Vous êtes sur la page 1sur 62

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015

Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

1.1 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN NIAS


UTARA
Proses penyusunan RTRW Kabupaten Nias Utara dilandasi oleh
beberapa ketentuan dan peraturan yang dijadikan sebagai pedoman
dalam penyusunannya. Landasan hukum tersebut adalah :
1.

Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;


2. Undang-Undang

Nomor 3 Tahun

2002 tentang

Pertanahan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Republik ;
4. Undang-Undang

Nomor

25

Tahun

2004

tentang

Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Kabupaten Nias Utara di Provinsi Sumatera Utara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4929);
M a t e r i Te k n i s R T R W |

I-1

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5059);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan

Perundang-undangan

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5234);
9. Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana
Pengganti

telah

diubah

Undang-Undang

dengan
Nomor

Peraturan

Tahun

Pemerintah

2014

tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5589);
10.Peraturan

Pemerintah

Nomor

16

Tahun

2005

tentang

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4490);
11.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Propinsi,

Pemerintahan

Daerah

Kabupaten/Kota

(Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
12.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata

Ruang

Wilayah

Nasional

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 4833);
13.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Perubahan

Bentuk

Peruntukan

dan

Fungsi

Kawasan

Hutan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097);
14.Peraturan

Pemerintah

Nomor

15

Tahun

2010

tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

M a t e r i Te k n i s R T R W |

I-2

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5103);
15.Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan
Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
16.Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 56, Tambahan
Lembaran Negara Repbulik Indonesia Nomor 5217);
17.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan;
18.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang
Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Daerah;
19.Peraturan

Menteri

Pekerjaan

Umum

Nomor

16/PRT/M/2009

tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah


Kabupaten;
20.Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 28 Tahun 2009 tentang Tata
Cara

Pelaksanaan

Konsultasi

Dalam

Rangka

Pemberian

Persetujuan Substansi Kehutanan Atas Rancangan Peraturan


Daerah Rencana Tata Ruang;
21.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
22.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota;
23.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah;

1.2 PROFIL WILAYAH KABUPATEN NIAS UTARA


1.2.1 Gambaran Umum Kabupaten Nias Utara
Kabupaten Nias Utara merupakan pemekaran dari Kabupaten Nias
berdasarkan UU No. 45 Tahun 2008, yang terletak di sebelah utara
M a t e r i Te k n i s R T R W |

I-3

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Kabupaten Nias. Adapun letak geografis berada pada 1 00300 103300 LU dan 97000 00 - 9900000 LS.

Secara

administratif

Kabupaten

Nias

Utara

berbatasan

dengan:
Sebelah Utara :

Samudera

Indonesia;
Sebelah Timur :

Samudera Indonesia

dan Kota Gunungsitoli;


Sebelah Selatan

Kabupaten

Nias Barat dan Kabupaten Nias;


Sebelah Barat :

Samudera

Indonesia.
Kabupaten Nias Utara memiliki wilayah seluas 1.241,48 Km
(berdasarkan data BPS), terdiri dari 11 kecamatan, yaitu : 1. Lahewa;
2. Lahewa Timur; 3. Lotu; 4. Saw; 5. Tuhemberua; 6. Sitlu ri; 7.
Namhalu Esiwa; 8. Alasa Talu Muzi;

9. Afulu; 10. Alasa; dan 11.

Tugala Oyo. Wilayah yang terluas adalah Kecamatan Lahewa yakni


seluas 172,54 Km dan kecamatan dengan luas terkecil adalah
Kecamatan Tuhemberua seluas 50,18 Km.
Untuk lebih jelasnya luas wilayah menurut kecamatan di Kabupaten
Nias Utara dapat dilihat pada Tabel 1.1, sedangkan orientasi wilayah
Kabupaten Nias Utara dapat dilihat pada Peta 1.1 dan batas
administrasi Kabupaten Nias Utara dapat dilihat pada Peta 1.2.
Tabel 1.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Nias Utara Tahun
2008
No
1
2
3
4
5
6

Kecamatan
Lotu
Saw
Tuhemberua
Sitli ri
Namhalu
Esiwa
Alasa
Talumuzi

Jumlah
Desa/Kelurah
an
13
10
8
6

M a t e r i Te k n i s R T R W |

Luas (Km)
115,99
65,53
50,18
76,29

Rasio Terhadap
Total Luas
Kabupaten (%)
9,34
5,28
4,04
6,15

11

120,54

9,71

76,39

6,15

I-4

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

7
8
9
10
11

Alasa
Tugala Oyo
Afulu
Lahewa
Lahewa Timur
Jumlah

14
8
9
21
7
113

197,55
84,18
150,95
172,54
131,54
1.241,4
8

15,91
6,78
12,16
13,90
10,58
100,00

Sumber : Hasil Analisis Peta RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2034

Topograf
Wilayah Kabupaten Nias Utara didominasi oleh perbukitan yang
sempit dan terjal, tetapi hampir secara keseluruhan berada di bawah
800 mdpl. Struktur permukaan tanah berbongkah-bongkah dan
membentuk banyak sekali aliran sungai atau sumber mata air. Kondisi
ini

yang

menyebabkan

ketidakmudahan

untuk

membangun

infrastruktur jalan yang lurus dan kokoh.


Bentang alam daratan di Kabupaten Nias Utara dapat dibagi menjadi
4 kelompok psiografik penting, antara lain :

M a t e r i Te k n i s R T R W |

I-5

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Peta 1.1
Orientasi Wilayah Kabupaten Nias Utara

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Peta 1.2
Batas Administrasi Kabupaten Nias Utara

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

1) Dataran rendah dengan agak landai (<8%), termasuk kawasan


pesisir, sisi-sisi laut yang telah terangkat sebelumnya dan kawasankawasan genangan banjir yang berlumpur, semua ini terdiri dari
sedimen-sedimen yang masih lebih muda (dan material terumbu
karang yang sudah tua) yang merupakan peluang penting untuk
kegiatan pertanian;
2) Lahan gambut, terdiri dari kawasan hutan rawa gambut, yang
umumnya berlokasi di kawasan pantai dataran rendah sepanjang
sungai-sungai besar dan kawasan delta. Kawasan-kawasan ini sangat
tidak sesuai untuk pengembangan pertanian dan memiliki nilai
keragaman hayati yang sangat tinggi, sehingga wilayah ini harus
dilindungi;
3) Perbukitan,
mencapai

bukit-bukit

kecil

dan

guludan

dengan

ketinggian

300 m, disertai torehan dengan lereng landai hingga

curam (kemiringan 16-55%), yang berasal dari batuan sedimen dan


batu kapur yang keras (Karst), dengan peluang untuk kegiatan
pertanian yang terbatas.
4) Pegunungan, yang terdiri dari kawasan torehan dengan lereng curam
(dengan kemiringan >25%) mencapai ketinggian hingga 1200m,
berasal dari batu kapur dan berbagai batuan felsik (granite,
metamorphic), tidak sesuai untuk pertanian.

Klimatologi
Sebagai pulau yang terpisah, iklim di Pulau Nias dan juga di
Kabupaten Nias Utara dipengaruhi oleh angin muson yang membawa
butiran air dari Samudera Hindia. Hal ini menyebabkan curah hujan
relatif cukup tinggi dan berlangsung sepanjang tahun.
Akibat letak Kepulauan Nias dekat dengan garis khatulistiwa, maka
curah hujan setiap tahun cukup tinggi. Pada tahun 2008 jumlah curah
hujan mencapai 3.401 mm setahun atau rata-rata 251,8 mm per
bulan dengan banyaknya hari hujan mencapai 254 setahun atau ratarata 21 hari perbulan, penyinaran matahari rata-rata 49% per bulan,
kecepatan rata-rata sebesar

5 knot/jam dengan suhu rata-rata

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

25,9oC dan mencapai kelembaban 90%. Curah hujan yang paling


besar terjadi pada bulan November yaitu 442,6 mm dengan
banyaknya hari hujan mencapai 27 hari hujan dan penyinaran
matahari sebesar 28%. Musim kemarau dan hujan silih berganti
dalam setahun. Curah hujan paling rendah terjadi di bulan Februari
yaitu 95,5 mm dengan penyinaran matahari sebesar 50%. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Kondisi Curah Hujan, Kecepatan Angin, Suhu Rata-rata dan
Kelembaban
Kepulauan Nias Tahun 2008

Bulan

Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septemb
er
Oktober
Nopembe
r
Desembe
r
Jumlah
RataRata per
Bulan

Curah Hujan Dan


Penyinaran Matahari
Penyinar
Curah
Hari
an
Hujan
Hujan
Matahari
(mm)
(hari)
(%)
178,7
13
51
95,5
10
50
253,3
28
50
325,9
20
48
136,0
17
66
255,4
22
59
209,5
22
49
199,9
20
62

Kecepat
an Rata2
(Knot/ja
m)
5
5
5
5
5
5
5
5

Suhu dan
Kelembaban
Suhu
RataKelembab
Rata
an (%)
(0C)
25,9
88
26,4
87
26,0
91
26,0
92
26,1
89
25,8
92
25,5
86
26,1
88

375,8
228,4

25
23

33
52

4
5

25,5
26,3

90
89

442,6

27

28

25,6

91

321,0
3.022,
0

27

34

25,3

92

254

582

59

310,5

1.075

21

49

25,9

90

251,8

Sumber : Kabupaten Nias Dalam Angka, Tahun 2009

Geologi
Aspek geologi dalam analisa fisik dimaksudkan memberi gambaran
kondisi litologi atau batuan serta struktur geologi suatu wilayah. Pulau
Nias terbentuk hasil penunjaman lempeng Samudra Hindia di bawah
lempeng benua eurasia (Pulau Sumatera) pada aktivitas tektonik
Oligosen (berkisar 30 juta tahun lalu). Proses penunjaman tersebut
mengakibatkan

terbentuknya

sesar

naik

yang

berdampak

pada

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

terangkatnya sebagian batuan kerak samudra yang berupa batuan beku


dan batuan sedimen tipis yang termetakan. Pada bagian tepi batuan
yang terangkat terendapkan batuan sedimen mulai dari Miosen Awal
sampai Miosen Akhir. Pada Pliosen Pleistosen batuan sedimen tersebut
terangkat membentuk struktur lipatan dan pengangkatan terus terjadi
membentuk dataran Pulau Nias (10.000 tahun lalu) yang ditandai oleh
adanya terumbu karang, pengangkatan masih terus berlangsung dan
mengindikasikan masih aktifnya proses tektonik di Pulau Nias.
Di wilayah Kabupaten Nias Utara seluruh batuan penyusun Pulau Nias
juga menyebar di Kabupaten Nias Utara. Stratigrafi atau urut-urutan
batuan penyusun di Kabupaten Nias Utara mulai dari batuan yang
berumur paling muda sampai berumur paling tua seperti pada Tabel
1.3.
Secara umum sebaran masing-masing batuan berarah Barat Laut
Tenggara

atau

searah

dengan

arah

memanjangnya

Pulau

Nias.

Berdasarkan sifat fisik batuannya, secara berurutan batuan yang


bersifat kompak sampai yang bersifat lepas adalah : batuan beku dan
sedimen termetakan dari Kelompok Bancuh - batuan sedimen dari
Formasi Llmatua - batuan sedimen Formasi Gomo - batu terumbu
karang dari Formasi Gunungsitoli dan yang paling bersifat lepas adalah
endapan alluvial.
Tabel 1.3
Stratigraf Kabupaten Nias Utara
Umur

Formasi

Holosen

Alluvial

Pliosen
sampai
Pleistosen

Formasi
Gunungsitoli

Miosen
Tengah
sampai
Miosen Akhir

Formasi
Gomo

Litologi/Batuan
Simbol

Qa

QT
g

Tm
pg

Satuan
Endapan sungai, rawa dan pantai
yang terdiri dari pasir, lempung dan
lumpur
serta
bongkahan
batugamping.
Batugamping
terumbu,
batugamping lanauan, batupasir
kuarsa halus gampingan yang
diendapkan di lingkungan laut
dangkal.
Batuan
berlapis
berupa
batulempung,
napal,
batupasir,
batugamping
bersisipan
napal
tufaan, tufa dan gambut tipis.
Diendapkan di lingkungan sublitoral

bathial,
mengandung
fosil
foraminifera
dan
plangton,

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Umur
Miosen Awal
sampai
Miosen Akhir

Formasi
Lelematua

Oligosen
sampai
Miosen Awal

Komplek
Bancuh

Distribusi

Litologi/Batuan

Formasi

Simbol

batuannya.
Batuan sedimen berlapis yaitu
perselingan batupasir, batulanau,
batulempung, konglomerat dan tufa
serta
bersisipan
tipis
dengan
batubara dan serpih, batuan banyak
mengandung fosil foraminifera dan
plangton yang terendapkan di
lingkungan sublitoral neritik luar
bongkahan berbagai jenis batuan
beku ultramafik - basa, yaitu
peridotit, serpentinit, gabro, basalt
serta batuan sedimen serpih, sekis
lempung
bersisik,
konglomerat,
breksi dan graywacke termetakan

Tml

Tomm

penyebaran

batuan

Satuan

di

masing-masing

kecamatan

dari

Kabupaten Nias Utara seperti pada Tabel 1.4. Melalui tabel terlihat
bahwa urutan batuan penyusun Kabupaten Nias Utara mulai dari yang
hadir dengan sebaran paling luas sampai yang hadir dengan sebaran
terbatas adalah : batuan sedimen Formasi Llmatua (36,7 %) batuan
sedimen Formasi Gomo (31,5 %) terumbu karang/koral Formasi
Gunungsitoli (17,8 %) endapan aluvial (10,3 %) batuan beku dan
sedimen termetakan dari Kelompok Bancuh (3,7 %). Sifat fisik dari
masing-masing jenis batuan penyusun berikut luas sebarannya akan
mempengaruhi dalam penentuan kawasan rawan bencana, dimana
batuan menjadi salah satu pemicu tingkat kerawanan bencana gempa
bumi maupun longsor.
Tabel 1.4
Distribusi Luas Sebaran Batuan di Masing-Masing Kecamatan
di Kabupaten Nias Utara
No
1
2
3
4
5
6

Nama Kecamatan
Lahewa
Lahewa Timur
Lotu
Saw
Afulu
Namhalu Esawa

Luas Sebaran Batuan Per Kecamatan


(%)
Tomm
Tml
Tmpg
QTg
Qa
*
*
20
60
20
*
5
20
57
18
5
55
*
10
30
*
95
*
*
5
*
*
80
3
17
5
75
15
*
5

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

No

Nama Kecamatan

7
8
9
10
11

Sitlu ri
Tuhemberua
Alasa
Alasa Tolumuzi
Tugala Oyo
Jumlah Total
Luas batuan/kabupaten

Luas Sebaran Batuan Per Kecamatan


(%)
Tomm
Tml
Tmpg
QTg
Qa
4
80
8
8
*
*
20
60
20
*
*
*
*
*
*
5
15
80
*
*
18
22
32
20
8
37
367
315
178
103
3,7
36,7
31,5
17,8
10,3

Keterangan :
Tom
m
= Batuan Kelompok Bancuh
= Batuan Formasi
Tlm
Lelematua
Tmpg
= Batuan Formasi Gomo

QTg
Qa
*

= Batuan Formasi
Gunungsitoli
= Endapan
Aluviul
= Batuan tidak hadir

Hidrologi
Kondisi keairan (hidrologi) suatu daerah, paling tidak dipengaruhi oleh 3
faktor utama, yakni posisi (geografi), iklim (curah hujan) dan geologi.
Posisi suatu daerah yang berada di dekat pantai dikelilingi laut akan
berbeda

dengan

daerah

yang

berada

di

tengah

pulau.

Iklim

menentukan kelembaban, curah hujan dan tekanan udara (angin).


Kondisi geologi meliputi jenis formasi batuan kedap atau akuiklud
(Aquiclude) atau penyimpanan air atau akuifer serta morfologi (dataran,
punggungan atau pegunungan).
Di wilayah Kabupaten Nias Utara terdapat cukup banyak sungai yang
mengalir dari pegunungan menuju ke arah perairan laut di sekeliling
pulau. Namun kebanyakan sungai-sungai tersebut tidak terlalu besar,
sehingga tidak semua sungai tercatat memiliki nama.
Banyak

diantara

sungai-sungai

tersebut

yang

sudah

mengalami

pendangkalan akibat endapan pasir, yang sebagian diakibatkan oleh


penggunaan lahan non pertanian di kawasan penyangga dan kawasan
lindung yang kurang hati-hati sehingga mengakibatkan sedimentasi.
Selain itu akibat berubahnya fungsi kawasan resapan air maka fluktuasi
debit sungai pada musim kemarau dan musim hujan cukup besar,
sehingga pada kawasan tertentu sering mengalami banjir pada musim
hujan dan kekeringan pada musim kemarau.

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Penduduk yang bermukim di sepanjang jalur sungai tersebut pada


awalnya memanfaatkan sungai untuk keperluan mandi dan cuci. Namun
dengan semakin menurunnya kualitas air sungai, pemanfaatan tersebut
semakin berkurang. Saat ini sungai lebih banyak digunakan sebagai
saluran drainase dan tempat pembuangan limbah rumah tangga, yang
jika tidak dikendalikan akan semakin memperburuk kualitas air sungai.
Untuk lebih jelasnya sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Nias
Utara dapat dilihat pada Tabel 1.5.
Tabel 1.5
Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Nias Utara
No
.

Kecamatan

Lotu

Saw

Tuhemberua

Sitlu ri

Namhalu
Esiwa

Alasa

Nama Sungai
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.

Lotu
Muzi
Nalua
Ehou
Humanga
Lawira
Soohi Solewu
Luzamanu
Luzamanu
Saw
Sinua
Bulunio
Lakha
Helera
Sogawu
Fofola
Laehuwa
Hetusa
Latoi
Tauli
Fino
Simali
Ma'ae
Bogali
Sowu
Bolagasi
Esiwa
Babea
Solawuo
Fauro
Meafu
Simolu

Panjang
(Km)

Klasifkasi

8,5
77,3
4,5
15,4
6
5
4
10
7,5
20
4
4
5
6
6
9
8,3
4
4
4
4
2,6
6,5
11,5

Kecil
Besar
Kecil
Sedang
Kecil
Kecil
Kecil
Sedang
Kecil
Sedang
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Sedang

10
15,4
5
6
-

Sedang
Sedang
Kecil
Kecil
Kecil

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

No
.

Kecamatan

Talumuzi

Alasa

Tugala Oyo

Afulu

10

Lahewa

11

Lahewa Timur

Panjang
(Km)

Klasifkasi

S. Muzoi
S. Simohoni
S. Huruna
S. Mida
S. Borosi
S. Lugomanu
S. Moambulo
S. Molawayo
S. Alasa
S. Belu
S. Doi
S. Loloyo
S. Dumula
S. Nangea
S. Oyo
S. Naai
S. Siwawo
S. Boyo
S.Tohuwa
S. Humene
S. Fatela
S. Bbtalu
S. Eno'o
S. Afulu
S. Sa'ua
S. Zoyo'oyo
S. Namohesa
S. Sotugala
S. Lafau
S. Harewakhe
S. Boyo
S. Taliwa'a
S. Sobaewa
S. Lafau
S. Moaw
S. Baruz
S. Hao II
S. Dao
S. Bogono
S. Lahewa
S. Simaneri
S. Bolia
S. Muzi

7
5
6
7
15
6
6
15
20
36
4
7
15
15
20
5
8
15
15
5
10
11,3
5
8,2
4
6
8
5,8
6,9
6
77,3

Besar
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Sedang
Kecil
Kecil
Sedang
Sedang
Besar
Kecil
Kecil
Sedang
Sedang
Sedang
Kecil
Kecil
Sedang
Sedang
Kecil
Sedang
Sedang
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Kecil
Besar

S. Tefao
S. Totoi
S. Naruwa

8
10,5
7,5

Kecil
Sedang
Kecil

Nama Sungai

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

No
.

Kecamatan
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.
S.

Nama Sungai

Panjang
(Km)

Klasifkasi

Solagasi
Batoto
Nafuo
Tugala I
Tugala II
Megana
Solagasi
Onozalukhu
Namoduru
Himeafi Lauru
Tefao

9,3
6,3
8

Kecil
Kecil
Kecil

Sumber : Kabupaten Nias Utara Dalam Angka Tahun 2009

1.2.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia


1.2.2.1 Tingkat Pertumbuhan Penduduk`
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu
wilayah

tertentu

sebelumnya.

pada

Indikator

waktu
tingkat

tertentu

dibandingkan

pertumbuhan

penduduk

waktu
sangat

berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah


dimasa yang akan datang. Ditinjau dari pertumbuhan penduduk,
dapat terlihat kondisi pertumbuhan penduduk yang setiap tahunnya
terus meningkat. Berdasarkan data statistik ditingkat kabupaten
diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Nias
Utara selama 6 tahun terakhir adalah 1,07%. Selama 6 tahun terakhir
(2005-2010) rata-rata pertumbuhan penduduk yang positif terdiri dari
9 kecamatan, sedangkan pertumbuhan penduduk yang negatif terdiri
dari 2 kecamatan. Untuk lebih jelasnya pertumbuhan penduduk dapat
dilihat pada Tabel 1.6 dan Gambar 1.1.
Tabel 1.6
Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Nias Utara
Tahun 2005 - 2010

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Rata-rata
Pertumbuh
an
Penduduk
(%)

Pertumbuhan Penduduk (%)


No

Kecamatan
20052006

20062007

20072008

20082009

20092010

Lotu

0,07

0,10

0,23

0,22

8,65

1,85

Saw

0,18

-0,02

0,24

0,23

8,69

1,86

Tuhemberua

0,02

0,13

0,19

0,24

10,58

2,23

0,07

0,09

0,25

0,23

7,65

1,65

0,06

0,09

0,24

0,22

-3,66

-0,61

0,07

0,08

0,24

0,23

4,75

1,07

Sitlu ri
Namhalu
Esiwa
Alasa
Talumuzi
Alasa

0,06

0,07

-0,54

5,64

-1,50

0,75

Tugala Oyo

0,07

0,08

10,25

0,23

-6,75

0,78

9
1
0
1
1

Afulu

0,06

0,12

0,21

0,23

10,34

2,19

Lahewa

0,06

-0,04

0,36

0,23

-5,86

-1,05

Lahewa Timur

0,06

0,13

0,20

0,23

2,57

0,64

0,07

0,06

0,62

1,04

2,01

1,07

5
6

Jumlah

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2010

Gambar 1.1
Grafk Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Nias Utara
Tahun 2005 - 2010
2.50
2.00
1.50
Tingkat Pertumbuhan (%)

1.00
0.50
0.00
2006 2007 2008 2009 2010
Tahun

Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Nias Utara berdasarkan


data dari tahun 2005 2010 memperlihatkan perkembangan yang
semakin

meningkat

dari

tahun

ke

tahun.

Dari

tahun

2005

perkembangan jumlah penduduk sampai tahun 2010 sebanyak 4.717

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling tinggi adalah


Kecamatan

Lahewa,

kemudian

disusul

oleh

Kecamatan

Alasa.

Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling rendah adalah


Kecamatan Tugala Oyo. Untuk lebih jelasnya perkembangan penduduk
di Kabupaten Nias Utara dapat dilihat pada Tabel 1.7 berikut.
Tabel 1.7
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Nias Utara
Tahun 2005 - 2010
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kecamatan
Lotu
Saw
Tuhemberua
Sitlu ri
Namhalu Esiwa
Alasa Talumuzi
Alasa
Tugala Oyo
Afulu
Lahewa
Lahewa Timur
Jumlah

2005
10.257
8.808
9.329
10.527
12.530
6.125
18.550
5.901
9.471
21.763
9.552
122.81
3

Jumlah Penduduk (Jiwa)


2006
2007
2008
2009
10.264 10.274 10.298 10.321
8.824
8.822
8.843
8.863
9.331
9.343
9.361
9.383
10.534 10.543 10.569 10.593
12.538 12.549 12.579 12.607
6.129
6.134
6.149
6.163
18.562 18.575 18.475 19.517
5.905
5.910
6.516
6.531
9.477
9.488
9.508
9.530
21.777 21.769 21.848 21.898
9.558
9.570
9.589
9.611
122.89 122.97 123.73 125.01
9
7
5
7

2010
11.214
9.633
10.376
11.403
12.146
6.456
19.225
6.090
10.515
20.614
9.858
127.53
0

Sumber : BPS Kabupaten Nias dan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010

1.2.2.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk


Analisis distribusi penduduk dilakukan untuk mengetahui sebaran
penduduk pada suatu wilayah, sehingga dapat diketahui tingkat
kepadatan penduduk pada wilayah tersebut. Berdasarkan jumlah
dan kepadatan penduduk tahun 2010, maka dapat diketahui
persebaran penduduk di Kabupaten Nias Utara masih belum merata
di masing-masing kecamatan. Distribusi penduduk paling tinggi
terdapat di Kecamatan Lahewa sebesar 16,16% dan terbesar kedua
di

Kecamatan

Alasa

sebesar

15,07%.

Sedangkan

distribusi

penduduk paling rendah terdapat di Kecamatan Tugala Oyo sebesar


4,78%.
Untuk kepadatan penduduk Kabupaten Nias Utara pada tahun 2010
sebesar 85 jiwa/km2. Dimana kepadatan tertinggi terdapat di
Kecamatan Tuhemberua dan Kecamatan Sitlu ri, masing-masing
sebesar 185 jiwa/km2 dan 145 jiwa/km2. Sedangkan kepadatan

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

penduduk yang terendah terdapat pada Kecamatan Tugala Oyo dan


Lahewa Timur, masing-masing sebesar 45 jiwa/km 2 dan 48 jiwa/km2.
Untuk

lebih

jelasnya

mengenai

persebaran

dan

kepadatan

penduduk di Kabupaten Nias Utara tahun 2010 dapat dilihat pada


Gambar 1.2, Tabel 1.8 dan Peta 1.3.
Gambar 1.2
Grafk Distribusi Penduduk Kabupaten Nias Utara Tahun 2010
Lahewa Timur

7.73

Lahewa

16.16

Afulu

8.25

Tugala Oyo

4.78

Alasa
Kecamatan

15.07

Alasa Talumuzi

5.06

Namhalu Esiwa

9.52

Sitlu ri

8.94

Tuhemberua

8.14

Saw

7.55

Lotu
0.00

8.79

5.00

10.00

15.00

Distribusi Penduduk (%)

Tabel 1.8

20.00

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Persebaran dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Nias Utara


Tahun 2010
No

Kecamatan

Lotu

Luas
(km)

Jumlah
Penduduk
(jiwa)

115,99

11.214

Saw

65,53

9.633

Tuhemberua

50,18

10.376

Sitlu ri

76,29

11.403

Namhalu Esiwa

120,54

12.146

Alasa Talumuzi

76,39

6.456

Alasa

197,55

19.225

Tugala Oyo

84,18

6.090

Afulu

150,95

10.515

10

Lahewa

172,54

20.614

11

Lahewa Timur

131,54

9.858

1.241,4
8

127.530

Jumlah

Kepadatan
Penduduk
(jiwa/km)
96.
68
147.
00
206.
78
149.
47
100.
76
84.
51
97.
32
72.
34
69.
66
119.
47
75.
06

Distribusi
Penduduk
(%)

110.82

100

Sumber : Kabupaten Nias Dalam Angka Tahun 2009 dan Hasil Analisis Tahun 2014

8.79
7.55
8.14
8.94
9.52
5.06
15.07
4.78
8.25
16.16
7.73

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Peta 1.3
Kepadatan Penduduk Kabupaten Nias Utara Tahun 2010

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

1.2.2.3 Struktur dan Karakteristik Penduduk


A. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara penduduk laki-laki
dengan banyaknya penduduk perempuan. Secara umum dinyatakan
dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 penduduk perempuan.
Semakin besar nilai angka Rasio Jenis Kelamin maka menunjukkan
bahwa jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
daripada penduduk yang berjenis kelamin perempuan.
Struktur penduduk Kabupaten Nias Utara menurut jenis kelamin
diketahui

bahwa

jumlah

penduduk

perempuan

lebih

banyak

dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk perempuan


di Kabupaten Nias Utara tahun 2010 yaitu 64.423 jiwa, sedangkan
jumlah penduduk laki-laki yaitu 63.107 jiwa. Nilai rasio jenis kelamin
(sex ratio) di Kabupaten Nias Utara adalah sebesar 97, yang artinya
secara rata-rata terdapat sekitar 97 penduduk laki-laki dalam 100
penduduk

perempuan.

Untuk

lebih

jelasnya

mengenai

struktur

penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.9 dan
Gambar 1.3.
Tabel 1.9
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Nias Utara Tahun 2010
No

Kecamatan

Laki-laki
(jiwa)

Perempua
n (jiwa)

Jumlah
(jiwa)

Sex
Ratio

Lotu

5.530

5.684

11.214

97

2
3

Saw
Tuhemberua

4.744
5.133

4.889
5.243

9.633
10.376

97
97

4
5

Sitlu ri
Namhalu Esiwa

5.712
5.994

5.691
6.152

11.403
12.146

100
97

6
7

Alasa Talumuzi
Alasa

3.237
9.445

3.219
9.780

6.456
19.225

100
96

8
9

Tugala Oyo
Afulu

3.025
5.162

3.065
5.353

6.090
10.515

98
96

Lahewa
Lahewa Timur

10.181
4.944

10.433
4.914

20.614
9.858

97
100

Jumlah

63.107

64.423

127.530

97

10
11

Sumber : Hasil Sensus Penduduk Kabupaten Nias Utara Tahun 2010

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Gambar 1.3
Grafk Sex Ratio di Kabupaten Nias Utara Tahun 2010
100

Lahewa Timur
97

Lahewa

96

Afulu

98

Tugala Oyo
96

Alasa
Kecamatan

100

Alasa Talumuzi
97

Namhalu Esiwa

100

Sitlu ri
Tuhemberua

97

Saw

97

Lotu

97

93

94

95

96

97

98

99 100 101

Sex Ratio

B. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk


Dari berbagai metoda untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa
mendatang, beberapa metoda dapat digunakan untuk memproyeksikan

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

jumlah

penduduk

di

wilayah

perencanaan

hingga

akhir

tahun

perencanaan. Metoda yang dapat digunakan adalah metoda teknik


grafik, regresi linier dan bunga berganda.
Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk pada wilayah perencanaan
dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, serta melihat kondisi
perkembangan wilayah perencanaan pada saat sekarang, maka dalam
memproyeksikan jumlah penduduk di wilayah perencanaan sampai
dengan

akhir

tahun

perencanaan,

penggunaan

metoda

bunga

berganda adalah metoda yang dianggap paling tepat. Alasan lain


penggunaan metoda ini didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu :
a. Wilayah perencanaan Kabupaten Nias Utara merupakan wilayah yang
akan semakin berkembang, dimana dapat dilihat potensi dan
perkembangan pelayanan bagi wilayah sekitarnya;
b. Lebih baik memperkirakan jumlah penduduk lebih tinggi (proyeksi
optimis). Bila perkiraan lebih kecil dan ternyata jumlah penduduk
tumbuh

lebih

cepat

akan

menyulitkan

dalam

perencanaan

selanjutnya. Selain itu penyediaan fasilitas dan utilitas wilayah


menjadi bermasalah nantinya;
c. Jumlah penduduk usia muda (sampai dengan 24 tahun) lebih besar
dari pada penduduk usia dewasa dan tua sehingga pertumbuhan
penduduk sepuluh tahun mendatang akan tetap seperti sekarang
ini;
d. Batas ambang atas pertambahan penduduk belum akan terlampaui
sampai akhir tahun perencanaan. Oleh karena itu metoda Bunga
Berganda masih relevan untuk digunakan.
Proyeksi jumlah penduduk pada Kabupaten Nias Utara ini akan
dilakukan untuk 20 tahun ke depan dengan pembagian periode per lima
tahun (2015, 2020, 2025, 2030). Untuk memproyeksikan jumlah
penduduk ini digunakan Metode Bunga Berganda.
Perhitungan dengan Metode Bunga Berganda, menggunakan rumus
matematis sebagai berikut :

Pt+n
Dimana :

Pt ( 1 + r )

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Pt+n = Jumlah penduduk didaerah yang diselidiki pada tahun t+n.


Pt

= Jumlah penduduk didaerah yang diselidiki pada tahun t.

= Tingkat (prosentase) pertambahan penduduk rata-rata setiap


tahun (diperoleh dari data masa lalu).

= Selisih antara data tahun yang ada dengan data tahun yang
diselidiki.

Untuk memproyeksi penduduk Kabupaten Nias Utara tahun 2014 2034


adalah menggunakan rata-rata tingkat pertumbuhan yaitu sebesar
1,07%. Proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Nias Utara tahun 2014
2034 dapat dilihat pada Tabel 1.10.

1.2.3 Potensi Bencana Alam


Bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007, didefinisikan sebagai
peristiwa

atau

mengganggu

rangkaian

kehidupan

peristiwa

dan

yang

penghidupan

mengancam
masyarakat

dan
yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis. Berdasarkan sumber dan penyebabnya, bencana dibagi
atas bencana alam dan bencana non alam. Bencana alam dibagi
lagi bencana alam geologi (gempabumi, tsunami, letusan gunungapi
dan longsor), bencana alam hidroklimatologi (banjir, kekeringan,
angin topan dan gelombang pasang).
Tabel 1.10
Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Nias Utara Tahun 2014 2034
No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Lotu
Saw
Tuhemberua
Sitlu ri
Namhalu Esiwa
Alasa Talumuzi
Alasa
Tugala Oyo
Afulu
Lahewa
Lahewa Timur
Jumlah

Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa)


2014
2019
2024
2029
2034
11,827
12,341
13,016
13,727
14,478
10,160
10,601
11,181
11,792
12,436
10,943
11,419
12,043
12,701
13,396
12,026
12,549
13,235
13,959
14,722
12,810
13,367
14,098
14,868
15,681
6,809
7,105
7,493
7,903
8,335
20,276
21,158
22,314
23,534
24,820
6,423
6,702
7,069
7,455
7,862
11,090
11,572
12,205
12,872
13,575
21,741
22,686
23,926
25,234
26,613
10,397
10,849
11,442
12,067
12,727
136,51
142,36
150,04
158,14
166,67

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2014

Pada pembahasan ini yang akan diulas terbatas pada potensi


bencana alam geologi. Adapun peristiwa alam yang berpotensi akan
bencana geologi di Pulau Nias adalah potensi bencana gempabumi,
tsunami dan tanah longsor. Potensi bencana alam geologi di Pulau
Nias tersebut sangat dikontrol oleh kondisi geologi dan aktivitas
tektonik yang telah berlangsung sejak Oligosen (sekitar 30 juta
tahun lalu) sampai saat ini.

A. Bencana Gempa Bumi


Gempabumi adalah peristiwa goncangan/getaran tiba-tiba pada kulit
bumi

disebabkan

proses

pelepasan

energi

dengan

waktu

yang

singkat/interval waktu yang kecil. Penyebab goncangan atau penyebab


terjadinya gempabumi secara umum ada tiga penyebab utama, yaitu
gempabumi
gempabumi

akibat
akibat

adanya
adanya

runtuhan
aktivitas

(gempabumi

runtuhan),

vulkanik/letusan

gunungapi

(gempabumi vulkanik) dan gempabumi akibat adanya aktivitas tektonik


(gempabumi tektonik). Di seluruh Pulau Nias (termasuk Kabupaten Nias
Utara),

gempabumi

yang

berpotensi

terjadi

adalah

gempabumi

tektonik.
Pulau Nias sebagaimana pulau-pulau lain di sepanjang pantai barat
Pulau Sumatera merupakan bagian terdepan atau terdekat dengan zona
subduksi antara lempeng Samudra Hindia dengan lempeng Benua
Eurasia. Pergerakan lempeng Samudra Hindia dengan kecepatan ratarata 60 mm pertahun telah menggerakan Nias secara mendatar dengan
kecepatan 2-3 cm per tahun serta pergerakan secara vertikal/naik 8
10 cm pertahun sampai saat ini. Tumbukan tersebut juga menyebabkan
Pulau Nias bergerak ke arah Pulau Sumatera dengan kecepatan ratarata 4 cm per tahun.
Jarak jalur subduksi terhadap pantai barat Pulau Nias berkisar 80 km
dan

jalur

subduksi

tersebut

merupakan

pusat-pusat

terjadinya

gempabumi.
Dampak dari tumbukan antara dua lempeng tersebut juga membentuk
patahan besar (megathrust) sepanjang pantai barat yang menjalur dari

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Enggano-Mentawai-Nias-Simeuleu-Andaman/Nikobar (India)

- Arakan

Yoma (Myanmar) dan berlanjut ke jalur megathrust Himalaya. Jalur-jalur


patahan tersebut menjadi tempat pelepasan-pelepasan energi dan
selanjutnya juga menjadi tempat jalur gempa. Beberapa peristiwa
gempabumi yang pernah terjadi di Pulau Nias sejak tahun 1843 sampai
tahun 2008 menurut Supartoyo & Surono, 2008 seperti Tabel 1.11.
Secara umum peristiwa gempabumi tersebut diikuti oleh bencana
tsunami.

Gambar 1.4
Wilayah Indonesia yang rawan bencana Gempa Bumi dan letusan
gunungapi karena berada di antara empat lempeng : lempeng
Hindia Australia, lempeng Pasifik, lempeng Eurasia dan lempeng
Pilipina.

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

(Sumber Gempa Bumi)

Gambar 1.5
Sumber Gempa Bumi pada jalur subduksi antara lempeng Samudra Hindia
dengan lempeng benua Eurasia (Pulau Sumatera)
Data

kegempaan

di

empat

wilayah

Kabupaten/Kota

Pulau

Nias

(Kabupaten Nias Utara, Nias Barat, Nias Induk dan Kota Gunungsitoli)
untuk

kurun

waktu

sepuluh

tahun

terakhir

(2000

2009)

memperlihatkan adanya aktivitas gempa yang cukup tinggi (Gambar


1.6). Pusat-pusat gempa terutama terjadi di sepanjang pantai (baratutara-timur) dan juga terjadi di daratan dengan kedalaman umumnya
dangkal (< 60 km) dengan kekuatan magnitudo rata-rata berkisar 0
3,9 SR, sebagian berkekuatan 4 4,9 dan hanya beberapa berkekuatan
5 9,9 SR.

Skala Intensitas gempa umumnya berkisar VI IX MMI

(Modified Mercalli Intenity) untuk kekuatan gempa 6 9 SR, untuk


gempabumi dengan kekuatan < 6 SR intensitas gempa lebih kecil dari
skala V aau IV MMI.
Pulau Nias yang berhadapan langsung dengan jalur subduksi dan
aktivitasnya terus berlangsung menyebabkan Nias berapa pada posisi
tektonik yang labil, dimana daratannya berpotensi besar untuk selalu
bergoyang sekalipun sumber gempa tidak berada di wilayah Pulau Nias,
seperti peristiwa gempa-bumi pada 26 Desember 2004 yang juga
dirasakan goncangannya di Nias sekalipun pusat gempa di wilayah
Aceh. Hasil survei geofisika juga menunjukan Nias berada pada jalur
anomali negatif, yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh perbedaan
masa rapat batuan (berat jenis) antara Pulau Nias dengan Pulau

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Sumatera. Dimana berat jenis batuan di Pulau Nias jauh lebih kecil
dibandingkan dengan berat jenis batuan di Pulau Sumatera. Untuk
menyeimbangkan gaya berat bumi antara Pulau Nias dengan Pulau
Sumatera, maka secara alamiah Pulau Nias akan mengangkatkan
dirinya. Dalam proses pengangkatan tersebut akan menyebabkan
goncangan-goncangan gempa dengan kekuatan getaran yang dapat
atau tidak dirasakan oleh manusia.
Tabel 1.11
Keterjadian Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Pulau Nias

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

(Supartoyo & Surono, 2008)

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015

Induk, Nias Utara, dan Kota Gunungsitoli ) Peta Seismisitas/Peta Kegempaan Pulau Nias dan SekitarnyaGambar 1.6

Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Wilayah bagian barat dari Kabupaten Nias Utara berhadapan langsung


dengan jalur gempa utama (sumber gempa di laut) atau jalur subduksi
antara lempeng di sisi baratnya. Di bagian utara sumber gempa juga
dari laut, berasal dari jalur patahan utama Andaman/Nikobar (di bagian
utara/diatas Pulau Nias) dan merupakan kemenerusan jalur gempa
utama di bagian barat. Sumber gempa dari laut juga terdapat di bagian
timur laut Kabupaten Nias Utara, dimana sumber gempa berasal dari
patahan-patahan/bidang lemah yang berada di dasar laut Samudra
Indonesia di bagian timur Pulau Nias. Selain dari laut sumber atau
keterjadian gempa juga terdapat di daratan, terutama terjadi pada jalurjalur lemah yaitu di jalur struktur sesar naik, jalur struktur lipatan
maupun di jalur pelurusan struktur geologi, serta di jalur sungai (Sungai
Oyo) yang memang terbentuk oleh struktur geologi. Jalur struktur
tersebut memang merupakan bidang lemah dan menjadi jalur gempa
darat (lihat Peta Seismisitas, Gambar 1.6). Sumber gempa di bagian
barat/ pantai barat Kabupaten Nias Utara umumnya mempunyai
kekuatan gempa <3,9 SR dengan kedalaman dangkal, namun di
beberapa lokasi pernah terjadi gempa dengan kekuatan > 5 SR dengan
kedalam yang juga dangkal dan terjadi lebih sering di banding lokasi
lain dari pantai barat Pulau Nias. Kekuatan gempa >5 SR (gempa
dangkal) yang terjadi di wilayah daratan kabupaten Nias Utara,
intensitas keterjadiannya lebih tinggi di banding di tiga kabupaten/ kota
lainnya. Gempa di Kecamatan Afulu lebih didominasi oleh kekuatan
gempa antara 4 4,9 SR dengan kedalaman dangkal, di wilayah
daratan lainnya umumnya berkekuatan <3 SR dengan kedalaman
umumnya dangkal, namun beberapa ada yang tergolong dalam.
Labilnya Pulau Nias sehingga daratannya dapat terangkat dan atau
mengalami penurunan ketika terjadi gempa terlihat pada peristiwa
gempabumi pada tanggal 28 Maret 2005. Dimana peristiwa gempa
tersebut mengakibatkan terangkatnya sebagian wilayah bagian utara
dari Kabupaten Nias Utara dan dibagian lain mengalami penurunan.
Potensi

bencana

yang

diakibatkan

oleh

gempabumi

terutama

disebabkan oleh adanya goncangan tanah (ground shaking), geseran


tanah (ground faulting) dan gelombang pasang (tsunami). Besarnya
goncangan saat terjadi gempa-bumi dikontrol oleh : magnitudo atau

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

besarnya kekuatan gempa, kedalaman dan jarak dari pusat gempa


serta sifat fisik maupun struktur batuan dan sifat dari bangunan baik
jenis, kualitas maupun umur bangunan.
Goncangan gempa pada daerah yang disusun oleh batuan yang bersifat
tidak kompak/bersifat lepas dengan kedalaman gempa dangkal dapat
dirasakan sangat kuat goncangannya sekalipun kekuatan gempa tidak
tergolong tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya penggandaan
gelombang (seismic amplification) ketika gelombang melalui media
yang

tidak

padu

pembuburan/lumpur

dan

juga

dapat

pasir

(liquefaction)

menyebabkan
yang

akan

terjadinya
mengurangi

kemampuan tanah/batuan menahan beban di atasnya, sehingga terjadi


amblasan saat goncangan gempa. Berdasarkan hal tersebut, maka
gelombang yang melalui batuan yang padat (masa jenis besar) akan
memberikan goncangan yang lebih rendah dibanding bersifat tidak
kompak (densitas kecil). Bahaya lain yang dapat ditimbulkan oleh
goncangan tanah akibat gempa adalah peretakan tanah dan tanah
longsor (landslide).
Intensitas goncangan juga dikontrol oleh intensitas struktur geologi,
dimana struktur geologi baik berupa patahan atau rekangan yang dapat
terbentuk akibat adanya gempa juga akan menjadi zona-zona lemah
bagi perjalanan gelombang bahkan bisa menjadi tempat pelepasan
energi atau zona-zona gempa yang baru.
Wilayah Kabupaten Nias Utara, berdasarkan kondisi kegempaan yang
umumnya berkekuatan <3,9 4,9 SR dengan kedalaman dangkal dan
dengan memperhatikan kondisi batuan penyusun serta struktur geologi
yang berkembang, maka potensi bencana gempabuminya dibagi atas
dua kawasan rawan bencana, yaitu :
1.

Kawasan rawan bencana gempa sangat tinggi, berada pada wilayah


yang disusun oleh batuan yang bersifat lepas atau kurang kompak,
yaitu endapan alluvial (Qa) dan terumbu karang dari Formasi
Gunungsitoli (QTg). Kawasan ini terutama di Kecamatan Lahewa, Lotu
dan Kecamatan Lahewa Timur. Saat gempa Nias pada 28 Maret 2008,
kehancuran di tiga kecamatan tersebut cukup tinggi terutama
kehancuran infrastruktur/ bangunan yang dibangun di atas endapan
alluvial. Begitu juga dengan di Kecamatan Afulu, terutama di wilayah

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

bagian barat/disepanjang pantai barat yang disusun oleh endapan


alluvial. Hal tersebut dikarenakan pada batuan yang tidak kompak
akan

terjadi

penggandaan

gelombang

yang

berdampak

pada

peningkatan goncangan saat terjadi gempa.


2.

Kawasan rawan bencana gempa tinggi, berada pada daerah yang


disusun batuan sedimen dari Formasi Llmatua (Tml) dan Formasi
Gomo (Tmpg) serta batuan beku dan sedimen termetakan yang
terstrukturkan. Kawasan ini terutama di Kecamatan Alasa Talumuzi,
Namhalu Esiwa, Sitlu ri, Saw, bagian barat Kecamatan Afulu dan
sebagian Kecamatan Alasa dan Tugala Oyo.
Untuk lebih jelasnya kawasan rawan bencana gempa bumi di

Kabupaten Nias Utara dapat dilihat pada Peta 1.4.

B. Bencana Tsunami
Tsunami merupakan gelombang yang panjang (long wave) yang dapat
mencapai 100 kilometer, dimana naiknya atau terjadinya gelombang
panjang tersebut disebabkan oleh adanya implusif dari dasar laut atau
dasar permukaan air. Gangguan implusif disebabkan oleh adanya
gempabumi tektonik, letusan gunungapi, longsoran di dasar laut atau
kombinasi ketiganya. Artinya tsunami hanya berpotensi terjadi bila
gempabuminya berada di laut/danau dan pada dasar laut/danaunya
terjadi perubahan morfologi akibat perpindahan masa batuan berupa
patahan/sesar naik atau sesar turun saat terjadi gempa. Berdasarkan
hal tersebut, maka akan ada hubungan antara kekuatan gempa dengan
tsunami, dimana potensi tsunami akan terjadi bila kekuatan gempanya
lebih besar dari 6,5 SR dan kedalaman gempanya tergolong dangkal (<
60 km atau mencapai 80 km). Dari ketiga penyebab tsunami tersebut,
tsunami akibat gempa tektonik yang sering terjadi bahkan yang paling
banyak menimbulkan bencana, baik korban jiwa maupun harta.
Kecepatan bergeraknya tsunami berbanding lurus dengan kedalaman,
kecepatan akan tinggi bila di kedalaman dan semakin berkurang
kecepatannya pada wilayah atau kedalaman yang dangkal. Kondisi
tersebut mengakibatkan ketinggian gelombang saat mencapai pantai
meningkat karena terjadi akumulasi air dan diikuti peningkatan energi,

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

terutama di pantai yang cekung atau pantai yang berbentuk teluk atau
kawasan pantai yang kemiringan lerengnya tergolong datar.

Untuk lebih jelasnya bagaimana terjadinya gelombang tsunami


dapat dilihat pada Gambar 1.7 berikut.

Gambar 1.7
Terjadinya Gelombang Tsunami

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Peta 1.4
Rawan Bencana Gempa Bumi di Kabupaten Nias Utara

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Daya rusak yang dapat menimbulkan bencana ketika terjadi tsunami


terutama disebabkan oleh tingginya gelombang ketika mencapai pantai
serta kecepatan tsunami yang naik ke daratan (run up) yang tergolong
tinggi (25-100 km/jam) sekalipun telah mengalami pengurangan
kecepatan sepanjang perjalanan mencapai pantai. Kondisi tersebut
dapat

menghancurkan

kehidupan

di

daerah

pantai.

Sementara

kembalinya air laut setelah mencapai puncak gelombang (run down)


dapat menyeret segala sesuatu ke laut.
Secara umum seluruh kawasan pantai Pulau Nias berpotensi terjadi
tsunami, hal ini dikarenakan sepanjang pantai barat Nias merupakan
jalur subduksi antara lempeng dan sekaligus sebagai jalur gempa
utama di laut.

Sedangkan pantai bagian utara maupun pantai timur

Nias, potensi tsunami bersumber dari jalur gempa Andaman/Nikobar di


bagian utara pulau Nias dan merupakan kemenerusan dari jalur gempa
di sepanjang pantai barat. Pada Tabel 1.20 terlihat bahwa peristiwa
gempa yang bersumber dari laut dengan kekuatan > 8 SR diikuti oleh
ancaman tsunami, sekalipun sumber gempa tidak berasal dari kawasan
Pulau Nias. Menurut Lida (1963), tsunami yang terjadi dengan kekuatan
gempa tersebut memiliki kekuatan 1 - 2 (bila kekuatan gempa 8 SR) dan
akan mengakibatkan tinggi maksimum rambatan naik (run up) setinggi
4 3 m. Sedangkan tsunami berkekuatan 3 (kekuatan gempa 8 9 SR)
menghasilkan run up 8 12 meter. Bentuk morfologi yang berupa datar
di sepanjang garis pantai akan memperluas areal yang terkena landaian
tsunami. Ditambah lagi dengan bentuk pantai yang dibeberapa lokasi
berbentuk teluk akan memperbesar energi tsunami dan berpotensi
bencana tinggi.
Menurut Adjat Sudrajat (1996), kawasan pantai barat Aceh dan
Sumatera (termasuk Nias) memiliki tingkat kerentanan tsunami sangat
tinggi (tergolong segmen 1 dari 6 pembagian segmen). Berdasarkan
ketinggian gelombang tsunami, pantai barat Aceh dan Sumatera
termasuk dalam zona tsunami dengan perkiraan gelombang mencapai
6 10 meter (Najoan, 2005).
Di Kabupaten Nias Utara, kawasan yang paling rawan terjadi tsunami
saat terjadi gempa tektonik besar di laut adalah wilayah bagian utara
yang disusun oleh endapan alluvial dengan topografi datar, yaitu di

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

bagian utara Kecamatan Lahewa, Kecamatan Lotu dan Lahewa Timur.


Adanya sungai besar yang bermuara ke laut di Kecamatan Lahewa
(Sungai Lafau) dan Sungai Muzi di Kecamatan Lotu dapat memicu
peningkatan tinggi gelombang (run up) tsunami. Terbukti pada gempa
26 Desember 2004, di kawasan utara Kabupaten Nias Utara, terutama
di Kecamatan Lahewa terjadi tsunami sekalipun sumber gempa berasal
jauh dari bagian utaranya. Untuk lebih jelasnya kawasan rawan tsunami
di Kabupaten Nias Utara dapat dilihat pada Peta 1.5.

C. Bencana Longsor/Gerakan Tanah


Kawasan Indonesia yang beriklim tropis, berdasarkan kondisi klimatologi
dan kondisi geologi menjadikan Indonesia kawasan yang rentan
terhadap gerakan tanah atau longsor termasuk juga wilayah Pulau Nias.
Longsor didefinisikan sebagai salah satu gerakan masa tanah atau
batuan atau percampuran keduanya menuruni atau keluar lereng akibat
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.
Jenis-jenis pergerakannya berupa : runtuhan, robohan, longsoran,
pencaran, aliran dan kompleks.
Secara

umum

gerakan

tanah/longsor

disebabkan

oleh:

kondisi

geomorfologi (kemiringan lereng), geologi (jenis dan stratigrafi batuan,


struktur geologi), hidrologi (kedalaman muka air tanah) dan kondisi
tataguna lahan. Faktor-faktor tersebut menyebabkan suatu wilayah
menjadi rawan/berpotensi terhadap longsor bahkan dapat terjadi
longsor, terutama bila dipicu oleh : adanya infiltrasi air kedalam lereng
(air hujan), adanya getaran (goncangan Gempa Bumi), serta adanya
aktivitas manusia (menebang hutan, membangun dikawasan resapan).
Potensi gerakan tanah di Kabupaten Nias Utara berdasarkan kondisi
geologi dipengaruhi oleh kondisi stratigrafi batuan sedimen Formasi
Llmatua yang terdiri dari perselingan perlapisan batu pasir dibagian
atas dan batu lempungan dibagian bawah. Sebaran batuan tersebut
dibeberapa lokasi membentuk morfologi miring sampai agak curam
dengan kemiringan 25 % - 40 % bahkan ada yang > 40 % (lihat peta
morfologi

dan

mengganggu

peta

kemiringan

keseimbangan

lereng).

lereng

dan

Kondisi
dapat

demikian

dapat

mengakibatkan

longsoran, terutama bila dipicu oleh adanya curah hujan yang tinggi.
Adanya goncangan-goncangan batuan akibat kejadian gempa dapat

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

melemahkan ikatan antara butir mineral penyusun batuan dan batuan


menjadi kurang stabil. Batu pasir yang bersifat porous saat musim
hujan mampu menyerap air, sedangkan batu lempungan yang bersifat
mampu menyerap air namun tidak mampu meloloskan air (bersifat
impermeabel), bila kondisi batuan demikian berada pada kemiringan
lereng yang curam (umumnya kemiringan lereng > 40%), maka kondisi
batuannya menjadi tidak stabil. Dimana saat musim hujan dan curah
hujan cukup tinggi, akan terjadi peningkatan berat masa batuan
dibagian atas dan mengakibatkan gaya pendorong masa batuan di atas
lereng lebih besar dibanding gaya penahan dan akhirnya terjadi
pergerakan masa batuan/tanah atau longsoran. Potensi longsoran juga
dapat terjadi pada batuan yang telah mengalami pelapukan dan
menghasilkan batuan lapuk yang cukup tebal. Bila kondisi batuan
demikian berada pada topografi dengan kemiringan lereng yang besar,
dan dipicu oleh curah hujan yang cukup tinggi, juga dapat terjadi
longsor.

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Gambar 1.8
Jenis-jenis pergerakan tanah

Curah hujan yang juga tergolong tinggi (lihat peta curah hujan) dan goncangan
gempabumi yang memang sering terjadi di wilayah Pulau Nias serta adanya aktivitas
manusia yang mengurangi kemampuan lahan menyerap air menjadi pemicu terjadiya
gerakan tanah. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka wilayah Kabupaten Nias Utara
yang rentan terhadap bencana longsor terutama di Kecamatan Tuhemberua, yaitu
bagian barat dan memanjang arah barat laut-tenggara, dibagian tengah Kecamatan
Alasa, dibagian timur Kecamatan Afulu serta di bagian tenggara Kecamatan Tugala
Oyo. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 1.6

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Peta 1.5
Rawan Bencana Tsunami di Kabupaten Nias Uta

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Peta 1.6
Rawan Bencana Longsor di Kabupaten Nias Utara

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

1.2.4 Potensi Sumber Daya Alam


A.Pertanian Tanaman Pangan
Wilayah Kabupaten Nias Utara memiliki potensi yang sangat besar
bagi pengembangan pertanian, antara lain padi sawah, padi
ladang/padi gogo, jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi
jalar, cabe dan sayuran. Pada umumnya penduduk Kabupaten Nias
Utara hidup dari sektor pertanian, hal ini didukung oleh faktor
fisiografis alam dan lingkungan, namun dalam pengelolaannya
masih sangat terbatas.
Berdasarkan data tahun 2010 jenis pertanian tanaman pangan yang
memiliki luasan terbesar adalah padi sawah dengan luasan 6.200
ha, kemudian ubi jalar dengan luasan 1.000 ha. Sedangkan jenias
tanaman yang memiliki luasan terkecil adalah kacang hijau, cabe
dan sayuran yang masing-masing memiliki luasan 100 ha. Untuk
lebih jelasnya mengenai luas pertanian tanaman pangan di
Kabupaten Nias Utara dapat dilihat pada Tabel 1.12.
Tabel 1.12
Luas Tanaman Pangan di Kabupaten Nias Utara Tahun 2010
Luas Jenis Komoditi (Ha)
N
o
1

Kecamatan

Padi
Kacan Kaca
Padi Jagun
Ubi
Ubi
Sayur
Saw
g
ng
Cabe
Gogo
g
Kayu Jalar
an
ah
Tanah Hijau
1.900
60
50
75
10 100
125
10
10

Alasa
Namhalu
Esiwa
Alasa Talu
Muzi
Tugala Oyo

Lahewa

225

30

25

10

90

125

10

10

Afulu

250

30

50

50

10

60

75

10

10

Lahewa Timur

300

40

50

50

10

70

75

10

10

Tuhemberua

800

40

50

10

70

100

10

10

Lotu

750

20

75

10

70

75

10

10

10

Saw

600

30

25

10

70

75

10

10

11

Sitlu ri

400
6.20
0

30
40
0

50

25

10

200

100

100
1.00
0

10
10
0

10

500

70
80
0

2
3

Jumlah

500

40

75

10

65

75

10

10

125

40

25

65

75

350

40

25

70

100

100

Sumber : Dinas Pertanian , Peternakan, Kelautan dan Perikanan, Tahun 2010

Untuk hasil produksi pertanian tahun 2010, jenis komoditi yang


menghasilkan produksi tertinggi adalah padi sawah sebanyak 3.895
ton, kemudian diikuti oleh ubi jalar dan ubi kayu masing-masing

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

sebanyak 750 ton dan 625 ton. Sedangkan komoditi yang hasil
produksinya terendah adalah kacang hijau sebanyak 35 ton.
Berdasarkan hasil produksi pertanian tersebut, kecamatan yang
memiliki jumlah produksi yang terbesar adalah Kecamatan Alasa
sebesar

1.831

ton,

sedangkan

kecamatan

lainnya

hanya

menghasilkan di bawah 1.000 ton.


Untuk lebih jelasnya produksi pertanian tanaman pangan di
Kabupaten Nias Utara tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.13
berikut.
Tabel 1.13
Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Nias Utara Tahun 2010
Jumla
h

Jenis Komoditi (Ton)


No

Kecamatan

Alasa

Padi
Sawa
h

Pad
i
Gog
o

Jagu
ng

1.52
0

45

20

30

85

110

1.831

125

25

18

55

60

299

65

22

10

50

60

216

175

23

12

50

60

331

30

17

12

85

95

15

270

Kacan Kacan Ubi


g
g
Kay
Tanah Hijau
u

Ubi
Jala
r

Cab Sayur
e
an

Namhalu
Esiwa
Alasa Talu
Muzi
Tugala Oyo

Lahewa

Afulu

135

27

18

15

45

55

310

Lahewa Timur

125

22

22

20

40

50

296

Tuhemberua

560

25

20

55

75

761

9
1
0
1
1

Lotu

485

15

28

50

60

653

Saw

450

24

15

50

55

613

Sitlu ri

225

18

25

60

70

423

Jumlah

3.89
5

263

200

80

35

625

750

75

80

6.003

2
3

Sumber : Dinas Pertanian , Peternakan, Kelautan dan Perikanan, Tahun 2010

B.Sektor Peternakan
Selain sektor pertanian tanaman pangan, maka sektor potensial
lainnya di Kabupaten Nias Utara yang belum dikembangkan adalah
peternakan. Sektor peternakan di Kabupaten Nias Utara terdiri dari :
ternak besar (sapi dan kerbau), ternak keci (babi dan kambing) dan
ternak unggas (ayam buras dan itik). Berdasarkan data tahun 2010,
untuk ternak besar yang memiliki jumlah terbanyak adalah ternak
sapi sebanyak 1.411 ekor, untuk ternak kecil adalah ternak babi

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

sebanyak 22.445 ekor, sedangkan untuk ternak unggas adalah


ayam buras sebanyak 353.115 ekor. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 1.14 di bawah ini.

Tabel 1.14
Banyaknya Jumlah Ternak di Kabupaten Nias Utara Tahun 2010
No
1

Jumlah
(Ekor)

Jenis Ternak
Ternak Besar
a. Sapi
b. Kerbau
Ternak Kecil
a. Babi
b. Kambing
Ternak unggas
a. Ayam buras
b. Itik

1.411
563
22.445
11.202
353.115
91.078

Sumber : Dinas Pertanian , Peternakan, Kelautan dan Perikanan, Tahun 2010

Pemeliharaan

ternak

di

Kabupaten

Nias

Utara

belum

dapat

berkembang sesuai dengan yang diharapkan karena masyarakat


mengelola usaha ternaknya belum menerapkan teknologi beternak
yang maju dan masyarakat masih cenderung berusaha untuk
memenuhi kebutuhan dari usaha pertanian sehingga beternak
belum dapat memberikan penghasilan utama kepada masyarakat.
Populasi dan produksi ternak di Kabupaten Nias Utara masih jauh
dari kebutuhan konsumsi masyarakat, sehingga untuk memenuhi
kebutuhan

konsumsi

masih

mendatangkan

ternak

dari

luar.

Berdasarkan data tahun 2010 produksi daging untuk ternak besar


dan kecil adalah sebesar 379.844 kg, produksi ternak unggas
sebesar 283.903 kg dan banyaknya produksi telur ayam sebanyak
477.900 butir atau 4.686 kg. Data mengenai produksi ternak di
Kabupaten Nias Utara pada tahun 2010 diuraikan pada Tabel 1.15.

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Tabel 1.15
Banyaknya Produksi Daging di Kabupaten Nias Utara Tahun 2010
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kecamatan

37.538
35.640
33.770
34.890
30.416
29.370
35.570
38.940
36.015
31.680
36.015

Daging
Unggas
(Kg)
34.364
28.270
33.880
17.326
19.637
22.863
39.441
20.631
11.863
27.610
28.018

379.844

283.903

Daging
Ternak (Kg)

Tuhemberua
Lotu
Sitlu ri
Saw
Namhalu
Lahewa
Afulu
Lahewa Timur
Alasa
Alasa Talu Muzi
Alasa Tugala Oyo
Jumlah

Banyaknya Telur
Ayam
Butir
Kg
139.700
776
50.182
278
27.061
149
62.194
345
25.740
260
52.316
318
37.400
290
5.500
378
13.431
308
7.513
748
7.513
836
477.90
4.686
0

Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan dan Perikanan, Tahun 2010

C. Sektor Perikanan
Sektor

perikanan

juga

merupakan

sektor

potensial

untuk

dikembangkan di Kabupaten Nias Utara. Hal ini didukung oleh


sumber daya alam dan letak geografis wilayah Kabupaten Nias yang
dibatasi oleh samudera sehingga sumber ikan melimpah dan juga
wilayah ini memiliki prospek pengembangan perikanan dan kelautan
yang cukup cerah.
Berdasarkan data, di Kabupaten Nias Utara ada dua produksi
perikanan yaitu ikan laut dan ikan air tawar. Untuk persentase saat

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

ini produksi ikan laut mencapai 99.94% dan ikan air tawar mencapai
0.06%. Kecamatan yang memiliki potensi untuk perikanan laut
adalah Kecamatan Lotu, Tuhemberua, Saw, Lahewa, Afulu, Lahewa
Timur, dan sebagian kecil di perairan Kecamatan Lotu. Kecamatan
Alasa dan Namohalu Esiwa merupakan potensi pengembangan
perikanan air tawar. Sedangkan kecamatan yang menghasilkan
produksi perikanan laut yang tertinggi adalah Kecamatan Lahewa
sebesar 1.783 ton dan yang paling rendah adalah Kecamatan Lotu
sebesar 143 ton. Untuk perikanan air tawar hanya terdapat pada
Kecamatan Tuhemberua dan Alasa, masing-masing memiliki hasil
produksi sebesar 1,1 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 1.16.

Tabel 1.16
Produksi Perikanan di Kabupaten Nias Utara Tahun 2008
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Produksi (Ton)
Ikan Laut
Ikan Air Tawar
172
566
572
1,1
143
1,1
445
1.783
287
3.968
2,2

Kecamatan
Lotu
Saw
Tuhemberua
Sitlu ri
Namhalu Esiwa
Alasa Talumuzi
Alasa
Tugala Oyo
Afulu
Lahewa
Lahewa Timur
Jumlah

Total (Ton)
172
566
573,1
144,1
445
1.783
287
3.970,2

Sumber : Kabupaten Nias Dalam Angka Tahun 2009

1.2.5 Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan di Kabupaten Nias Utara tahun 2008 terdiri dari :
kebun/tegalan,
kolam/empang,
rumah,

ladang/huma,
padang

bangunan

dan

perkebunan,

hutan

rakyat,

rumput,

sementara

tidak

diusahakan,

lainnya,

rawa-rawa

serta penggunaan

lainnya. Kondisi penggunaan lahan di Kabupaten Nias Utara adalah


didominasi oleh perkebunan seluas 50.999 Ha, berikutnya adalah

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

hutan sekunder seluas 32.000 ha. Sedangkan jenis penggunaan


lahan yang paling sedikit adalah kolam/ empang dan padang
rumput masing-masing seluas 101 ha dan 450 ha. Untuk lebih
jelasnya penggunaan lahan di Kabupaten Nias Utara dapat dilihat
pada Tabel 1.17, Peta 1.7 dan Peta 1.8.

Tabel 1.17
Penggunaan Lahan di Kabupaten Nias Utara Tahun 2008
No

Kecamatan

Lotu

2
3
4

Sitlu ri

5
6

Kebu Ladan
Hutan
Perkebun
n/
g
Rakya
an
Tegal /Huma
t
266

2.737

Saw

455 2.425

100

Tuhemberua

160 1.965

3.200

Namhalu
Esiwa
Alasa
Talumuzi

Sementa
Kolam Padan
Rumah,
ra Tidak
/
g
Lainny Bangun Rawa Jumla
di
Empa Rump
a
an dan -rawa
h
Usahaka
ng
ut
Lainnya
n

1.300
404

650

429

1.000

4.432

1.100

319

4.000

80

8.479

450

450

300

2.000

45

5.370

115

474

3.000

8.739

1.04
4

2.000

14.17
6
9.843

652

7.534

300

2.242

2.022 1.153

2.100

120

2.080

362

2.000

3.000

200

Alasa

6.116 1.742

7.980

231

67

11.100

1.01
0

Tugala Oyo

2.633 1.425

4.277

140

2.482

561

1.000

45

Afulu

1.150 1.200

1.250

400

25

1.100

827

8.000

500

1.236 1.791

10.947

602

1.01
3

2.000

1.236 1.791

10.974

2.795

334

4.000

50.999

1.29
1

450

24.06
6

6.67
3

32.000

10 Lahewa
11 Lahewa Timur
Jumlah

16.71 15.06
2
0

101

Sumber : Kabupaten Nias Dalam Angka Tahun 2009

1.2.6 Potensi Ekonomi Wilayah


1.2.6.1 Struktur Ekonomi dan Pergeserannya

2.70
1
2.79
9
6.37
0

31.44
6
12.56
7
14.45
2
20.29
0
21.52
5
151.31
9

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu


indikator tingkat kesejahteraan suatu daerah. PDRB pada dasarnya
adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi.

PDRB

Kabupaten

Nias

Utara

dan

di

seluruh

kabupaten/kota di Sumatera Utara setiap tahun selalu mengalami


perbaikan.
Sebagaimana
indikator

diketahui

ekonomi

bahwa

makro

yang

PDRB

merupakan

dapat

salah

memberikan

satu

petunjuk

sejauhmana perkembangan ekonomi dan struktur ekonomi suatu


daerah. Struktur ekonomi suatu wilayah sangat ditentukan oleh
besarnya peranan

sektor-sektor

ekonomi

dalam memproduksi

barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang
diciptakan

oleh

masing-masing

sektor

menggambarkan

ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi


dari masing-masing sektor.

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Peta 1.7
Citra Satelit Wilayah Kabupaten Nias Utara

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Peta 1.8
Tutupan Lahan Kabupaten Nias Utara

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai


dampak

kebijaksanaan

pembangunan

yang

dilaksanakan,

khususnya bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan


perubahan jumlah produksi yang dibentuk dari berbagai macam
sektor ekonomi yang secara tidak langsung hal ini merupakan
gambaran tingkat perubahan ekonomi yang terjadi di suatu daerah.
Bagi

suatu

daerah

indikator

ini

penting

untuk

mengetahui

keberhasilan pembangunan yang dicapai dan juga berguna untuk


menentukan arah kebijaksanaan pembangunan dimasa yang akan
datang.
Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga menunjukkan tingkat
pencapaian kinerja ekonomi makro dimana perkembangan 9 sektor
ekonomi dapat diamati selama siklus ekonomi sedang berlangsung
sehingga sinyalemen positif atau negatif yang mempengaruhi
kinerja ekonomi makro secara umum dapat diantisipasi sedini
mungkin.
Kinerja perekonomian Kabupaten Nias Utara pada tahun 2009 bila
dibandingkan dengan tahun 2008, yang digambarkan oleh PDRB
Atas Dasar Harga Konstan 2000, mengalami peningkatan sebesar
6,69%. Peningkatan ini didukung oleh pertumbuhan positif pada
sektor ekonomi. Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan
sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar
14,57% dibanding dengan sektor perekonomian lainnya. Sektor
bangunan

berada

pada

peringkat

kedua

setelah

sektor

pengangkutan dan komunikasi yaitu 8,57% dan kemudian disusul


oleh sektor pertanian yaitu 7,45%. Sedangkan 6 (enam) sektor
perekonomian lainnya hanya berhasil tumbuh dibawah 5%. Untuk
lebih jelasnya laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Nias Utara
tahun 2008 2009 dapat dilihat pada Tabel 1.18.

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Tabel 1.18
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Nias Utara
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2008 - 2009
No
1

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

6
7
8
9

Laju Pertumbuhan (%)

Lapangan Usaha/Sektor

2008
7,36

2009
7,45

4,4

3,22

3,47

4,45

6,64

2,59

12,54

8,57

Perdagangan, Hotel dan Restoran

4,34

4,34

Pengangkutan dan Komunikasi


Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa

6,05

14,57

3,71

2,96

3,1

3,87

6,55

6,69

PDRB
Sumber : BPS Kabupaten Nias Tahun 2010

Struktur

ekonomi

suatu

wilayah

akan

menentukan

arah

pengembangan wilayah tersebut. Struktur perekonomian juga dapat


memberikan karakteristik yang berbeda pada wilayah tersebut.
Kabupaten

Nias

Utara

merupakan

salah

satu

wilayah

yang

berkembang karena sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat dari


besarnya kontribusi yang diberikan oleh sektor tersebut terhadap
pendapatan Kabupaten Nias Utara. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 1.19 berikut.
Tabel 1.19
Struktur Perekonomian Kabupaten Nias Utara
Tahun 2008 - 2009
PDRB (miliar rupiah)
No

Lapangan Usaha/Sektor

227,59
16,60
3,94
0,60
19,33

Kontribu
si
(%)
59,77
4,36
1,03
0,16
5,08

298,26
17,14
4,12
0,62
20,99

Kontribu
si
(%)
64,90
3,73
0,90
0,13
4,57

55,70

14,63

58,12

12,65

11,95

3,14

13,69

2,98

16,27

4,27

16,75

3,64

28,77

7,56

29,88

6,50

2008
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa

2009

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

380,7
5

PDRB

100,00

459,5
7

100,00

Sumber : BPS Kabupaten Nias Tahun 2010

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa struktur ekonomi di


Kabupaten Nias Utara, ditopang oleh sektor pertanian, sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa dan sektor
bangunan, karena selama kurun waktu 2 (dua) tahun tersebut, tidak
terdapat pergeseran struktur ekonomi. Untuk lebih jelasnya struktur
ekonomi di Kabupaten Nias Utara dapat dilihat pada Gambar 1.9
berikut.

Gambar 1.9
Grafk Struktur Perekonomian di Kabupaten Nias Utara
70.00
60.00
50.00
40.00
Kontribusi (%)

30.00
2008

2009

20.00
10.00
0.00

Lapangan Usaha/Sektor

Tahun 2008 2009

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

1.2.6.2 Sektor Basis


Sektor basis (dominan) digunakan untuk mengetahui sektor yang
memberikan

sumbangan/kontribusi

relatif

yang

cukup

besar

terhadap PDRB di Kabupaten Nias Utara. Untuk mengetahui jenis


sektor basis di Kabupaten Nias Utara, maka digunakan analisis
Location

Quotient.

Analisis

LQ

digunakan

untuk

menentukan

subsektor unggulan perekonomian daerah, yang mengacu pada


formulasi Bendavid-Val (1991:74) berikut :
Xr / RVr
LQ

Xr / Xn

ata
u

=
Xn / RVn

LQ

=
RVr / RVn

Keterangan :
Xr

Nilai Produksi subsektor i pada daerah Kabupaten Nias

Utara.
RVr = Total PDRB Kabupaten Nias Utara.
Xn

Nilai Produksi subsektor i pada daerah Provinsi Sumatera

Utara
RVn = Total PDRB Provinsi Sumatera Utara.
Besarnya nilai LQ dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
LQ > 1 = wilayah perencanaan mempunyai spesialisasi dalam
sektor tertentu dibandingkan wilayah yang lebih luas;
LQ = 1 = tingkat spesialisasi wilayah perencanaan dalam sektor
tertentu sama dengan wilayah yang lebih luas;
LQ < 1 = dalam

sektor

tertentu,

tingkat

spesialisasi

wilayah

berada di bawah wilayah yang lebih luas.


Berdasarkan pendekatan tersebut diperoleh nilai LQ dari masingmasing sektor yang ada di kabupaten Nias Utara. Untuk lebih

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.20 dan Gambar 1.10 berikut
ini.
Tabel 1.20
Nilai Location Quotient Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga
Konstan
Tahun 2009
PDRB
N
o

Lapangan Usaha/Sektor

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Kabupate
n Nias
Utara

Provinsi
Sumatera
Utara

LQ

298,26

25.300,64

2,72

17,14

1.304,35

3,04

Industri Pengolahan

4,12

24.305,23

0,04

Listrik, Gas dan Air Bersih

0,62

772,94

0,19

Bangunan

20,99

7.090,65

0,68

Perdagangan, Hotel dan Restoran

58,12

19.515,52

0,69

Pengangkutan dan Komunikasi

13,69

9.883,24

0,32

Keuangan, Persewaan dan Jasa


Perusahaan

16,75

7.479,84

0,52

Jasa-jasa

29,88

10.519,96

0,66

459,57

106.172,37

PDRB
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2010

Gambar 1.10
Grafk Nilai Location Quotient Berdasarkan PDRB Atas Dasar

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Jasa-jasa
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pengangkutan dan Komunikasi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Lapangan Usaha/Sektor

Bangunan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Industri Pengolahan
Pertambangan dan Penggalian
Pertanian
0.00

2.00

4.00

Nilai LQ

Ha
rga Konstan Tahun 2009

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan mengacu pada ketetapan


persamaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa sektor yang
menjadi sektor basis di Kabupaten Nias Utara adalah sektor
pertambangan dan penggalian dengan nilai LQ 3,04, kemudian
disusul oleh sektor pertanian dengan nilai LQ 2,72 yang merupakan
sektor unggulan dan potensial untuk dikembangkan di Kabupaten
Nias Utara pada tahun 2009.
Sektor yang mempunyai nilai LQ > 1, berarti sektor-sektor tersebut
memiliki spesialisasi dibandingkan daerah lain. Oleh karena itu,
sektor-sektor tersebut menjadi sektor basis di Kabupaten Nias Utara
karena

mengembangkan

sektor

ini

akan

mempengaruhi

perekonomian Kabupaten Nias Utara.


Sektor-sektor tersebut memiliki peluang yang sangat besar untuk
dikembangkan dan ini terkait dengan hubungan Kabupaten Nias
Utara dengan wilayah sekitarnya. Selain itu, fungsi Kabupaten Nias
Utara sebagai PKW yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sumatera
Utara akan mendukung semakin berkembangnya sektor ini.

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

1.2.6.3 Sektor Ekonomi Yang Memiliki Potensi Sampai Tahun


Perencanaan
Sektor ekonomi yang memiliki potensi sampai tahun perencanaan
adalah sektor unggulan atau sektor basis wilayah yang memiliki
keunggulan komparatif dan berpotensi ekspor. Sektor/komoditas
potensial adalah sektor atau kegiatan ekonomi yang mempunyai
potensi, kinerja dan prospek yang lebih baik dibandingkan sektor
lainnya sehingga diharapkan mampu menggerakkan kegiatan usaha
ekonomi turunan lainnya, sehingga dapat tercipta kemandirian
pembangunan wilayah.
Untuk mengetahui sektor unggulan di Kabupaten Nias Utara, dapat
dilakukan analisis dengan menggunakan alat analisis Klassen
Typology

(Tipologi

membagi

daerah

Klassen).

Tipologi

berdasarkan

dua

Klassen
indikator

pada

dasarnya

utama,

yaitu

pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah


(dalam hal ini digunakan pendekatan laju pertumbuhan ekonomi
dan besaran kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB).
Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur
pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu:

Kuadran I : Sektor Prima atau sektor yang cepat maju dan cepat
tumbuh (high growth and high income);

Kuadran II : Sektor Berkembang atau sektor maju tapi tertekan


(high income but low growth);

Kuadran III : Sektor Potensial atau berkembang cepat (high


growth but income);

Kuadran IV : Sektor Terbelakang atau relatif tertinggal (low


growth but low income).

Persamaan analisis Tipologi Klassen dapat dilihat pada Gambar


1.11 berikut.

Gambar 1.11
Kontribusi Sektor
(y)
Metode
Analisis
Yi
Yn
Laju Pertumbuhan (r)
ri rn

ri < rn

Kuadran I
Sektor Prima

Tipologi Klassen
Yi < Yn

Kuadran III
Sektor Potensial

Kuadran IV
Kuadran II
Sektor Berkembang Sektor Terbelakang

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Keterangan :
ri :

Laju pertumbuhan PDRB Sektor i (Kabupaten)

rn :

Laju pertumbuhan PDRB Sektor i (Provinsi)

Yi :

Kontribusi Sektor i (Kabupaten)

Yn: Kontribusi Sektor i (Provinsi)


Sebagai input terhadap analisis Tipologi Klassen, berikut ini
diuraikan tentang data mengenai laju pertumbuhan PDRB dan
kontribusi sektor terhadap PDRB, masing-masing diuraikan atas
dasar harga konstan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
1.21 dan Tabel 1.22 berikut:
Tabel 1.21
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 20082009

N
o

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Lapangan
Usaha/Sektor

Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air
Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel
dan Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

Kabupaten Nias Utara


Laju
Pertumbuhan
Rata-Rata
(%)
Pertumbu
han (%)
200
2008
9
7,36
7,45
7,41

Provinsi Sumatera Utara


Laju
Pertumbuha
Rata-Rata
n (%)
Pertumbuha
n (%)
200
2008
9
4,98
6,05
5,52

4,4

3,22

3,81

9,78

6,13

7,96

3,47

4,45

3,96

5,09

2,92

4,01

6,64

2,59

4,62

0,22

4,46

2,34

12,54

8,57

10,56

7,78

8,10

7,94

4,34

4,34

4,34

7,55

6,14

6,85

6,05

14,5
7

10,31

9,90

8,89

9,40

3,71

2,96

3,34

12,43

3,1

3,87

3,49

8,25

11,3
0
9,48

11,87
8,87

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2010

Tabel 1.22
Kontribusi Sektor Terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 20082009
N
o

Lapangan
Usaha/Sektor

Kabupaten Nias Utara


Kontribusi
Rataper Sektor
Rata
(%)
Kontribu

Provinsi Sumatera Utara


Kontribusi per
Rata-Rata
Sektor (%)
Kontribusi
(%)

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

200
9
64,9
0

2008
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pertanian

59,77

Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

si (%)

2008

2009

62,34

23,91

23,83

23,87

4,36

3,73

4,04

1,23

1,23

1,23

1,03
0,16
5,08

0,90
0,13
4,57
12,6
5

0,97
0,15
4,82

23,66
0,74
6,57

22,89
0,73
6,68

23,28
0,73
6,63

13,64

18,42

18,38

18,40

14,63
3,14

2,98

3,06

9,10

9,31

9,20

4,27

3,64

3,96

6,73

7,04

6,89

7,56

6,50

7,03

9,63

9,91

9,77

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2010

Berdasarkan data dan analisis pada kedua tabel diatas, maka tiap
sektor/lapangan usaha dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi sesuai
dengan Tipologi Klassen. Hasil dari analisis Tipologi Klassen tersebut
dapat dilihat pada Gambar 1.12 di bawah ini.
Dari

analisis

tersebut

diketahui

bahwa

sektor

prima

yang

dikategorikan sebagai sektor unggulan di Kabupaten Nias Utara


adalah sektor pertanian. Sektor ini memiliki laju pertumbuhan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan provinsi dan
kontribusi sektor ini juga lebih besar dibandingkan dengan rata-rata
kontribusi provinsi. Hal ini menjadikan sektor ini sebagai sektor
unggulan

karena

dengan

mengembangkan

sektor

ini

akan

mendukung pergerakan kegiatan perekonomian Kabupaten Nias


Utara.
Sementara sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor
yang sedang berkembang. Dimana laju pertumbuhan sektor ini lebih
besar dibandingkan dengan provinsi. Sektor prima dan sektor
berkembang merupakan sektor yang tumbuh cepat sehingga akan
memberikan

pengaruh

yang

besar

terhadap

perekonomian

Kabupaten Nias Utara.


Sektor listrik, gas dan air bersih, bangunan serta pengangkutan dan
komunikasi adalah termasuk ke dalam sektor potensial, yang
artinya sektor ini berpotensi untuk dikembangkan, walaupun pada
saat

ini

sektor

ini

belum

dikembangkan

dengan

maksimal.

Sedangkan sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

restoran, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa


adalah termasuk sektor terbelakang. Yang artinya merupakan sektor
yang kurang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Nias
Utara.
Sektor pertanian sebagai sektor prima atau sektor unggulan di
Kabupaten Nias Utara, sektor pertanian terdiri dari beberapa bagian
yang perlu dikembangkan, antara lain : pertanian tanaman pangan,
peternakan dan perikanan.

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Gambar 1.12
Klasifkasi Masing-masing Sektor di Kabupaten Nias Utara
Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen

1.2.7 Isu-isu Strategis


Isu-isu strategis yang terdapat di Kabupaten Nias Utara terdiri dari
berbagai aspek. Dimana isu-isu strategis ini didasarkan pada
potensi dan permasalahan yang terdapat di Kabupaten Nias Utara,
antara lain :

Kabupaten Nias Utara merupakan wilayah yang berbasiskan


pertanian dan perkebunan, kelautan dan perikanan serta sektor
pariwisata dimana konsep pengembangannya ditetapkan sebagai
pusat Kawasan agropolitan dan minapolitan. Dengan demikian
saat ini pengembangan dan perkebunan, kelautan dan perikanan
serta

sektor

pariwisata

dengan

konsep

agropolitan

dan

minapolitan sangat cocok dikembangkan di Kabupaten Nias


Utara;

Kedudukan Kabupaten Nias Utara pada bagian utara Pulau Nias


sangat strategis dan dapat dijangkau melalui darat dan laut;

Pengalihan pelabuhan pengumpan Lahewa ke Daerah Sisarahili


Kecamatan Sawo karena telah terjadi pendangkalan akibat
naiknya daratan di Kecamatan Lahewa;

Pengembangan kegiatan ekonomi berbasis pada sumberdaya


alam dan potensi lokal (perkebunan, pertanian, pariwisata, dan
lain-lain);

Melengkapi
pariwisata;

sarana

dan

prasarana

pendukung

kegiatan

Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Nias Utara No 1 Tahun 2015


Tentang RTRW Kabupaten Nias Utara Tahun 2014-2034

Wilayah Kabupaten Nias Utara dilalui oleh jalur patahan sesar dan
potensi sesar, sehingga wilayah Kabupaten Nias Utara rentan
terhadap bencana alam (terutama gempabumi, longsor, tsunami,
abrasi). Dengan demikian pencegahan dan penanggulangan
bencana merupakan hal yang sangat penting di kabupaten ini.

Vous aimerez peut-être aussi