Vous êtes sur la page 1sur 6

ASPEK PRODUKSI AGRIBISNIS

PERTANIAN
4:53 AM Maya Akbar Labels: AGRIBISNIS
Dalam agribisnis pertanian, aspek produksi perlu mendapatkan perhatian yang lebih dibanding
aspek lain. Ini bukan berarti mengabaikan aspek lain, tetapi semata-mata karena komoditi yang
dikelola adalah tanaman, makhluk hidup, yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan.
Dari tanaman yang ditanam akan dihasilkan produk untuk dijual ke pasar. Dengan demikian,
mesin produksi dalam agribisnis pertanian ini adalah tanaman itu sendiri yang sifatnya sangat
berbeda dengan mesin yang bekerja dengan bahan bakar. Oleh karena itu, penanganan aspek
produksi ini harus hati-hati agar perusahaan dapat berproduksi sesuai dengan rencana. Aspek
produksi agribisnis pertanian akan dibedakan menjadi perencanaan produksi dan pengendalian
produksi.

A. Perencanaan Produksi Agribisnis Pertanian


Perencanaan produksi agribisnis pertanian meliputi perencanaan produk, perencanaan lokasi
usaha, perencanaan standar produksi, dan pengadaan tenaga kerja.

1. Perencanaan Produk Atau Komoditas


Termasuk dalam perencanaan produk atau komoditas adalah penentuan jenis tanaman dan jumlah
tanaman. Pada dasarnya penentuan jenis tanaman harus memperhatikan faktor agroklimat.
Namun, jika menggunakan rumah kaca, faktor agroklimat dapat dibuat sedemikian rupa sehingga
sesuai
dengan
jenis
tanaman
yang
akan
diusahakan.
Untuk tanaman yang tidak diusahakan dalam rumah kaca, faktor agroklimat harus benar-benar
diperhatikan. Tanaman yang akan diusahakan haruslah tanaman yang sesuai dengan iklim dan
keadaan tanah setempat. Apalagi jika tanaman yang kita pilih sebagai komoditas agribisnis
merupakan tanaman yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit, maka penyesuaian waktu
tanam
sangat
penting
untuk
menunjang
keberhasilan
agribisnis
tersebut.
Sebagai contoh, untuk agribisnis bisnis kentang, jika penanamannya dilakukan di dataran rendah
atau menengah, maka produksi yang dihasilkan tidak akan seoptimal jika ditanam di dataran
tinggi. Begitu pula jika agribisnis yang kita pilih adalah cabai hibrida, dan penanaman dilakukan
pada musim hujan, tentu saja biaya pemeliharaan yang akan timbul akan lebih besar dibanding
jika menanan cabai hibrida pada musim kemarau. Hal itu disebabkan serangan penyakit pada
musim
hujan
sangat
besar.
Dalam menentukan agribisnis yang akan diusahakan perlu juga diperhatikan masalah pengadaan
bibitnya. Untuk memenuhi kebutuhan bibit, pemerintah dan pihak swasta telah melakukan
perbanyakan
berbagai
jenis
bibit
unggul.

Selain merencanakan jenis tanaman, merencanakan jumlah tanaman yang akan ditanam perlu
juga diperhatikan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar tidak terjadi kelebihan produk.
Sebaiknya merencanakan jumlah tanaman ini beracuan pada pasar. Jumlah permintaan pasar
itulah yang harus dipenuhi. Dengan cara ini efisiensi produksi akan tercapai dengan baik.

2. Perencanaan lokasi usaha


Secara umum perencanaan lokasi usaha untuk agribisnis pertanian sebaiknya memperhatikan
aspek-aspek
sebagai
berikut.
a.
Aspek
teknis-ekonomis
Termasuk dalam aspek ini adalah biaya transportasi, baik dari pusat produksi ke lokasi sumber
bahan baku atau dari pusat produksi ke pasar. Perlu juga dilihat ada tidaknya sarana jalan di
tempat tersebut. Tersedianya sarana jalan yang berfungsi memperlancar transportasi akan
menurunkan biaya operasional. Kelancaran transportasi memang sangat diperlukan karena akan
membantu kegiatan pasca panen, terutama dalam hal pengangkutan hasil produksi.
Ketersediaan tenaga kerja, tingkat upah tenaga kerja, peluang perluasan usaha, harga tanah, serta
sarana
penunjang
lain,
seperti
listrik
dan
air
juga
harus
diperhatikan.
b.
Aspek
iklim
Aspek iklim diperlukan untuk menentukan jenis agribisnis yang akan diusahakan. Aspek ini
meliputi
suhu
udara,
kelembaban,
curah
hujan,
dan
intensitas
cahaya.
c.
Aspek
agronomis
Tercakup dalam aspek ini antara lain topografi lahan, jenis dan kondisi tanah, serta sistem
drainase. Aspek iklim dan agronomis sering dijadikan satu menjadi agroklimat. Untuk lebih
jelasnya,
aspek
agroklimat
diuraikan
pada
materi
Pengendalian
Produksi.
d. Aspek lingkungan dan sosial budaya masyarakat di sekitar lahan
Aspek ini meliputi dukungan masyarakat di sekitar lahan, penyesuaian diri masyarakat terhadap
modemisasi, pandangan masyarakat terhadap bisnis, ada-tidaknya kerja sama yang saling
menguntungkan, kompetisi dengan pengusaha lain, perilaku pedagang perantara, dan keadaan
sosial
ekonomi
masyarakat
di
sekitar
lokasi
agribisnis.
e.
Aspek
tata
kota
Ada kawasan-kawasan tertentu yang oleh pemerintah dilarang untuk pendirian agribisnis
pertanian dengan alasan tata kota. Di kawasan ini jelas tidak dapat dipilih sebagai lokasi usaha
meskipun aspek-aspek lainnya telah terpenuhi.

3. Perencanaan Standar Kualitas Produk


Agar produk dari agribisnis pertanian yang kita usahakan mampu bersaing di pasar, diperlukan
adanya standar kualitas, terutama produk dengan jangkauan pasar ekspor. Biasanya standar mutu
komoditi
yang
akan
dieskpor
telah
ditentukan
oleh
eksportir.

Untuk produk atau komoditas yang berorientas pasar lokal atau nasional, maka standar kualitas
produk disesuaikan dengan permintaan pasar yang ada. Standar produk untuk permintaan
supermarket tentu saja berbeda dengan standar produk untuk permintaan pasar tradisional.
Menentukan standar produk yang tepat akan menghemat biaya operasional agribisnis.
Apa yang terjadi jika banyak pengusaha yang kurang memperhatikan kualitas produk? Yang
jelas, pasar akan dibanjiri oleh produk agribisnis pertanian yang berkualitas rendah. Bisa
dipastikan harga suatu produk akan jatuh. Hanya pengusaha yang pandai menjaga kualitas saja
yang bisa bertahan dalam keadaan seperti ini.

4. Pengadaan tenaga kerja


Kebutuhan akan tenaga kerja disesuaikan dengan besar kecilnya usaha itu sendiri. Pengusahaan
agribisnis pertanian yang tidak begitu besar, membutuhkan tenaga kerja yang sedikit dan dapat
dipenuhi oleh anggota keluarga sendiri. Namun, untuk pengusahaan yang besar dan dilakukan
secara
intensif,
penggunaan
tenaga
kerja
dari
luar
mutlak
diperlukan.
Sebagai contoh, berdasarkan luas lahan yang dimiliki, pengusaha agribisnis pertanian yang
mengelola lahan seluas 2.500-3.000 m2, dapat mempekerjakan 1-2 orang tenaga kerja. Namun,
gambaran ini tidak mengikat. Bagi pengusaha yang sudah maju, kebutuhan tenaga kerjanya dapat
lebih besar, dan telah ada penggolongan tenaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang
digunakan, semakin besar pula biaya yang diperlukan. Sekitar 34,81% dari seluruh pengeluaran
total
dihabiskan
untuk
upah
tenaga
kerja.
Sebagai gambaran untuk biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja di sektor pertanian, di daerah
Wonosobo Jawa Tengah, adalah Rp 25.000,00 - Rp 35.000,00 per-orang per-hari dengan waktu
kerja 8 jam sehari.

B. Pengendalian Produksi Agribisnis Pertanian


Pengendalian produksi terutama ditekankan pada proses produksi tanaman yang akan
dibudidayakan. Proses produksi dalam agribisnis pertanian menyangkut pengetahuan mengenai
jenis dan sifat-sifat tanaman, agroklimat bagi pertumbuhannya, budidaya, serta penanganan
pascapanen.

1. Jenis-jenis tanaman
Jenis tanaman yang akan ditentukan dalam agribisnis pertanian harus mempertimbangkan
potensi atau peluang pasar terhadap hasil produksi agribisnis. Jika Anda memiliki peluang pasar
yang lebih bagus dengan harga yang tinggi untuk tomat jenis sayur berarti pilihan utama untuk
agribisnis yang akan diusahakan adalah tomat jenis sayur. Begitu pula untuk agribisnis pertanian
yang lain, ada banyak jenis tanaman yang bisa dijadikan sebagai pilihan, seperti jenis cabai
merah keriting, cabai merah besar, pepaya ukuran besar, pepaya ukuran kecil, dan sebagainya.
Pilihan yang tepat dengan menyesuaikan potensi atau peluang pasar yang ada akan menunjang
keberhasilan agribisnis tersebut.

2. Sifat-sifat tanaman
Sifat-sifat tanaman sangat perlu untuk diketahui agar penanganannya, mulai budidaya sampai
pemasarannya, dapat dilakukan dengan baik sehingga penurunan mutu produknya dapat dicegah
atau setidak-tidaknya berkurang. Parameter yang dapat digunakan untuk menentukan sifat-sifat
tanaman yang cocok untuk agribisnis yang akan dijalankan antara lain:
a.
Ketergantungan
terhadap
musim
Apakah tanaman yang akan dibudidayakan dapat ditanam dan dipanen kapan saja atau hanya
bisa dilakukan pada musim-musim tertentu. Misalnya untuk agribisnis tembakau tidak mungkin
ditanam pada awal musim hujan dan dipanen saat akhir musim hujan. Untuk agribisnis buah
mangga hanya dapat dipanen satu kali dalam satu tahun. Jika menanam tomat pada musim
kemarau berarti biaya yang dikeluarkan untuk mengendalikan serangan virus akan lebih besar.
Estimasi ketergantungan tanaman terhadap musim akan membantu membuat perencanaan waktu
tanam,
pembiayaan
atau
permodalan,
dan
pemanenan.
b.
Tingkat
perputaran
modal
Bagaimana tingkat perputaran modal terhadap agribisnis yang kita usahakan? Menanam jahe
tentu saja memiliki tingkat perputaran modal yang lebih lambat dibanding dengan tomat, karena
waktu panen jahe yang lebih panjang. Untuk tanaman pepaya membutuhkan investasi yang
sedikit lebih lambat dibanding tanaman cabai atau tomat, akan tetapi saat tanaman pepaya sudah
memasuki fase panen, maka tingkat perputaran modalnya lebih cepat dimana pembudidaya bisa
mendapatkan penerimaan paling tidak satu minggu sekali. Dengan mengetahui tingkat
perputaran modal, pelaku agribisnis dalam memperkirakan kemampuan pengembalian modal.
c.
Daya
tahan
hasil
produksi
pasca
panen
Sifat ini merupakan sifat fisik produk agribisnis pertanian. Perlu diketahui apakah produk
agribisnis tersebut mudah rusak oleh kesalahan perlakuan fisik selama pemanenan atau
pengangkutan. Jika produk tersebut mudah rusak, tentu saja penanganan panen dan pasca panen
harus hati-hati dan usahakan untuk mengikuti SOP (Standar Operasional Prosedur) yang sudah
dibuat. Jika produk tersebut tidak mudah rusak, seperti gabah, penanganan tentu saja bisa
dilakukan secara tradisional, sejauh tidak mengakibatkan kerugian yang fatal.

3. Agroklimat
Agroklimat mempunyai arti iklim yang berhubungan dengan kegiatan pertanian. Dalam
agribisnis pertanian, faktor agroklimat sangat menentukan keberhasilan usaha. Memaksa
tanaman untuk tumbuh di daerah dengan agroklimat yang tidak sesuai akan fatal terhadap
keberhasilan
agribisnis.
Faktor-faktor agroklimat yang perlu diketahui dalam agribisnis pertanian meliputi keadaan
tanah/lahan,
ketinggian
tempat,
suhu,
dan
curah
hujan.
a.
Keadaan
tanah
Keadaan tanah yang harus disesuaikan dengan jenis tanaman budidaya secara umum adalah jenis
tanah dan tingkat keasaman tanah (pH). Jenis tanah harus diusahakan sesuai dengan jenis

tanaman budidaya dalam kegiatan agribisnis. pH tanah juga haru berada pada kisaran optimal
untuk pertumbuhan tanaman budidaya. Pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan
menggunakan
alat
yang
disebut
pH
meter
atau
cairan
pH
tester.
Informasi selengkapnya tentang pH tanah bisa dilihat pada artikel pH Tanah
b.
Ketinggian
tempat
Ketinggian tempat merupakan salah satu syarat tumbuh jenis tanaman yang akan dibudidayakan.
Jangan memaksakan untuk menentukan agribisnis pada tanaman yang tidak sesuai dengan
ketinggian tempatnya. Kesalahan menentukan jenis tanaman yang sesuai dengan ketinggian
tempat
akan
berakibat
fatal
terhadap
keberhasilan
agribisnis.
c.
Suhu
udara
Suhu udara berkaitan erat dengan ketinggian tempat. Setiap ketinggian tempat naik 100 m, suhu
udara akan turun kurang lebih 0,57C. Suhu udara yang sesuai tanaman budiaya akan menunjang
keberhasilan
agribisnis.
d.
Curah
hujan
Satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk menunjang keberhasilan agribisnis pertanian adalah
curah hujan. Tanaman budidaya yang tidak membutuhkan curah hujan tinggi maka jangan
ditanam saat awal musim hujan. Demikian pula sebaliknya. Jika memaksakan untuk menanam
tanaman yang rentan terhadap curah hujan tinggi dengan pertimbangan peluang harga yang
bagus saat panen, maka harus diperhatikan juga biaya perawatan yang akan meledak mungkin
bisa
mencapai
200-300
persen.
Data agroklimat suatu daerah bisa diperoleh dari dinas-dinas pertanian setempat.

4. Teknologi Budidaya Dalam Agribisnis Pertanian


Teknologi budidaya untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda. Penerapan teknologi budidaya
yang baik dan benar menjadi penentu keberhasilan agribisnis pertanian. Walaupun semua
komponen sudah dipersiapkan, tetapi jika teknologi budidaya yang diterapkan tidak benar, maka
besar kemungkina agribisnis pertanian yang kita usahakan akan menemui kegagalan. Oleh
karena itu, dalam agribisnis pertanian mau tidak mau harus menguasai masing-masing teknologi
budidaya
dari
jenis
tanaman
yang
dibudidayakan.
Sebagai referensi untuk menunjang teknologi budidaya berikut kami sajikan beberapa pilihan
teknologi budidaya mulai dari pengadaan bibit, pemupukan, hingga penanganan hama penyakit
yang
dapat
mendukung
kegiatan
agribisnis
pertanian
:
Budidaya Bawang Merah, Budidaya Buah Naga, Budidaya Cabai, Budidaya Durian, Budidaya
Jagung, Budidaya Jahe, Budidaya Jamur, Budidaya Jeruk, Budidaya Melon, Budidaya Padi,
Budidaya Pepaya, Budidaya Semangka, Budidaya Tanaman Anggrek, Budidaya Tanaman Buah,
Budidaya
Terong,
Budidaya
Tomat.
Petunjuk Aplikasi Pestisida, Hama Penyakit Cengkeh, Hama Penyakit Durian, Hama Penyakit
Tanaman Cabai, Hama Penyakit Tanaman Jagung, Hama Penyakit Tanaman Kentang.

Pupuk Dan Pemupukan, Pupuk Organik, Hormon Tumbuhan atau ZPT (Zat Pengatur Tumbuh).

5. Penanganan Pascapanen Hasil Produksi Agribisnis


Penanganan pasca panen merupakan penanganan terhadap hasil produksi agribisnis setelah
panen selesai, atau setelah pemetikan hasil produksi. Pasca panen untuk setiap jenis tanaman
berbeda-beda. Penanganan pasca panen pada buah tomat dan gabah sangat berbeda jauh. Begitu
pula untuk tujuan pemasaran. Jenis produksi yang sama akan mengalami penanganan pasca
panen yang berbeda jika tujuan pemasarannya berbeda. Untuk pepaya yang dipasarkan ke pasar
tradisional akan berbeda penanganannya dengan pepaya yang dipasarkan ke supermarket atau
tujuan ekspor. Penanganan pasca panen yang tidak benar akan mengurangi nilai jual dari hasil
produksi
agribisnis
pertanian.
Secara umum, penanganan pasca panen meliputi, pembersihan, pemilihan atau sortasi,
pengelasan (grading), penyimpanan, pengepakan dan pengangkutan. Semua kegiatan tersebut
bertujuan untuk menjaga kualitas hasil produksi agribisnis pertanian agar masuk dalam standar
kualitas
yang
telah
disepakati
dengan
pihak
pembeli.
Artikel Terkait :

ASPEK PEMASARAN AGRIBISNIS PERTANIAN

Vous aimerez peut-être aussi