Vous êtes sur la page 1sur 34

ANTIBIOTIKA

: zat yang dihasilkan


oleh suatu mikroba terutama fungi
yang dapat menghambat atau
membasmi mikroba jenis lain

Antibiotika merupakan suatu kelompok obat


yang paling sering digunakan saat ini. Menurut
perkiraan sampai 1/3 pasien yang dirawat di
Rumah Sakit mendapat antibiotika, dan biaya
antibiotika dapat mencapai 50% dari anggaran
obat di Rumah sakit.
Hasil penelitian Gonzales menunjukkan bahwa
30% resep antibiotika diperuntukkan untuk
infeksi
saluran
pernafasan,
lebih
dari
separuhnya adalah infeksi viral yang tidak
memerlukan antibiotika
Penggunaan antibiotika yang berlebihan dan
tidak tepat akan menimbulkan kekebalan
(resistensi) , meningkatkan biaya pengobatan
dan efek samping.

Antibiotika menghentikan beberapa jenis


infeksi dalam beberapa hari. Karena antibiotika
tidak dapat secara lansung menghilangkan
gejala, dokter sering mengkombinasi terapi
antibiotika dengan antipiretika.
Yg harus diingat adalah untuk tidak
menghentikan terapi antibiotika sebelum
jumlah yang ditentukan habis, meskipun gejala
penyakit telah menghilang, penghentian
penggunaan antibiotika sebelum waktunya
akan menyebabkan timbulnya kembali infeksi
yang lebih parah akibat pembentukan bakteri
yang resisten.

Berdasarkan toksisitas selektif, antibiotika


bersifat :
Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan
mikroba . ex :kloramfenikol
Bakterisid : membunuh mikroba. Ex :
pensilin
Berdasarkan spektrumnya antibiotika dibagi
dua :
- Berspektrum sempit : pensilin G,
steroptomisin
- Berspektrum luas : tertrasiklin, amoksisilin

Dosis kurang : dosis antibiotika tergantung pada


tempat infeksi , walaupun kuman penyebabnya sama.
Ex: dosis penisilin G untuk mengobati meningitis oleh
pneumokokus lebih tinggi dari pada dosis utk infeksi sal.
Nafas bawah yg disebabkan kuman yg sama
Masa terapi yang kurang
Faktor mekanik : abses, jaringan nekrotik, batu sal.
Kemih dll dapat menggagalkan terapi
Kesalahan penetapan etiologi : demam tdk selalu karena
kuman. Peningkatan suhu tubuh juga bisa akibat virus,
jamur, parasit.
Faktor farmakokinetik : tidak semua bag. tubuh dapat
ditembus dengan mudah oleh antibiotika. Cth jar prostat
Pilihan antibiotika yg kurang tepat
Faktor pasien : KU yg buruk, gannguan mekanisme
pertahanan tubuh, ( akibat AIDS, sitostatik,
imunosupresan ), ketidak patuhan pasien

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Beta-laktam : Drug-fever, ruam kulit, peningkatan


waktu protrombin
Sulfonamid: Anemia megaloblastik
Kuinolon (siprofloksasin): fotosensitif, tendinitis,
ruptur tendon, kejang
Aminoglikosida (gentamisin): potensial ototoksik,
potensial nefrotoksik
Isoniazid: hepatitis (peningkatan SGOT, SGPT)
Kloramfenikol: kelainan darah, dll

1. Menghambat sintesis atau merusa kdinding sel


bakteri,seperti beta Laktam (penisilin,
sefalosporin, basitrasin,dan vankomisin.
2. Modifikasi atau menghambat sintesis
protein,misalnya aminoglikosid, kloramfenikol
,tetrasiklin ,makrolida, klindamisin
3. Menghambat enzim- enzim esensial dalam
metabolisme folat, misalnya trimetoprim dan
sulfonamid.
4.Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam
nukleat, misalnya kuinolon ,nitrofurantoin.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Golongan Penisilin
Golongan Sefalosporin
Glolongan Makrolida
Golongan Tetrasiklin
Golongan Aminoglikosida
Golongan Linkomisin
Golongan Quinolon
Golongan Kloramfenikol
Golongan Serba Serbi

Adalah
antibiotika
yang
pertama
kali
dikembangkan dan masih digunakan secara luas
ditemukan oleh Alexander Flemming tahun 1929.
Beberapa jenis penisilin tidak efektif bila
digunakan secara oral, oleh karena itu diberikan
dalam bentuk injeksi. Sayangnya ada beberapa
strains bakteri yang telah resisten terhadap
penisilin.
Antibiotika ini mempunyai cincin beta laktam
pada struktur bangunnya.
Mekanisme kerja: mencegah sintesa dinding
bakteri

Contoh: amoksisilin, ampisilin, aztreonam,


benzyl-penisilin, Co-amoksiclav,
imipenem, fenoksimetil penisilin.

Sefalosporin
termasuk
dlm
antibiotika
berspektrum luas. Secara kimia antibiotika
golongan ini mirip dengan penisilin, juga
mempunyai cincin beta-laktam pada bangun
strukturnya.
Sefalosporin digunakan apabila terapi dengan
golongan penisilin tidak efektif. Beberapa
sefalosporin dapat digunakan secara oral,
akan tetapi ada yang hanya bisa diberikan
dalam bentuk injeksi.
Sekitar 10% pasien yang alergi terhadap
golongan penisilin juga alergi terhadap
sefalosporin.

Sefalosporin tertentu dapat merusak


ginjal, terutama bila diberikan bersamaan
dengan aminoglikosida.
Contoh : sefaklor, sefaleksin, sefamandol,
sefiksim,
sefoksitin,
sefadroksil,
sefotaksim, sefoperazon, seftazidim

Obat golongan ini yang paling sering


digunakan adalah eritromisin. Golongan
makrolida sering diresepkan sebagai
alternatif terapi dari penisilin atau
sefalosporin.
Eritromisin
kadang-kadang
bisa
menyebabkan kerusakan fungsi hati.
Contoh:
azitrimisin,
klaritomisin,
eritromisin.

Golongan tertrasiklin mempunyai spektrum


kerja yang lebih luas dibandingkan dengan
golongan lain, akan tetapi karena meningkatnya
resistensi
bakteri,
menyebabkan
penggunaannya pada saat ini menjadi terbatas.
Resiko terbesar penggunaan tetrasiklin adalah
pada ibu hamil dan anak-anak dimana obat ini
dapat berikatan dengan tulang yang sedang
tumbuh dan menimbulkan pewarnaan pada gigi
(Kontra Indikasi dg anak di bwh 8 th)

Efek

Samping:
neurotoksik,
nefrotoksik,
anoreksia,
nausea,
vomiting, penurunan berat badan,
peningkatan salivasi, tremor dan
kram
Contoh:
tetrasiklin,
doksisiklin,
oksitetra siklin.

Aminoglikosida adalah antibiotika yang


poten serta mempunyai spektrum luas.
Meskipun demikian antibiotik golongan
ini tidak digunakan secara luas karena
potensial menyebabkan efek samping
yang
serius.
Oleh
sebab
itu
pengunaannya hanya terbatas di Rumah
Sakit, untuk pengobatan infeksi yang
parah.

Kemungkinan efek samping adalah


kerusakan ginjal, kerusakan saraf
pendengaran dan rash.
Contoh
:
amikasin,
gentamisin,
neomisin,
netilmisin,
streptomisin,
tobramisin.

Klindamisin
adalah
antibiotika
yang
termasuk dalam golongan ini.
Klindamisin
digunakan untuk infeksi
tulang, sendi, abdomen dan pelvis yang
tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik
lain yang lebih aman.
Klindamisin juga digunakan secara topikal
untuk mengobati jerawat dan infeksi
vagina.

Obat golongan kuinolon sering juga digolongkan


dalam golongan antibakteri karena lebih banyak
dihasilkan secara sintetis daripada organisme
hidup.
Kuinolon mempunyai spektrum antibiotika yang
luas. Digunakan
untuk pengobatan infeksi
saluran kencing, dan efektif untuk mengobati
penyakit diare akut termasuk yang disebabkan
oleh salmonella.
Absorbsi kuinolon dikurangi oleg antasida yang
mengandung aluminium dan magnesium.
Tidak boleh diberikan pada anak-anak dibawah
usia 14 tahun karena dapat mengganggu
pertumbuhan tulang.

Obat ini dapat ditoleransi dengan baik, tapi harus


dihindari penggunaannya pada pasien epilepsi
karena kadang-kadang dapat menyebabkan
kejang.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa obat
golongan ini dapat menyebabkan arthritis.
Contoh: Siprofloksasin, Levofolksasin, Gatiflok
-sasin, Norfloksasin, Ofloksasin, Asam Nalidiksat.

Merupakan antibiotika dengan spektrum luas.


Dapat digunakan untuk mengobati infeksi berat
akibat Haemofilus influenzae, demam tifoid,
meningitis, abses otak dan infeksi berat lainnya.
Mekanisme kerja: berikatan dengan ribosom 50S
menghambat asam amino masuk kedalam sel,
akhirnya menghambat sintesa protein
Bentuk tetes mata sangat bermanfaat untuk
mengobati
konjungtivitis
bakterial.
Karena
toksisitasnya, obat ini jarang digunakan dalam
bentuk injeksi.

Efek samping: Supresi sum-sum tulang, anemia


aplastik, grey syndrom, kolaps sirkulasi, sianosis,
asidosis, distensi abdomen, sakit kepala dan
mimpi buruk
Kloramfenikol bersifat bakteriostatik terhadap
kuman yang peka seperti riketsia, klamidia,
mikoplasma
dan beberapa strain salmonella,
juga terhadap beberapa strain bakteri gram
positif dan gram negatif.
Contoh : Kloramfenikol, Thiamfenikol.

Vankomisin
Spektinomisin
Polimiksin
Metronidazole.

Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap


bakteri gram positif dan negatif.
Bersifat bakteriostatik.
Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat
dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri
untuk membentuk DNA dan RNA bakteri.
Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin,
sulfamerazin dan sulfamezatin dengan
perbandingan sama), Kotrimoksazol
(sulfametoksazol + trimetoprim dengan
perbandingan 5:1).

Penggunaan:

Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol


Kotrimoksazol Merupakan kombinasi
sulfametoksazole dan TRimetoprim.
Dapat digunakan juga untuk infeksi
saluran pernafasan dan saluran
cerna
Infeksi mata : sulfasetamid

Pada

infeksi campuran, misalnya kombinasi


obat-obat antikuman dan antifungi atau,
dua antibiotik dengan spektrum sempit
(gram positif + gram negatif) untuk
memperluas aktifitas terapi : Basitrasin
dan polimiksin dalam sediaan topikal.
Untuk memperoleh potensial, misalnya
sulfametoksazol dengan trimetoprim (=
kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan
gentamisin pada infeksi pseudomonas.

PERMENKES
NOMOR2406/MENKES/PER/XII/2011

Vous aimerez peut-être aussi