Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB II

ISI
1.

Konsep Dasar
a. Pengertian
Penggantian darah atau tranfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau

komponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan atau trombosit melalui IV.
Meskipun tranfusi darah penting untuk mengembalikan homeostasis, tranfusi darah dapat
membahayakan. Banyak komplikasi dapat ditimbulkan oleh terapi komponen darah,
contohnya reaksi hemolitik akut yang kemungkinan mematikan, penularan penyakit
infeksi dan reaksi demam. Kebanyakan reaksi tranfusi yang mengancam hidup
diakibatkan oleh identifikasi pasien yang tidak benar atau pembuatan label darah atau
komponen darah yang tidak akurat, menyebabkan pemberian darah yang inkompatibel.
Pemantauan pasien yang menerima darah dan komponen darah dan pemberian produkproduk ini adalah tanggung jawab keperawatan. Perawat bertanggung jawab untuk
mengkaji sebelum dan selama tranfusi yang dilakukan. Apabila klien sudah terpasang
selang IV, perawat harus mengkaji tempat insersi untuk melihat tanda infeksi atau
infilrasi. Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah
dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan
kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi,
syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah. Reaksi transfuse adalah
reaksi yang terjadi selama tranfusi darah yang tidak diinginkan berkaitan dengan tranfusi
itu. sejak dilakukannya tes komatibilitas untuk menentukan adanya antibody terhadap
antigen sel darah merah, efek samping transfusi umumnya disebabkan oleh leokosit ,
trombosit dan protein plasma.Gejala bervariasi mungkin tidak terdapat gejala atau
gejalanya tidak jelas, ringan samapi berat. Saat transfusi darah dilakukan, pembuluh
darah vena ditusuk dengan sebuah jarum kecil terbuat dari bahan elastis. Jarum tersebut
terhubung dengan infus set. Melalui infus set dan jarum tersebut, darah disalurkan ke
dalam tubuh. Prosedur transfusi darah biasanya memakan waktu 1 sampai 4 jam,
tergantung berapa banyak darah yang mesti ditransfusikan. Transfusi darah adalah proses
1

menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang
lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah
dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ
pembentuk sel darah merah. Reaksi transfuse adalah reaksi yang terjadi selama tranfusi
darah yang tidak diinginkan berkaitan dengan tranfusi itu. sejak dilakukannya tes
komatibilitas untuk menentukan adanya antibody terhadap antigen sel darah merah, efek
samping transfusi umumnya disebabkan oleh leokosit , trombosit dan protein
plasma.Gejala bervariasi mungkin tidak terdapat gejala atau gejalanya tidak jelas, ringan
samapi berat.
b. Etiologi
Kita hanya boleh memberikan tranfusi darah pada indikasi yang tegas, baik untuk
menjaga darah donor yang berharga itu maupun untuk tidak membebani penderita dengan
resiko yang tidak perlu, yang terikat pada setiap tranfusi.
Darah penuh
1. Kehilangan darah akut (trauma, operasi)
2. Tranfusi yang berganti-ganti
Konsentrat eritrosit
1. Anemia (misal, Hgb <5mm/ol) kita berikan konsentrat eritrosit, apabila kadar
Hgb dengan obat-obatan (Fe, Vit12, Asam Folium) tidak dapat dibawa kepada
tingkat yang lebih.
2.

Eritrosit yang telah dicuci

Penderita yang menunjukan reaksi yang gawat setelah pemberian plasma donor.
Konsentrat trombosit
Apabila seorang penderita dengan trombopenia yang juga membutuhkan darah, maka kita
berikan darah segar yang tidak boleh lebih tua sampai selambat-lambatnya 1 hari.
Apabila penderita itu tidak membutuhkan darah, maka kita berikan konsentrat trombosit.
Hal ini hanya ada artinya kalau trombopenia itu tidak merupakan akibat dari peningkatan
hancuran.
Darah yang miskin akan leukosit
2

1. Penderita yang berhubungan transplantasi (pencangkokan yang akan datang tidak


boleh di imunisasikan terhadap HL-A-antigen.
2. Mencegah reaksi pendesakan kepada penderita yang dicangkok.
3. Penderita yang bereaksi dengan demam sebagai akibat dari badan-anti leukosit
pada pemberian leukosit dalam darah donor.

c. Indikasi
a. Sel darah merah
Indikasi satu-satunya untuk transfusi sel darah merah adalah kebutuhan untuk
memperbaiki penyediaan oksigen ke jaringan dalam jangka waktu yang singkat.
1. Kehilangan darah yang akut, jika darah hilang karena trauma atau pembedahan,
maka baik penggantian sel darah merah maupun volume darah dibutuhkan.
2. Transfusi darah prabedah diberikan jika kadar Hb 80 g/L atau kurang.
3. Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun, seperti penderita penyakit
keganasan, artritis reumatoid, atau proses radang menahun yang tidak berespon
terhadap hematinik perlu dilakukan transfusi.
4. Gagal ginjal, anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal diobati dengan
transfusi sel darah merah maupun dengan eritropoetin manusia rekombinan.
5. Gagal sumsum tulang karena leukemia, pengobatan sitotoksik, atau infiltrat
keganasan membutuhkan transfusi sel darah merah dan komponen lain.
6. Penderita yang tergantung transfusi seperti pada talasemia berat, anemia aplastik
dan anemia sideroblastik membutuhkan transfusi secara teratur.
7. Penyakit sel bulan sabit, beberapa penderita ini juga membutuhkan transfusi
secara teratur, terutama setelah stroke.
Indikasi lain untuk transfusi pengganti pada penyakit hemolitik neonatus, malaria
berat karena plasmodium falciparum dan septikemia meningokokus.

b. Indikasi untuk transfusi trombosit adalah


1. Gagal sumsum tulang yang disebabkan oleh penyakit atau pengobatan
mielotoksik.
3

2. Kelainan fungsi trombosit, yaitu berupa kelainan fungsi trombosit yang


diturunkan seperti pada penyakit Glanzmann, sindrom Bernard-Soulier, dan
defisiensi tempat penyimpanan trombosit. Penderita defek fungsi trombosit
yang didapat, sekunder terhadap mieloma, paraproteinemia dan uremia.
3. Trombositopenia akibat pengenceran yang sekunder terhadap transfusi masif
atau transfusi pengganti, dan penderita mengalami perdarahan.
4. Pintas kardiopulmoner, baik selama atau setelahnya perdarahan dapat terjadi
karena trombositopenia akibat pengenceran, begitu juga karena gangguan
fungsi trombosit.
5. Purpura trombositopenia autoimun, walaupun kemungkinan tidak efektif
karena trombosit yang ditransfusikan hancur oleh autoantibodi yang sirkulasi.
d. Kontra indikasi
1.

Penyakit destruktif trombosit: ITP, TTP, DIC (Diberikan bila perdarahanm


aktif)

2.

Trombositopeni pada sepsis, hiperaplenisme kecuali perdarahan aktif


e. Klasifikasi

f.

Manifestasi Klinis

Rasa hangat divena yang menerima darah

Demam dan menggigil

Nyeri dada, pinggang, atau punggung sebelah bawah

Nyeri abdomen disertai mual muntah

Penurunan tekanan darah disertai peningkatan kecepatan denyut jantung

Dispnea (sensasi kulit bernafas)

Kemerahan diwajah yang segera terlihat

g. Patiofisiologi
Pada transfusi, seorang donor menyumbangkan darah lengkap dan seorang resipien
menerimanya. Tetapi konsep ini menjadi luas. Tergantung kepada keadaan, resipien bisa
hanya menerima sel dari darah, atau hanya menerima faktor pembekuan atau hanya
menerima beberapa komponen darah lainnya.
Transfusi dari komponen darah tertentu memungkinkan dilakukannya pengobatan yang
khusus, mengurangi resiko terjadinya efek samping dan bisa secara efisien menggunakan
komponen yang berbeda dari 1 unit darah untuk mengobati beberapa penderita. Pada
keadaan tertentu, resipien bisa menerima darah lengkapnya sendiri (transfusi autolog).
Proses Transfusi Darah.
a. Pengisian Formulir Donor Darah.
b. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan, tekanan darah dan hemoglobin darah.
a. Pengambilan darah
Apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan pengambilan
darah.
a. Pengambilan darah
b.

Pengelolaan darah.

Beberapa usaha pencegahan yang dikerjakan sebelum darah diberikan kepada penderita
adalah penyaringan terhadap penyakit diantaranya:
a)

Penyakit Hepatitis B

b)

Penyakit HIV/AIDS

c)

Penyakit Hipatitis C

d)

Penyakit Kelamin (VDRL)

Waktu yang di butuhkan pemeriksaan darah selama 1 2 jam


a. Penyimpanan Darah
Darah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 2 6 derajat celcius.
Darah ini dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen seperti:
a)

PRC
5

b)

Thrombocyt

c)

Plasma

d)

Cryo precipitat
h. macam-macam transfusi darah

1. Darah Lengkap/ Whole Blood (WB)


Diberikan pada penderita yang mengalami perdarahan aktif yang kehilangan darah lebih
dari 25 %.
2. Darah Komponen
a.

Sel Darah Merah (SDM):

1) Sel Darah Merah Pekat : Diberikan pada kasus kehilangan darah yang tidak terlalu
berat, transfusi darah pra operatif atau anemia kronik dimana volume plasmanya normal.
2) Sel Darah Merah Pekat Cuci : Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma.
3) Sel Darah Merah Miskin Leukosit : Untuk penderita yang tergantung pada transfusi
darah.
4) Sel Darah Merah Pekat Beku yang Dicuci : Diberikan untuk penderita yang
mempunyai antibodi terhadap sel darah merah yang menetap.
5) Sel Darah Merah Diradiasi : Untuk penderita transplantasi organ atau sumsum tulang.
b.

Leukosit/ granulosit konsentrat :

Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun berat, infeksi yang tidak
membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian Antibiotik, kualitasLeukosit
menurun
c.

Trombosit :

Diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi trombosit.
d.

Plasma Dan Produksi Plasma :

Untuk mengganti faktor pembekuan, penggantian cairan yang hilang.


Contoh : Plasma Segar Beku untuk prnderita Hemofili.Krio Presipitat untuk penderita
Hemofili dan Von Willebrand

i. Praposedur dan Prosedur


Praprosedur
1. Periksa kembali apakah pasien telahmenandatangani inform consent.
2. Teliti apakah golongan darah pasien telah sesuai.
3. Lakukan konfirmasi bahwa transfuse darah memeng telah diresepkan
4. Jelaskan prosedur kepada pasien
5. saat menerima darah atau komponen darah
6. periksa ulang lebel dengan perawat lain untuk meyakinkan bahwa golongan ABO dan
RH nya sesuai dengan catatan
7. periksa adanya gelembung darah dan adanya warna yang abnormal dan pengkabutan
gelembung udara menunjukkan adanya bakteri
warna abnormal dan pengkabutan menunjukkan hemolysis
8.periksa jumlah jenis darah donor sesuai dengan catatan resipien
9.periksa identitas pasien dengan menanyakan pasien dan memeriksa gelang identitas
10.periksa ulang jumlah kebutuhan dan jenis darah resipien
11.periksa suhu dan denyut nadi, respirasi dan tekanan darah pasien sebagai dasar
perbandingan tanda vital selanjutnya.
Prosedur
1 .pakai sarung tangan yang dianjurkan oleh universal precaution yang menanyakan
bahwa sarung tangan harus dikenakan selama prosedur yang memungkinkan kontak
dengan darah atau cairan tubuh lainnya
2. catatlah tanda-tanda vital sebelum memulai transfuse
3. jangan sekali-kali menambah obat kedalam darah atau produk darah
4. yakinkan bahwa darah sudah harus diberikan dalam 30 menit setelaqh dikeluarkan dari
pendingin
5. bila darah harus dihangatkan maka hangatkanlah dalam penghangat darah in-line
dengan system pemantauan darah tidak boleh dihangat dalam air atau microwave
6. gunbakan jarum ukuran 19 atau lebih pada vena

7. gunakan selang khusus yang memiliki filter darah untuk menyaring pembekuan fibrin
dan bahan partikel lainnya
8. jangan lubangi kantung darah
9. untuk 15 menit pertama berikan transfuse secara perlahan, tidak lebih dari 5 ml/menit
10. lakukan observasi pasien dengan cermat akan adanya efek samping
11. apabila tidak terjadi efek samping dalam 15 menit, naikkanlah kecepatan aliran
kecuali jika pasien beresiko tinggi mengalami kelebihan sirkulasi
12. observasi pasien sesering mungkin selama pemberian transfuse
a. lakukan pemantauan ketat selama 15-30 menit, untuk mendeteksi adanya tanda
reaksi atau kelebihan beban sirkulasi
b. lakukan pemantauan tanda vital dengan interfal teratur
13. perhatikan bahwa waktu pemberian tidak melebihi 4 jam karena akan terjadi
peningkatan resiko poliferasi bakteri
14. siagalah terhadap adanya tanda reaksi samping seperti:
a. kelebihan beban sirkulasi
b. sepsis
c. reaksi febris
d. reaksi alergi
e. reaksi hemolitik akut
j. PENYAKIT YANG MEMBUTUHKAN PENGOBATAN TRANSFUSI
DARAH:
1.

Talasemia

Talasemia berasal dari kata Yunani Thalassa dan memiliki makna laut, digunakan pada
sejumlah kelainan darah bawaan yang di tandai dengan defisiensi kecepatan produksi
rantai globin yang spesifik dalam Hb (Wong, 2009).
2.

Hemofilia

Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter yang bermanifestasi sebagai episode


perdarahan intermitten.

3.

Anemia berat

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price,
2006: 256)
4.

ITP

ITP adalah suatu penyakit pembekuan darah, pada keadaan ini semua sel darah dalam
keadaan normal kecuali untuk platelet darah. Pada orang yang menderita ITP semua sel
darahnya normal kecuali untuk platelet darah. Trombositopenia purpura adalah salah satu
gangguan perdarahan yang paling umum terjadi. Merupakan sindrom yang didalamnya
terdapat penurunan jumlah trombosit yang bersikulasi dalam keadaan sum sum normal.
Trombosit dalam darah berperan dalam pembekuan darah serta mempertahankan
integritas pembuluh darah, khususnya kapiler.
5.

Leukemia

Leukemia adalah produk sel darah putih yang tidak terkontrol disebabkan oleh mutasi
yang bersifat kanker pada sel myologen atau sel limpogen. Hal ini menyebabkan
leukemia, yang biasanya ditandai dengan jumlah sel darah purih abnormal yang sangat
meningkat dalam sirkulasi darah .
Penularan Penyakit melalui Transfusi Darah.
1.

Hepatitis

Hepatitis merupakan risiko penting terapi transfusi, baik untuk darah maupun sebagian
besar komponen darah. Darah dan produk darah yang diperoleh dari donor yang dibayar
mempunyai risiko yang lebih tinggi daripada yang diperoleh dari donor sukarela. Produk
darah hasil gumpalan juga memberikan risiko yang lebih tinggi. Harus dilakukan uji
untuk mendeeteksi virus hepatitis B, begitu pula hepatitis C.
2.

Malaria

Malaria dapat ditularkan melalui darah yang disumbangkan oleh donor yang tidak
menampakkan gejala-gejala pernah terpajan penyakit

ini. Resipien akan mengalami

demam tinggi dan sakit kepala beratbeberapa minggu setelah transfusi.


3.

Sindrom Imunodefisiensi Didapat (AIDS)

Retrovirus manusia (HIV dan HTLV) berhubungan dengan transfusi produk darah. Maka
orang yang diduga melakukan tingkah laku berisiko tinggi (mis, melakukan hubungan
seks dengan pasangan yang berbeda-beda, seks anal, pengguna obat intravena, seks
dengan orang yang beresiko AIDS), dan orang yang menampakkan tanda dan gejala yang
mencurigakan adanya penyakit, ini sebaiknya tidak mendonorkan darahnya. Semua darah
yang didonorkan sekarang telah diuji ada tidaknya antibody terhadap virus AIDS.
4.

Penyakit Tandur-Versus-Pejamu

Transfusi darah juga merupakan suatu jenis transplantasi jaringan. Pemasukan limfosit
donor pada resipien yang telah mengalami imunokompromi dPt mwnywbabkan penyakit
tandur versus pejamu ketika limfosit donor menyerang limfosit atau jaringan ketika
limfosit donor menyerang limfosit atau jaringan tubuh resipien. Dapat terjadi pada 2
sampai 30 hari setelah transfusi. Demam Tinggi, kemerahan kulit yang menyebar, mual,
muntah, dan diare adalah gejala penyakit ini. Produk darah yang telah diradiasi dapat
menonaktifkan limfosit donor, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit
ini. Sampai sekarang belum diketahui risiko radiasi terhadap penderita yang menerima
atau memasukkan produk darah seperti ini.
5.

Sitomegalovirus (CMV)

CMV dapat ditularkan kepada bayi premature yang ibunya mempunyai antibodi CMV
negative dan pada pendeita imunokompromi lainnya. Transfusi darah yang telah
dikurangi leukosit dapat mengurangi bahaya penularan penyakit ini.

10

k. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat transfusi darah disebut sebagai reaksi transfusi.
Reaksi transfusi dapat berupa :
1.

Reaksi segera (intermediate reaktions), yaitu:

Reaksi hemolitik akibat lisis eritrosit donor oleh antibody dalam serum resipien
Reaksi fibril karena antibody terhadap leukosit atau trombosit
Reaksi sensitifitas paru dan bronkhospasme karena antibody terhadap leukosit
Reaksi alergi anafilaktoid terhadap suatu antigen protein dalam plasma
Endotoksinema akibat transfusi memakai darah yang terkontaminasi kuman gram
negatif
2. Reaksi lambat
Reaksi hemoliyik lambat
Penularan infeksi: hepatitis B dan C, cytomegalovirus (CMV), malaria dan sifilis.
2.6

Langkah-Langkah Pelaksanan Transfusi Darah

1. Jelaskan prosedur kepada pasien. Kaji pernah atau tidaknya klien menerima transfuse
sebelumnya dan catat reaksi yang timbul apabila ada.
2. Minta klien untuk melaporkan adanya mengigil, sakit kepala, gatal-gatal, atau ruam
dengan segera
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan.
4. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
a. Klien yang pernah bereaksi terhadap transfuse darah sebelumnya dapat memiliki
ketakutan yang lebih besar untuk mendapatkan transfuse selanjutnya. Peristiwa
lalu, yakni klien pernah menunjukkan reaksi tertentu, dapat meningkatkan
kejadian tersebut berulang lagi.
b. Ini adalah tanda-tanda reaksi transfuse, pelaporan yang benar dan penghentian
transfusi dapat membantu meminimalkan reaksi.
c. beberapa lembaga mewajibkan klien menandatangani surat perjannian sebelum
mendapatkan transfusi
11

d. Mengurangi resiko penularan bakteri HIV, hepatitis, dan bakteri lainnya yg di


tularkan lewat darah.
e. Pasang selang Iv dengan mengunakan kateter ukuran 18-19.
f. Gunakan selang infuse yang memilki filter di dalamnya, selang juga harus
merupakan set pemberian tipe-Y
g. Gantungkan botol larutan salin normal 0,9 % untuk di berikan setelah infuse
darah selesei.
h. Ikuti protocol lembaga dalam mendapatkan produk darah. Minta darah pada saat
anda siap mengunakanya
i. Bersama perawat lain yang sudah berlisensi, identikasi produk darah dan klien
dengan benar.

Periksa etiket kompatibilitas yang menempel pada kantung darah dan

informasi pada kantung tersebut.

Untuk darah lengkap, periksa golongan darah ABO dan tipe Rh yang terdapat

pada catatatan klien


5. Kateter dengan ukuran besar mempermudah masuknya seluruh darah dan mencegah
hemolisis
6.

Filter penyaring debris & dan bekuan-bekuan kecil darah set tipe- Y memungkin
pemberian produk tambahan atau volume exspander dengan midah dan dapat segera
memasukkan isotonic NaCl 0,9% setelah infuse isotonic sebelumnya selesei.

7.

Memberikan larutan isotonic untuk mempertahankan kepatenan vcena. Larutan


isotonic menvegah hemolisis sel darah merah.

8. Darah lengkap (whole blood) atau kemasan sel darah merah harus di simpan dalam
tempat yang dingin ( 1-6 derajat C)
9.

Satu orang perawat membaca dengan keras sementara perawat lain mendengarkan
dan memeriksa ulang informasi. Mengurangi resiko kesalahan.
a. Memeriksa bahwa golongan darah ABO, tipe Rh, dan jumlah unit sesuai
b. Meriksa kesesuaian informasi antara informasi pada kompatibilitas label dengan
yang tertera pada kantung darah

Periksa kembali kesesuaian produk darah yang akan di berikan dengan resep

dokter.
12

Periksa data kadaularsa pada kantung darah.

Inspeksi darah untuk melihat adanya bekuan darah.

Tanyakan nama klien dan periksa tanda pengenal yang di pasang di lengan
klien.

Ukur tanda vital klien


Mulai pemberian Transfusi

Sebelum infuse darah diberikan, berikan dulu larutan salin normal 0,9%.

Mulai berikan transfusi secara perlahan di awali dengan pengisian filter

dalam selang.

Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah


bersama klien . apabila anda mencurigai timbulnya-

c. Memastikan komponen darah adalah benar


d. Setelah 21 hari, perubahan pada struktur dan kimia darah dapat menimbulkan
masalah elektrolit dan masalah-masalah terkait lainnya ( Metheney, 1996 )
e. Anti koagulan sitrat-fosfat-dexstrose (CPD) di tambahkan kedalam darah untuk
mengawetkan darah ( Methene, 1996 ) Apabila ada bekuan di dalam darah
kembalikan darah ke bank darah.
f.

Memastikan bahwa klien yang diberi transfusi adalah klien yang benar.

10. Memastikan tanda vital klien sebelum pelaksanaan transfusi

Salin isotonic mencegah hemolisis

Apabila filter tidak terisi, transfuse tidak dapat masuk dengan baik.

Memungkinkan pendeteksian reaksi pada saat memasukkan produk darah dengan

volume sekecil mungkin. Apabila anda mencurigai adanya reaksi, hentikan


transfuse, bilas dengan salin normal secara perlahan, dan beritahu dokter.
11. Monitor Tanda vital:

Ukur tanda vital setiap 5 menit pertama selama 15 menit, selanjutnya ukur setiap

jam sesuai kebijakan lembaga.

Observasi klien untuk melihat adanya kemerahan, gatal-gatal, bintik merah, dan

ruam.
13

a. Pertahankan kecepatan infus yang di programkan dengan mengunakan pompa


infus, jika perlu
b. Lepas dan buang sarung tangan. Cuci tangan.
c. Observasi timbulnya reaksi yang merugikan secara berkelanjutan.
d. Catat pemberian darah produk darah. Catat transfuse ini sebagai asupan cairan
sesuai dengan kebijakan lembaga.
e. Setelah pemberian infuse selesei, kembalikan kantung darah serta selang ke bank
darah.
12. Pembilasan selang mencegah masuknya produk darah lebih lanjut.

Mendokumentasikan adanya perubahan pada status tanda vital yang dapat


mengidentivikasikan tanda awal terjadinya transfusi.

Dapat menjadi tanda awal reaksi

13. Pompa infuse mempertahankan kecepatan yang diprogramkan.


K. Penatalaksanaan
Memberikan darah sebaiknya berdasarkan petunjuk nasional mengenai penggunaan klinis
darah, dengan mempertimbangkan kebutuhan resipien tersebut. Sebelum memberikan
darah atau produk darah harap diingat hal-hal berikut:
1)

Perbaikan yang diharapkan pada kondisi klinis resipien tersebut.

2)

Metode untuk meminimalkan kehilangan darah untuk mengurangi kebutuhan akan

transfuse.
3)

Terapi alternative yang dapat diberikan, termasuk penggantian cairan intravena atau

oksigen, sebelum mengambil keputusan untuk melakukan transfuse.


4)

Resiko penularan HIV,Hepatitis, sipilis atau infeksi lainnya melalui produk darah

yang tersedia.
5)

Keuntungan transfuse dibandingkan dengan resiko untuk resipien tertentu.

6)

Pilihan terapi lain jika darah tidak tersedia pada saat itu.

7)

Kebutuhan akan orang yang terlatih untuk memantau resipien tersebut dan segera

bereaksi jika timbul efek sampan

14

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.7.1 DATA DASAR PENGKAJIAN.


1. Aktivitas
Gejala: Kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
biasanya.
Tanda : Kelelahan otot. Peningkatan kebutuhan tidur, samnolen.
2. Sirkulasi
Gejala:
Palpitasi.
Tanda:

Takhikardia, murmur jantung.

Kulit, membran mukosa pucat.

Defisit syaraf kranial dan atau tanda perdarahan serebral.

3. Eliminasi
Gejala :

Diare; nyeri tekan perianal, nyeri.

Darah merah terang pada tissue, faeces hitam.

Darah pada urien, penurunan haluaran urien.

4. Integritas Ego
Gejala

Perasaan

tidak

berdaya

tak

ada

harapan.

Tanda : Depresi, menarik diri, ancietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
alam perasaan, kacau.
5. Makanan / cairan
Gejala :

Perubahan rasa / penyimpangan rasa.

Tanda : Distensi abdominal, penurunan bunyi usus.

Kehilangan nafsu makan, anorexia, muntah.

15

6. Neorosensori
Gejala :

Kurang / penurunan kordinasi.

Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi kurang konsentrasi.

Pusing, kesemutan, parastesia.

Tanda : Otot mudah terangsang, aktivitas kejang.


7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi ; nyeri tekan strenal, kram
otot.
Tanda : Perilaku berhati-hati / distraksi ; gelisah, fokus pada diri sendiri.
8. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek dengan kerja minimal.
Tanda : Dispnea, takipnea, & batuk.
9. Keamanan
Gejala :

Riwayat infeksi saat ini / terdahulu.

Gangguan penglihatan / kerusakan.

Tanda :

Demam, infeksi.

Kemerahan, purpura, perdarahan retina, perdarahan gusi atau epistaksis.

10. Seksualitas
Gejala :

Perubahan libido.

Perubahan aliran menstruasi, menorhaghia.

Impoten.

28. Diagnosa Keperawatan pada Transfusi darah

Hipotermi b/d penyesuaian suhu transfusi.

Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual.


16

a.

Hipotermi b/d penyesuaian suhu transfusi


Intervensi

1.

Hangatkan kembali dan awasi dengan ketat pasien dengan suhu tubuh di bawah
35C.
R/ mencegah komplikasi atau efek dari transfusi darah.

2.

Pertahankan atau capai suhu tubuh dalam batas normal 36C.


R/ diharapkan tidak akan terjadi hipotermi lagi.

3.

Lakukan TTV (Suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah).


R/ untuk mengetahui perkembangan pasien.

b.

Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual


Intervensi

1. Kaji intake output.


R/ untuk mengetahui keseimbangan kebutuhan nutrisi
2. Sajikan makanan selagi masih hangat.
R/ menambah nafsu makan pasien.
3. Beri pengetahuan tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
R/ pasien dapat mengetahui pentingnya nutrisi bagi tubuh.
4. Berkolaborasi dengan ahli gizi.
R/ mempercepat proses penyembuhan.

BAB III
17

PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Transfusi darah lengkap (Whole blood) secara umum diindikasikan pada kasus

kehilangan darah secara akut, melebihi 15% volume darah. Transfusi darah merupakan
factor utama dalam memperbaiki dan mempertahankan kualitas hidup pasien penderita
kanker, ganguan hematology, dan cidera yang berhubungan dengan trauma dan pasienpasien yang menjalani bedah mayor.
Meskipun tarnsfusi darah penting untuk mengendalikan homeostasis, transfusi
darah juga membahayakan. Banyak komplikasi yang di timbulkan oleh terapi komponen
darah, misalnya; reaksi hemolitik akut yang kemungkinan mematikan, penularan
penyakit infeksi (hepatitis, AIDS) dan reaksi demam.
3.2

Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu penulis berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Terima kasih.

18

Daftar pustaka
http://teguhsubiantoro.blogspot.com/2009/05/tranfusi-darah.html
Wagener,D.J.Th,

dan

Haanen,C.1980.ilmu

penyakit

darah.bandung.Binacipta

Corwin,J.2009.Buku saku Patologi.Jakarta.EGC


https://www.scribd.com/doc/250452396/Askep-Transfusi-Darah
http://ibudanmama.com/kesehatan/mengenal-jenis-jenis-transfusi-darah/

19

Vous aimerez peut-être aussi