Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
keuangan debitur, khususnya kemampuan membayar secara tepat waktu, jaminan atau
agunan yang diberikan sebagai pagar terakhir kalau terjadi gagal bayar. Gagal bayar
dapat disebabkan berbagai faktor. Penilaian debitur mencakup analisis lingkungan
debitur, karakteristik mitra usaha dari debitur, kualitas pemegang saham dan pengelola
usaha, kondisi laporan keuangan beberapa tahun terakhir, kualitas strategi usaha clan
proyeksi keuangan, clan dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk mendukung
analisis yang menyeluruh terhadap kondisi dan kredibilitas debitur.
Risiko Kredit:
Tripanca Group, didirikan dan dimiliki keluarga Sugiarto Wiharjo aliasAlay,
merupakan satu group perusahaan di Lampung yang pada awalnya bergerak dalarn
bidang perdagangan hasil bumi kemudian merambah usaha -lainnya termasuk Bank
Perkreditan Rakyat. Dalam beberapa tahun terakhir, namanya begitu harum, seiring
dengan perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Tripanca, membangun gedung
baru dan megah, melancarkan program-program baru demi memberikan kepuasan lebih
terhadap konsumen, melebihi pelayanan Bank lain.
Namun tiba-tiba performance Tripanca Group merosot dan tidak dapat memenuhi
kewajibannya baik kepada bank (kreditur), kepada supplier dan kepada nasabah BPR.
Ada berbagai berita tentang apa yang jadi penyebab utama Tripanca Group terpuruk
danAlaydan keluarganya menghilang.Adayang menyatakan karena kerugian yang
disebabkan jatuhnya harga kopi di pasaran dunia.Adajugs yang menginformasikan karena
kerugian dari permainan saham sekitar Rp. 350.000.000.000,- (tiga ratus miliar rupiah)
yang dilakukan oleh pemilik usaha.
Sugiharto Wiharjo aliasAlaypemilik Tripanca Group terbelit persoalan kredit
macet clan diduga melarikan dana nasabah BPR Tripanca. Sugiharto melalui dua
perusahaan PT. Tripanca Group dan PT Cideng Makmur Pratama berhutang kelimabank
besar dengan total mencapai hampir Rp 1,7 triliun yang terancam macet. (Tempo
interaktif 29Des 2008)
Dengan performance Group Tripanca yang telah dibuktikan bertahun-tahun,
banyak bank baik lokal maupun bank asing memberikan pinjaman kepada Group
tersebut. Namun ketika kasus ini diperiksa, banyak ditemukan kenyataan lain yang
menunjukkan praktek perusahaan yang tidak sehat. Meskipun saat ini kasus tersebut
belum selesai namun bank-bank pemberi kredit menghadapi risiko kredit.
Kebijakan dan Prosedur Perkreditan
Kebijakan dan Prosedur Perkreditan merupakan pedoman kerja dibidang
perkreditan yang memuat rangkaian peraturan untuk menjamin kegiatan perkreditan
dapat berjalan dengan baik. Beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam menetapkan
kebijakan perkreditan yaitu:
Asas likuiditas, bank harus dapat menjaga tingkat likuiditas termasuk memenuhi
permintaan penarikan kredit nasabah.
B. Analisis Kebangkrutan
Kemampuan suatu perusahaan untuk dapat bersaing sangat ditentukan oleh
kinerja perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang tidak mampu bersaing untuk
mempertahankan kinerjanya lambat laun akan tergusur dari lingkungan industrinya dan
akan mengalami kebangkrutan. Agar kelangsungan hidup suatu perusahaan tetap terjaga,
maka pihak manajemen harus dapat mempertahankan atau terlebih lagi memacu
peningkatan kinerjanya.
Resiko kebangkrutan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui
laporan keuangan, dengan cara melakukan analisis rasio terhadap laporan keuangan yang
dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisis rasio merupakan alat yang
sangat penting untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah
dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah dilaksanakan.
Analisis rasio yang memprediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan, yaitu analisis
Z-Score. Z-score pertama kali diperkenalkan oleh Edward Altman yang dikembangkan
untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan perusahaan dan dapat juga digunakan
sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan. Hal yang menarik tentang Z-score
adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran
perusahaan.
Meskipun,
seandainya
perusahaan
sangat
makmur,
bila
Z-score
menunjukkan nilai yang kurang baik, maka perusahaan harus berhati-hati. Bila
perusahaan memiliki kinerja keuangan yang sehat berarti perusahaan dapat berkembang
baik dan bila perusahaan dalam keadaan yang tidak sehat maka perlu diwaspadai karena
berisiko tinggi menuju kebangkrutan.
Prediksi kebangkrutan berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak-pihak
tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan atau tidak dimasa
yang akan datang. Bagi pemilik perusahaan dapat digunakan untuk memutuskan apakah
tetap mempertahankan kepemilikannya di perusahaan atau menjualnya dan kemudian
menanamkan modalnya ditempat lain. Sedangkan investor dan kreditor sebagai pihak
yang berada diluar perusahaan dituntut mengetahui perkembangan yang ada dalam
perusahaan demi keamanan investasi modalnya sebab ketidakmampuan untuk membaca
sinyal-sinyal dalam kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian dalam investasi yang
telah dilakukan.
Definisi Kebangkrutan
Istilah pailit dijumpai dalam perbendaharaan bahasa Belanda, Perancis, Latin
dan Inggris. Dalam bahasa Perancis, istilah failite artinya pemogokan atau kemacetan
dalam melakukan pembayaran. Orang yang mogok atau macet atau berhenti membayar
hutangnya disebut dengan Le falli. Di dalam bahasa Belanda dipergunakan istilah faillit
yang mempunyai arti ganda yaitu sebagai kata benda dan kata sifat. Sedangkan dalam
bahasa Inggris dipergunakan istilah to fail, dan di dalam bahasa Latin dipergunakan
istilah failire. Di negara-negara yang berbahasa Inggris, untuk pengertian pailit dan
kepailitan dipergunakan istilah bankrupt dan bankruptcy.
Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan
didefinisikan dalam beberapa pengertian menurut Martin dalam Fahkrurozie (2007:15)
yaitu:
a. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)
Kegagalan dalam ekonomi artinya bahwa perusahaan kehilangan uang atau
pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat
labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan
lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari
perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang diharapkan.
b. Kegagalan keuangan (Financial Distressed)
Pengertian financial distressed mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti
dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagai asset liability
management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena
financial distressed. Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada
di Negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan 6ekonomi
akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya
sudah sakit kemudian semakin sakit dan bangkrut.
Menurut Hanafi (2009, h. 262), kesulitan keuangan jangka pendek bersifat
sementara dan belum begitu parah. Tetapi kesulitan semacam itu apabila tidak ditangani
bisa berkembang menjadi kesulitan tidak solvabel (hutang lebih besar dibanding aset).
Kalau tidak solvabel, perusahaan bisa dilikuidasi atau direorganisasi. Likuidasi dipilih
apabila nilai likuidasi lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan kalau diteruskan.
Reorganisasi dipilih kalau perusahaan masih menunjukan prospek dan dengan demikian
nilai perusahaan kalau diteruskan lebih besar dibandingkan nilai perusahaan kalau
dilikuidasi.
Menurut Toto (2011:332), kebangkrutan (bankcruptcy) merupakan kondisi
dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya
tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang
biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat
dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya
kebangkrutan di perusahaan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, bahwa kebangkrutan
merupakan kondisi perusahaan yang tidak sehat dalam melanjutkan usahanya
dikarenakan ketidakmampuan dalam bersaing sehingga mengakibatkan penurunan
profitabilitas.
Prediksi Kebangkrutan
Menurut Darsono dan Ashari (2005:105) mengemukakan bahwa Kemampuan dalam
memprediksi kebangkrutan akan memberikan keuntungan banyak pihak, terutama pada
kreditur dan investor. Kemudian prediksi kebangkrutan juga berfungsi untuk memberikan
panduan bagi pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami
kesulitan keuangan atau tidak di masa mendatang. Maka, sebagai pihak yang berada di luar
perusahaan, investor sebaiknya memiliki pengetahuan tentang kebangkrutan sehingga
keputusan yang diambil tidak akan salah. Salah satu indikator yang bisa dipakai untuk
mengetahui tingkat kebangkrutan adalah indikator keuangan.
Prediksi kesulitan keuangan salah satunya dikemukakan oleh seorang profesor di
New York University bernama Edward Altman yang disebut dengan Altman Z-Score. Rumus
Z-Score ini menggunakan komponen laporan keuangan sebagai alat prediksi terhadap
kemungkinan bangkrut tidaknya perusahaan.
Dari teori yang dikemukakan diatas bahwa dalam memprediksi kebangkrutan dapat
mengetahui kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang dari komponen 8yang
digunakan dalam rumus Z-Score yang sebagai alat prediksi terhadap kemungkinan bangkrut
tidaknya suatu perusahaan.
Model Altman (Z-Score)
Dalam penelitian Willy (2011, h. 4), Model Altman (Z-Score) merupakan salah satu
model analisis multivariate yang berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan
dengan tingkat ketepatan dan keakuratan yang relatif dapat dipercaya. Model ini memiliki
akurasi mencapai 95% jika menggunakan data 1 tahun sebelum kondisi kebangkrutan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi kebangkrutan serta kinerja keuangan
perusahaan berdasarkan hasil analisis diskriminan dengan menggunakan model Altman
berdasarkan rasio lima variabel, yaitu:
a.
b.
c.
d.
Rasio ini mengukur keuntungan kumulatif terhadap umur perusahaan yang menunjukkan
kekuatan
pendapatan.
Rasio
ini
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba
yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba ditahan
menunjukkan berapa banyakpendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk
dividen kepada para pemegang saham.
c. Earning Before Interest and Tax to Total Asset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva
perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak.
d. Market Value of Equity to Book Value of Debt
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban kewajiban
dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan
mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar
saham biasa. Nilai buku hutang diperoleh dengan menjumlahkan kewajiban lancar
dengan kewajiban jangka panjang.
e. Sales to Total Asset
Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup
dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi
manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan
penjualan dan mendapatkan laba.
Semakin awal suatu perusahaan memperoleh peringatan kebangkrutan, semakin baik
bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan dan
dapat memberikan gambaran dan harapan yang mantap terhadap nilai masa depan
perusahaan tersebut. Agar perusahaan tetap berjalan dengan baik dapat melakukan analisis ZScore untuk menilai bagaimana perusahaan mereka pada masa sekarang dan bagaimana
perusahaan mereka nantinya. Analisis Z- Score merupakan suatu persamaan yang dapat
memprediksikan tingkat kebangkrutan atau tingkat kesehatan terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
C. Deverative dan Hedging Activity
Derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran
yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang menjadi "acuan pokok" atau juga
disebut " produk turunan"(underlying product); daripada memperdagangkan atau
menukarkan secara fisik suatu aset, pelaku pasar membuat suatu perjanjian untuk saling
mempertukarkan uang, aset atau suatu nilai disuatu masa yang akan datang dengan mengacu
pada
aset
yang
menjadi
acuan
pokok.
sebagai
suatu
produk
atau
instrumen
derivatif.
Berdasarkan sifatnya derevatif dikelompokkan menjadi dua bagian (Madura: 2006) yaitu;
- Derevatif Komoditas merupakan kontrak derevatif yang terjadi pada barangbarang komoditi, seperti produk hasil pertanian, perkebunan, perikanan (soft
-
INSTRUMENT DEREVATIF
Forward Contract, Menurut Siahaan (2008) definisi dari forward contract atau
kontrak penyerahan kemudian adalah perjanjian antara dua pihak, dimana satu
pihak diwajibkan menyerahkan sejumlah asset tertentu pada tanggal tertentu yang
akan datang dan pihak lainnya wajib membayar sesuai dengan jumlah tertentu
yang dikenakan atas asset pada tanggal penyerahan. Sebagai kesepakatan pribadi
antara dua pihak,forward contract diatur secara khusus untuk memenuhi
kebutuhan masing-masing pihak, oleh karena itu sifatnya disebut private
(bergantung pada pribadi kedua belah pihak). Tujuan dari kontrak ini adalah untuk
melindungi kedua belah pihak dari fluktuasi nilai asset yang mungkin terjadi
selama kurun waktu tertentu, yaitu sejak kontrak ditandatangani hingga
terorganisir.
Kontrak Opsi, dasarnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu calls sebagai hak
beli dan puts sebagai hak jual. Pembeli calls atau pemilik calls memiliki hak
membeli asset tertentu pada harga tertentu dan tanggal tertentu di masa yang akan
datang. Sebaiknya pembeli put atau pemilik put memiliki hak menjual asset
tertentu pada harga tertentu dan pada tanggal tertentu di masa yang akan datang.
Harga dalam kontrak disebut strike price atau exercise price, dan tanggal pada
kontrak disebut maturity date. Gaya opsi ini ada dua, gaya Eropa dan gaya
Amerika. Opsi eropa dapat diexercise hanya persis pada tanggal jatuh tempo saja,
sedangkan opsi Amerika dapat diexercise kapan saja sepanjang hidup opsi atau
selama opsi belum jatuh tempo maupun persis pada tanggal jatuh tempo.
dilindunginya. Untuk tujuan hedging, hanya instrumen yang terkait dengan pihak
eksternal saja yang boleh digunakan sebagai instrumen hedging.
b. Item yang dilindungi, (hedged item) mencakup asset, kewajiban, komitmen
perusahaan, transaksi yang akan terjadi di masa depan, atau investasi netto dalam
operasi luar negeri. Untuk menjadi item yang dilindungi, suatu item harus berisiko
bagi perusahaan, nilai wajar atau arus kas yang diakibatkannya di masa depan
mungkin berubah dan mempengaruhi laba perusahaan.
IAS 39 mengidentifikasi tiga jenis hedging :
a. Fair value hedges, atau lindung nilai wajar.
b. Cash flow hedges, atau lindung arus kas
c. Lindung investasi netto dalam operasi luar negeri.
PERLAKUAN AKUNTANSI
Hedge accounting mengaitkan perlakuan akuntansi untuk (1) instrumen hedging dengan (2) item
yang dilindunginya sehingga kompensasi (offsetting) perubahan nilai wajar atau arus kas dapat
diakui dalam laporan keuangan pada periode yang sama. Secara umum, perlakuan akuntansi
untuk aktivitas hedging dapat dikelopokkan menjadi dua kategori perlakuan:
Perubahan nilai wajar item yang dilindungi diakui pada periode sekarang sebagai
penyeimbang (offsetting) pengakuan perubahan nilai wajar instrumen hedging-nya
(perlakuan akuntansi lindung nilai wajar).
Pengakuan nilai wajar instrumen hedging ditangguhkan (deferred) sebagai unsur terpisah
dalam ekuitas dan diperhitungkan dalam laba/rugi ketika item yang dilindunginya
mempengaruhi laba/rugi (perlakuan akuntansi lindung arus kas dan investasi netto dalam
operasi luar negeri).
Instrumen hedging dan item yang dilindunginya harus dinyatakan secara jelas
dalam dokumentasi formal, dilengkapi dengan tujuan dan strategi manajemen
DAFTAR PUSTAKA
Kokyung dan Siti Khairani : Analisis Penggunaan Altman Z-score dan Springate untuk
Mengetahui Potensi Kebangkrutan pada PT.Bakrie Telecom Tbk
Resti Amalia Ulfah : Analisis Penggunaan Altman Z-Score Untuk Mengetahui Potensi
Kebangkrutan PT.Sumalindo Lestari Jaya Tbk
Kurniasari Dian Jayanti : Analisis Resiko Kebangkrutan (Dengan Menggunakan Model Altman
Z-Score) Pada Industri Property Di BEI
https://datakata.wordpress.com/2014/10/30/mendeteksi-potensi-kebangkrutan-perusahaandengan-menggunakan-metode-altman-z-score/
https://ircboy.wordpress.com/2011/07/21/iii-3-identifikasi-risiko-kredit/
http://ilmuakuntans.blogspot.co.id/2014/08/akuntansi-derivatif-dan-lindung-nilai.html