Vous êtes sur la page 1sur 75

TEKNIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

(Deddi Nordiawan dan Ayuningtyas Hertianti, 2010)


Beberapa macam teknik akuntansi sektor publik, yaitu:
1. Akuntansi dana (fund accounting)
2. Akuntansi anggaran (budgetary accounting)
3. Akuntansi komitmen (commitment accounting).

Penjelasan:
4. Akuntansi dana
Sumber daya keuangan berupa dana yg disediakan utk digunakan oleh
organisasi nirlaba / institusi pemerintah basanya mempunyai
keterbatasan penggunaan. Tidak seperti perusahaan swasta yg mencari
laba, organisasi sektor publik mempunyai tujuan-tujuan yg spesifik.
Secara umum, sangat lazim jk dari keseluruhan dana yg dimiliki organisasi
sektor publik mempunyai tujuan sendiri-sendiri dlm penggunaannya,
baik krn faktor
eksternal, faktor internal, maupun krn peraturan
terrtentu.
Utk mengakomodasi keadaan itu, organisasi SP membuat dana dlm sistem
akuntansinya.

Kemudian, pemasukan yg dimiliki organisasi SP diklasifikasikan


ke dlm dana-dana tsb sesuai dgn tujuan dan maksud ttt. Sistem
dana ini dimaksudkan sbg alat kontrol apakah suatu dana ttt
telah digunakan sesuai dgn tujuannya.
Keterbatasan penggunaan dana memberikan implikasi akan
suatu kewajiban utk memberikan pertggjwban kpd pihak
penyedia dana (donatur). Oleh sebab itu organisasi-organisasi
nirlaba dan institusi pemerintah menggunakan akuntansi dana
utk mengontrol dana yg dibatasi tsb, sekaligus utk menjamin
ketaatan atas persyaratan yg ada.
Jadi, dana adalah sebuah kesatuan akuntansi tersendiri yg
terpisah berdssrkan tujuan ttt. Satu dana itu memiliki kesatuan
akun sendiri yg terdiri atas aset, utang dan modal.
Bagi organisasi nirlaba dan kalangan instansi pemerintah, dana
adalah suatu entitas akuntansi tersendiri.

Kesatuan dana-dana yg dimiliki organisasi SP dpt digolongkan


menjadi dua:
1. Dana yg bisa dibelanjakan (expendable fund).
dana yg disediakan utk membiayai aktivitas-aktivitas yg bersifat non
business yg menjadi bagian dari tujuan organisasi SP.
2. Dana yg tdk bisa dibelanjakan (non-expendable fund).
Dana yg dipisahkan utk aktivitas-aktivitas yg bersifat bisnis. Dana ini
digunakan sbg pendukung dari expandable fund.

Persamaan akuntansi dana


Aktiva = kewajiban + ekuitas dana
Perbedaan mendasar antara ekuitas dana dan ekuitas. Selisih antara
aktiva dan utang di perusahaan adalah ekuitas yg menunjukkan
adanya kepemilikan pd perusahaan tsb oleh pemegang
sahamnya. Sementara itu, di organisasi SP, ekuitas dana tdk
menunjukkan adanya kepemilikan siapapun krn memang tdk ada
kepemilikan individu dlm suatu organisasi SP.

2. Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting).


Akuntansi anggaran mengacu pd praktik yg dilakukan oleh
banyak organisasi sektor publik, khususnya pemerintah dlm
upaya menyajikan akun-akun operasinya dgn menggunakan
format yg sama dgn anggarannya. Tujuan praktik ini adalah
melihat cara pelaksanaan anggaran yg sudah dibuat dpt
dikendalikan dan dipertanggungjawabkan kepatuhannya.
Analisis thd laporan yg dihasilkan oleh akuntansi anggaran ini jg
hrs dilakukan scr cermat utk tdk menghslkan kesimpulan yg
salah. Hal ini terkait dgn hal yg sering dsb agregasi. Sebagai
contoh, kita dpt melihat sebuah unit pemerintahan yg
menetapkan struktur anggaran belanja dlm empat level, yaitu
akun, jenis, objek, dan perincian objek.

Belanja
pegawai

Belanja
material

belanja
Belanja
Sewa
Belanja
Barang
dan
jasa

Belanja
Perjalanan

Belanja
Pakaian

Perjalanan
Dalam
daerah

Perjalanan
Luar daerah

Perjalanan
Luar negeri

Penyusunan anggaran biasanya dilakukan sampai pd level


terendah, yaitu perincian objek. Perlakuan akuntansi anggaran jg
dilakukan sampai pd level terendah utk mendapatkan informasi
sampai pd level plg detail. Meskipun demikian, proses
pelaporannya tdk selalu hrs menyajikan informasi sampai level
terendah.
Pilihan atas agregasi ini penting krn jk tdk diperhatikan dgn baik
dpt menyebabkan implementasi akuntansi anggaran menjadi
kontraproduktif. Pilihan agregasi hrs memperhatikan kepentingan
iformasi dan penggunanya. Dlm rangka pengendalian internal,
digunakan informasi realisasi anggaran sampai level terendah dan
dilakukan setiap saat shg tujuan pengendalian transaksi dpt
tercapai. Namun , dlm rangka pengambilan kebijakan yg bersifat
makro, informasi yg dibutuhkan ttt adalah realisasi anggaran pd
level agregasi yg lbh tinggi, misalnya level jenis dan waktu
penyajiannya hanya pd saat dibutuhkan. Organisasi sektor publik,
khususnya pemerintah, jg hrs mendesain level agregasi yg
dibutuhkan pd setiap kepentingan yg ada sesuai dgn relevansi
kebutuhan itu sendiri.

3. Akuntansi Komitmen (Commitment Accounting).


Sistem akuntansi yg diterapkan oleh bbrp pemerintahan mengakui
transaksi ketika organisasi berkomitmen thd transaksi tsb, artinya
transaksi tdk diakui ketika kas dibayarkan atau diterima ataupun
faktur diterima atau dikirimkan, tetapi pd titik yg lbh awal ketika
pesanan dibuat atau diterima.
Pencatatan tsb bertujuan sbg encumbrance atau penghalang atas
dilakukannya belanja pd jenis atau kelompok yg sama shg
menyebabkan terlampauinya anggaran belanja yg bersangkutan.
Hal ini dilakukan sbg implikasi dr anggaran belanja yg kita
persepsikan sbg sebuah batas atas (plafon), bukan sekadar estimasi
perencanaan. Misalnya , sebuah unit pemerintah menganggarkan
belanja perlengkapan kantor sebesar Rp. 500 juta dan terjadi
pemesanan spt contoh di atas sebesar Rp. 200 juta. Pd kasus ini,
sisa plafon
belanja sebenarnya tinggal
Rp. 300 juta, tetapi
akuntansi anggaran memberikan informasi bhe sisa plafon belanja
adalah Rp. 500 juta krn belum ada realisasi belanja sama sekali.
Permasalahan akan muncul jk tiba-tiba terdpt pemesanan kedua
senilai Rp. 350 juta. Oleh karena itu, akuntansi komitmen
menyediakan sebuah mekanisme penghalang utk menghindari hal
tsb.

Ketika transaksi atas pemesanan tsb terealisasi, pencatatan beban


pemesanan tsb dihapus atau dibalik. Selanjutnya, dilakukan pencatatan
belanja sebagaimana biasa berdsrkan dokumen sumber yg terkait.
Ilustrasi pencatatan atas akuntansi komitmen ini dpt dilihat pd beberpa
contoh jurnal berikut ini.
Beban pemesanan
Rp. 200 juta
cadangan pemesanan
Rp. 200 juta
(jurnal pd saat melakukan pemesanan).
Cadangan pemesanan
Rp. 200 juta
Beban pemesanan
Rp. 200 juta
(jurnal balik utk menghapus beban pemesanan ketika transaksi riil
dilaksanakan).
Belanja perlengkapan
Rp. 190 juta
beban pemesanan
Rp. 190 juta
(jurnal utk mencatat transaksi pembelian perlengkapan berdsrkan
dokumen transaksi).

Fungsi akuntans komitmen adalalh dlm kontrol anggaran. Gagasannya


adalah akun-akun bulanan yg hanya mencatat faktur yg diterima atau
dibayar hanya memberikan sedikit nilai thd proses pengambilan
keputusan. Agar manajer dpt mengendalikan anggaran, mereka perlu
mengetahui besarnya anggaran yg telah menjadi komitmen dlm
hubungan dgn pesanan yg dibuat.
Ketika organisasi menerapkan akuntansi berbasis akrual, tdp potensi
masalah lain yg terkait dgn pelaksanaan akuntansi komitmen.
Misalnya, ada manajer yg anggarannya masih di bwh batas maksimal
sebulan sebelum akhir tahun anggaran. Manajer mengetahui bahwa
level normal dari pembelanjaan akan membuat pengeluaran
anggaran terlallu rendah (under-spent) dan hal ini dpt menyebabkan
anggaran tahun berikutnya menjadi berkurang. Dlm akuntansi akrual,
utk memastikan bhw seluruh anggaran dibelanjakan, pesanan
tambahan akan diajukan dan faktur yg diterima akan dicatat. Hal ini
menjadi masalah, tetapi setidaknya dibatasi oleh waktu mulai dari
pesanan diajukan sampai dgn faktur tsb diterima. Jika menggunakan
akuntansi komitmen, manajer dpt mengeluarkan pesanan dgn mudah
saat mendekati akhir tahun anggaran utk menghabiskan angaran tsb
dan membatalkannya setelah tahun anggaran yg baru dimulai.

BASIS AKUNTANSI DAN FOKUS PENGUKURAN


Dalam praktik akuntansi sektor publik, terdpt empat macam basis akuntansi
yg biasa digunakan, antara lain:
1. Basis kas
2. Basis akrual
3. Basis kas modifikasian
4. Basis akrual modifikasi
Basis akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa yg terjadi diakui.
Basis kas mengakui transaksi pd saat kas diterima atau dibyrkan.
Sementara itu, basis akrual mengakui transaksi ketika transaksi yg
bersangkutan secara ekonomi terjadi, tdk semata-mata ketika kas
diterima atau dibayarkan.
Basis akrual mengakui transaksi pd saat terjadi dan biasanya mempunyai
fokus pengukuran pd sumber-sumber daya yg dimiliki (all resourcess).
Dgn demikian, neraca yg dibuat dgn basis akrual akan melaporkan
semua kekayaan, utang, dan ekuitas dana yg dimiliki, baik yg bersifat
lancar maupun tdk lancar.
Karena itu, ekuitas dana akan
menggambarkan nilai kekayaan bersih seluruhnya (tdk hanya kas) jika
dibandingkan dgn basis kas.

Bas kas modifikasi adalah sebuah pendekatan yg mencoba


menampilakan informasi yg dihasilkan basis kas, sekaligus jg
menyajikan informasi yg hanya bs dimunculkan oleh basis akrual.
Dengan basis kas modifikasi, transaksi-transaksi dicatat berdsrkan kas
yg diterima atau dibayarkan sehingga neraca yg dihasilkan akan
seperti neraca berbasis kas. Perbedaannya, basis kas modifikasi
menggunakan fokus pengukuran atas semua sumber daya (all
resources).
Jadi, dlm basis kas modifikasi, dilakkukan jurnal tambahan utk
mengakui transaksi-transaksi yg mempengaruhi penyajian unsur-unsur
non-current resources. Berikut contoh jurnal yg dimaksud.
Belanja modal pembelian kendaraan Rp. 200 juta
kasRp. 200 juta
(jurnal utk mengakui pembelian-basis kas dgn fokus pengukuran kas).
Kendaraan
Rp. 200 juta
ekuitas dana yg diinvestasikan dlm aset tetap Rp. 200 juta
(jurnal tambahan utk mengakui akun kendaraan).

Sementara itu, basis akrual modifikasi lbh byk diimplementasikan


pd organisasi sektor publik yg menggunakan multidana dlm
akuntansi pemerintahnnya. Basis akrual modifikasi pd dasarnya
adalah basis akrual yg mencatat transaksi-transaksi sesuai dgn
kejadiannya, tdk semata-mata pd saat kas diterima atau dibyrkan.
Namun, basis akrual modifikasi mempunyai fokus pengukuran
hanya pd sumber daya yg bersifat lancar.

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN


NEGARA DAN DAERAH
Pengertian
akuntansi
keuangan
daerah
adalah
proses
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan
transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemda (kabupaten,
kota, atau provinsi) yg dijadikan sbg informasi dlm rangka
pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal
entitas pemda (kabupaten, kota, atau provinsi) yg memerlukan.
Pihak pihak eksternal entitas pemda yg memerlukan informasi
yg dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah tsb atr lain adalah
DPRD; Badan pengawas keuangan; investor; kreditor; dan
donatur; analis ekonomi dan pemerhati pemda; pemda lain; dan
pempus, yg kesemuanya ada dalam lingkungan akuntansi
keuangan daerah.

SISTEM PENCATATAN
Berdasarkan berlakunya PP no.71 th 2010 ttg SAP, laporan
keuangan yg hrs disajikan oleh pemda selambat-lambatnya tahun
anggaran 2014 adalah sebagai berikut:
1. Pelaporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports)
a. Laporan realisasi anggaran (LRA)
b. Laporan perubahan saldo anggaran lebih (SAL)
2.
a.
b.
c.
d.

Pelaporan finansial (financial reports)


Neraca
Laporan operasional (LO)
Laporan perubahan ekuitas
Laporan arus kas

3. Catatan atas laporan keuangan (CaLK).

Beberapa macam sistem pencatatan:


single entry /sistem tata buku tunggal / sistem tata buku
(pembukuan), dalam sistem ini pencatatan transaksi ekonomi
dilakukan dgn mencatatnya satu kali. Transaksi yg berakibat
bertambahnya kas akan dicatat pd sisi penerimaan dan transaksi
yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pd sisi pengeluaran.
Contoh:
BUKU PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS
Tahun Anggaran
: 2010
SKPD
: Dinas A
No.
Urut

Tanggal/
Bulan

No.
Bukti

Uraian

Penerimaan
Rp.

Pengeluaran
Rp.

9/10/201
0

Diterima SKP Daerah


Tanggal 1/10/2010
No. 10235/S

1.350.000,00

17/10/20
10

28

Dibayar kuitansi

1.050.000,00

Jumlah bulan Oktober 2010

Rp.
1.350.000,00

Rp.
1.050.000,00

Jumlah s/d bulan sept 2010

Rp.-

Rp.-

Jumlah s/d bulan okt 2010

Rp.
1.350.000,00

Rp.
1.050.000,00

Transaksi pertama= Melalui sistem pencatatan ini transaksi


ekonomi berupa diterimanya SKP daerah (surat ketetapan pajak
daerah) sebesar Rp. 1.350.000,00 oleh bendahara penerimaaan
suatu SKPD (satuan kerja perangkat daerah) akan dicatat pada
sisi penerimaan sebesar jumlah tersebut.
Transaksi kedua= bendahara pengeluaran membayar kuitansi
untuk suatu mata anggaran pengeluaran (MAK) berupa belanja
pakaian dinas dan atributnya sebesar Rp. 1.050.000,00.
Dari kedua transaksi tsb didapat jumlah saldo bulan oktober 2010
sebesar Rp. 300.000,00.

Berdasarkan Permendagri no. 13 th 2006, sistem pencatatan


single entry ini dilakukan oleh bendahara penerimaan dab
bendahara pengeluaran baik di level SKPD maupun SKPKD.
Sistem ini hanya sebagai alat kontrol siste akuntansi yg
sebenarnya yg dilakukan oleh pejabat pengelola keuangan SKPD
(PPK SKPD) dan oleh bendahara umum daerah (BUD).

double entry/ sistem tata buku berpasangan


Menurut permendagri no.13 th 2006, yg melaksanakan sistem
akuntansi ini adalah PPK SKPD pd level SKPD dan BUD pada level
SKPKD. Menurut sistem ini pada dasarnya suatu transaksi
ekonomi akan dicatat dua kali (double=berpasangan/ganda,
entry=pencatatan). Pencatatan dengan sistem ini disebut
dengan istilah menjurnal.

Transaksi pertama= Melalui sistem pencatatan ini transaksi


ekonomi berupa diterimanya SKP daerah (surat ketetapan pajak
daerah) sebesar Rp. 1.350.000,00 oleh bendahara penerimaaan
suatu SKPD (satuan kerja perangkat daerah) akan dicatat pada
sisi penerimaan sebesar jumlah tersebut.
Transaksi kedua= bendahara pengeluaran membayar kuitansi
untuk suatu mata anggaran pengeluaran (MAK) berupa belanja
pakaian dinas dan atributnya sebesar Rp. 1.050.000,00.
Dari kedua transaksi tsb didapat jumlah saldo bulan oktober
2010 sebesar Rp. 300.000,00.
Informasi tambahan dari dua contoh di atas, misalnya
sebelumnya SKPD menerima SKP daerah yg diterbitkan oleh
SKPKD pd tgl 1/10/2010 dgn jumlah sebesar rp. 1.350.000,00.
dan SKPD menerima pembayaran dari WP pd tgl 9/10/2010.
begitu juga, sebenarnya pakaian dinas SKPD telah dipesan ke
konveksi sejak tgl 10/10/2010, namun seminggu kemudian
(17/10/2010) pesanan pakaian dinas tersebut baru selesai dan
diterima
oleh
SKPD,
dan
pada
hari
itu
juga
dipertanggungjawabkan ke bendahara pengeluaran.

PEMERINTAH PROVINSI / KABUPATEN / KOTA X


SKPD A
JURNAL UMUM
Halaman 1
Tanggal

Kode
Transak
si

Uraian

Ref

Debit
Rp

Kredit
Rp

1/10/201
0

xxxx121

Piutang (aset)

xxxx41x
xx
9/10/201
0

xxxx111
xxxx121

10/10/20
10

xxxx522
12x
xxxx211

1.350.00
0

pendapatan LO
Kas (aset)

1.350.00
0
1.350.00
0

piutang (aset)
Beban pakaian dinas
(LO)
utang lancar

1.350.00
0
1.050.00
0
1.050.00
0

Catatan:
Untuk membedakan akun pendaptan yang dicatat dlm LRA
(pelaporan pelaksanaan anggaran) dgn pendapatan yg dicatat
dlm laporan operasional (pelaporan finansial), mk akun
pendapatan pd PP No.71 th 2010 dibedakan menjadi akun
pendapatan-LRA utk pelaporan pelaksanaan anggaran dan akun
pendapatan-LO
utk
pelaporan
finansial.oleh
karena
menggunakan basis akrual, mk pendapatan-LO dan beban dicatat
pd saat diperoleh atau terjadinya.

triple entry
Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan
dgn menggunakan sistem pencatatan double entry, ditambah
dgn pencatatan pd buku anggaran. Jadi sementara sistem
pencatatan double entry dijalankan, PPK SKPD maupun pd bagian
keuangan / akuntansi pd satuan kerja pengelola kekayaan daerah
jg mencatat transaksi tsb pd buku anggaran, shg pencatatan tsb
akan berefek pd sisa anggaran.
Penerapan SAP berbasis akrual menurut PP no.71 th 2010
memungkinkan entitas pemerintahan utk menerapkan sistem
pencatatan triple entry. Sistem pencatatan double entry
diterapkan utk mencatat transaksi yg ditujukan utk menyusun
neraca, laporan operasional, laporan perubahan ekuitas, dan
laporan arus kas (pelaporan finansial), sedangkan transaksi yg
bertujuan utk menyusun LRA dan laporan perubahan SAL
(pelaporan pelaksanaan anggaran) dicatat di dlm buku anggaran.

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA X
SKPD A
BUKU ANGGARAN
Halaman 1
Tanggal/
bulan

Kode
rekenin
g

Uraian

Ref

Penerima
an
Rp

Pengeluar
an
Rp

1/10/2010

Diterima SKP Daerah


(tidak ada
pencatatan)

9/10/2010

xxxx61x
xx

Pendapatan - LRA
Diterima Pembayaran
SKP Daerah
Tanggal 1/10/2010

10/10/2010

Pesan pakaian dinas


(no.bukti pemesanan
00125)
(tidak ada
pencatatan)

1.350.000

Lanjutan
Tanggal / Kode
bulan
Rekeni
ng
17/10/20
10

Uraian

Re
f

Penerimaa
n
Rp

xxxx722 Belanja pakaian dinas


12
Jumlah bulan okt 2010
Jumlah s/d bulan sept 2010
Jumlah s/d bulan okt 2010
Sisa anggaran 31 okt 2010

Pengeluar
an
Rp
1.050.000

Rp.1.350.00
0
Rp.
Rp.
1.350.000
Rp. 300.000

Rp.
1.050.000
Rp.
Rp.
1.050.000

Catatan:
Buku anggaran digunakan utk mencatat transaksi yg
berhubungan dgn pelaksanaan anggaran. Oleh karena anggaran
disusun dgn menggunakan basis kas, mk transaksi yg dicatat dlm
buku anggaran hanya transaksi yg mempengaruhi kas umum
daerah (kasda) saja.

Dasar Akuntansi
Definisi
pengakuan
dlm
akuntansi
SAP
adalah
proses
penetapanterpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian / peristiwa
dlm catatan akuntansi shg akan menjadi bagian yg melengkapi unsur
aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LRA, belanja, pembiayaan,
pendapatan-LO, dan beban, sebagaimana akan termuat dlm pencatatan
jumlah uang thd pos-pos L/K entitas pelaporan yg bersangkutan.
basis kas
Menetapkan bhw pengakuan/pencatatan transaksi ekonomi hanya
dilakukan apabila transaksi menimbulkan perubahan pada kas. Apabila
suatu transaksi belum menimbulkan perubahan pd kas, maka transaksi
tsb tdk dicatat.
Contoh:
SP2D beban perjalanan dinas yg diterbitkan pd tgl 1/1/2010, dan
diterima oleh bendahara pengeluaran pd tgl 5/2/2010, mk oleh
bendahara pengeluaran, transaksi itu baru dicatat pd tgl 5/2/2010, yaitu
pd saat dipertanggungjwbkan. Scr akuntansi, pengeluaran tsb
seharusnya diakui (dicatat) pd tgl 1/1/2010, bukan pd saat
dipertggjwbkan.

basis akrual
Basis akrual adalah dasar akuntansi yg mengakui transaksi dan
peristiwa lainnya pd saat transaksi dan peritiwa itu terjadi (dan
bukan hanya pd saat kas / setara kas diterima / dibayar). Oleh krn
itu, transaksi-transaksi dan peristiwa peristiwa dicatat dlm
catatan akuntansi dan diakui dlm L/K pd periode terjadinya.
Contoh:
Utk contoh diatas, transaksi tsb akan dicatat pd tgl 1/1/2010 dgn
mendebit beban perjalanan dinas dan mengkredit kas sebesar yg
tercantum dlm SP2D tsb.
Basis akrual telah ditetapkan dlm SAP (PP no.71/2010) utk
pelaporan finansial bg seluruh entitas pemerintahan termasuk
pemda mk seluruh pemda di Ina sudah hrs menerapkan selambatlambatnya th 2014. dlm praktiknya tdklah mudah aplikasi dari
basis ini. Perlu waktu dan usaha yg cukup lama utk aplikasinya di
seluruh Pemda di Ina.

basis kas modifikasian


Menurut butir (12) dan (13) lampiran XXIX (ttg kebijakan
akuntansi) kepmendagri No.29 Tahun 2002 disebutkan bahwa:
(12) basis/dasar kas modifikasian merupakan kombinasi dasar
kas dgn dasar akrual;
(13) transaksi penerimaan kas / pengeluaran kas diukukan
(dicatat/ dijurnal) pd saat uang diterima / dibyr (dsr kas). Pd akhir
periode dilakukan penyusuaian utk mengakui transaksi dan
kejadian dlm periode berjalan meskipun penerimaan /
pengeluaran kas dr transaksi dan kejadian dimaksud belum
terealisir.
Jadi, penerapan basis akuntansi ini menuntut bendahara
pengeluaran mencatat transaksi dgn basis kas selama th
anggaran dan melakukan penyesuaian pd akhir th anggaran
berdsrkan basis akrual. Oleh krn itu, dilakukan jurnal corollary pd
saat transaksi kas terjadi, selain jurnal penerimaan dan
pengeluaran kas tersebut.

Contoh:
Jika SP2D tsb berjumlah Rp.500.000,00 dan pd tgl 5/2/2010
ternyata yg dipertggjwabkan sejumlah Rp.475.000,00 (terdpt sisa
Rp.25.000,00), mk PPK SKPD akan menjurnal transaksi tsb sbb:
tgl 5/2/2010 xxxx52215
belanja perjalanan dinas
Rp.500.000,00
xxxx1110301
kas di bendahara pengeluaran
Rp.500.000,00
tgl 31/12/2010
xxxx1110301
kas di bendahara pengeluaran
Rp.25.000,00
Xxxxxxxx
ekuitas dana lancar
Rp. 25.000,00

basis akrual modifikasian


Basis akrual modifikasian mencatat transaksidgn menggunakan basis kas
utk transaksi-transaksi ttt dan menggunakan basis akrual utk sebagian
besar transaksi. Pembatasan penggunaan dasar akrual dilandasi oleh
pertimbangan kepraktisan.
Contoh:
Pengakuan piutang pendapatan. Tidak semua piutang pendapatan
(misalnya pendapatan pajak) diakui dgn basis akrual. Pembatasannya
adalah jgk wkt piutang pendapatan tsb. Apabila piutang pendapatan itu
berjangka wkt 3 bulan / lebih, mk transaksi piutang pendapatan tsb
dihapus. Misalnya terdapat transaksi penerbitan SKP daerah pajak
reklame senilai Rp.100.000,00 pd tgl 8 juni 2010. pd tgl itu juga diterima
setoran pjk tsb sebesar Rp.50.000,00. sampai akhir th anggaran, setoran
tdk bertambah. Maka jurnal transaksi tsb berdasarkan basis akrual
modifikasian adalah sbb:

PEMERINTAH PROVINSI
JURNAL UMUM
TANGG
AL

KODE
REKENIN
G

URAIAN

RE
F

DEBIT

KREDIT

6/6/201
0

xxxx111

kas

xxxx1130
102

Piutang pajak reklame

xxxx4104

pendapatan pajak
reklame

50.000
100.000

8/9/201 xxxx4104 Pendapatan pajak reklame


50.000
Pada
contoh di atas, 3 bulan setelah tgl penerbitan SKPD piutang pajak
0

tsb dihapus
krn belum dilunasi.
xxxx1130
piutang pajak
102

reklame

50.000

Siklus Akuntansi
Menurut Sugiri (2001:13), siklus akuntansi adalah tahap-tahap yg ada
dlm sistem akuntansi. Tahap-tahap itu meliputi:
1. mendokumentasikan transaksi keuangan dlm bukti dan melakukan
analisis transaksi keuangan tsb.
2. Mencatat transaksi keuangan dlm buku jurnal. Tahapan ini dsb
menjurnal.
3. Meringkas, dlm bk besar, transaksi-transaksi keuangan yg sudah
dijurnal. Tahapan ini dsb posting atau mengakunkan.
4. Menentukan saldo-saldo buku besar di akhir periode dan
menuangkannya dlm neraca saldo.
5. Menyesuaikan bk besar berdsr pd informasi yg plg up-to-date.
6. Menetukan saldo-saldo bk besar stlh penyesuaian dan
menuangkannnya dlm neraca saldo stlh penyesuaian (NSSP).
7. Menyusun L/K berdsrkan pd NSSP.
8. Menutup bk besar.
9. Menentukan saldo-saldo bk besar dan menuangkannya dlm neraca
saldo setelah tutup buku.

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
BUKU JURNAL UMUM

TANGG
AL

NOMO
R
BUKTI

URAIAN

REF

Jumlah

JUMLAH (Rp)

DEBIT

KREDIT

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
BUKU JURNAL PENERIMAAN KAS
T
G
L

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
BUKU JURNAL PENGELUARAN KAS
TGL

NOMO
R
SP2D/
NOTA
DEBIT

KODE
REKENIN
G

URAIA
N

REF

JUMLAH AKUMUL
(RP)
ASI

BUKT
I
LAIN

JUMLAH

FORMAT KODE REKENING KELOMPOK


ASET/KEWAJIBAN/EKUITAS/PENDAPATAN-LO/BEBAN/
PENDAPATAN-LRA/BELANJA/PEMBIAYAAN
X

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

XX

XXX
X

KODE FUNGSI/URUSAN
KODE ORGANISASI
KOD E PROGRAM
KODE KEGIATAN
ASET
KELOMPOK ASET
JENIS ASET
OBJEK ASET
RINCIAN OBJEK ASET

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
BUKU BESAR
SKPDN*)
: _________________
NAMA REKENING *) : _________________
KODE REKENING *)
: _________________
PAGU APBD *)
: Rp.___
PAGU PERUBAHAN APBD *) : Rp.___

Tanggal
bitb

Uraian

Ref

Debit
(Rp)

Kredit
(Rp)

Saldo
(Rp)

Jumlah

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
SATUAN KERJA : .
BUKU BESAR
NAMA REKENING *)
KODE REKENING *)

: _________________
: _________________
HALAMAN ..

TANGG
AL

URAIAN REF

DEBIT
RP

TANGG
AL

URAIAN REF

KREDIT
RP

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA *).
BUKU BESAR PEMBANTU
SKPDN*)
: _________________
NAMA REKENING *) : _______________(RINCIAN OBJEK)__
KODE REKENING *)
: _______________(RINCIAN OBJEK)__
PAGU APBD *)
: Rp.___
PAGU PERUBAHAN APBD *) : Rp.___

AKUNTANSI BUMD

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH


PUSAT
Referensi: Mohamad Mahsun, firma Sulistyowati, dan Heribertus
Andre Purwanugraha (2007).
Ciri-ciri terpenting / persyaratan dari sistem akuntansi pemerintah
(menurut United Nations / PBB dlm bukunya A Manual for
Government
Accounting,
dikutip
dari
buku
Akuntansi
Pemerintahan yg disusun oleh sonny Loho & Sugiyono), antara lain
disebutkan bahwa:
1. Sistem akuntansi pemerintah hrs dirancang sesuai dgn
konstitusi dan peraturan perundang-undangan yg berlaku pd
suatu negara.
2. sistem akuntansi pemerintah hrs dpt menyediakan informasi
yg
akuntabel
dan
auditabel
(artinya
dpt
dipertanggungjawabkan dan di audit).

3. Sistem akuntansi pemerintah hrs mampu menyediakan informasi


keuangan yg diperlukan utk penyusunan rencana/program dan
evaluasi pelaksanaan scr fisik dan keuangan.

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah sistem akuntansi yg


mengolah semua transaksi keuangan, aset, kewajiban, dan ekuitas
dana pemerintah pusat, yg menghasilkan informasi akuntansi dan
laporan keuangan yg tepat waktu dgn mutu yg dpt diandalkan, baik
yg diperlukan oleh badan-badan di luar pemerintah pusat seperti
DPR, maupun oleh berbagai tingkat manajemen pd pemerintah
pusat.

A. Akuntansi Pemerintahan Baru


Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sangat lamban utk
merespon tuntutan perkembangan zaman. Akuntansi pemerintahan
di Indonesia jg belum berperan sebagai alat utk meningkatkan
kinerja birokrasi pemerintah lama, output yg dihasilkan oleh
akuntansi pemerintahan di Indonesia sering tdk akurat, terlambat,
dan tidak informatif, shg tdk dpt diandalkan dlm pengambilan
keputusan.

Beberapa faktor penting yg menjadi pendorong tumbuh pesatnya


perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia akhir-akhir ini antara lain
adalah:
1. Ditetapkannya 3 paket UU yg mengatur Keuangan Negara Pasal 32 (1) UU
No.17 th 2003 ttg Keuangan Negara mengamanatkan bhw laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa L/ K yg disusun dan
disajikan sesuai dgn standar akuntansi pemerintahan.
2. Ditetapkannya UU ttg pemerintahan daerah dan UU ttg perimbangan antara
keuangan pemerintah pusat dan daerah. Pasal 184 ayat (1) UU No.32 th
2004 ttg Pemerintahan Daerah menyebutkan bhw L/K disusun dan disajikan
sesuai dgn SAP yg ditetapkan dgn PP.
3. Profesi Akuntansi. IAI telah lama menginginkan adanya standar akuntansi di
sektor publik sbg hal yg paralel dgn telah adanya lebih dahulu standar
akuntansi di sektor komersil. Hal ini nampak dari dibentuknya komite
standar di sektor publik, keikutsertaan dalam komite konsultatif komite SAP,
keikutsertaan dlm komite kerja komite SAP, dibentuknya IAI Kompartemen
Akuntan Sektor Publik, dan berbagai seminar, diskusi, dan workshop yg
disselenggarakan oleh IAI kompartemen akuntan sektor publik.
4. Birokrasi. Pemerintah merupakan penyusun dan sekaligus pemakai yg
sangat berkepentingan akan adanya suatu akuntansi pemerintahan yg
handal. Dgn diundangkannya 3 paket keuangan negara maupun UU yg
terkait dgn pemda mendorong instansi pemerintah baik pusat dan daerah
utk scr serius menyiapkan sumber daya dlm pengembangan dan
penyusunan L/K pemerintah.

5. Masyarakat (LSM dan WakilRakyat). Ditetapkannya UU yg


menyangkut 3 paket keuangan negara dan pemerintahan daerah
merupakan cerminan dr kontribusi aktif para wakil rakyat di DPR.
Disamping itu, pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN/APBD
memerlukan persetujuan dari DPR/DPRD.
6. Sektor Swasta. Perhatian dr sektor mungkin tdk terlalu signifikan krn
akuntansi pemerintahan tdk terlalu berdampak scr lgsg atas kegiatan
dari sektor swasta. Namun, penggunaan teknologi informasi dan
pengembangan sistem informasi berbasis akuntansi akan mendorong
sebagian pelaku bisnis di sektor swasta utk ikut menekuninya.
7. Akademisi. Perhatian ini sangat erat kaitannya dgn penyiapan SDM
yg menguasai kemampuan di bidang akuntansi pemerintahan utk
mememenuhi kebutuhan tenaga operasional dan manajer akuntansi
di pemerintahan.
8. Dunia Internasional (Lender dan Investor). Perkembangan akuntansi
diharapkan dpt meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dr
proyek pembangunan yg didanai oleh lembaga tsb.
9. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). UU no.17 th 2003 dan UU no 15 th
2004 menyebutkan bhw pertggjwban pelaksanaan APBN dan APBD
diperiksa oleh BPK. Utk dapat memberikan opininya, BPK memerlukan
suatu SAP yang diterima secara umum.

10. Aparat pengawasan intern pemerintah. APIP yang meliputi Bawasda,


Irjen, dan BPKP merupakan auditor intern pemerintah yg berperan
utk membantu pimpinan utk terwngembangan ujudnya sistem
pengendalian intern yg baik shg dpt mendorong peningkatan kinerja
instansi pemerintah sekaligus mencegah praktek-praktek KKN.

B. Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah.


.

Beberapa kelemahan yang ada dalam beberapa sistem (sejak jaman


belanda), yaitu:
1. Pada pemerintah, sebagian aktivitasnya diiayai melalui anggaran yg
setiap th ditetapkan dgn UU. Pencatatan pelaksanaan anggaran tsb
terpisah-pisah dan tdk terpadu krn berdsrkan sistem tata buku
tunggal.
2. Pengelompokkan perkiraan yg digunakan pemerintah dirancang
hanya utk memantau dan melaporkan realisasi penerimaan dan
pengeluaran anggaran saja; tdk dirancang utk menganaliasis
efektivitas pembiayaan suatu program atau memberikan informasi
yg cukup utk pengendalian pengeluaran suatu program.

3. Pada akuntansi aset tetap, kelemahannya selain tdk


terintegrasi dgn keuangannya jg dlm perencanaan maupun
pelaksanaan anggaran tdk dibedakan scr tegas atr belanja
modal dan belanja operasional.
4. Penyusunan
pertanggungjawaban
pemerintah
atas
pelaksanaan APBN yg dituangkan dlm bentuk Perhitungan
anggaran Negara (PAN) semula berdsrkan Sumbangan
Perhitungan Anggaran /SPA dr seluruh Departemen atau
Lembaga.
5. Tidak ada standar dan prinsip akuntansi pemeritah utk
menjaga kewajaran dan keseragaman perlakuan akuntansi
dan pelaporan keuangan pemerintah.
6. Khusus dlm pengelolaan keuangan negara, semakin tahun
jumlah APBN yg hrs dikelola semakin besar dan masalah yg
hrs ditangani pemerintah semakin kompleks dan beragam,
sedangkan dlm sistem akuntansi pemerintah yg lama tsb
terdpt beberapa kelemahan. Akibatnya praktek akuntansi
pemerintah tsb belum mampu memberikan informasi yg
sesuai dgn peningkatan transaksi keuangan negara yg
semakin kompleks.

Berdasarkan
pertimbangan
atas
keadaan
tsb,
maka
dilakukan
pengembangan sistem akuntansi pemerintah pusat dgn tujuan utama utk:
1. Merancang sistem akuntansi pemerintah yg baru
2. Menyusun standar dan prinsip akuntansi pemerintah
3. Membentuk pusat akuntansi di Depatemen Keuangan.
.
.
.

.
.

Sistem Akuntansi Pemerintah berdsrkan KMK th 1991 telah dilaksanakan.


Diresmikannya Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) pd
Departemen Keuangan RI berdsrkan Kepres No. 35/1992 tgl 7 juli 1992.
Dikeluarkannya KMK RI No. 295/KMK.012/2001 ttg tata cara pelaksanaan
pembukuan dan pelaporan keuangan pd departemen/lembaga dan
diimplementasikan th 2001.
Pada th 2002 MenKeu membentuk Komite Standar akuntansi pemerintah
pusat dan pemda.
Diterbitkannya UU no.1 th 2004 ttg perbendaharaan negara, menteri
atau pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran wajib menyusun L/K
dan disampaikan plg lambat 2 bulan setelah th anggaran berakhir.
Menkeu ke Presiden dlm 3 bulan setelah th anggaran yg lalu berakhir.
Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota ke BPK plg lambat 3 bulan setlah th
anggaran lalu berakhir. Waktu audit BPK 2 bulan, setelah itu laporan yg
telah diperiksa BPK tsb diajukan Presiden/Gub/Bup/walikota kepada
SPR/DDPRD

Dlm 6 bulan setelah th anggaran yg lalu berakhir, setidak-tidaknya


meliputi laporan realisasi APBN, Neraca, laporan arus kas dan catatan
atas L/K yg dilampiri L/K perusahaan negara/daerah dan badan lain.
Selanjutnya, BPK membuat laporan hasil audit atas L/K dilengkapi dgn
opini spt umumnya dilak auditor eksternal.

C. Dasar hukum Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat


Penyelenggaraan SAPP yg berbasis double entry memiliki dasar hukum
sbb:
1. Keputusan Presiden RI no.17 th 2000, khususnya Bab VI ttg
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran.
2. Keputusan Menteri Keuangan no.476/KMK.01/1991 tgl 24 mei 1991
ttg sistem akuntansi pemerintah.
3. Keputusan Menteri Keuangan RI no. 1135/KMK.01/1992 ttg
organisasi dan tata kerja Badan Akuntansi Keuangan Negara
(BAKUN).
4. Surat Menteri Keuangan RI no. S-984/KMK.018/1992 perihal
pengesahan daftar perkiraan sistem akuntansi pemerintah.

D. Tujuan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat


Tujuan SAPP adalah untuk menyediakan informasi keuangan yg
diperlukan dlm hal perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
penatausahaan, pengendaliananggaran, perumusan kebijaksanaan,
pengambil keputusan dan penilaian kinerja pemerintah dan sabagai
upaya utk mempercepat penyajian Perhitungan Anggaran Negara
(PAN), serta memudahkan pemeriksaan oleh aparat pengawasan
fungsional secara efektif dan efisien.
SAPP juga dirancang utk mendukung transparansi L/K Pemerintah dan
Akuntablitas Keuangan Pemerintah dlm mencapai pemerinthan yg
baik, yg meliputi Akuntabilitas, Manajerial, dan Transparansi.
Akuntabilitas yg dimaksud adalah meningkatkan kualitas akuntabilitas
(pertanggungjawaban) pemerintah atas pelaksanaan anggaran.
Dalam hal manajerial adalah menyediakan informasi keuangan yg
diperlukan
utk
perencanaan,
penganggaran,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pengendalian
anggaran,
perumusan
kebijaksanaan, pengambilan keputusan dan penilaian kinerja
pemerintah.
Sedangkan
menyangkut
transparansi
adalah
memberikan keterbukaan pelaksanaan kegiatan pemerintah kpd
rakyat utk mewujudkan pemerintahan yg baik.

E. Perkembangan Sistem akuntansi Pemerintah


Pusat
.
.

KMK no.476/KMK.01/1991 ttg sistem akuntansi pemerintah,


Peraturan no.59/PMK.06/2005 ttg sistem akuntansi dan
pelaporan keuangan pemerintah pusat. Penerapan sistem
akuntansi pemerintah pusat (SAPP) adalah utk unit-unit
organisasi pemerintah pusat yg keuangannya dikelola lgsg
oleh pemerintah pusat, seperti lembaga tertinggi negara
(MPR), lembaga tinggi negara (DPR, DPA, MA), departemen /
lembaga nondepartemen. Sedangkan SAPP tdk diterapkan
tuk pemda, BUMN/BUMD, bank pemerintah, dan lembaga
keuangan milik pemerintah.

Ciri-ciri sistem akuntansi pemerintah pusat, yaitu:


1. Sistem yang terpadu
2. Akuntansi anggaran dan akuntansi dana
3. Sistem tata buku berpasangan
4. Basis kas utk pendapatan dan belanja
5. Standar dan prinsip akuntansi
6. Desentralisasi pelaksanaan akuntansi
7. Perkiraan standar yg seragam

F. Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah


Sistem akuntansi pemerintah terbagi menjadi 2 sistem utama, yaitu:
1. Sistem akuntansi pusat (SiAP) yg dilaksanakan oleh Departemen
Keuangan cq ditjen Perbendaharaan.
subsitem sistem akuntansi pusat terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi Umum (SAU). Sistem ini menghslkan laporan
realisasi anggaran dan neraca SAU.
b. Sistem akuntansi kas umum negara (SAKUN). Sistem ini
menghslkan laporan arus kas dan neraca KUN. Pd tk wilayah, kedua
subsistem di atas dilaksanakan oleh Kanwil Ditjen perbendahraan
dan seluruh KPPN di wilayah kerjanya selaku Kuasa BUN.
2. Sistem
akuntansi
instansi
(SAI)
yg
dilaksanakan
oleh
kementrian/lembaga. Subsistem akuntansi instansi (SAI) terdiri
dari:
a. Sistem akuntansi keuangan (SAK). Sistem ini menghasilkan laporan
keuangan instansi.
b. Sistem akuntansi barang milik negara (SABMN). Sistem ini
menghslkan laporan barang milik negara.

Sistem Akuntansi Pemerintah


UU no.22 th 1999 ttg Pemda
Daerah

UU no.25 th 1999 ttg Perimbangan Keuangan Pempus dan


Pemda
PP no.105 th 2000 ttg pengelolaan dan pertanggungjawaban
Keuangan Daerah
Dgn adanya otonomi ini , daerah diberikan kewenangan yg luat utk
mengurus Rtnya sendiri dgn sedikit mungkin campur tangan
pemerintah pusat. Pemda mempunyai hak dan kewenangan yg luas utk
menggunakan sumber-sumber keuangan yg dimilikinya sesuai dgn
kebutuhan dan aspirasi masyarakat yg berkembang di daerah.
Hak dan kewenangan yg luas ygdiberikan kpd daerah, pd hakikatnya
merupakan amanah yg hrs dipertanggungjawabkan scr akuntabel dan
transparan, baik kpd masyarakat di daerah maupun kpd Pempus yg
telah membagikan dana perimbangan kpd seluruh daerah di Indonesia.
Pembaharuan manajemen keuangan daerah ditandai dgn
perubahan :
Sistem penganggarannya, perbendaharaan , dan
pertanggungjawaban L/K.

1981

2001, 2005
PP no 105 th 2001

Sistem bernama MAKUDA


(manual administrasi keuangan
daerah)

Sistem dan prosedur


pengelolaan keuangan daerah
dalam bentuk Perda

Laporan perhitungan anggaran


dan nota perhitungan

Laporan perhitungan anggaran,


nota perhitungan, laporan arus
kas, dan neraca daerah.
PP no.24 th 2005
Penerapan SAP

A. Pembaharuan
dalam
Keuangan Daerah
.

a.
b.

Sstem

Akuntansi

Neraca dan laporan arus kas berdasarkan standar akuntansi


(namun pada awalnya didasarkan pada UU Perbendaharaan
Indonesia atau ICW Staatblads 1928 yg tidak ditujukan utk
menghasilkan laporan neraca dan laporan arus kas.
Adanya reformasi maka sistem MAKUDA tdk dapat lagi
mendukung kebutuhan Pemda utk menghslkan nerca dan
laporan arus kas. Oleh karena itu maka diperlukan sistem
akuntansi keuangan daerah yang didasarkan atas standar
akuntansi pemerintahan.
Sistem yang lama dgn ciri-ciri : sistem tata buku tunggal,
incremental budgeting dan pendekatan anggaran berimbang
dinamis sudah tdk dpt lagi memenuhi kebutuhan daerah. Hal ini
disebabkan karena beberapa alasan yaitu :
Tidak mampu memberikan informasi mengenai kekayaan yg dimiliki
oleh daerah, atau dengan kata lain tdk dpt memberikan laporan neraca.
Tidak mampu memberikan informasi mengenai laporan aliran kas shg
menajemen /publik tdk dpt mengetahui faktor apa saja yg
menyebabkan adanya kenaikan/penurunan kas daerah.

c. Sistem yg lama (MAKUDA) ini juga tdk dpt membantu daerah utk
menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berbasis
kinerja sesuai ketentuan PP 105/2000.

. Dibentuknya Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan


Daerah dgn SK MenKeu no.308/KMK.012/2002. komite ini
bertugas utk merumuskan dan mengembangkan konsep SAP
Pusat dan Daerah, yg keanggotaannya terdiri dari kalangan
birokrasi (DepKeu, DepDagri, dan BPKP), IAI dan kalangan
akademisi.
. UU No.1 th 2004, pemberlakuan SAP yg dihasilkan oleh Komite
standar setelah meminta pertimbangan BPK akan ditetapkan
dgn PP. SAP ini diharapkan dpt memayungi praktek-praktek
akuntansi yg telah diterapkan oleh Pemda saat ini, dan untuk
masa yang akan datang.

B. Dasar Kebutuhan Akuntansi Pemda.


Pengembangan akuntansi di TK. Pemda telah dilakukan melalui
Sistem Akuntansi dan Pengendalian Anggaran (SAPA) sejak tahun
1986.
Reformasi politik di Indonesia telah mengubah sistem kehidupan
negara. Selain dipenuhi dgn tuntutan utk menciptakan good
governance yg terbebas dari tindakan KKN, penciptaan sistem
pemerintahan yang lebih berimbang di antara eksekutif, judikatif,
dan legislatif. Partisipasi itu mewujud dlm tuntutan akan
Akuntabilitas Publik dan otonomi Daerah.
Perubahan penting dibidang keuangan dengan ditetapkannya 3 paket
perundang-undangan di bidang keuangan negara yg menjadi
landasan hukum bagi reformasi di bidang keuangan negara, yaitu:
UU no.17 th 2004 ttg Keuangan Negara, UU No. 1 th 2004 ttg
Perbendaharaan Negara, dan UU No.15 th 2004 ttg Pemeriksaan
Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara. Terdapat juga
UU no.22 th 1999 ttg Pemda yg direvisi menjadi UU no. 32 th 2004
dan UU no.25 ttg Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah yg direvisi menjadi UU No. 33 th 2004. kedua UU tsb
berupaya utk mewujudkan otonomi daerah yg lebih luas.

Kendala lainnya adalah penyajian Laporan Pertanggungjawaban


Kepala Daerah (KaDa) yg antara lain berisikan Neraca, Laporan
Perhitungan Anggaran dan laporan arus kas masih sangat sulit
disusun.
Kata kunci dari seluruh pembaharuan diatas adalah kinerja (PP
no.105 th 2000), yg mengatur bhw APBD disusun berdasarkan
kinerja yg tolak ukurnya perlu dikembangkan shg dpt dievaluasi
atau diukur. Berdasarkan PP no.108 th 2000
ttg Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah. PP ini menyebutkan bhw
Pertanggungjawaban KaDa dinilai berdasarkan tolak ukur Rencana
Starategis.

C. Tujuan
Penyusunan
Pedoman
Akuntansi Keuangan Pemerintah.

Sistem

1. Menyediakan bagi pemerintah daerah suatu pedoman


akuntansi yg diharapkan dpt diterapkan bg pencatatan
transaksi keuangan pemerintah daerah yg berlaku dewasa ini,
terutama dgn diberlakukannya otonomi daerah yg baru.
2. Menyediakan bagi pemerintah suatu pedoman akuntansi yg
dilengkapi dgn klasifikasi rekening dan prosedur pencatatan
serta jurnal standar yg telah disesuaikan dgn siklus kegiatan
pemerintah
daerah
yg
mencakup
penganggaran,
perbendaharaan, dan pelaporannya.

D. Sistematika
Pedoman
Keuangan Pemerintah.

Sistem

Akuntansi

PP no.105 th 2001, menyatakan bhw pemda memiliki kewenangan utk


menetapkan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah
dalam bentuk Peraturan Daerah. Sistem tersebut untuk memenuhi
kewajiban Pemda dlm membuat Laporan Pertanggungjawaban
Keuangan daerah.
PP no.24 th 2005 yg menyebutkan kewajiban pemda utk membuat L/K
yang terdiri dari laporan realisasi anggaran, neracam laporan arus
kas dan catatan atas laporan keuangan.
PP no.58 th 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah juga
menekankan bhw dlm rangka pengelolaan keuangan daerah yg
akuntabel
dan
transparan,
pemda
wajib
menyampaikan
pertanggungjawaban berupa L/K. laporan tsb disusun sesuai dgn
SAP. Sebelum dilaporkan pd masyarakat melalui DPRD, laporan
keuangan perlu diperiksa dulu oleh BPK.
Pempus melalui SK MenKeu no.355/KMK.07/2002 membentuk tim Pokja
(yang keanggotaannya terdiri dari Depkeu, Depdagri, dan BPKP.
Tim ini menghasilkan suatu draft standar dan pedoman sistem
akuntansi keuangan daerah (SAKD).

Sistematika Pedoman SAKD :


1. Buku 1: Kebijakan Umum, Bagan Akun, dan Jurnal Standar.
Dalam buku 1 terdiri dari 4 bab yaitu:
Bab I. Laporan Pertanggungjawaban Keuangan
Bab II. Kebijakan Umum.
Bab III. Bagan perkiraan standar
Bab IV. Jurnal standar
2.
3.
4.
5.

Buku
Buku
Buku
Buku

2:
3:
4:
5:

pos-pos neraca
pos-pos perhitungan anggaran
Prosedur akuntansi
simulasi SAKD

E. Kebijakan
Umum
Pemerintah.

Akuntansi

Keuangan

Terdapat tiga tujuan dari pelaporan keuangan pemerintah yaitu


akuntabilitas, manajerial, dan transparansi.
Akuntabilias diartikan sbg upaya utk mempertanggungjawabkan
pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yg
dipercayakan kpd unit organisasi pemerintah dlm rangka
pencapaian tujuan yg telaah ditetapkan melalui L/K
pemerintah secara periodik.
Manajerial berarti menyediakan informasi keuangan yg berguna
utk perencanaan dan pengelolaan keuangan pemerintah
serta memudahkan pengendalian yg efektif atas seluruh
aset, utang, dan ekuitas dana.
Transparansi dalam pelaporan keuangan bertujuan utk
menyediakan informasi keuangan yg terbuka bg masyarakat
dlm rangka mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yg
baik.

G. Asumsi
Dasar
Pemerintah

Akuntansi

Keuangan

Asumsi dasar dalam Akuntansi Keuangan Daerah terdiri dari:


1. Dasar kas
2. Asas Universalitas
3. Asas bruto
4. Dana umum

H. Ciri Dasar Akuntansi Keuangan Pemerintah


1. Tidak bertujuan utnuk mengukur laba
2. Tidak ada kepentingan pemilik
3. Adanya akuntansi anggaran

I. Entitas Akuntansi Pemerintah Daerah


Entitas pelaporan keuangan mengacu pd konsep bhw setiap pusat
pertanggungjawaban
harus
bertanggung
jawab
atas
pelaksanaan tugasnya sesuai dengan peraturan. Entitas
pelaporan keuangan pemerintah daerah terdiri atas:
1. Pemda secara keseluruhan
2. DPRD,
Pemerintah
Tk
Provinsi/Kabupaten/Kota,
Dinas
Pemerintah Tk Provinsi/Kabupaten/Kota dan Lembaga Teknis
Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.

Penetapan Dinas sebagai entitas akuntansi pemerintah daerah


didasarkan pd pengertian bhw pengukuran kinerja akan lebih
tepat jika dilakukan atas suatu fungsi. Dalam struktur pemerintah
daerah, dinas merupakan suatu unit kerja yang paling mendekati
gambaran suatu fungsi pemerintah daerah.

J. Klasifikasi dan Kode Perkiraan Akuntansi


Bagan perkiraan standar dan kode perkiraan mutlak diperlukan
sbg pedoman dlm penyelenggaraan akuntansi pemerintah.
Dengan adanya standarisasi perkiraan berikut kodenya
memungkinkan perlakuan akuntansi yg seragam dan konsisten
sehingga mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan
konsolidasi di tingkat daerah maupun di tingkat pusat.

K. Penyusunan Laporan Keuangan


Pelaporan keuangan pemerintah harus menyajikan secara wajar
dan mengungkapkan secara penuh atas kegiatan pemerintah
dan sumber daya ekonomis yg dipercayakan, serta
menunjukkan ketaatan thd peraturan perundang-undangan.

L. Kerangka Umum Sistem Akuntansi Keuangan


Daerah
1. Satuan kerja memberikan dokumen-dokumen sumber (DS)
seperti Surat Perintah Membayar Uang (SPMU) dan Surat
Tanda Setoran (STS) dari transaksi keuangannya kepada Unit
Keuangan Pemerintah Daerah.
2. Unit Pembukuan dan Unit Perhitungan melakukan pembukuan
bulanan DS tsb dengan menggunakan komputer akuntansi
(komputer yg telah disiapkan untuk keperluan akuntansi)
termasuk perangkat lunak (software) akuntansi.

3. Dari proses akuntansi tersebut dihasilkan jurnal yg sekaligus


diposting ke dalam buku besar dan buku pembantu secara
otomatis untuk setiap satuan kerja.
4. Bila dokumen di atas telah diverifikasi dan benar maka
dilanjutkan dengan proses komputer untuk pembuatan
laporan pertanggungjawaban (LPJ).
5. LPJ
dikirimkan
kepada
Kepala
Daerah
sebagai
pertanggungjawaban
satuan
kerja
atas
pelaksanaan
anggaran
satu copy dikirim kepada satuan kerja yang
bersangkutan untuk kebutuhan pertanggungjawaban dan
manajemen, satu copy untuk arsip Unit Perhitungan.
6. LPJ konsolidasi juga harus diberikan kepada Kepala Daerah
agar dapat mengetahui keseluruhan ralisasi APBD pd suatu
periode.

M. Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah


Dalam rangka upaya pelaksanaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, maka
perlu adanya Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah sebagai
penunjang. Sistem Informasi Keuangan Daerah mempunyai karakteristik
yaitu:
1. Centralized Database
2. Distributed Access With Group of Users
3. Wide Area Network (WAN) dan Local Area Network (LAN)
Keterangan:
4. Sistem informasi akuntansi keuangan daerah (SIAKD) merupakan sistem
akuntansi yg berbasis relational database dengan pola database
tersentralisir (centralized single database) yg dpt diakses oleh seluruh unit.
Dengan digunakannya pola tersebut maka pengelolaan database ini lbh
mudah karena kesamaan master table referensi selalu terjamin dan
database selalu dalam kondisi normal. Selain itu penggunaan pola ini tdk
membutuhkan proses upload dan download krn seluruh user terhubung ke
database melalui Local Area Network (LAN). Dengan pola ini maka para
user dapat berbagi penggunaan data, sehingga untuk data yang sama,
user tidak perlu meng-input kembali. Namun demikian kewenangan user
atas suatu data dalam tabel dibatasi sesuai dengan tugas pokok user
tersebut, sehingga tidak seluruh user berhak mengubah record dlm suatu
tabel.

2. Database sistem informasi akuntansi keuangan daerah


tersentralisir di unit-unit keuangan, namun database ini dpt
diakses oleh seluruh user yang punya otorisasi. Owner
database ini adalah unit Perbendaharaan, sehingga unit ini
mempunyai privilege tertinggi. User yang lain diberi hak
membaca atau meng-update tabel-tabel tertentu. Misalkan
Unit Perlengkapan diberi hak membaca tabel SPMU tp tdk dpt
meng-update-nya, namun Biro Perlengkapan ini diberi hak
membaca dan meng-update tabel rincian aset tetap. Dengan
distributed access ini maka KaDa setiap saat dapat memantau
perkembangan realisasi APBD.
3. Seluruh user atau pengguna sistem informasi akuntansi
keuangan daerah terhubung dalam suatu jaringan WAN. WAN
merupakan jaringan yang menghubungkan antar-LAN. Dengan
WAN dan LAN ini seluruh user dapat mengakses database
SIAKD yang terletak di server.untuk kepentingan security
maka seluruh transfer data antar-LAN harus dalam kondisi
encrypted. Untuk setiap koneksi antar-LAN juga digunakan
firewall sehingga hanya user yang punya otorisasi yang dapat
masuk ke sistem.

Vous aimerez peut-être aussi