


kuat untuk melawan

Ada empat pola gejala utama gangguan obsesi kompulsi yaitu:


1. Pola yang paling sering adalah obsesi tentang kontaminasi, yang
diikuti oleh perilaku mencuci dan membersihkan atau menghindari
objek yang dicurigai terkontaminasi.
2. Pola kedua yang sering terjadi adalah obsesi tentang ragu-ragu yang
diikuti dengan perilaku kompulsi mengecek/memeriksa. Tema obsesi
tentang situasi berbahaya atau kekerasan (seperti lupa mematikan
kompor atau tidak mengunci pintu rumah).
3. Pola yang jarang adalah pikiran yang intrusif tidak disertai kompulsi,
biasanya pikiran berulang tentang seksual atau tindakan yang bersifat
4.

agresif.
Obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga

bertindak lamban, misalnya makan bisa memerlukan waktu berjam-jam,


atau mencukur kumis dan janggut. Pola yang lain adalah obsesi yang
bertemakan keagamaan, trichotilomania, dan menggigit-gigit jari.
2.7. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi.(6)
Pengobatan yang diberikan pada pasien dengan gangguan kepribadian
anankastik adalah obat anti-obsesif kompulsif sbb:4
a) Obat Anti-obsesif kompulsif trisiklik misalnya Clomipramine.
b) Obat Anti-obsesif kompulsif SSRI (Serotonin Reuptake inhibitors),
misalnya

Sertraline,

Paroxetine,

Fluvoxamine,

Fluoxetine,

Citalopram.
Adapun efek samping yang dapat dirimbulkan oleh obat-obat di atas
adalah sama seperti obat antidepresi trisiklik, yaitu:

a) Efek anti-histaminergik (sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan


berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif
menurun, dll)
b) Efek anti-kolinergik (mulut kering, keluhan lambun, retensi urin,
disuria,

penglihatan

kabur,

konstipasi,

gangguan

fungsi

seksual,sinus takikardia,dll)
c) Efek anti-adrenergik alfa (perubahan EKG,hipotensi ortostatik)
d) Efek neurotoksis (tremor halus, kejang-epileptik,agitasi,insomnia)
Respons penderita gangguan kepribadian anankastik terhadap
farmakoterapi seringkali hanya mencapai pengurangan gejala sekitar 30%60%, dan kebanyakan masih menunjukkan gejala secara menahun. Namun
demikian, umumnya penderita sudah merasa sangat tertolong. Untuk
mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik, perlu disertai dengan
terapi perilaku.
b. Terapi non-farmakologi.(5)
Terapi non-farmakologik adalah psikoterapi, yakni terapi kelompok atau
terapi perilaku. Salah satu teknik adalah menyetop perilaku habitualnya
sehingga ia lebih mudah memelajari perilaku adaptif baru, juga dalam
terapi kelompok pemberian reward lebih efektif. Dalam kamar praktek,
psikiater akan menjalankan psikoterapi untuk gangguan ini, yang
modelnya bisa suportif-ekspresif, kognitif teraoi atau bahkan psikoanalitik
bila perlu. Selain itu bisa juga terapi kognitif-periaku (CBT) dijalankan.
Individu harus merubah mindset, paradigma, atau pola pikirnya dalam
mengerjakan dan memandang sesuatu. Ia harus menyadari bahwa hidup ini
penuh ketidaksempurnaan, penuh noda dan kotoran. Ia harus bisa
menerima dan menikmati ketidaksempurnaan itu bersama orang-orang
lain. Ia boleh berusaha maksimal tapi harus bisa menerima bila
kesempurnaan total tidak tercapai. Ia harus bisa berempati bahwa orang-

10

orang lain disekitarnya mempunyai hak untuk mengerjakan sesuatu


dengan cara dan kemampuan mereka sendiri. Ia harus bisa bekerja sama,
bantu membantu dan bertoleransi dengan mereka itu. Dan bersama-sama
2.8.

menikmati hasil kerja mereka.


Prognosis
Prognosis gangguan kepribadian anankastik secara umum baik. Namun
terapi yang diberikan kurang lebih memberikan perbaikan simtomatis 3060%. Bagi seorang penderita gangguan ini, farmakoterapi sangat membantu
untuk memperbaiki kualitas hidup walaupun tidak sepenuhnya bebas dari
gejala. Untuk perbaikan secara menyeluruh dapat diterapkan terapi perilaku
atau behavior therapy.

11

BAB III
KESIMPULAN
Gangguan kepribadian anankastik adalah pola perilaku berupa
preokupasi dengan keteraturan, peraturan, perfeksionisme, bersifat
ngotot, keras kepala, kontrol mental, mengenyampingkan :
fleksibilitas, keterbukaan, efisiensi. Gambaran inti dari kepribadian
jenis ini adalah pola pervasif dari perfeksionisme dan bersifat kaku
Gejala klinis yang menjadi kriteria diagnostik
gangguan kepribadian anankastik adalah sebagai
berikut:
a. Perasaan ragu dan hati-hati berlebihan
b. Terpaku pada rincian, peraturan, daftar,perintah,
organisasi, jadwal.
c. Perfeksionisme yang menghambat penyelesaian
tugas
d. Teliti,

berhati-hati

mengutamakan

berlebihan

dan

produktivitas

lebih

sehingga

mengenyampingkan kesenangan dan hubungan


interpersonal.
e. Terpaku dan terikat secara berlebih pada norma
sosial.
f. Kaku dan keras kepala.
g. Memaksakan kehendak agar orang lain melakukan
sesuatu menurut caranya.
h. Intrusi pikiran / impuls yang tidak dikehendaki
Diagnosis
gangguan
kepribadian
anankastik
ditetapkan
Penggolongan

dalam
dan

DSM-IV-TR
Diagnosis

Indonesia III.

12

dan

Gangguan

Pedoman
Jiwa

di

Pemberian

obat

untuk

ganguan

kepribadian

anankastik adalah dengan obat anti-obsesif komulsif,


Clomipramine misalnya.
Prognosis
gangguan
umumnya

baik

memberikan

kepribadian

walaupun

perbaikan

anankastik

farmakoterapi

gejala

30-60%.

hanya
Hasil

maksimal dapat dicapai dengan terapi perilaku atau


behavior therapy.

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Amalia, Dara. 2010. Hubungan Trait Kepribadian dengan Kcenderungan


Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif pada Karyawan.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1177/1/DARA
%20AMALIA-FPS.pdf. Diakses : 20 Februari 2016.
2. Anggraeni, Mareta., Akhrani, Lusy Asa., Herani, Ika. Perilaku Obsesif
Kompulsif Disorder pada Peserta Penurunan Berat Badan.
http://psikologi.ub.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/PERILAKUOBSESIF-KOMPULSIF-DISORDER-PADA-PESERTA-PENURUNANBERAT-BADAN-OLEH-MARETA-ANGGRAENI-0710.pdf. Diakses :
20 Februari 2016.
3. Frances, A, dkk. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder Fourth Edition. 2000. Washington DC: American
Psychiatric Association
4. Damarnegara, A. A. Ngr. Andika. 2013. Gangguan Kepribadian
Anankastik Pada Penderita Skizofrenia Paranoid: Sebuah Laporan Kasus.
http://
download.portalgaruda.org/article.php?article=143935&val=970.
Diakses : 20 Februari 2016.
5. Kusumawardhani, AAAA, dkk. Buku Ajar Psikiatri Edisi
Kedua. 2013. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
6. Mansjoer, A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. 1999. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI.
7. Maramis, Willy F., dan Maramis, Albert A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa. Edisi II. Surabaya : Pusat Penerbitan dan Percetakan (AUP).
8. Maslim, R. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkas dari PPDGJ III. 2001. Jakarta: PT Nuh Jaya.
9. Mukhlis, Akhmad., dan Al Muqim, Sadid. 2013. Pendekatan Psikologi
Kontemporer. Malang : UIN-MALIKI Press (Anggota IKAPI).

14

Vous aimerez peut-être aussi