Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian negara Indonesia
yang digunakan di PT. Antam (Persero), Tbk UBPE Pongkor adalah metode cut
and fill yaitu mengambilbijih emas dari perut bumi kemudian rongga yang telah
kosong diisi lagi dengan material limbah (waste material, pasir dan kerikil) yang
merupakan sisa pengolahan yang telah bersih dari zat-zat bebahaya.
Pada umumnya kegiatan penambangan yang dilakukan PT. Antam (Persero),
Tbk UBPE Pongkor yaitu mencangkup kegiatan pemboran, peledakan kemudian
broken ore hasil dari peledakan tersebut dilakukan proses mucking dan loading
dengan menggunakan alat berat yaitu LHD (Load Lauling Dump) dan kemudian
dilakukan proses pengangkutan menggunakan granby menuju ke proses
pengolahanemas untuk memisahkan bijih emas dari mineral pengotornya hingga
terbentuk dore bullion.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan kerja praktek ini
yaitu mengenai penambangan bijih emas di PT. Antam (Persero), Tbk UBPE
Pongkor yang meliputi kegiatan pemboran, peledakan dan dilanjutkan dengan
mucking, loading serta pengangkutan dengan menggunakan grandby menuju
crushing plantarea untuk dilakukan proses pengolahan emas dari bijih emas
hingga terbentuk dore bullion.
1.3
1.3.1 Maksud
Adapun maksud dari kegiatan praktek lapangan ini dilakukan untuk
mengetahui secara langsung kegiatan penambangan dengan metode cut and fill
seperti kegiatan pemboran, peledakan, mucking, loading, hauling serta kegiatan
pengolahan bijih emas.
1.3.2 Tujuan
Tujuan dari Kerja Praktek ini adalah untuk :
1.
2.
3.
4.
Untuk mengetahui alur proses pengolahan dari bijih emas hingga menjadi
dore bullion.
1.4
BAB II
KEADAAN UMUM DAN LANDASAN TEORI
2.1
Keadaan Umum
perjalanan darat yaitu dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat
yang berjarak sekitar 54 Km ke arah Barat Daya dari kota Bogor.
2.1.4 Topografi dan Morfologi
UBPE Pongkor merupakan bagian dan satuan wilayah yang mempunyai
topografi berupa daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 500-900
meter di atas permukaan air laut, kemudian pada daerah sekitarnya merupakan
suatu daerah perbukitan sedang sampai terjal dengan komposisi 15% daerah datar
berombak, 60% daerah berombak berbukit dan 25% daerah berbukit bergunung
sedangkan morfologi berbentuk puncak bukit yang tajam dan agak membulat
dimana lereng berkisar antara 20 - 60. Pada sisi sebelah barat laut menunjukan
relief bergelombang lemah, dimana pegunungannya menampakan adanya pola
arah yang memanjang dengan urat-urat kuarsa.
Ketebalan lapisan humus 2,5 meter dengan ketinggian Gunung Pongkor
rata-rata 750 meter. Secara umum daerah Pongkor tertutup oleh tanah laterite
dengan lapisan batuan yang berasal dari batuan vulkanik. Untuk geomorfologi
sendiri, posisi tambang emas Pongkor menurut peta mintakat fisiografi van
Bemmelen (1949) terletak di batas barat zona Bandung berbatasan dengan
pegunungan Kubah Bayah, sehingga diperkirakan yang menjadi batuan dasar
(basement rock) adalah formasi-formasi batuan yang terdapat pada pegunungan
Kubah Bayah. Jika melihat fisik batuan yang mengandung urat-urat kuarsa dan
batuan yang berubah pada umumnya adalah breksi dan lapili yang disertai dengan
sisipan batu lempung dan batu pasir halus yang ditemukan pada lorong (tunnel)
pertambangan emas, maka batuan yang mengandung urat-urat kuarsa berupa
mineral emas tersebut diperkirakan berasal dari formasi Cimapag.Geomorfologi
daerah Pongkor terbagi menjadi 4 satuan bentuk lahan, dengan urutan kejadian
seperti dibawah ini.
1. Bentuk lahan Gunung api Astana
2. Bentuk lahan lereng Gunung api Pongkor
3. Bentuk lahan Denudasional Gunung Pongkor
4. Bentuk lahan lereng Gunungapi Cianten lereng
Gambar 2.3 Penampang Tiga Urat Utama (Dept. Quality Control PT. Antam
(Persero), Tbk UBPE Pongkor, 2015)
Wilayah Gunung Pongkor terletak tepat pada posisi timur laut dari Kubah
Baya.Keadaan physiographic ini terdiri dari sabuk paleogenesedimen pada bagian
selatan yang terlapisi oleh unit sedimen yang lebih muda, sabuk vulkanik pada
bagian pusatnya serta pada sabuk utara terdapat batuan sedimen dari Miosen
Tengah sampai Pliosen.Pengendapan Gunung Pongkor dengan urutan batuan beku
berumur Tersier yang terdiri dari breksi tuf, tuf lapili dan intruksi andesit yang
terbentuk bersamaan dengan breksi vulkanik secara luas. Intrusi andesit terlihat
pada bagian timur dan bagin barat dari area Gunung Pongkor. Berdasarkan
assosiasi maka batuan andesit yang membentuk Gunung Pongkor berhubungan
dengan formasi andesit tua, formasi cimapag dan formasi bojongmanik.
Mineralisasi emas dan perak di Gunung Pongkor ditemukan pada batuan gunung
api yang disusun oleh aglomerat, tufa, breksi dan lava andesit. Secara paragenesa
kadar emas yang ditemukan dalam urat kuarsa terletak pada zona ubahan
hidrotermal yang meliputi daerah seluas 11 km x 6 km. Gunung Pongkor memiliki
struktur geologi dengan jalur gunung api yang masih aktif memanjang dari Barat
ke Timur 30-40 km yang umumnya masih tertutup dengan hutan primer. Pada
bagian Selatan terutama di sepanjang sungai Cikaniki terdapat batuan tufa breksi
dan sisipan batu lempung.
Struktur geologi tidak terlepas dari proses alam yang pada umumya terdiri
dari komponen struktur utama yang selalu dapat diamati serta dianalisa
keberadaanya yaitu kekar dan sesar, adapun di daerah Gunung Pongkor terdapat
sesar dengan arah N 190 E dan N 225 E dengan sudut kemiringan (dip) hampir
tegak yang telah terisi oleh urat kuarsa. Berdasarkan data geologi yang telah
terdata maka di daerah Gunung Pongkor terdiri beberapa sesar diantaranya Sesar
Cikaniki, Sesar Cihalang, Sesar Cidurian, Sesar Curug Bitung, Sesar Ciguha,
Sesar Ciurug, Sesar Gunung Singa, Sesar dan Sesar Teulukwaru.
Urat Kubang Cicau merupakan suatu urat yang terdiri dari urat utama yang
arahnya dari utara selatan dengan sudut kemiringan antara 65 - 75 kearah
timur dengan lebar 2 -10 m dan beberapa urat lainnya antara N 330 E N 355
dengan sudut kemiringan 60 - 70 ke arah timur sedangkan penyebaran mineral
sepanjang kurang lebih 2500 m.
c. Urat Ciurug
Urat Ciurug memanjang kurang lebih 2500 m dengan arah N 330 E N
355 E dengan kemiringan 55 - 70 ke arah timur dengan lebar antara 2 2.5 m.
d. Urat Pasir Jawa
Urat Pasir Jawa memanjang sekitar 1200 m dengan lebar antara 2 8 m dengan
jurus N 170 E dan kemiringan 70 - 75 ke arah barat. Pada daerah ini telah
mengalami ubahan pada kuarsa menjadi ubahan argilik (mineral teralterasi
menjadi lempung) dan propilitisassi (mineral teralterasi menjadi klorit limonit)
dengan peretakan batuan sangat rapat yang sebagaian besar terisi oleh kuarsa,
limonit, oksida mangan dan lempung terutama di sekitar kontak urat.
Tabel 2.1 Cadangan dan Kadar Rata-rata Bijih Emas Gunung Pngkor
Lokasi
Ciguha
Kubang Cicau
Ciurug
Total Rata-rata
Jumlah Cadangan
(ton)
962.863
1.955.346
2.311.642
5.229.852
Kadar Emas
(gr/ton)
15.88
10.41
16.96
77714.31
Kadar Perak
gr/ton)
215.38
98.86
179.13
15579
2.1.5.3 Litologi
Berdasarkan Peta geologi Bogor, jawa barat dengan skala 1 : 100.000 ( A.C
Efendi, 1986) batuan dasar daerah Pongkor dan sekitarnya dapat dikelompokkan
menjadi beberapa satuan batuan sebagai berikut.
Batuan Vulkanik Tak terpisahkan (QVu) termasuk breksi dan aliran lava terutama
bersifat andestik yang meliputi wilayah sekitar Gunung Pongkor diantaranya G.
Masigit, G. Dahu, G. Wiru, G. Malng dan G. Singa.
Bentuk Vulkanik yang lebih tua berupa tufa batu apung pasiran yang
merupakan hasil erupsi gunung api lebih tua.
Landasan Teori
Tambang bawah tanah (underground mining) adalah suatu sistem
Perlu penerangan.
b. Semakin dalam penggalian, maka resiko ambrukan semakin besar.
c. Produksi relatif lebih kecil dibandingkan tambang terbuka.
d. Masalah ventilasi, bahan peledak harus yang permissibleexplosive, debu,
gas-gas beracun.
e. Masalah safety dan kecelakaan kerja menjadi kendala.
f. Mining recovery umumnya lebih kecil.
g. Losses dan dilusi lebih susah dikontrol.
Beberapa yang harus diperhatikan dalam penambangan bawah tanah,
yaitu:
Panjang, lebar, tinggi dan tebal bahan galian, itu sangat berpengaruh
terhadap pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai produksi yang maksimal.
Kemiringan bahan galian, besar kecilnya kemiringan bahan galian
memungkinkan untuk memanfaatkan gravitasi dalam operasi sehingga
mengurangi tenaga/peralatan pengangkutan bahan galian ketempat yang
disediakan.
Akses development atau pengembangan kontruksi seperti berikut :
1. Main Haulage Level
Yaitu merupakan lubang bukaan utama tambang bawah tanah yang relatif
mendatar yang semula dibuat dari permukaan tanah.Melalui MHL ini material
dari badan bijih diangkut keluar dari tambang bawah tanah.Untuk lubang bukaan
MHL dibuat sejajar terhadap badan bijih urat Ciguha, Kubang Cicau dan Ciurug.
2.
Shortcrete
Shortcrete merupakan bahan material berupa semen dan pasir serta
ditambahi dengan bahan kimia agar dapat digunakan untuk sebagai penyanggaan
batuan, umumnya perusahaan Aneka Tambang menggunakan Shortcrete untuk
batuan kelas satu berdasarkan perhitungan Rock Mass rating.
menggunakan peralatan linggis serta membersihkan udara yang berasal dari sisa
debu peladakan.
Crushing
Milling
Leaching
Gravity concentration Circuit(GCC)
Carbon in leach (CIL)
Elektrowinning
Smelting
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1
BAB IV
PEMBAHASAN
Aktifitas penambangan bawah tanah yang dilakukan oleh perusahaan Aneka
Tambang Pongkor merupakan sistem penambangan yang ramah lingkungan,
dimana dalam
penelitian
Praktek Kerja
Lapangan
ini
telah dilakukan
penelitian
secara
umum
yang
telah
didapatkan
pada
saat
melakukan
orientasi
lapangan.
Untuk
UBPE
Pongkor
sendiri
menggunakan
metode
penambangan
Cut And Fill
yaitu
metode
yang
mengambil
bijih dari perut
bumi
secara
bagian demi bagian kemudian bagian rongga yang kosong diisi kembali oleh
material filling.Adapun kegiatan penelitian ini membahas tentang kegiatan
aktifitas penambangan PT. Antam Tbk (Persero), UBPE Pongkor yang meliputi
kegiatan, diantara lain :
1.
2.
3.
4.
4.1
Pemboran
Peledakan
Pemuatan
Pengisian
Menghitung Produksi Pemboran dihasilkan oleh Jumbo drill per jam
Adapun tujuan utama dilakukan pemboran yaitu untuk siklus produksi,
Laju Pemboran
Volume Setara
Effesiensi Pemboran
Produksi Pemboran
Lp = H/WT
VE = A L / n H
Ef = F / F1 100%
P = Lp VE EF 60 menit
Untuk penelitian pemboran yang dilakukan pada lokasi Kubang Cicau yang
berada di level 500 (Sope IV) bahwa diketahui data - data pemboran dengan
dimensi bukaan front 5m x 5m, pola pemboran biasa (flatback), banyak lubang
bor (35 lubang), ketebalan vein 2.6m, kedalaman lubang bor 2.2m, jarak spasi
antar lubang bor 70cm, dan lubang freeface 1.1m. Adapun data-data tersebut
merupakan sebagai data acuan untuk menghitung laju pemboran, tetapi sebelum
menghitung laju pemboran tedapat data-data yang harus dihitung seperti waktu
pemboran per lubang, waktu cutting per lubang dan waktu ambil posisi untuk
lubang bor selanjutnya.
No.
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
No.
18
19
20
21
22
23
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
0.31 Menit
0.45 Menit
0.56 Menit
0.45 Menit
0.44 Menit
0.34 Menit
0.52 Menit
0.47 Menit
0.52 Menit
0.39 Menit
0.39 Menit
Rata-Rata
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
0.49 Menit
0.47 Menit
0.39 Menit
0.47 Menit
0.51 Menit
0.39 Menit
0.56 Menit
0.43 Menit
0.51 Menit
0.49 Menit
0.39 Menit
0.50 Menit
No.
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
0.21 Menit
0.22 Menit
0.19 Menit
0.26 Menit
0.31 Menit
0.31 Menit
0.29 Menit
0.27 Menit
0.30 Menit
0.34 Menit
0.32 Menit
0.29 Menit
0.31 Menit
0.33 Menit
0.24 Menit
0.25 Menit
0.27 Menit
0.26 Menit
Wt ( Wb +Wt + )
2.2m
2.43 menit +0.50 menit+ 0.26 menit
0.68 m/menit
Estimasi untuk kedalaman 0.68 meter membutuhkan waktu 1 menit
AxL
a.Untuk mencari waktu setara, Ve= n x H
35 lubang bor x 2.2 m
25 m2 x 5 m
1.62m /lubang
f
b. Menghitung Effisiensi pemboran, Ef F 1 x 100%
2.2m
2.4 m
x100%
= 92%
: ANFO
: 35 lubang bor
: 70 cm
: 3 karung ( 75 kg)
Jumlah powergell
: 35 powergell
: 2.2 meter
Diameter
: 4.5 cm
dL
B=
d = diameter
L = Kedalaman lubang bor
B =
=
= 0.094 m
Secara teoritis untuk kedalaman lubang tembak lebih kecil dari burden maka akan
terjadi over break, itu sendiri merupakan hal yang tidak diinginkan dalam kegiatan
peledakan karena apabila terjadi over break akan meningkatkan dilusion sehingga
waste akan lebih banyak dari pada orenya.
Tetapi dalam perhitungan pada penelitian ini didapatkan nilai burden 0.094
meter sedangkan kedalaman lubang tembak 2.2 meter maka dapat disimpulkan
hasil peledakan pada lokasi Kubang Cicau level 500 (stope IV) tidak terjadi over
break dan dilution tidak bertambah.
b. Menghitung pemakaian bahan peledak per lubang
Secara real data yang telah didapatkan dari lapangan menunjukkan bahwa
untuk lokasi di Kubang Cicau level 500 (stope IV) memerlukan 3 karung ANFO
dari 35 lubang tembak, dimana 1 karung ANFO dengan berat 25 kg. Untuk UBPE
Pongkor tidak menggunakan di steaming dalam kegiatan peledakannya sehingga
kedalaman lubang tembak 2/3 nya diisi oleh ANFO dan sisanya tidak diisi oleh
bahan peledak, adapun untuk mencari berat bahan peledak lubang tembak yaitu
dengan cara menggunakan perhitungan sebagai berikut:
Menghitung perbandingan berat bahan peledak tiap lubang tembak
Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
E = Pc x de x n
75 kg
75 kg
75 kg
35 lubang
2.14 kg
=W/E
= Luas daerah
dB
= Density batuan
Tetapi sebelum menghitung blasting ratio terlebih dahulu, maka yang harus
dilakukan adalah menghitung berat tonase bongkahan batuan yang terbongkar
yang merupakan hasil dari kegiatan peledakan.
= P x L x H x dB
= 5 m x 5 m x 2.2 m x 2.25 gr/cm
= 55 m x 2.25 gr/cm
= 55 m x 2.25 (0.001 kg/1000000 m)
= 123.75 x 1000 kg
= 123.75 x 1 ton
= 123.75 ton
Didapatkan dalam perhitungan bahwa tonase peledakan pada lokasi Kubang Cicau
Level 500 (stope IV) sebesar 123.75 ton dalam satu stope. Selanjutnya
menghitung blasting ratio peledakan dengan menggunakan rumus diatas.
BR
= W/ E
= 123.75 ton / 75 kg (3 karung ANFO)
= 1.65 ton/kg
Sehingga diketahui blasting ratio yang telah didapatkan yaitu 1.65 ton/kg
= 60 % dan 40%
Tabel 4.1 Data-data waktu mucking dan waktu loading dari stope IV ke stokan I
(muckbuy) (Ciguha level 475)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Waktu Mucking
(detik)
20
18
24
30
22
29
21
19
33
45
36
28
26
28
46
Waktu Loading
(detik)
449
304
269
255
290
261
284
251
217
237
291
313
276
245
300
16
17
18
19
20
21
22
Ratarata
Total
40
49
42
38
50
58
55
34,40
323
308
293
309
304
299
286
289,27
363
357
335
347
354
357
341
323,68
757
6364
7121
Tabel 4.2 Data-data mucking danloading dari stokan I ke stokan II lokasi Ciguha
level 475
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Ratarata
Waktu Mucking
(detik)
17
24
41
28
80
50
58
48
53
45
66
48
46
68
56
60
59
52
48
50
58
55
50,45
Waktu Loading
(detik)
269
255
371
311
298
259
283
300
323
339
393
321
379
345
303
322
353
327
364
375
357
376
328,31
Total
1110
7223
8333
Tabel 4.3 Data-data mucking, loading dan waktu tumpah dari stokan II ke Granby
(rangkain pertama)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Ratarata
Total
Waktu Mucking
(detik)
18
22
16
19
16
17
21
20
18
19
18
20
18,66
Waktu Loading
(detik)
65
60
70
66
62
61
56
67
61
68
67
67
64,16
224
770
994
83
82
86
85
78
78
77
87
79
87
85
87
82,83
Tabel 4.4 Data-data mucking, loading dan waktu tumpah dari stokan II ke
Grandby (Rangkain II)
No
Waktu Mucking
Waktu Loading Cycle Time LHD (detik)
(detik)
(detik)
1
16
68
84
2
18
67
85
3
19
66
85
4
18
64
82
5
17
68
85
6
20
67
87
7
16
69
85
8
18
67
85
9
20
65
85
10
18
66
84
11
17
66
83
12
19
63
82
Rata18
66,33
84,33
rata
Total
216
796
1012
Kemudian dari data perhitungan cycle time yang telah didapatkan seperti pada
tabel maka dapat menghitung produktivitas alat muat dengan menggunakan rumus
dibawah ini.
Grandby rangkaian I
P = Kap x
60 menit / jam
x Eff x ff
CT
= 5 ton x
60 menit / jam
x 62% x 60%
CT
= 5 ton x
60 menit / jam
x 62% x 60%
1.38 menit
60 menit / jam
x Eff x ff
CT
= 5 ton x
60 menit / jam
x 62% x 40%
CT
= 5 ton x
60 menit / jam
x 62% x 40%
1.40 menit
= 5 ton x jam
= 53,14 ton/jam
4.3
Proses Pengolahan
Proses pengolahan bijih emas di PT Antam (Persero) Tbk, UBPE Pongkor
meliputi 3 unit proses yaitu unit sianidasi,unit recovery dan unit tailingtreatment.
4.3.1 Sianidasi
dibawa oleh conveyor 03 menuju cone crusher untuk dihancurkan lagi sehingga
ukurannya kurang dari 12.5 mm, setelah direduksi ukurannya ore akan masuk ke
conveyor 01, conveyor 02 dan primary screen.Sedangkan undersize dari primary
screen masuk ke secondary screen.
Gambar 4.4 Fine Ore Bin (FOB) 1 dan Fine Ore Bin (FOB) 2.
4.3
1. Ukuran bijih hasil gerusan 80% yang berukuran 200 mesh, 74 mikron atau
7410-3mm agar derajat liberasi dari logam berharga dapat ditingkatkan.
2. Persen solid harus berkisar antara 38% - 42%
3. Pada umpan Ball Mill ditambahkan Lead NitratePb(NO3)2 berfungsi
sebagai katalis dalam proses leaching.
Di ujung ball mill terdapat tromol screen yang memisahkan produk dari ball
mill antara oversize dan undersize dengan bantuan spray water. Oversize dari
tromol screen pada plant 1 akan diangkut menggunakan wheel loader ke hopper
dan dimasukan kembali ke conveyor 05 menuju ball mill lagi. Sedangkan pada
plant 2 oversize akan masuk ke conveyor portable yang selanjutnya akan masuk
ke conveyor 06 kembali. Sedangkan undersize-nya berupa slurry akan ditampung
di sump discharge ballmill, selanjutnya akan dipompakan ke mill cyclone.
Pada mill cycloneakan terjadi proses classification dimanaterjadi pemisahan
antara fraksi kasar dan fraksi halus akibat gaya sentrifugal dan gaya tangensial.
Underflow atau fraksi kasar dari mill cycloneakan dikirim kembali ke ballmill,
sedangkan overflow atau fraksi halus akan dikirim ke tangki leaching setelah
melalui trash screen untuk memisahkan slurry dari pengotor-pengotorya.
4.3.4 Leaching
Leaching merupakan proses pelarutan emas dari bijihnya menggunakan
pelarut tertentu. Proses leaching yang dilakukan oleh PT Antam Tbk, UBPE
Pongkor merupakan agitation leaching yang menggunakan pelarut sianida yang
diperoleh dari hasil pelarutan natrium sianida (NaCN) dengan di mixing Tank.
Persamaan reaksi pada proses leaching adalah sebagai berikutnya:
4 Au + 8 NaCN + 02 + H2O
4 NaAu(CN) + 4 NaOH
4 Ag + 8 NaCN + 02 + H2O
4 NaAg(CN) + 4 NaOH
logam Au, Ag dan logam-logam lain seperti Fe, Cu, Ni, Zn, Cd, dan Co yang
merupakan impurities.Adanya impurities meningkatkan kebutuhan sianida bebas
(Cn) untuk melarutkan logam berharga dalam bijih.
Parameter utama pada proses leaching adalah :
Konsentrasi Sianida
Konsentrasi sianida bergantung kadar bijih emas atau ore. Semakin tinggi
kadar logam berharga dalam ore maka konsentrasi sianida yang digunakan
semakin tinggi. Untuk mengolah ore dengan kadar emas 5-7 gpt diperlukan 700750 ppm sianida.
dibawah rentang itu, maka reaksinya akan lambat karena NaCN akan berubah
menjadi HCN dan juga menyebabkan beracun yang berbahaya bagi kesehatan
selain itu jumlah sianida bebas dalamslurry berkurang sehingga menurunkan
ekstraksi logam berharga.
CN- + H20
HCN(g) + OH-
dibawah 38% menunjukkan larutan encer dan bijih emas yang bereaksi dengan
sianida terlalu sedikit. Sedangkan jika persen solid-nya di atas 42% akan
mengurangi oksigen yang terlarut dan selain itu jika persen solid yang tinggi akan
membutuhkan energi yang lebih besar untuk pengadukan.
konsentasi oksigen terlarut dkurang dari 3 ppm, slurry akan mengental dan kontak
antara logam berharga dalam bijih dengan reagen leaching sulit terjadi. Oksigen
terlarut ini berasal dari kompressor dan dialirkan melaui distributor pada shaft
agitator.
Waktu tinggal
Pada plant 1 terdapat dua buah leaching tank yang berkapasitas 340 m3
dengan waktu tinggalnya yaitu 7.5 jam. Sedangkan pada plant 2 memiliki satu
buah leaching tank yang berkapasitas 1000 m3 dengan waktu tinggal 15 jam.Jadi
masing-masing waktu tinggal pada plant 1 maupun plant 2 yaitu 15 jam.
Ca[C Au (CN)2]2
2[Ag(CN)2-] + Ca2+ + C
Ca[C Ag (CN)2]2
Pada plant 1, tangki leaching berkapasitas 290 m3 yang terdiri dari 5 tangki.
Sedangkan untuk plant 2 berjumlah 7 tangki dengan tangki CIL 1 dan CIL 2
dengan kapasitas 340 m3 dan tangki CIL 3 sampai CIL 7 dengan kapasitas 290 m3.
Tangki CIL dilengkapi dengan carbon interstage screen (ukuran bukaan 0.8
mm) tipe kambalda screen yang berfungsi untuk mencegah agar karbon tidak ikut
bersama dengan aliran overflow slurry ke tangki berikutnya, sehingga slurry tetap
akan mengalir ke tangki berikutnya melalui launder (talangan). Distribusi karbon
aktif ini berlawanan arah (Cunter current) dengan aliran slurry yaitu untuk plant 1
dimasukkan dari tangki CIL 7 baru kemudian masuk tangki CIL 6 dan seterusnya
sampai ke tangki CIL pertama dengan cara menggunakan carbon transfer pump
untuk memompakan karbon tersebut. Aliran ini dirancang untuk mencapai
distribusi karbon di tangki CIL sesuai dengan desain yang telah ditentukan. Pada
tiap tangki terdapat carbon transfer screen atau sieve band yang berfungsi untuk
memisahkan antara
2 Ca[C-Au(CN)2-]2 + 4 H+
panas karena belum ada larutan yang keluar dari elution column. Proses pencucian
ini dilakukan selama 120-130 menit. Air hasil dari pencucian akandialirkan ke
tangki terakhir CIL terakhir.
3. Tahap pre-treatment
Pada tahap ini merupakan proses awal pelepasan senyawa Au dan Ag dari
loaded carbon, yaitu dengan cara melemahkan ikatan senyawa ikatan kompleks
Au dan Ag dari karbon aktif. Proses ini berlangsung dalam column dengan cara
loaded carbon disemprot dengan larutan caustic cyanide, yang merupakan
campuran antara caustic (NaOH) dan cyanide (NaCN) yang dilarutkan dengan air
dalam caustic cyanide tank yang dilengkapi dengan agitator. Konsumsi masingmasing reagent adalah 200-250 kg NaOH, 200-250 kg cyanide dan selebihnya air
untuk mencapai cyanide strenght antara 30.000 35.000 ppm atau masing-masing
3% NaOH dan 3% NaCN dengan Ph larutan sebesar 12,8. Larutan caustic
cyanide
melewati
PHE
untuk
dinaikkan
temperatur
sampai
90-110
Setelah melewati tahap keempat, masih ada kemungkinan emas dan perak
tertinggal dalam karbon.Sehingga untuk mendapatkan emas dan perak yang masih
tersisa ini, maka karbon yang masih ada di eluate column pada tahap ini disemprot
atau dibilas dengan air panas. Air yang digunakan berasal dari fresh water tank
yang dipanaskan terlebih dahulu di RHE dan PHE sampai suhunya kurang lebih
110C, pada proses inielution heater masih dijalankan (elution heater beroperasi
dari awal tahap dua sampai akhir tahap lima) demikian juga dengan pompa
sirkulasi panas. Air bilasan pada proses ini dialirkan ke recycle tank untuk elution
berikutnya.
6. Tahap Pendinginan (Cooling)
Pada tahap ini semua alat atau proses didinginkan, elution heater dimatikan
tetapi pompa sirkulasinya masih berjalan. Air yang digunakan untuk
mendinginkan karbon di elution column dialirkan ke recycle tank yang akan
digunakan untuk proses elution selanjutnya bersama air yang berasal dari tahap
lima.Fungsi dari tahap cooling ini yaitu untuk mendinginkan karbon dan juga
untuk mendinginkan alat.
setiap bak electrowinning dilengkapi dengan sebuah rectifier yang berfungsi untuk
mengubah arus AC menjadi arus DC.
Larutan kaya yang telah diambil logam emas dan peraknya disebut spent
electrolyte. Au dan Ag yang terkandung dalam larutan kaya akan menempel pada
katoda. Hal ini karena Au dan Ag bermuatan positif, sedangkan katodanya
bermuatan negatif. Pada katoda, tidak hanya ion Au dan Ag yang tereduksi
menjadi bentuk solid (cake) akan tetapi terdapat logam pengotornya lain yang ikut
tereduksi menjadi bentuk solid.
Reaksi elektrolisis yang terjadi pada proses electrowinning :
Anoda : 2OH-
O2 + H2O + 2e-
: 2Au(CN)2-+ 2OH-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan selama menjalani Praktek Kerja Lapangan di PT.
Adapun hasil yang diperoleh yaitu pada rangkaian grandby I, LHD mampu
memindahkan ore sebanyak 80.34 ton/jam, sedangkan pada rangkaian grandby
II LHD mampu memindahkan ore sebanyak 53.14 ton/jam.
4. Dari pengamatan yang dilakukan di Unit Pengolahan UBPE Pongkor di
dapatkan alur proses pengolahan dari mulai ore masuk ke crushing, miliing,
leaching, CIL, elution, electrowinning, smelting hingga menjadidore bullion.
5.2
Saran
Untuk sebagai masukan kepada perusahaan Aneka Tambang Emas Pongkor
harus lebih meningkatkan effisiensi kerja bagi para pekerja di dalam tambang agar
kegiatan aktifitas penambangan seperti pemboran, peledakan, pemuatan,
pengisian dapat mendukung kelencaran dari kegiatan produksi bahkan dapat
melebihi target dari pada produksi.