Vous êtes sur la page 1sur 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama penyusun tulang adalah
kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium akan mengakibatkan berkurangnya
kalsium yang terdapat pada tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi
perubahan pada mikroarstektur tulang dan tulang menjadi lunak Akibatnya
tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga mudah
retak/patah.
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi
tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di
bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil
akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang..
Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia. Kekurangan
kalsium dan vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi
pembentukan massa tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama
osteomalasia Konsumsi kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan
tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya terjadi pada dewasa , dapat
menyebabkan osteomalasia ,selain itu ganguan pada sindroma malabsorbsi usus
, penyakit hati, gagal ginjal kronis dapat juga menyebab terjadinya
osteomalasia.
Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya
osteoporosis .Pada saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat
tajam baik pada anak anak, dewasa atau pun orang tua. Berdasarkan hasil
penelitian University of Otago, Selandia Baru, bekerja sama dengan Seameo
Tropmed RCCN, Universitas Indonesia dan Universitas Putra Malaysia, yang
dipublikasikan European Journal of Clinical Nutrition tahun 2007, perempuan
Indonesia hanya mengonsumsi 270 miligram kalsium per hari.
Hal tersebut berarti asupan perempuan Indonesia bahkan kurang dari
50% rekomendasi kalsium harian yang dibutuhkan untuk menjaga kekuatan dan
kesehatan tulang.
Asupan yang kurang dari 50% rekomendasi harian tersebut bahkan juga
terjadi di 9 negara Asia, seperti terlihat pada penelitian yang dilakukan Lyengar
dan tim pada 2004. Kebutuhan kalsium yang dianjurkan per harinya adalah
1.000-1.200 mg.
Data kepadatan tulang yang dianalisa oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan (Puslitbang) Gizi Bogor pada 2005, ditemukan bahwa 2 dari 5
orang Indonesia berisiko menderita kerapuhan tulang
Dari jumlah kejadian diatas dan kondisi penyakit yang memerlukan
pendeteksian dan penanganan sejak dini, penulis tertarik untuk menulis makalah
Asuhan Keperawatan Osteomalasia.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan masalah yang diuraikan dalam latar belakang, maka


rumusan masalah dari penulisan ini adalah Bagaimana Konsep dan Asuhan
Keperawatan pada Pasien Osteomalasia.
1.3 TUJUAN PENULISAN
A. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana
Asuhan Keperawatan pada klien Osteomalasia
B. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan
keperawatan meliputi :
o Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien
dengan Osteomalasia
o Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
Osteomalasia
o Mampu membuat rencana keparawatan pada klien dengan
Osteomalasia
o Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam
asuhan keperawatan pada anak dengan Osteomalasia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang


dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit
yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang dewasa,
osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak
separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada orang dewasa
pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). ( Smeltzer. 2001: 2339 )

Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh


gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain
dari osteomalasia adalah soft bone atau tulang lunak. Penyakit ini mirip
dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada
lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang
dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.
( http://www.klikdokter.com/illness/detail/99 )
Osteomalasia ialah perubahan patologik berupa hilangnya mineralisasi
tulang yang disebabkan berkurangnya kadar kalsium fosfat sampai tingkat di
bawah kadar yang diperlukan untuk mineralisasi matriks tulang normal, hasil
akhirnya ialah rasio antara mineral tulang dengan matriks tulang berkurang.
2.2 ETIOLOGI
A. Primer
Kekurangan kalsium dan vitamin D. Anak yang kekurangan
kalsium akan mengalami gangguan pada proses mineralisasi. Demikian
juga apabila ia kekurangan vitamin D. Di dalam tubuh vitamin D
berfungsi membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh. Jika kedua
unsur ini tidak terpenuhi makan tulang-tulang si kecil menjadi lunak dan
mudah patah. Proses mineralisasi adalah proses proses terakhir
pembentukan tulang. Jika kebutuhan kalsium anak tercukupi maka
otomatis proses mineralisasi dalam tubuhnya akan berlangsung dengan
baik.
B. Resiko
1. Anak menderita gangguan hati seperti sirosis. Hal ini karena
organ hatinya tak mampu memroses vitamin D sehingga fase
mineralisasi tidak terjadi.
2. Adanya gangguan fungsi ginjal sehingga proses
ekskresi/pembuangan kalsium akan meningkat. Dengan begitu
proses mineralisasi akan terhambat. Dan Gangguan tubulus
renalis yang disertai terbuangnya fosfat (acquired), renal
tubular acidosis yang disertai disproteinemia kronik.
3. Pemakaian obat dalam jangka waktu panjang. Pada kasus
tertentu, efek pemakaian obat seperti streroid dalam jangka
waktu yang panjang rentan terhadap penyakit ini.
4. Gangguan malabsorbsi
5. Menurunnya penyerapan vitamin D akibat penyakit bilier,
penyakit mukosa usus halus proksimal dan penyakit ileum.
6. Peningkatan katabolisme vitamin D akibat obat yang menyebabkan peningkatan kerja enzim-enzim oksidase hati.

2.3 PATOFISIOLOGI
Ada berbagai macam penyebab dari Osteomalasia yang umumnya
menyebabkan gangguan metabolisme mineral. Factor yang berbahaya untuk
osteomalasia adalah kesalahan diet, malabsobrsi, gastrectomi, GGK, terapi
anticonvulsan jangka lama ( fenytoin, fenorbarbital ) dan insufisiensi vitamin D
( diet, sinar matahari ).
Tipe malnurisi ( defisiensi vitamin D sering berhubungan dengan asupan
kalsium yang buruk ) terutama akibat kemiskinan, tetapi mematangkan
makanan dan kurangnya pengetahuan tentang nutrisi juga dapat menjadi factor
pencetus. Hal itu terjadi dengan frekuensi tersering dimana kandungan vitamin
D dalam makanan kurang dan adanya kesalahan diet serta kekurangan sinar
matahari.
Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat dari kegagalan dari absorbsi
kalsium atau kehilangan kalsium berlebihan dari tubuh. Gangguan
gastrointestinal dimana kurangnya absorbsi lemak menyebabkan osteomalasia
melalui kehilangan vitamin D (semua vitamin yang larut dalam lemak) dan
kalsium. Ekskresi yang paling terakhir terdapat dalam faeces bercampur
dengan asam lemak(fatty acid). Kelainan ini meliputi penyakit seliac, obstruksi
traktus biliaris kronis, pancreatitis kronik dan reseksi usus halus.
Gagal ginjal berat mengakibatkan asidosis. Kalsium yang tersedia
dipergunakan untuk menetralkan asidosis, dan hormon paratiroid terus
menyebabkan pelepasan kalsium dari kalsium skelet sebagai usaha untuk
mengembalikan Ph fisiologis. Selama pelepasan kalsium skelet terus-menerus
ini, terjadi fibrosisi tulang dan kista tulang. Glomerulonefritis kronik, uropati
obstruksi dan keracunan logam berat mengakibatkan kurangnya kadar fosfat
serum dan demineralisasi tulang
Selain itu penyakit hati dan ginjal dapat menyebabkan kekurangan
vitamin D, karena keduanya merupakan organ yang melakukan konversi Vit D
ke bentuk aktif. Akhirnya, hypertiroidime mengakibatkan dekalsifikasi skelet
dan artinya Osteomalasia, dengan peningkatan fosfat didalam urin.
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Umumnya gejala yang memperberat dari osteomalasia adalah :
Nyeri tulang dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi
kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot. Nyeri tulang yang
dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha.
Pasien akan mengalami cara jalan bebek atau pincang
Penyakit lanjut, tungkai terjadi bengkok (karena tinggi badan dan
kerapuhan tulang, dan tarikan otot), vertebra menjadi tertekan,
pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks
(kifosis).
Sakrum terdorong ke bawah dan ke depan, dan pelvis tertekan ke
lateral. Kedua deformitas tersebut menerangkan bentuk khas

pelvis yang sering mengakibatkan perlunya dilakukan seksio


sesaria pada wanita hamil yang terkena penyakit ini. Kelemahan
dan ketidakseimbangan meningkatkan risiko jatuh dan fraktur.
Penurunan berat badan
Anoreksia
Munculnya tonjolan tulang pada sambungan antara tulang iga dan
tulang rawan di bagian dada.
Tulang terasa lunak dan jika disenduh akan merasakan nyeri
mengigit
Mengalami gangguan motorik karena kurang beraktivitas dan
menjadi pasif.
Merasakan sakit saat duduk&mengalami kesulitan bangun dari
posisi duduk ke posisi berdiri.
Mudah Sekali mengalami patah tulang. Terutama di bagian tulang
panjang seperti tulang lengan atau tulang kaki.

2.5 KOMPLIKASI
Pada anak-anak yang menderita penyakit rachitis, jikalau
penyakit ini tidak segera diobati, maka pertumbuhannya akan
terhalang, anak itu menjadi lambat untuk duduk, merangkak, dan
berjalan. Berat tubuhnya mungkin akan membengkokkan lutut,
tulang, serta persendian lainnya sehingga menyebabkan kaki-O
(Genu Varum), dada busung (Pigeon Chest), dan lutut bengkok
kedalam atau kaki-X (Genu Valgum).

Pada orang dewasa, kelemahan tulang akan menimbulkan


risiko fraktur. Os vertebra yang melunak akan tertekan menjadi
pendek sehingga orang itu akan berkurang tingginya atau cebol.
Trunkus klien yang memendek sehingga mengubah bentuk toraks
disebut kifosis, dimana klien terlihat seperti bungkuk, dan skoliosis.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Rontgen

Jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum. Pemeriksaan


vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas
vertebra yang jelas.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar kalsium serum dan
fosfor rendah; kadar fosfat alkali meningkat sedang, ekskresi
keratinin dan kalsium urine rendah.

2.7 PENCEGAHAN

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan agar tidak terkena
Osteomalasia antara lain:
Terkena paparan sinar matahari yang cukup
Menjaga diet kaya kalsium
Menjaga diet kaya Vit D
2.8 PENATALAKSANAAN
Koreksi penyebab dasar osteomalasia bila mungkin.
Bila osteomalasia akibat kesalahan diet, maka perlu diberikan diet
kaya protein dan kalsium dan vitamin D tinggi.
Bila penyebabnya kekurangan Vit D, suplemen vitamin D harus
diresepkan maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000 IU per
minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan
1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan. Vitamin D
akan meningkatkan konsentrasi kalsium dan fosfat dalam cairan
ekstrasel dan maka tersedia ion kalsium fosfat untuk menetralisasi
tulang dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D.
Bila osteomalasia diakibatkan oleh malabsorpsi, penambahan
dosis vitamin D selain suplemen kalsium biasanya diresepkan.
Pemajanan sinar matahari sebagai radiasi ultraviolet untuk
mentransformasi bahan kolesterol (7-dehidrokolesterol) yang
tersedia di kulit menjadi vitamin D perlu dianjurkan. Cobalah
sering berjemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 7 - 9
pagi dan sore pada pukul 16 - 17.
Sering, masalah skelet yang berhubungan dengan osteomalasia
sembuh sendiri bila kekurangan nutris atau proses patologis yang
mendasarinya telah ditangani secara adekuat.
Pemantauan jangka panjang pasien diperlukan untuk meyakinkan
stabilitasasi atau kekambuhan osteomalasia.
Berbagai deformitas ortopedik persisten mungkin perlu ditangani
dengan brace atau pembedahan (dapat dilakukan osteotomi untuk
mengoreksi deformitas tulang panjang).
Defesiensi vitamin D karena penyakit ginjal/hati dapat diatasi
dengan menggunakan bentuk yang aktif secara metabolic yaitu
kalsitrol. Terapi dapat meredakan gejala dan memperbaiki
abnormalitas tulang dalam 3-4 bulan. Kadang-kadang
hipertiroidisme menjadim otonom pada osteomalasia yang
berlangsung lama (hipertiroidisme tertier).
2.9 DIAGNOSA
a. Nyeri yang berhubungan dengan nyeri tekan tulang dan kemungkinan
fraktur.

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan


ketidaknyamanan.
c. Harga Diri Rendah yang berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh
(tungkai melengkung, jalan bebek, deformitas vertebrate).
d. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi, proses penyakit dan
program tindakan.
e. Resiko Cidera b/d penipisan tulang dan kelemahan.
f. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan
2.10 ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Biografi Klien
Nama lengkap :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
Agama :
Status :
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh nyeri tulang
Ekstremitas disertai nyeri tekan
Kelemahan otot
Cara jalan bebek atau pincang
Riwayat Kesehatan Dahulu
Kemungkinan klien pernah Malabsorbsi
Kekurangan calsium dalam diet
Klien pernah mengalami gagal ginjal kronik
Klien pernah mengalami gangguan hati
Riwayat Kesehatan Keluarga
Orangtua klien pernah mengalami osteomalasia
c. Pemeriksaan Fisik
1. Ekstermitas
- Deformitas skelet
- Deformitas vertebra
- Deformitas lengkungan tulang panjang
- Otot Lemah
2. Pengkajian Tulang Belakang
Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perludiperhatikan
yaitu :
1). Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang)
- Bahu tidak sama tinggi

- Garis pinggang yang tidak simetris


- Skapula yang menonjol. Skoliosis tidak diketahui penyebabnya
(idiopatik), kelainan kongenital,atau akibat kerusakan ototparaspinal.
2). Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada).
Sering terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau
penyakit neuromuscular.
3). Lordosis (membebek, kurvantura tulang bagian pinggang yang
berlebihan.
3. Pengkajian Sistem Persendian
Pengkajian sistem persendian dengan pemeriksaan luas gerak
sendi baikaktif maupun pasif, deformitas, stabilitas dan adanya
benjolan. Pemeriksaan sendi menggunakan alat goniometer, yaitu
busur derajat yang dirancang khusus untuk evakuasi gerak sendi.
4. Pengkajian Sistem Otot
Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi, kekuatan
dan koordinasi otot, serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan
sekelompok otot menunjukkan berbagai kondisi seperti polineuropati,
gangguan elektrolit, miastenia grafis, poliomielitis dandistrofi otot.
Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasif,
perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan
memintapasien menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa tahanan.
5. Pengkajian Cara Berjalan
Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan.Perhatikan hal
berikut :
Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teraturatau tidak
Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atausalah satu
ekstrimitas pendek.
Keterbatasan gerak sendi dapat memengaruhicara berjalan
Abnormalitas neurologis yangberhubungan dengan cara
berjalan.
d. Data dasar Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Tanda : keterbatasan fungsi pada bagian yang terkena, nyeri
2. Sirkulasi
Tanda : takikardia ( Respon stress )
3. Neurosensori
Gejala : hilang gerakan
Tanda : Deformitas local, kelemahan
4. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri tekan
e. Pemeriksaan diagnostik
Pada foto x ray umumnya nampak kekurangan mineral dari
tulang sangat nyata. Berdasar dari vertebra mungkin menunjukkan

fraktur kompressi dengan nyeri pada ujung vertebra. Pemeriksaan


laboratorium menunjukkan lambatnya rata-rata serum kalsium dan
jumlah fosfor serta kurangnya kenaikan alkaline phosfat. Ekskresi
urine calsium dan creatinin lamba.
B. Intervensi Keperawatan
N
o
1.

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri yang
berhubungan
dengan nyeri
tekan tulang
dan
kemungkinan
fraktur

Tujuan
Klien akan
melaporkan nyerinya
berkurang/hilang.
Kriteria Hasil:
Klien dapat
mendemonstrasika
n teknik relaksasi
dengan benar
TTV klien normal
Wajah klien
tampak tenang dan
tidak meringis

Intervensi

Rasional

Kaji status
Memberikan data
nyeri
dasar untuk
(lokasi,frekue
menentukan dan
nsi, durasi,
mengevaluasi
dan intensitas
intervensi yang
nyeri )
diberikan
gunakan
skala 1-10 Meningkatkan
relaksasi dan posisi
Berikan
yang menekan dapat
lingkungan d
merupakan sebagai
an
pencetus nyeri
posisi yang
Meminimalkan
nyaman
keluhan nyeri
Minimalkan
tindakan
terapi yang
bersifat
memberi
tekanan pada
otot / tulang.
Ajarkan
teknik
manajemen
nyeri seperti
teknik
relaksasi
napas dalam,
visualisasi,
dan
bimbingan
imajinasi.

Meningkatkan
relaksasi yang dapat
menurunkan rasa
nyeri klien

Mengurangi nyeri
dan spasme otot

Kolaborasi
untuk
memberikan
analgesik
sesuai
kebutuhan
untuk nyeri

2.

Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan nyeri
dan
ketidaknyaman
an

Tujuan :
Setelah dilakukan
perawatan, klien
dapat melakukan
mobilisasi dengan
atau tanpa bantuan
perawat
Kriteria hasil :
Klien dapat
melakukan
ROM aktif
Klien dapat
berpindah
dengan bantuan
alat

Lakukan
Imobilisasi dapat
imobilisasi
mengurangi
Ajarkan
pergerakan daerah
penggunaan
cedera sehingga
alat bantu
tidak terjadi
berpindah
kerusakan yang
Jelaskan pada
berlanjut, hal ini
pasien
juga dapat
tentang
membantu
pentingnya
menopang berat
pembatasan
tubuh.
Klien mungkin baru
aktivitas
Latihan ROM
mengenal dan tidak
aktif dan
dapat menggunakan
perpindahan
alat bantu mobilitas
maksimal 2
seperti krukatau
kali dalam
walker sehingga
sehari
peran perawat
Anjurkan
adalah memberikan
partisipasi
pendidikan tentang
partisipasi
cara penggunaannya.
aktif sesuai Klien mungkin tidak
kemampuan
mengerti mengenai
dalam
tujuan pembatasan
kegiatan
gerak, sehingga
sehari-hari
perawat harus
memberikan
penyuluhan tentang
pentingnya
pembatasan aktivitas

pada pasien cedera.


Latihan ROM dapat
mencegah
penurunan masa
otot, kontraktur dan
peningkatan
vaskularisasi.

3.

Harga Diri
Tujuan :
Rendah yang
Kriteri hasil :
Klien
berhubungan
denganperubah
Menunjukkan
an bentuk
perilaku adaptasi
tubuh (tungkai Klien menyatakan
melengkung,
penerimaan pada
jalan bebek,
situasi ini.
deformitas
vertebrate)

Dorong
ekspresi
ketakutan,
perasaan
negatif dan
kehilangan
bagian tubuh.
Berikan
lingkungan
yang
terbuka
pada pasien
untuk
mendiskusi
kan masalah
yang
dialami.
Dorong
patisipasi
dalam
aktivitas
sehari-hari
Kaji dan
tingkatkan
derajat
dukungan

Partisipasi aktif dapat


membantu
pemulihan kesehatan
dan melatih
kekuatan otot,
sehingga diharapkan
klien dapat
mempertahankan
kekuatannya
Ekspresi emosi
membantu klien
mulai menerima
kenyataan dan
realita, dalam hal ini
perawat membantu
mempercepat proses
berduka
Penerimaan terbuka
perawat dapat
memberikan
lingkungan
psikologis yang
nyaman bagi pasien
sehingga
kepercayaan pasien
pada perawat
meningkat dan
berdampak pada
tingkat kooperatif
klien
Meningkatkan
kemandiriran dan
meningkatkan
perasaan harga diri.
Diharapkan klien

yang ada
untuk
pasien

4.

Resiko Cidera
b/d penipisan
tulang dan
kelemahan

5.

Kurang
pengetahuan

memiliki presepsi
positif terhadap
dirinya dengan
kemandirian yang
klien lakukan.
Dukungan keluarga,
kerabat ataupun
sahabat
terhadapklien
sangant diperlukan
sehingga perawat
harus dapat
mengkaji dan
melakukan
intervensi agar
dukungan terhadap
klien dapat
meningkat.
Ajarkan klien Klien dimungkinkan
Tujuan :
Setelah dilakukan
untuk
tidak mengerti cara
perawatan, diagnose
memperguna
penggunaan alat
keperawatan tidak
kan alat
bantu mobilisasi,
menjadi aktual
bantu
sehingga perawat
Kriteria Hasil :
mobilisasi.
dapat mengajarkan
Klien
Sarankan
klien agar klien
tidakmengalamice
untuk
dapat
dera
melakukan
mengkompensasi
Stabilisasi
aktivitas
ketidakmampuannya
Pembatasan aktivitas
tubuhdapatdiperta
sesuai
hankan
kemampuan
diperlukan agar
danbatasi
tulang tidak bekerja
aktivitas yang
terlalu berat. Kerja
berlebihan
berat dapat
meningkatkan
kontrakssi otot
sehingga
dimungkinkan
memperparah
deformitas.

Menunjukkan
peningkatan

Kaji proses
penyakit

Memberikanpengeta
huan dasar dimana

b/d kurangnya
informasi, pros
es penyakit
dan program
tindakan

pengetahuan klien
Kriteria
hasil
:Mengetahui
proses penyakit
dan program
tindakan

Diskusikan
perlunya
keseimbanga
n kesehatan ,
nutrisi
Anjurkan
pasien
mengkonsum
si kalsium
dan Vit, D
sesuai jumlah
terapeutik
dan anjurkan
pemajanan
terhadap
sinar
matahari

pasien dapat
membuat pilihan
berdasarkan
informasi
Memberikan nutrisi
optimal untuk
meningkatkan
regenerasi jaringan
Untuk mempercepat
proses
penyembuhan,
Dimana target
penting dan
dibutuhkan untuk
memproduksi
vitamin D dalam
tubuh.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang
dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai
penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut rickets) pada orang
dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan terjadi deformitas skeletal,
terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-anak karena pada
orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit). .( Smeltzer.
2001: 2339 )

Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D ataupun akibat


defisiensi kalsium.Penyakit malabsorbsi ,gangguan hati dan gagal ginjal
kronik dapat juga mengakibatkan terjadinya osteomalasia
Adapun tanda dan gejala dari osteomalasia ini adalah nyeri tulang
dan kelemahan. Sebagai akibat dari defisiensi kalsium, biasanya terdapat
kelemahan otot, pasien kemudian nampak berjalan seperti bebek atau cara
berjalan loyo/lemah.. Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama
pada daerah pinggang dan paha . Penyakit lanjut menyebabkan
tungkaiterjadi bengkok (karena tinggi badan dan kerapuhan tulang),
vertebra menjadi tertekan, pemendekan batang tubuh pasien dan kelainan
bentuk thoraks (kifosis).dan banyak tanda dan gejala lainnya
3.2 SARAN
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
sebagai kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen
pembimbing dan teman teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit
osteomalasia ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa
menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer & Brenda G. bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi
8.Jakarta : EGC, 2002
At a Glance Medicine/Patrick Davey : alih bahasa, Annisa Rahmalia, Cut
Novianty; editor, Amalia Safitri Jakarta : Erlangga, 2005
Patofisiologi : buku saku/Elizabeth J. Corwin ; Alih bahasa, Nike Budhi Subekti ;
Editor edisi bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha[et.al.]-Ed 3.-Jakarta : EGC,
2009
Doenges, E, Marilyn. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC, 1999
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4.Jakarta : EGC, 1998
Robbins, Kumar. Buku Ajar Patofisiologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC, 1995
http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/osteomalasia_-951000103760

Vous aimerez peut-être aussi