Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Daftar Isi1
Bab I: Pendahuluan2
Bab II: Tinjauan Pustaka4
Bab III: Kesimpulan...19
Daftar Pustaka21
BAB I
PENDAHULUAN
Retina adalah lapisan sel-sel syaraf di dalam mata yang berfungsi seperti
film pada kamera. Cahaya memasuki mata melalui kornea dan lensa mata yang
kemudian difokuskan pada retina. Retina mengubah cahaya tersebut menjadi
signal-signal penglihatan yang dikirim ke otak melalui syaraf penglihatan.
Makula adalah bagian yang paling sensitif di bagian tengah retina dan
memberikan
penglihatan
yang
paling
tajam
dan
jelas.
Vitreous adalah media seperti agar-agar bening yang mengisi bagian dalam bola
mata mulai dari belakang lensa mata sampai ke retina. Informasi ini hanyalah
pedoman umum.1
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata
harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan
sebagi suatu transduser yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan
fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf
yang dihantarkan oleh lapisan serat retina melalui saraf ooptikus dan akhirnya ke
korteks penglihatan. Makula bertanggungjawab untuk ketajaman penglihatan yang
terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel
kerucut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara fotoreseptor
kerucut, sel ganglionnya, dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin
penglihatan yang paling tajam. Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan
ke sel ganglion yang sama, dan diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks.
Akibat dari susunan itu adalah bahwa makula terutama digunakan untuk
penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina
lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan untuk
penglihatan perifer dan malam (skotopik). 2
Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel
kerucut dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini sel
epitel pigmen masih melekat erat dengan membran Brunch. Sesungguhnya antara
sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlengketan struktural
dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial
untuk lepas secara embriologis.3
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen
epitel akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid
yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi penglihata yang
menetap.
EPIDEMIOLOGI
Insiden ablasio retina di Amerika Serikat adalah 1:15.000 populasi dengan
prevalensi 0,3%. Sumber lain menyatakan bahwa insiden ablasio retina di
Amerika Serikat adalah 12,5 dari 100.000 kasus per tahun atau sekitar 28.000
kasus per tahun.(Subramanian& Topping, 2004) 4
Adapun faktor-faktor penyebab ablasio retina yang paling umum adalah
miopia 40-50%, operasi katarak dengan implan lensa (afakia, pseudofakia) 3040%, dan trauma okuli 10-20%. Diperkirakan 15 % pasien dengan ablasio retina
pada salah satu mata akan mengalami ablasio pada mata lainnya. Risiko ablasio
bilateral meningkat (25-30%) pada pasien yang telah menjalani ekstraksi katarak
bilateral.4,5
Insiden ablasio retina relatif lebih sering pada orang etnis Yahudi dan relatif
rendah pada bangsa kulit hitam. Ablasio retina lebih banyak terjadi pada usia 4070 tahun, tetapi bisa terjadi pada anak-anak dan remaja dengan penyebab lebih
banyak karena trauma. Pada pasien ablasio retina usia di bawah 45 tahun, 60%
laki-laki dan 40% perempuan.4,5
Ablasio retina regmatogenosa merupakan ablasio retina yang paling sering
terjadi. Sekitar 1 dari 10.000 populasi normal akan mengalami ablasio retina
regmatogenosa.
Kemungkinan ini akan meningkat pada pasien yang memiliki miopia tinggi;
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
terjadi robekan di retina, maka cairan badan kaca akan melalui robekan ini, masuk
ke dalam celah potensial dan melepaskan lapisan batang dan kerucut dari lapisan
epitel pigmen, maka terjadilah ablasio retina. Keadaan ini tidak boleh berlangsung
lama, oleh karena lapisan batang dan kerucut mendapat makanan dari kapiler
koroid, sedang bagian-bagian lain dari retina mendapat nutrisi dari pembuluh
darah retina sentral, yang cabang-cabangnya terdapat di dalam lapisan urat saraf. 8
Retina menjalar ke depan dan makin ke depan, lapisannya berubah makin tipis
dan berakhir di ora serrata, di mana hanya didapatkan satu lapisan nuklear. Makin
ke perifer makin banyak batang daripada kerucut, batang-batang itu telah
mengadakan modifikasi menjadi tipis-tipis. Epitel pigmen dari retina kemudian
meneruskan diri menjadi epitel pigmen yang menutupi badan siliar dan iris.8
Di mana aksis mata memotong retina, terletak makula lutea. Di tengah-tengahnya
terdapat lekukan dari fovea sentralis. Pada funduskopi, tampak makula lutea lebih
merah dari sekitarnya dan pada tempat fovea sentralis seolah-olah ada cahaya,
yang disebut refleks fovea, yang disebabkan lekukan pada fovea sentralis. Besar
makula lutea 1-2 mm. Daerah ini daya penglihatannya paling tajam, terutama di
fovea sentralis.
Struktur makula lutea:
1.
2.
3.
biasanya
berkaitan
pijaran
api
(fotopsia)
pada
lapangan
penglihatan.3,11
retina
bila
dilepasnya
retina
mengenai
makula
lutea.3
10
11
menetap
bertahun-tahun
setelah
hilang.3,10,11,12,13
12
penyebabnya
berkurang
atau
di
siang
hari,
terutama
sesudah
stres
fisik
adanya
riwayat
13
trauma,
riwayat
pembedahan
14
lain
yang
menyertainya
seperti
proliferative
Scleral buckle
15
16
2.
Retinopeksi pneumatik
Retinopati pneumatik merupakan metode yang juga sering digunakan pada
ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada
bagian superior retina. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan
menyuntikkan gelembung gas ke dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini
akan menutupi robekan retina dan mencegah pasase cairan lebih lanjut
melalui robekan. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan
subretinal biasanya akan hilang dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga
dilekatkan dengan kriopeksi atau laser sebelum gelembung disuntikkan.
Pasien harus mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa hari
untuk
meyakinkan
gelembung
Vitrektomi
17
terus
menutupi
robekan
retina.
itu
dilakukan
vitrektomi
dengan
vitreus
cutter
untuk
11
15
DIAGNOSIS BANDING
Retinoschisis degeneratif
Gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak ada traksi
vitreoretinal. Defek lapangan pandang jarang diobservasi karena jarang
terjadi penyebaran ke daerah posterior, namun jika ada maka merupakan
defek yang absolut.16,17
Elevasi yangtimbul berbentuk konveks, halus, tipis dan tidak
bergerak. Lapisan dalam yang tipis dapat disalahartikan dengan ablasio
retina regmatogenosa athropic long-standing, akan tetapi demarcation line
18
Choroidal detachment
Gejala fotopsia dan floaters tidak ada karena tidak ada traksi
viteroretinal. Defek lapangan pandang ada pada mata dengan pelepasan
koroid yang luas.17
Tekanan intraokular dapat sangat rendah karena lepasnya badan siliar.
Pelepasan koroid memberi gambaran konveks, halus, berwarna coklat,
danrelatif tidak bergerak. Retina perifer dan ora serata dapat terlihat tanpa
indentasi sklera. 16,17
KOMPLIKASI
Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi
yang paling umum terjadi pada ablasio retina. Penurunan penglihatan terhadap
gerakan tangan atau persepsi cahaya adalah komplikasi yang sering dari ablasio
retina yang melibatkan makula.4
Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami
komplikasi, maka dapat timbul perubahan fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati
proliferatif, PVR). PVR dapat menyebabkan traksi pada retina dan ablasio retina
lebih lanjut.6
PROGNOSIS
Prognosis tergantung luasnya robekan retina, jarak waktu terjadinya ablasio,
diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan.9
Terapi yang cepat prognosis lebih baik. Prognosis lebih buruk bila mengenai
makula atau jika telah berlangsung lama. Jika makula melekat dan pembedahan
berhasil melekatkan kembali retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik.
Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam
penglihatan
sebelumnya
mungkin
tidak
19
dapat
pulih
sepenuhnya. 6
BAB III
KESIMPULAN
1. Retina adalah lapisan sel-sel syaraf di dalam mata yang berfungsi seperti
film pada kamera. Cahaya memasuki mata melalui kornea dan lensa mata
yang kemudian difokuskan pada retina. Retina mengubah cahaya tersebut
menjadi signal-signal penglihatan yang dikirim ke otak melalui syaraf
penglihatan. Makula adalah bagian yang paling sensitif di bagian tengah
retina dan memberikan penglihatan yang paling tajam dan jelas.
2. Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel
kerucut dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan
ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran Brunch.
Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu
perlengketan struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga
merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis
3. Ablasio retina sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata
afakia. Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi
retina perifer (degenerasi kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian
badan kaca yang tetap melekat pada daerah retina tertentu, cedera, dan
sebagainya
4. Patogenesis ablasio retina ialah ruangan potensial antara neuroretina dan
epitel pigmennya sesuai dengan rongga vesikel optik embriogenik. Kedua
jaringan ini melekat longgar pada mata yang matur dan dapat terpisah
20
(pemeriksaan
visus,
pemeriksaan
lapangan
pandang,
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Retina. [online].2008 [cited 2009 Nov 5] : [3 screen]. Available
from : http://www.klinikmatanusantara.com/index.php
2. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Retina & Tumor Intraokular. In:
Oftalmologi Umum. 14th ed. Widya Medika: Jakarta; 2006:197, 207-9.
3. Ilyas S, dkk. Ablasio Retina. Dalam: Sari Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004: 9,10,183-6.
4. Larkin GL. Retinal Detachment. [online]. 2006 Apr 11 [cited 2009 Nov 5]:
[11 screens]. Available from :URL: http//www.emedecine.com/ Retinal_
detachment.html.
5. Anonim. Retinal Detachment. [online] 2007 Des 24 [cited 2009 Nov 5]: [6
screens]. Available from: URL: http//id.wikipedia.org/wiki/retinal
detachment
6. James B.,dkk. Ablasi Retina. Dalam: Oftalmologi. 9th ed.
Erlangga:Ciracas Jakarta; 2003: 117-121.
7. Anonim. Anatomi mata dan retina. [online] 2007 [cited 2009 Nov 5]: [2
screens]. Available from: URL :http//www.google.com/picture/anatomi
mata_retina.
8. Wijana N. Retina. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. 154-6.
9. Hollwich F. Ablasi Retina. In: Oftalmologi. Binarupa Aksara: Jakarta;
1993: 263-269
10. Anonim. Retinal Detachment. [online] 2007 [cited 2009 Nov 5]: [3
sreens]. Available from :
URL: http//www.revoptom.com/Retinal_detachment.html.
22
11. Anonim. Retinal Detachment. [online] 2007 [cited 2009 Nov 5]: [5
screens]. Available from: URL: http//www.avclinic.com/retinal
detachment.
12. Friedman NJ, Kaiser PK, Trattler WB. Posterior Segment. In: Review of
Ophthalmology. Elsevier Saunders. Philadelphia; 2005: 295-342.
13. Langston DP. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. 5th ed. Lippicott
Williams & Wilkins. Philadelphia; 2002: 187-91.
14. Paley DA, Krachmer JH. Retinal Detachment. In: Primary Care
Ophtalmology. Elsevier Mosby. Philadelphia; 2005: 149-187
15. Anonim. Retinal Detachment Repair. [online] 2008 [cited Nov 5]: [3
screens]. Available from :
URL: http//www.eyemdlink.com/retinal detachment repair.
16. The Eye MD. Association, Retina and Vitreus. In: Basic and Clinical
Science Cource 2003-2004 on CD-ROM, section 12. America Academy of
Ophthalmology: 2003-2004.
17. Kanski JJ. Retinal Detachment. In: Clinical Ophthalmology. 5th ed.
Butterworth Heinemann. Philadelphia; 2003: 349-89.
23