Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap
pengaruh fakor eksogen atau pengaruh factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal (Djuanda,
Adhi, 2007 ).
DERMATITIS lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah,
dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan
tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan
amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki
indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti
racun yang terdapat pada berbeda.
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala
berbeda:
1.Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang
terd
Eapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah
dan
gatal.
Jika
memburuk,
penderita
akan
mengalami
bentol-bentol
yang
meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau
alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa
berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
2.Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan
atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi
Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan
dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat
yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk
bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan
dan bagian belakang dari leher.
3.Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis,
belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor
keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita
penyakit saraf seperti Parkinson.
4.Stasis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi vena)
tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang
kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul
ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada
kaki juga menjadi penyebab.
5.Atopic
Dermatitis
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang umumnya
sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering berhubungan dengan peningkatan
kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita(D.A, rinitis alergik,
atau asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi
dan likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005)
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah.
Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi
dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma.
Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat
keparahannya selama masa kecil dan dewasa. (ros/Detikhealth).
2.2 Epidemiologi
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur,
ras, dan jenis kelamin. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan cukup banyak,
namun angkanya secara tepat sulit diketahui. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak
penderita dengan kelainan ringan tidak datang berobat. Bila dibandingkan dengan dermatitis
kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai
orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi mengenai
prevalensi dermatitis ini di masyarakat.
2.3 Etiologi
Penyebabnya secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a.
Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen ), fisik ( sinar matahari, suhu ),
Keringnya kulit.
Iritasi oleh sabun, deterjen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain.
Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya membungkus anak dengan
pakaian berlapis.
Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu.
Alergi terhadap debu, serbuk bunga, atau bulu hewan.
Virus dan infeksi lain.
Perjalan ke Negara dengan iklim berbeda.
2.5 Gejala klinis
Pada umumnya penderita dermatitis akan meneluh gatal, dimana gejala klinis lainnya
bergantung pada stradium penyakitnya.
a.
b.
Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi
sehingga tampak basah.
Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mongering menjadi kusta.
c.
Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal
memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
2.6 Patofisologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh iritan melalui kerja
kimiawi atau fisik. Bahan irisan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan
lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel
epidermis. Ada 2 jenis bahan iritan yaitu: iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan
menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan
lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu: kelembaban udara, tekanan, gesekan,
mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut. Berkaitan dengan gejala diatas dapat
menimbulkan rasa nyeri yang timbul akibat lesi kulit, erupsi dan gatal. Selain itu, dapat
menimbulkan gangguan intergritas kulit dan gangguan citra tubuh yang timbul karena vesikel
kecil, kulit kering, pecah-pecah dan kulit bersisik.
1.
Dermatitis Kontak
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak dengan kulit yaitu
Dermaitis Kontak Iritan : Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi
cukup, umumnya berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi
kronik dan kulit menebal disebut skin hardering.
Dermatitis Kontak Alergik : Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi
2.
hipersensitivitas. Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.
Dermatitis Atopik
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder. Riwayat stigmata
3.
berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung
lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.
5.
Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau
kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.Tempat kulit kepala, alis, daerah
nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat
paha dan skrotum.Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila
basah disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut. Lesi dapat menjalar ke dahi,
belakang telinga, tengkuk, serta oozing (membasah), da menjadi nkeadaan eksfoliatif
generalisata. Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit Leiner.
2.7 Klasifikasi
2.7.1 Berdasarkan etiologinya dermatitis diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
a. Dermatitis kontak ( dermatitis venemata )
Merupakan dermatitis yang disebabkan oleh oleh bahan yang menempel pada kulit atau
dermatitis kontak merupakan respon reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV. Penyakit ini
adalah kelainan inflamasi yang sering bersifat ekzematosa yang disebabkan oleh reaksi kulit
terhadap
sejumlah
bahan
yang
iritatif
atau
alergenik.
Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit dengan
bahan alergik ( bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas ). Tipe ini memiliki periode
sensitisasi 10 14 hari. Reaksi hipersensitivitas tipe IV terjadi melalui 2 fase yaitu:
a.
Fase sensitisasi
Hapten masuk ke dalam epidermis melewati stratum korneum akan ditangkap oleh sel
langerhans denagn cara pinositosis dan diproses secara kimiawi oleh enzim lisosom. Pada
awalnya sel langerhans dalam keadaan istirahat, dan hanya berfungsi sebagai makrofag
dengan sedikit kemampuan menstimulasi sel T. Terjadinya sensitisasi kontak tergantung pada
sinyal iritan yang dapat berasal dari alergen kontak sendiri dari ambang rangsang yang rendah
terhadap respon iritan, dari bahan kimia inflamasi pada kulit yang meradang. Jadi sinyal
bahaya yang menyebabkan sensitisasi tidak berasal dari sinyal antigenik sendiri melainkan
dari iritasi yang menyertainya. Suatu tindakan mengurangi iritasi akan menurunkan potensi
sensitisasi.
b.
Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada pajanan ulang alergen (hapten),
hapten akan ditangkap sel langerhans dan diproses secara kimiawi menjadi antigen, diikat
oleh HLA-DR, kemudian diekskresi di permukaan kulit. Selanjutnya kompleks HLA-DRantigen akan dipresentasikan kepada sel T yang telah tersensitisasi baik di kulit maupun di
kelenjar limfe sehingga terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi umumnya berlangsung antara 2448 jam. Gambaran klinisnya dapat berupa vasodilatasi dan infiltrat perivaskuler pada dermis,
edema intrasel, biasanya terlihat pada permukaan dorsal tangan.
Dermatitis kontak fototoksik
Merupakan dermatitis yang menyerupai tipe iritan tetapi memerlukan kombinasi sinar
matahari dan bahan kimia yang merusak epidermis kulit. Gambaran klinis yang terjadi serupa
dengan dermatitis iritan.
Menyerupai dermatitis alergi tetapi memerlukan pajanan cahaya disamping kontak alergen
untuk menimbulkan reaktivitas imunologik. Gambaran klinis serupa dengan dermatitis iritan.
b. Dermatitis Atopik
Dermatitis medikamentosa
Merupakan kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan istilah yang digunakan untuk
ruang kulit karen pemakaian internal obat-obatan atau medikasi tertentu. Pada umumnya
reaksi obat timbul mendadak, ruam dapat disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.
2.7.2. Berdasarkan morfologinya, dermatitis dapat diklasifikasikan menjadi 4 , yaitu :
a.
b.
c.
d.
Dermatitis papulosa.
Dermatitis vesikulosa.
Dermatitis madidans.
Dermatitis eksfloliative
2.7.3 Berdasarkan bentuknya, dermatitis diklasifikasikan menjadi :
a.
Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yng lesinya berbentuk mata uang atau agak lonjong, berbatas tegas,
dengan efloresensi berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah.
Gambaran klinis yang terjadi adalah : umumnya mengeluh sangat gatal, lesi akut berupa
vesikel dan papolu vesikel ( 0,3 1.0 cm ) kemudian membesar dengan cara berkonploensi
atau meluas kesamping. Membentuk satu lesi karakteristik seperti uang logam ( koin ),
eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Jumlah lesi dapat 1 dapat pula banyak dan
tersebar, bilateral atau simetris dengan ukuran bervariasi mulai dari miliar numular.
2.8 Pemeriksaan fisik
a.
Kulit
Pemeriksaan kulit meliputi pemeriksaan inspeksi dan palpasi.
1.
Inspeksi
Higiene kulit
Penilaian atas kebersihan yang merupakan petunjuk umum atas kesehatan seseorang.
Kelainan yang bisa nampak pada inspeksi, yaitu: Makula: suatu bercak yang nampak
berwarna kemerahan, permukaan kulit datar dan ukurannya kueang dari 1 cm, misalnya pada
Eritema: suatu bercak kemerahan yang ukurannya lebih besar dari makula, misalnya:
crysipelas.
Papula: suatu lesi kulit yang menonjol lebih tinggi daripada sekitarnya, misalnya gigitan.
Vesikula: suatu tonjolan kecil kurang dari 1 cm, berisi cairan yang jernih, misalnya cacar
air , herpes simpleks. Jika tonjolannya besar-besar lebih dari 1 cm disebut bula, misalnya luka
bakar.
Pustula: suatu tonjolan berisi cairan nanah, misalnya impetigo, jerawat, infeksi kuman
staphilococcus (bisul ).
Ulkus: suatu lesi yang terbuka yang diakibatkan pecahnya vesikula dan pustula.
Crusta: cairan tubuh yang mengering bisa dari serum, nanah, darah dsb.
Eksoriasis: pengelupasan epidermis pada luka lecet atau abrasi.
Fisurre: retak / pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk celah retakan. Hal ini
bekas irisan kulit pada seseorang mofinis dan bekas suntikan BCG.
Petekie: ada bercak pendarahan yang terbatas dan terletak di epidermis kulit berukuran
Hematoma: pendarahan di bawah kulit yang umumnya berukuran lebih besar dan
kulit sekitarnya.
Tatttoo: hiperpigmentasi buatan dengan masukan zat warna.
Hemangioma: suatu bercak kemerahan akibat pelebaran pembuluh- pembuluh darah
bentuk dan arah aliran darahnya ( keluar) misalnya pada penderita sirosis hepatis.
Striae: suatu garis- garis putih kulit yang bisa ditemui pada kulit perut wanita hamil,
orang- orang yang sangat gemuk ( daerah gluteal, lipat bahu, ketiak ini karena regangan kulit
Uremie frost: bedak ureum, salju ureum di kulit merupakan kristal halus ureum yang
terjadi akibat menguapnya keringat pasien uremia sehingga di kulit tertinggal bedak ureum.
Anemi: pucat bisa dilihat dari telapak tangan mulosa bibir, konjungtiva, warna dasar kuku
Cyanosis: tampak kulit warna kebiruan akibat jumlah reduced Hb melebihi kadar 5 %
Tekstur kulit dirasakan halus, lunak, lentur, pada kulit normal. Teraba ksar pada defisiensi
vitamin A, hipotitoid, terlalu sering mandi, banyak ketombe, diaper-rash (di selangkangan
b.
c.
b.
dievaluasi.
c.
Tes tempel dengan Sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan-bahan
yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan
bersifat sebagai alergen. Tehnik sama dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara
duplo. Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada
kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya
dievaluasi hasilnya. Untuk menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test
tersebut dilindungi dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa
menembus bahan tersebut. Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita
sudah dalam keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut
kemungkinan salah satu bahan uji tempel merupakan penyebab dermatitis sehingga akan
menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dalam keadaan tenang. Disamping itu berbagai
macam obat dapat mempengaruhi uji tempel sebaiknya juga dihindari paling tidak 24 jam
sebelum
melakukan
uji
tempel
misalnya
obat
antihistamin
dan
kortikosteroid.
Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang umumnya telah disediakan
oleh International Contact dermatitis risert group, unit uji tempel dan penderita maka dengan
mudah dilihat perubahan pada kulit penderita. Untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang
didapat dari penderita diperlukan keterampilan khusus karena bila gegabah mungkin akan
merugikan penderita sendiri. Kadang-kadang hasil ini merupakan vonis penderita dimana
misalnya hasilnya positif maka penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita
harus hidup dengan menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga berdampak negatif
dan penderita dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya. Karenanya dalam mengevaluasi hasil
uji tempel dilakukan oleh seorang yang sudah mendapat latihan dan berpengalaman di bidang
itu. Tes in vitro menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk
pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun hal tersebut belum
standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.
2.10 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik adalah
mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual
yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
a.
Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak
alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya penggunaan sarung
tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang
panjang, penggunaan deterjen.
Pengobatan
Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.
c.
Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan dermatitis
b.
yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering.
Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila
subakut diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep.
Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau
pasta, bila kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada
kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah :
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian topikal akan
menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat
aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada
sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya
molekul CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi
penyaji antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi
sel T dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses
dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik.
Jenis yang dapat diberikan adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon
asetonid. Cara pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan
penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup dengan film
plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya efek samping berupa
potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.
2. Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak melalui sistem
imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan
menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat
mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul
permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji
antigennya.
Kombinasi 8-methoxy-psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan
dan imunitis. Secara imunologis dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis,
menurunkan jumlah sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi
mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui mekanisme yang
diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans akan sangat berkurang
jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1
pada keratinosit dan sel Langerhans.
3. Siklosporin A
hipertensi.
Efek
sampingnya
terutama
pertambahan
berat
badan,
gangguan
gastrointestinal dan perubahan dari insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan
menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel
Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNFa dan MCAF.
3)Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong dan menghambat
produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit,
makrofag dan keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1.
4)Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi ICAM-1 pada
keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin yang memiliki efek
menghambat peradangan.
5)FK 506 (Takrolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular. Menghambat sekresi IL2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan
histamin dan serotonin. Dapat juga diberikan secara topikal.
6)Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti nifedipin dan amilorid.
7)Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan INF-r yang
merupakan mediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya adalah kalsitriol.
8)SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi. Dapat juga
diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih baik daripada siklosporin
2.11 Diet
Penatalaksanaan diet pada dermatitis msih merupakan masalah yang kontriversional. Alergi
makanan yang signifikan tidak diketahui seganai penyebab dari dermatitis atau berapa
persentase dari klien dermatitis yang mempunyai alergi terhadap makanan. Diet pada penyakit
dermatitis adalah diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein).
a. Tujuan diet dermatitis:
b.
c.
kura,penyu, telur penyu, ular , kacang tanah,kacang polong, kedelai dan hasil olahan.
Sumber Zat Pengatur : daun selada, bit, bawang merah,bawang putih, labu, ragi,
semangka, kurma, peterseli, brocoli,lobak,kol,anggur, apel, murbei, stroberi,kayu manis,
kakao, coklat.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1
Identitas
Identitas terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa, pendidkan pendapatan
pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain.
Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering terjadi pada
remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita. Bila dibandingkan dengan
dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya
mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul
pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak alergik kirakira hanya 20%. Sedangkan insiden dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4% dari populasi
penduduk. Usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun dermatitis kontak alergik
lebih jarang dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul pada usia dewasa tapi dapat
mengenai segala usia. Prevalensi pada wanita dua kali lipat dari pada laki-laki.
Bangsa kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain. Nampaknya banyak juga
timbul pada bangsa Afrika-Amerika namun lebih sulit dideteksi. Jenis pekerjaan merupakan
hal penting terhadap tingginya insiden dermatitis kontak.
3.1.2
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang.
1. Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya
menjauhi sumber dermatitis kontak maka keluhan yang dirasakan akan berkurang.
b. Quality/quantity
Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan gatal dan nyeri pada
daerah yang terkena bahan tertentu yang dapat menyebabkan keluhan.
Area penyebarannya
Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis, tempat cedera, dibalik
perhiasan.
d. Severitty scale
kebiasaan klien.
Riwayat Kesehatan keluarga.
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama,
tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis pada sanak saudara khususnya
pada masa kanak-kanak dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis
3.1.3
atopik
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Ringan, sedang, berat.
2. Tingkat Kesadaran
Kompos mentis.
Apatis.
Samnolen, letergi/hypersomnia.
Delirium.
Stupor atau semi koma.
Koma
Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis kontak termasuk
tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun
demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah
Denyut nadi
Suhu tubuh
Pernafasan
4.
Berat Badan
5. Tinggi Badan
6.
Kulit.
a.
Inspeksi
kemerahan (rubor),
biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara
serentak atau beturut-turut.
terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan
sebagai sekuele telihat
Nyeri tekan
Kulit bersisik
7.
Keadaan Kepala
a.
Inspeksi
tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.
b.
Palpasi
Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya massa.
8.
Keadaan mata
a.
Inspeksi
Palpebrae :
tidak edema, tidak radang
Sclera
:
Tidak ictertus
Conjuctiva :
Tidak terjadi peradangan
Pupil
:
Isokor
b.
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada
9.
a.
Keadaan hidung.
inspeksi
b.
Palpasi
-
3.2
a.
b.
c.
d.
3.3
3.3.1
inspeksi
Pemeriksaan Diagnostik
Biopsi kulit.
Uji temple.
Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus.
Uji kultur dan sensitivitas.
Pola Kegiatan Sehari-hari
Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi maka/hari, nafsu
makan, makanan pantang, makanan yang disukai banyak minuman dalam sehari serta apakah
ada perubahan.
3.3.2
Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti frekuensi,warna dan
konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit
3.3.3 Aktivitas
Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami gangguan dalam aktifitas
karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami infeksi maka akan mengalami gangguan
dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.
3.3.4 Istirahat
Klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta adanya nyeri. Adanya
gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.
3.3.5
Pola Interaksi social
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi sosialnya terganggu
3.3.6
f.
Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak bercak merah pada kulit.
3.5 Rencana Keperawatan
No.
1.
Dx. Keperawatan
Ganguan integritas
kulit,
ditandai dengan :
kembali utuh
DS : -
Kriteria hasil :
2.
tanda infeksi.
3. Ubah posisi pasien
4.
setiap hari.
Pantau adanya tanda-
5.
sesuai
kebutuhan.
Pergunakan sarung
tangan jika merawat
lesi.
6. Jaga agar alat tenun
mengelupas.
memberikan
Resiko infeksi,
Tujuan :
ditandai dengan :
DS : -
Kriteria hasil :
melakukan tindakan
DO : Seluruh tubuh
mengelupas
- T : 37,5 C
berwarna
kemerahan dengan
skuama berwarna
- TD : 120/85 mmHg
5.
6.
pengunjung.
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
pemberian diet TKTP.
Libatkan peran serta
keluarga dalam
memberikan bantuan
pada klien
normal Leuksosit
darah : 50003.
Gangguan konsep
10.000/mm3
Tujuan :
diri,b.d kerusakan
kulit
Ditandai dengan :
body image
DS : Pasien
Kriteria hasil :
menyatakan
mengapa saya
kelihatan aneh
Pasien mau
seperti ini?
berpartisipasi dalam
DO : Pasien sering
perawatan dirinya
1.
keadaannya.
2. Kaji persepsi pasien
tentang gambaran
dirinya.
3. Jaga komunikasi yang
baik dengan pasien dan
bantu pasien untuk
berkomunikasi dengan
menutupi tubuhnya
orang lain.
Ekspresi wajah pasien 4. Catat adanya tingkah
tidak menunjukkan
menyendiri
tanda berduka
3.6 Evaluasi
a.
Diagnosa I
1.
Tidak adanya maserasi.
2. Tidak ada tanda tanda cedara termal.
3. Tidak ada infeksi.
4.
Memberikan obat topikal yang diprogramkan
b.
Diangnosa II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menunjukan kulit utuh; kulit menunjukan kemajuan dalam penampilan yang sehat.
c.
1.
Diagnosa III
Mencapai tidur yang nyenyak.
2.
3.
4.
5.
d.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
e.
1.
2.
3.
yang dilakukan.
Menjalankan mandi, pencucian, barutan basah sesuai yang diprogramkan.
Gunakan obat tropikal dengan tepat.
Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Diagnosa VI
Tetap bebas dari infeksi.
Mengungkapkan tindakan perawatan kulit yang meningkatkan kebersihan dan mencegah
3.
4.
kerusakan.
Mengidentifikasikan tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan.
Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke petugas perawatan
5.
kesehatan.
Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( misalnya mandi, dan penggantian balut ).