Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pemberi Pinjaman
Konsep dasar pinjaman daerah dalam PP 54/2005 dan PP 30/2011 pada prinsipnya diturunkan
dari UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah. Dalam UU tersebut disebutkan bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal, untuk memberikan alternatif sumber pembiayaan bagi pemerintah
daerah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat, maka pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman. Namun demikian,
mengingat pinjaman memiliki berbagai risiko seperti risiko kesinambungan fiskal, risiko
tingkat bunga, risiko pembiayaan kembali, risiko kurs, dan risiko operasional, maka Menteri
Keuangan selaku pengelola fiskal nasional menetapkan batas-batas dan rambu-rambu
pinjaman daerah.
Selain itu, dalam UU 17/2003 tentang Keuangan Negara bab V mengenai Hubungan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah, serta
Pemerintah/Lembaga Asing disebutkan bahwa selain mengalokasikan Dana Perimbangan
kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah
kepada Pemerintah Daerah. Dengan demikian, pinjaman daerah merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
DASAR HUKUM
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
4. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
5. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah;
6. PP Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan
Penerimaan Hibah
7. PP Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah;
8. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas No.
005/M.PPN/06/2006 tentang Tatacara Perencanaan dan Pengajuan Usulan serta
Penilaian Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.02/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
dan Mekanisme Pemantauan Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan
Pinjaman Daerah;
PERSYARATAN PINJAMAN
Persyaratan umum bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan pinjaman adalah sebagai
berikut:
1. Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun
+ DAU)
BW 2,5
SUMBER PINJAMAN
bunga, dan/atau kewajiban lainnya seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang
berkenaan.
Pinjaman Jangka Pendek dipergunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas.
b. Pinjaman Jangka Menengah dipergunakan untuk membiayai pelayanan publik yang tidak
menghasilkan penerimaan.
c. Pinjaman Jangka Panjang digunakan untuk membiayai kegiatan investasi prasarana
dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang (i) menghasilkan
penerimaan langsung, (ii) menghasilkan penerimaan tidak langsung, (iii) memberikan
manfaat ekonomi dan sosial.
d. Khusus Pinjaman Jangka Panjang dalam bentuk Obligasi Daerah digunakan untuk
membiayai kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan
publik yang menghasilkan penerimaan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan atas
penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut.
2. Pinjaman Daerah dari Pemerintah yang dananya bersumber dari Pusat Investasi
Pemerintah.
LARANGAN PENJAMINAN
1. Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain;
2. Pendapatan daerah dan/atau barang milik daerah tidak boleh dijadikan jaminan;
3. Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik daerah yang melekat
dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah.
PEMBAYARAN KEMBALI PINJAMAN
1. Seluruh kewajiban pinjaman daerah yang jatuh tempo wajib dianggarkan dalam
APBD tahun anggaran yang bersangkutan;
2. Dalam hal daerah tidak memenuhi kewajiban membayar pinjamannya kepada
Pemerintah, kewajiban membayar pinjaman tersebut diperhitungkan dengan DAU
dan/atau Dana Bagi Hasil yang menjadi hak daerah tersebut.
PELAPORAN PINJAMAN
1. Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban
pinjaman kepada Pemerintah setiap semester dalam tahun anggaran berjalan;
2. Dalam hal daerah tidak menyampaikan laporan, Pemerintah dapat menunda
penyaluran Dana Perimbangan.