Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Analysis (RCA)
Posted in Headline
inShare
Share
Langk
ah
Deskripsi
Brainstorming, multivo
FMEA
Braintorm, flowchart, p
scatter, affinity diagram
Kembangkan indikator
Gantt chart
10
11
12
FMEA
13
14
15
16
Gantt chart
17
18
19
20
21
Pendidikan pada pasien, pemberian tanda beresiko pada bed pasien dan pelatihan pada
para staf merupakan intervensi yang paling efektif untuk mengurangi kejadian pasien
jatuh. Lebih lanjut dalam proses implementasi intervensi-intervensi di atas, dibutuhkan
struktur organisasi yang baik, infrastruktur keamanan yang baik, budaya keselamatan
pasien, kerja tim dan leadership.
Dalam buku "Preventing Falls in Hospitals: A Toolkit for Improving Quality of
Care" disebutkan upaya upaya untuk mengurangi terjadinya kejadian pasien terjatuh di
rumah sakit, yaitu:
Menyediakan pegangan tangan yang kokoh di kamar mandi, kamar dan lorong.
Posisikan sandaran tempat tidur rumah sakit di posisi rendah ketika pasien
sedang beristirahat, dan posisikan sandaran tempat tidur yang nyaman ketika pasien
tidak tidur.
Posisikan rem tempat tidur terkunci pada saat berada di bangsal rumah sakit.
Gunakan alas kaki yang nyaman, baik, dan tepat pada pasien.
Ikuti praktek yang aman ketika membantu pasien pada saat akan ke tempat tidur
dan meninggalkan tempat tidur.
Pernyataan yang paling ringkas, akan tetapi memiliki makna yang dalam seperti yang
disarankan oleh Standart Akreditasi JCI adalah "The program is implemented". Dengan
implementasi beberapa saran dalam tulisan ini diharapkan dapat meminimalkan
kejadian pasien terjatuh di rumah sakit. Sehingga salah satu indikator patient safety
dapat dilakukan.
Referensi :
Isomi M. Miake-Lye et al. (2013). Inpatient Fall Prevention Programs as a Patient Safety
Strategy. A Systematic Review. Annals of Interbal Medicine. Vol 158. No 5
Isomi M. Miake-Lye, BA; Susanne Hempel, PhD; David A. Ganz, MD, PhD; and Paul G.
Shekelle, MD, PhD, Annals of Internal Medicine Volume 158 Number 5 (Part 2), 2013
Preventing Falls in Hospitals: A Toolkit for Improving Quality of Care, Agency for
Healthcare Research and Quality, January
http://www.ahrq.gov/professionals/systems/long-termcare/resources/injuries/fallpxtoolkit/index.html , download
darihttp://www.centerforpatientsafety.org/2013/03/08/thirteen-ways-to-prevent-falls/
Joint Commission International Acreditation Standards for Hospitals. 4th Edition. 2011
1.7.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan patient safety
Faktor-faktor yang mempengaruhi performa dan penerapan patient safety dirumah sakit
adalah sebagai berikut :a.
KepemimpinanKuntoro (2010) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu seni dan
prosesuntuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain supaya mereka memilikimotivasi
untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam situasi tertentu,sehingga sangat berperan
dalam menentukan arah organisasi, mengembangkan budaya, memastikan pelayanan dan
mempertahankan organisasi yang efektif. b.
IndividuPatient safety merupakan tantangan global yang memerlukan pengetahuan
danketerampilan dalam berbagai area, mencakup faktor manusia dan system perencanaan.
Menurut Jones (2007) pemberian layanan kesehatan adalah aktivitastim, serta para
professional dan anggota tanpa lisensi dari berbagai disiplin.Berdasarkan model manajemen
tradisional, penekanan adalah pada individudalam tempat kerja, dan lebih menghargai
pencapaian individu. Dalam halkeselamatan pasien, pemimpin harus memastikan bahwa
menempatkan pekerjayang dimiliki mempunyai keterampilan untuk menjalankan fungsinya
sehingga pelayanan yang diberikan bermutu dan safety. Rumah sakit harus dapatmengadakan
pendidikan berkelanjutan untuk meningkatkan keterampilan
dan pengetahuan para staf, karena pengetahuan para staf akan menentukan sikapmereka
dalam mendukung keselamatan pasien.c.
BudayaJones (2007) berpendapat the organizational culture affects the outcomes ofquality for
the organization. Budaya organisasi mempengaruhi hasil dari mutuorganisasi. Perubahan
budaya adalah semboyan baru dalam patient safety.Menurut Whithebead, Weiss & Tappen
PENDAHULUAN
Saat ini isu penting dan global dalam Pelayanan Kesehatan adalah Keselamatan
Pasien (Patient Safety). Isu ini praktis mulai dibicarakan kembali pada tahun
2000-an, sejak laporan dan Institute of Medicine (IOM) yang menerbitkan
laporan: to err is human, building a safer health system. Keselamatan pasien
adalah suatu disiplin baru dalam pelayanan kesehatan yang mengutamakan
pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error yang sering menimbulkan
Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam pelayanan kesehatan.
Frekuensi dan besarnya KTD tak diketahui secara pasti sampai era 1990-an,
ketika berbagai Negara melaporkan dalam jumlah yang mengejutkan pasien
cedera dan meninggal dunia akibat medical error. Menyadari akan
dampak error pelayanan kesehatan terhadap 1 dari 10 pasien di seluruh dunia
maka World Health Organization(WHO) menyatakan bahwa perhatian terhadap
Keselamatan Pasien sebagai suatu endemis.
Organisasi kesehatan dunia WHO juga telah menegaskan pentingnya
keselamatan dalam pelayanan kepada pasien: Safety is a fundamental principle
Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan
keselamatan pasien.
(2)
manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi kesehatan di rumah sakit.
(4)
1.
2.
3.
4.
Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit untuk
melakukan pelatihan internal keselamatan pasien rumah sakit;
5.
6.
7.
2.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes RI,
2011).
Risiko adalah peristiwa atau keadaan yang mungkin terjadi yang dapat
berpengaruh negatif terhadap perusahaan. perusahaan. (ERM) Pengaruhnya
dapat berdampak terhadap kondisi :
Pelanggan,
Risiko adalah fungsi dari probabilitas (chance, likelihood) dari suatu kejadian
yang tidak diinginkan, dan tingkat keparahan atau besarnya dampak dari
kejadian tersebut.
Risk = Probability (of the event) X Consequence
Risiko di Rumah Sakit:
Risiko non klinis/corporate risk adalah semua issu yang dapat berdampak
terhadap tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit
sebagai korporasi.
Financial risks
Other risks
2.
3.
4.
Brainstorming
Mapping out proses dan prosedur perawatan atau jalan keliling dan
menanyakan kepada petugas tentang identifikasi risiko pada setiap lokasi.
2.
3.
Penilaian risiko Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat
termasuk Pasien dan publik dapat terlibat bila memungkinkan. Area yang dinilai:
Operasional
Finansial
Strategik
Hukum/Regulasi
Teknologi
Informasi yang lebih baik sekitar risiko sehingga tingkat dan sifat risiko
terhadap pasien dapat dinilai dengan tepat.
2.
Pembelajaran dari area risiko yang satu, dapat disebarkan di area risiko
yang lain.
3.
4.
5.
3.
1.2.
pelayanan.
1.3.
secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan
hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya insiden.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan
lancar.
3.3.
baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat,
dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
4.2.
semua insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko
tinggi.
4.4.
Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.
Standar V.
Peran kepemimpinan dalam
meningkatkan keselamatan pasien
Standar:
1.
2.
3.
4.
5.
Kriteria:
5.1.
5.2.
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5.5.
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis
Akar Masalah Kejadian Nyaris Cedera (Near miss) dan Kejadian Sentinel pada
saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
5.6.
antar unit dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan
pendekatan antar disiplin.
5.8.
2.
Kriteria:
6.1.
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan
tugasnya masing-masing.
6.2.
dalam setiap kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas
tentang pelaporan insiden.
2.
Kriteria:
7.1.
4.
Lakukan verifikasi ketersediaan setiap peralatan khusus dan/atau implantimplant yang dibutuhkan.
jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.
Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.
5.
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit
Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka rumah sakit harus
merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif
insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah
sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,
praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi
pasien sesuai dengan Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang
komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah
tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam
pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus
serentak. Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah
dilaksanakan di rumah sakit. Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan
langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah
dilaksanakan dengan baik rumah sakit dapat menambah penggunaan metodametoda lainnya.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai
berikut:
A.
Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan
Pasien
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
1.
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus
dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah
pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan
kepada staf, pasien dan keluarga.
1)
rumah sakit.
3)
pasien.
1.
Bagi Unit/Tim:
1)
2)
insiden.
3)
sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi
proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.
B.
1.
1)
Keselamatan Pasien
2)
sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
1.
1)
Untuk Unit/Tim:
Nominasikan penggerak dalam tim anda sendiri untuk memimpin
Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi
C.
dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan
Keselamatan Pasien dan staf;
2)
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan
kepedulian terhadap pasien.
1.
1)
Untuk Unit/Tim:
Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu-isu
Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen
D.
Untuk Unit/Tim:
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi
juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.
E.
1)
Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan
Untuk Unit/Tim:
Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar
secara tepat
3)
dan keluarganya.
F.
Belajar dan berbagi pengalaman tentang
keselamatan Pasien
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.
1.
1)
Untuk Unit/Tim:
1)
2)
Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa
G.
Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem
Keselamatan Pasien
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.
1.
1)
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk
menentukan solusi setempat.
2)
4)
Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
pelaksanaannya.
3)
Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut tentang
6.
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien, terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
mengisi Form data isian RS untuk mendapatkan kode rumah sakit yang dapat
digunakan untuk melanjutkan ke form Laporan Insiden, KKP-RS.
SekretariaT KKPRS PERSI d/a Kantor PERSI : Jl. Boulevard Artha Gading Blok A-7 A
No. 28, Kelapa Gading Jakarta Utara 14240 Telp : (021) 45845303/304 Jakarta.
Sistem pelaporan insiden kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit harus dijamin keamanannya, bersifat rahasia, anonym (tanpa identitas),
tidak mudah diakses oleh yang tidak berhak. Pelaporan insiden kepada Komite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit mencakup KTD, KNC, dan KTC,
dilakukan setelah analisis dan mendapatkan rekomendasi dan solusi dari TKPRS.
Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan pengkajian dan
memberikan umpan balik (feedback) dan solusi atas laporan yang sampaikan
oleh rumah sakit.
Empat Prinsip Penting Pelaporan Insiden:
1.
2.
Pelaporan Insiden harus aman. Staf tidak boleh dihukum karena melapor
3.
Bersifat tidak menghukum: Pelapor bebas dari rasa takut dan pembalasan
dendam atau hukuman sebagai akibat laporannya
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2. Lingkungan
Pencahayaan dan permukaan: berkontribusi terhadap pasien jatuh atau cedera
Temperature: pengkondisian temperature dibutuhkan dibeberapa ruangan
seperti ruang operasi, hal ini diperlukan misalnya pada saat operasi bedah
tulang suhu ruangan akan berpengaruh terhadap cepatnya pengerasan dari
semen
Kebisingan: lingkungan yang bising dapat menjadi distraksi saat perawat
sedang memberikan pengobatan dan tidak terdengarnya sinyal alarm dari
perubahan kondisi pasien
Ergonomic dan fungsional: ergonomic berpengaruh terhadap penampilan
seperti teknik memindahkan pasien, jika terjadi kesalahan dapat menimbulkan
pasien jatuh atau cedera. Selain itu penempatan material di ruangan apakah
sudah disesuaikan dengan fungsinya seperti pengaturan tempat tidur, jenis,
penempatan alat sudah mencerminkan keselamatan pasien.
3. Peralatan dan teknologi
Fungsional: perawat harus mengidentifikasi penggunaan alat dan desain dari
alat. Perkembangan kecanggihan alat sangat cepat sehingga diperlukan
pelatihan untuk mengoperasikan alat secara tepat dan benar.
Keamanan: Alat-alat yang digunakan juga harus didesain penggunaannya
dapat meningkatkan keselamatan pasien.
4. Proses
Desain kerja: Desain proses yang tidak dilandasi riset yang adekuat dan
kurangnya penjelasan dapat berdampak terhadap tidak konsisten perlakuan
pada setiap orang hal ini akan berdampak terhadap kesalahan. Untuk mencegah
hal tersebut harus dilakukan research based practice yang diimplementasikan.
Karakteristik risiko tinggi: melakukan tindakan keperawatan yang terusmenerus saat praktek akan menimbulkan kelemahan, dan penurunan daya ingat
hal ini dapat menjadi risiko tinggi terjadinya kesalahan atau lupa oleh karena itu
perlu dibuat suatu system pengingat untuk mengurangi kesalahan
Waktu: waktu sangat berdampak pada keselamatan pasien hal ini lebih mudah
tergambar ada pasien yang memerlukan resusitasi, yang dilanjutkan oleh
beberapa tindakan seperti pemberian obat dan cairan, intubasi dan defibrilasi
dan pada pasien-pasien emergency oleh karena itu pada saat-saat tertentu
waktu dapat menentukan apakah pasien selamat atau tidak.
Perubahan jadual dinas perawat juga berdampak terhadap keselamatan pasien
karena perawat sering tidak siap untuk melakukan aktivitas secara baik dan
menyeluruh.
Waktu juga sangat berpengaruh pada saat pasien harus dilakukan tindakan
diagnostic atau ketepatan pengaturan pemberian obat seperti pada pemberian
antibiotic atau tromblolitik, keterlambatan akan mempengaruhi terhadapap
diagnosis dan pengobatan.
Efisiensi: keterlambatan diagnosis atau pengobatan akan memperpanjang
waktu perawatan tentunya akan meningkatkan pembiayaan yang harus di
tanggung oleh pasien.
5. Orang
Sikap dan motivasi: sikap dan motivasi sangat berdampak kepada kinerja
seseorang. Sikap dan motivasi yang negative akan menimbulkan kesalahankesalahan.
Kesehatan fisik: kelelahan, sakit dan kurang tidur akan berdampak kepada
kinerja dengan menurunnya kewaspadaan dan waktu bereaksi seseorang.
Kesehatan mental dan emosional: hal ini berpengaruh terhadap perhatian akan
kebutuhan dan masalah pasien. tanpa perhatian yang penuh akan terjadi
kesalahan kesalahan dalam bertindak.
Faktor interaksi manusia dengan teknologi dan lingkungan: perawat
memerlukan pendidikan atau pelatihan saat dihadapkan kepada penggunaan
alat-alat kesehatan dengan teknologi baru dan perawatan penyakit-penyakit
yang sebelumnya belum tren seperti perawatan flu babi (swine flu).
Faktor kognitif, komunikasi dan interpretasi: kognitif sangat berpengaruh
terhadap pemahaman kenapa terjadinya kesalahan (error). Kognitif seseorang
sangat berpengaruh terhadap bagaimana cara membuat keputusan, pemecahan
masalah baru mengkomunikasikan hal-hal yang baru.
6. Budaya
Faktor budaya sangat bepengaruh besar terhadap pemahaman kesalahan dan
keselamatan pasien.
Pilosofi tentang keamanan: keselamatan pasien tergantung kepada pilosofi dan
nilai yang dibuat oleh para pimpinanan pelayanan kesehatan
Jalur komunikasi: jalur komunikasi perlu dibuat sehingga ketika terjadi
kesalahan dapat segera terlaporkan kepada pimpinan (siapa yang berhak
melapor dan siapa yang menerima laporan).
Budaya melaporkan, terkadang untuk melaporkan suatu kesalahan mendapat
hambatan karena terbentuknya budaya blaming. Budaya menyalahkan (Blaming)
merupakan phenomena yang universal. Budaya tersebut harus dikikis dengan
membuat protap jalur komunikasi yang jelas.
Staff-kelebihan beban kerja, jam dan kebijakan personal. Faktor lainnya yang
9.
2.
Selanjutnya apabila harus dirawat inap akan dikirim ke ruang rawat inap.
Selanjutnya akan didiagnosa lebih mendetail ke instalasi radiologi dan atau
laboratorium. Kemudian jika pasien harus ditindak bedah, maka pasien akan
dijadwalkan ke ruang bedah. Pasca bedah, untuk pasien yang kondisinya
belum stabil akan dikirim ke ruang Perawatan Intensif, pasien yang kondisinya
stabil akan dikirim ke ruang rawat inap. Selanjutnya pasien meninggal akan
dikirim ke instalasi pemulasaraan jenazah. Setelah pasien sehat dapat pulang
1.
10.
Penutup