Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Campak (Measles) merupakan penyakit infeksi yang sangat menular
disebabkan oleh virus campak dengan gejala awal berupa demam, konjungtivitis,
pilek, batuk dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau
putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak
koplik), gejala khas bercak kemerahan di kulit timbul pada hari ketiga sampai
ketujuh, dimulai di daerah muka, kemudian menyeluruh, berlangsung selama 47
hari, kadang-kadang berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan. Di
dunia, kematian akibat campak yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak
777.000 dan 202.000 diantaranya di negara ASEAN serta 15% kematian campak
tersebut di Indonesia (Depkes, 2006). Di Indonesia frekuensi Kejadian Luar Biasa
(KLB) campak cenderung meningkat yaitu 32 kali pada tahun 1998 menjadi 56
kali pada tahun 1999 dan angka insiden campak pada tahun 1998 paling tinggi
pada kelompok balita yaitu 0,70,8 per 10000 penduduk. Case Fatality Rate
(CFR) campak pada KLB di Indonesia juga cenderung meningkat yaitu 1,8%
pada tahun 1998 menjadi 2,4% pada tahun 1999.
Dan menurut WHO, apabila ditemukan satu kasus campak pada satu
wilayah, maka kemungkinan ada 17 hingga 20 kasus di lapangan pada jumlah
penduduk rentan yang tinggi (Depkes, 2003). Berdasarkan data statistik WHO
(2011), menyebutkan bahwa sebanyak 1% kematian pada anak yang berusia
dibawah lima tahun disebabkan oleh campak pada tahun 2010. Indonesia yang
termasuk alam negara berkembang, memiliki insiden kasus campak yang cukup
tinggi. Pada tahun 2007, insiden kasus campak untuk golongan umur < 1 tahun
sebesar 48,9 per 100.000 orang tahun, umur 14 tahun sebesar 36,6 per 100.000
orang tahun, dan umur 514 tahun sebesar 18,2 per 100.000 orang tahun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
limfe
local.
Hal
ini
di
tandai
dengan
ditemukannya
retichuloendhotial giant cell yang pertama kali ditemukan oleh Warthin dan
(Soegejanto, 2007).
E. Gejala Klinis
Menurut (Heryanti, 2015) Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang
terdiri dari 3 stadium :
1. Stadium Inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12
hari). Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang
ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.
2. Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada
stadium prodromal yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya
terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis,
juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi
petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang
kemerahan yang terdapat pada konjungtiva dapat menjadi penunjang
diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila
seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang Koplik spot yang
merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari ke101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar
butiran pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya
bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan
gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari
rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan
karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya ruam dan
menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir
masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi hiperemis
dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.
3. Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14
infeksi yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak
gejala gangguan pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5C. Ruam
pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di
lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian
ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher,
lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam
akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir
kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul
di kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh
lainnya sesuai dengan urutan munculnya (Phillips, 1983). Saat awal
ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak
memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak
berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan.
Menurut (Soegejanto, 2007), penyakit campak mempunyai 4 stadium
yakni :
1. Stadium masa tunas
Stadium masa tunas yang berlangsung antara 10-12 hari ditandai
dengan beberapa tanda klinis,
2. Stadium prodromal
Di tandai dengan adanya gejala pilek dan batuk yang meningkat ,
ditemukanya spesifik enanthema kopliks spot pada mukosa pipi didepan
molar 3 kemudian suhu tubuh meningkat , mukosa konjungtiva sedikit
meradang.
3. Stadium erupsi
Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarya ruam yang dimulai
dari belakang telinga menyebar ke wajah, dada, punggung, lengan dan
kaki di sertai dengan suhu tubuh yang lebih meningkat.
4. Stadium penyembuhan.
Stadium penyembuhan ditandai dengan menurunya suhu tubuh.
Pada
masa
penyembuhan
ruam
kecokelatan
akan
mengalami
e. Rasa gatal
f. Muka bengkak
g. Pembesaran klenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah
leher belakang
h. Diare
i. Muntah
3. Stadium konvalensi
a. Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri
b. Kulit bersisi
c. Suhu turun sampai menjadi normal kecuali jika ada komplikasi
F. Penularan
Menurut (Rimbi, 2014) Meskipun penyakit campak termasuk
golongan penyakit yang ringan karena bisa sembuh sendiri, namun penyakit
ini harus tetap diwaspadai karena sangat mudah menular. selain itu, bila tidak
ada penannganan dan pengobatan yang lebih serius, penyakit ini bisa
berakibat fatal dan berujung kematian. penyakit ini menular dengan cara-cara
berikut :
1. Bersentuhan langsung atau melalui air liur dengan penderita campak.
2. Penyebaran melelaui udara dari batuk dan bersin penderita
3. Berada dalam satu ruangan dengan penderita juga memungkinkan
terjadinya penularan.
G. Kegagalan Imunisasi Campak
Zakuidin dkk. pada tahun 1998 telah mengadakan penelitian
pemeriksaan titer Antibodi campak pada anak usia sekolah yang telah
mendapat vaksinasi campak di SD kenari Jakarta Pusat. Murid sekolah
tersebut dibagi 2 kelompok usia, yaitu usia 5-7 tahun dan 10-12 tahun. dari
kelompok 5-7 tahun didapatkan 69 sampel dengan titer Antibodi campak
positif pada 59 anak (93%). dari kelompok yang telah mendapatkan
imnuisasi campak didapatkan 28,3%
H. Pengobatan
Menurut (Widoyono, 2011) pengobatan campak berupa perawatan
umum seperti pemberian cairan dan kalori yang cukup. Obat simptomatik
yang perlu di berikan antara lain ;
1. Anti demam
2. Anti batuk
3. Vitamin A
4. Antibiotic diberikan bila ada indikasi, misalnya cammpak disertai
dengan komplikasi.
Pasien tanpa komplikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau unit
pelayanan kesehatan lain, sedangkan pasien campak dengan komplikasi
memerlukan rawat inap di RS.
Menurut (NANDA,2015) indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu
> 39,5o c ), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya penyulit.
Pengobatan dan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.
I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut NANDA 2015 pemeriksaan lanjutan :
1. Pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni
2. Dalam sputum, sekresi nasa, sedimen urin, dapat ditemukan adanya
multinucleated giant cell yang khas
3. Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglubination inhibition dan
complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik
dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puuncaknya pada 23 minggu kemudian.
Diagnose kasus campak ditegakan dengan pemeriksaan IgM campak
dan kenaikan Titer yang signifikan dari IgG campak pada fase akut (di ambil
dalam waktu 4 hari timbulnya ruam) dan masa konvalensi (diambil antara 24 minggu kemudian). (Soegejanto, 2007),
Saat ini pemeriksaan ELLISA dapat membedakan deteksi IgM dan
IgG, yang telah dipakai secara luas oleh karena memberi kemudahan dalam
peneyediaan sampel dalam jumlah besar. Sebelum ditemukan pemeriksaan
secara ELLISA pemeriksaan hemaglubination inhibition (HI) dilakukan
untuk deteksi antibody terutama terhadap protein H dan mempunyai korelasi
langsung dengan test netralisasi. Tetapi kelemahan utama dari test HI adalah
kebutuhan untuk tersedianya eritrosit kera segar yang sensitive, kesukaran
dalam memproduksi test antigen dalam jumlah besar dan kemungkinan
didapatnya inhibitor hemagubination non spesifik26,33. (Soegejanto, 2007)
J. Pencegahan
Menurut (Rimbi, 2014) Di Indonesia ada dua jenis vaksin yang
tersedia untuk mencegah penyakit campak yaitu vaksin campak dan vaksin
MMR (Mimps, Measles dan Rubella). vaksin ini berisi virus campak yang
sudah dilemahkan. vaksin ini diberikan dengan cara suntik. upaya ini dapat
memberikan perlindungan dan pencegahan dari penyakit campak hingga
mencapai lebih dari 95%. Hal lain yang bisa dilakukan untuk mencegah
penularan penyakit campak adalah sebagai berikut :
1. Menghindari kontak langsung dengan penderita campak, khususnya bayi
atau anak yang belum dapat imunisasi.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan pemberian asupan gizi yang
seimbang dan pemberian vitamin.
3. Menjaga kebersihan tubuh anak
4. Istrahat yang cukup.
K. Komplikasi
Saluran nafas
Ditangkap
Makrofag
Beberapa
komplikasi
Replikasi virus
Replikasi kembali
Verimea sekunder
WOC CAMPAK
Reaksi radang
Ruam
Kulit
Gangguan citra
tubuh
Kerusakan integritas
kuliit
fungsi silia
Hiperemis dinding
posterior faring
Histamine
sekret
Nyeri tenggorokan
Gatal (nyeri
ringan)
Reflek batuk
Ketidakefektifan
jalan
nafas
Nyeri
Gangguan rasa
nyaman
yang
rencana asuhan keperawatan klien. Pengkajian pada pasien campak terdiri dari
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesa
Hipertermi
Hidung : terdapat coryza (pilek). Tanda pertama berupa bersinbersin yang diikuti dengan gejala hidung buntu, dan sekret
mukopurulen yang lebih berat pada puncak stadium erupsi
c. Leher :
d. Thorax (dada)
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
e. Abdomen
Inspeksi : Curiga black measles yaitu morbili yang disetari perdarahn pada kulit,
mulut, hidung, dan traktus digestivus. Ruam pada daerah perut
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
f. Tulang belakang
g. Ekstremitas :
Kekuatan otot
Range of motion
Perabaan akral
Perubahan bnetuk tulang
CRT (< 3 detik)
Terdapat kopliks spot kurang lebih 2 hari sebelum ruam muncul. Koplis spot berupa
suatu bintik berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, pada
pertengahannya didaoatkan noda berwarna putih keabua-abuan
Ruam menyebar ke ekstremitas atas, kemudian terus ke bawah dan mencapai kaki
pada hari ketiga.
Lesi lebih sedikit dari pada daerah dada, perut, dan punggung.
Pada hari keempat lesi berubah menjadi berwarna kecoklatan, kemudian timbul
perubahan warna dari ruam, yaitu menjadi berwarna kehitaman atau lebih gelap. Dan
kemudian disusul dengan timbulnya deskuamasi berupa sisik berwarna keputihan
h. Genitalia dan anus
Kaji kebersihan genitalia dan anus
i. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan GCS
4. Terapi
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi. Obat simptomatik yang
perlu di berikan antara lain ;
1 Anti demam
2 Anti batuk
3 Vitamin A
4 Antibiotic diberikan bila ada indikasi, misalnya cammpak disertai
dengan komplikasi.
Pasien tanpa komplikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau unit
pelayanan kesehatan lain, sedangkan pasien campak dengan komplikasi
memerlukan rawat inap di RS.
B. Diagnosa Keperawatan, NIC, dan NOC
No
Diagnosa keperawatan
Intervensi
NOC
Body Image
Self esteem
Kriteria Hasil
Body image positif
Mampu mengidentifikasi
kekuatan personal
Mendiskripsikan secara
faktual perubahan fungsi
tubuh
Mempertahankan interaksi
sosial
NIC
Body image enhancement
Kaji secara verbal dan
non verbal respon klien
terhdap tubuhnya
Monitor frekuensi
mengkritik dirinya
Jelaskan tentang
pengobatan,perawatan,
kemajuan dan prognosis
penyakit
Dorong klien
mengungkapkan
perasaanya
Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil
Kehilangan bagian
tubuh
Subjektif
- Depersonalisasi bagian
yang melalui kata ganti
yang netral
- Penekanan pada
kekuatan yang tersisa
- Ketakutan terhadap
reaksi orang lain
- Fokus pada penampilan
masa lalu
- Perasaan negatif
tentang sesuatu
- Fokus pada perubahan
- Fokus pada kehilangan
- Menolak
memverifikasi
perubahan aktual
- Mengungkapkan
perubahan gaya hidup
Faktor yang berhubungan :
- Biofisik, kognitif
- Budaya, tahap
perkembangan
- Penyakit, cedera
- Perceptual, psikososial,
spiritual
- Pembedahan, trauma
- Terapi penyakit
Kerusakan integritas
kulit definisi : Perubahan/
gangguan epidermis dan/
dermis
Batasan Karakteristik :
- Kerusakan lapisan kulit
(dermis)
- Gangguan permukaan
kulit (epidermis)
- Invasi struktur tubuh
Faktor yang berhubungan
NOC
- Tissue Integrity : Skin
and Mocous
- Membranes
- Hemodyalis akses
Kriteria Hasil :
- Integritas kulit yang baik
bisa dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
- Tidak ada luka/lesi pada
NIC
Pressure Management
- Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian
yang longgar
- Hindari kerutan pada
tempat tidur
- Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
- Mobilisasi pasien (ubah
Eksternal
Zat kimia, radiasi
Usia yang ekstrim
Kelembaban
Hipotermia,hipertermia
Faktor mekanik (mis,
gaya gunting)
- Medikasi
- Lembab
- Imobilitas fisik
Internal
- Perubahan status cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan turgor
- Faktor perkembangan
- Kondisi ketidak
seimbangan nutrisi
- Penurunan imunologis
- Penurunan sirkulasi
- Kondisi gangguan
metabolik
- Gangguan sensasi
- Tonjolan tulang
-
kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya secara berulang
Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
NOC
Ketidak Efektifan
Bersihan Jalan Napas
definisi : ketidak mampuan
untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi dari
saluran pernafasan untuk
mempertahankan
kebersihan jalan nafas.
Faktor faktor yang
berhubungan dengan:
-
Lingkungan
- Perokok pasif
- Mengisap asap
- Merokok
- Obstruksi jalan nafas :
- spasme jalan nafas
- sekresi tertahan
- banyaknya mukus
- adanya jalan nafas
buatan
- sekresi bronkus,
adanya eksudat di
alveolus
- adanya benda asing
di jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
-
NIC
Airway Suction
- Berikan O2
- Respiratory status
- Identifikasi pada pasien
:Ventilation
perlunya memberikan
alat bantu napas
- Respiratory status
- Anjurkan pasien untuk
:Airway patency
istirahat dan napas
dalam
Kriteria hasil :
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
- Mendemonstrasikan batuk
ventilasi
efektif dan suara nafas yang - Lakukan fisioterapi
bersih, tidak ada sianosis
dada jika perlu
dan dyspneu (mampu
- Keluarkan sekret
mengeluarkan sputum,
dengan batuk atau
bernafas dengan mudah,
suction
tidak ada pursed lips)
- Auskultasi suara nafas,
- Menunjukkan jalan nafas
catat adanya suara
yang paten (klien tidak
tambahan
merasa tercekik, irama
- Berikan bronkodilator
nafas, frekuensi pernafasan - Monitor status
dalam rentang normal,
hemodinamik
tidak ada suara nafas
- Berikan pelembab
abnormal)
udara Kassa basah
- Mampu
NaCl Lembab
mengidentifikasikan dan
- Berikan antibiotik
mencegah faktor yang
- Atur intake untuk
penyebab.
cairan mengoptimalkan
- Saturasi O2 dalam batas
keseimbangan.
normal
- Monitor respirasi dan
- Foto thorak dalam batas
status O2
normal
- Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
bmengencerkan secret
- Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi
- Pastikan kebutuhan oral
/ tracheal suctioning
- Monitor status oksigen
Kesulitan berbicara
Batuk, tidak efektif
atau tidak ada
produksi sputum
Gelisah
Perubahan
frekuensi dan irama
nafas
pasien
Buka jalan nafas
dengan teknik head thin
chin lift atau jaw
thrustbila perlu
Auskultasi suara nafas
sebleum dilakukan
suctioning
Informasikan pada
pasien dan keluarga
tentang sucktioning
Hipertermia definisi :
peningkatan suhu tubuh
diatas kisaran Normal
NOC
NIC
Kriteria hasil:
- Suhu dalam rentang
Normal
Fever Treatment
- Monitor suhu sesering
mungkin
- Monitor warna dan
suhu kulit
- Monitor tekanan darah,
nadi dan RR
- Monitor penurunan
tingkat kesadaran
- Monitor WBC, Hb,
dan Hct
- Monitor intake dan
output
- Berikan anti piretik &
Antibiotik
- Selimuti pasien
- Berikan cairan
intravena
- Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
- Tingkatkan sirkulasi
udara
- Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
- Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi
Anestesia
Medikasi
Pemakaian pakaian
yang tidak sesuai
dengan lingkungan
penyakit/ trauma
peningkatan
metabolisme
aktivitas yang berlebih
dehidrasi
peningkatan suhu
tubuh
Batasan Karakteristik
-
Konvulsi
Takipnea
kenaikan suhu tubuh
diatas rentang normal
serangan atau konvulsi
(kejang)
Thermoregulasi
kulit kemerahan
pertambahan RR
takikardi
Kulit teraba panas/
hangat
tekanan darah
Monitor hidrasi seperti
turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa)
Monitor tanda tanda
hipertermi
Lakukan tapid sponge
Monitor IWL
Monitor Wbc, Hb, Hct
Berikan obat mencegah
terjadinya menggigil
Auskultasi TD pada
kedua lengan
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya
cushing triad
Identifikasi perubahan
VS
NOC
NIC
Pain Level
Pain Management
Pain control
Comfort level
Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi
Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Kriteria hasil:
- Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
- Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
psikologis), kerusakan
jaringan
Batasan Karakteristik :
-
dukungan
-
Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
C. DISCHARGE PLANNING
pemberian analgesik
pertama kali
-Analgesik Administration
-
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
Tentukan analgesik
tergantung beratnya
nyeri
Evaluasi efektivitas
analgesik tanda dan
gejala
dapat
menyebabkan
penyebaran
virus
kekornea
yang
mengakibatkan kebutaan
5. Cucilah tangan setiap kali sesudah menyentuh herpes
6. Banyak minum air putih
7. Makan makanan yang banyak mengandung nutrisi supaya dapat mebuat
daya tahan tubuh meningkat
8. Berikan imunisasi campak aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih
9. Jika terjadi campak diupayakan untuk mengisolasi penderita untuk
mencegah penularsan
2.3 Tinjauan Kasus
Studi kasus campak dengan kompilkasi infeksi saluran nafas pada klien dewasa :
Seorang ibu dengan nama Ny, I umur 35 tahun mengeluh batuk berat
dan berdahak sejak 3 hari yang lalu, hari ini mulai bertambah sesak, badan panas
menggigil dan muncul bercak kemerahan menyebar keseluruh badan wajah dan
leher, terasa gatal ,nyeri dan panas terlebih saat di garuk, klien sudah berobat ke
puskesmas BL tgl 15 9 2015 jam 05.30, dan disarankan untuk dirujuk ke
rumah sakit agar mendapat penanganan lebih lanjut , jam 09.00 masuk IGD
RSUD THB dibawa ambulance bersama perawat dan klg dengan kondisi
umum lemah, kesadaran CM, nafas spontan adekuat dengan oksigen 2 liter
permenit, RR 34 x/menit,dangkal, sat 98 %,nafas cuping hidung ( + ),retraksi
dada ( - ), suara nafas tambahan rhonchi ( + ), batuk produktif ( + ), TTV TD :
120 / 80 mmhg, N: 128 x/m, T : 40 C. ruam makulopopular daerah wajah, leher
dan
menyebar
ke
seluruh
kemerahan,dan terdapat
bagian
tubuh
dan
kedua
tangan,berwarna
punggung, dan dada. Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit campak
dan batuk berat sebelumnya dan Klien juga belum pernah mendapatkan imunisasi
campak. Klien memiliki anak perempuan usia 4,5 th seminggu yang lalu pernah
menderita penyakit campak dan sudah sembuh dengan dibawa berobat oleh klg
ke puskesmas..sekarang tinggal bekas saja dan kulitnya yang berwarna hitam
sudah mulai terkelupas.
Berikut adalah analisa tinjauan kasus dengan menggunakan asuhan keperawatan :
A. Pengkajian
Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny I
Dengan Dx. Medis Campak Dengan Komplikasi Infeksi Saluran Nafas
( Trakeobronkitis Akut Di Unit Igd Rsud Thd Kaltim
Tgl pengkajian : 15 9 2015
Ruang / unit :
Jam pengkajian :
No. reg
002356
Jam MRS
09.00
Tgl mrs
jam 09.00
15 9 2015
1. Identitas
1) Identitas klien :
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Gol. Darah
Alamat
:
:
:
:
:
:
:
:
IGD
Ny.I
35 th
Perempuan
Islam
SMP
IRT
-Jl. Flores Bontang Kaltim
Tn H
40 th
laki laki
Islam
swasta
Jl. Flores Bontang Kaltim
suami
2. Keluhan Utama
Keluhan utama saat MRS dan pengkajian :
Klien mengeluh batuk berat dan berdahak sejak 3 hari yang lalu, hari ini
mulai bertambah sesak, badan panas menggigil dan muncul bercak
kemerahan menyebar keseluruh badan wajah dan leher, terasa gatal ,nyeri
dan panas terlebih saat di garuk.
3. Diagnosa Medis
Diagnose medis : campak dengan komplikasi infeksi saluran nafas
(trankeobronkitis akut )
4. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh batuk berat dan berdahak sejak 3 hari yang lalu, hari ini
mulai bertambah sesak, badan panas menggigil dan muncul bercak
kemerahan menyebar keseluruh badan wajah dan leher, terasa gatal ,nyeri
dan panas terlebih saat di garuk, klien sudah berobat ke puskesmas BL
tgl 15 9 2015 jam 05.30, dan disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit
agar mendapat penanganan lebih lanjut , jam 09.00 masuk IGD RSUD
THB dibawa ambulance bersama perawat dan klg dengan kondisi
umuum lemah, kesadaran CM, nafas spontan adekuat dengan oksigen 2
liter permenit, RR 34 x/menit,dangkal, sat 98 %,nafas cuping hidung
( + ),retraksi dada ( - ), suara nafas tambahan rhonchi ( + ), batuk
produktif ( + ), TTV TD : 120 / 80 mmhg, N: 128 x/m, T : 40 O C. ruam
makulopopular daerah wajah, leher dan menyebar ke seluruh bagian
6
2
45
6
1
30
4
2
4
0
Keterangan :
60
35
1
5
: Laki-laki
4,5
-----------
: Perempuan
: Keluarga
: Meninggal
: Pasien
b. Pola nutrisi
Nafsu makan klien baik, klien makan 3x sehari dan selalu
menghabiskan porsi makannya
c. Pola eliminasi
Sebelum dan sesudah sakit tidak ada perubahan: BAK 5-6 x/hari
spontan, BAB 1x/hari.
d. Pola aktivitas
e. Pola istirahat tidur
f.
g.
h.
i.
j.
k.
5. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Status neurologis
TTV
: tampak lemah
: CM , GCS ( E4,V5,M,6)
: TD : 120 mmhg,
N: 128 x/m,
RR: 34 x/m,
T : 40 C
Mulut : -
b) Leher :
bercak kemerahan menyebar keseluruh leher, terasa gatal ,nyeri
dan panas terlebih saat di garuk
3. B1 ( breath ) :
Nafas spontan adekuat dengan oksigenasi 2l/meit, RR : 30
x/m,dangkal, sat 98 %, nafas cuping hidung ( + ), hidung buntu dan
pilek, retraksi dada ( - ), suara nafas tambahan ronchi ( + ), batuk
produktif / berdahak dengan produksi sputum ( + ), warna putih kental.
4. B2 ( Blood ) :
Akral teraba hangat, perabaan nadi kuat, CRT 2 detik, TD : 120
mmhg, N: 128 x/m, sinus regular dengan S1, dan S2 tunggal.
5. B3 ( Brain ) :
Tingkat kesadaran kualitatif : CM
Tingkat kesadaran kuantitatif : GCS ( E4, V5, M6 )
Reaksi pupil isokor 3/2 ( kanan ),3/ 2 ( kiri ), reflek cahaya + / +
6. B4 ( Blader ) :
BAK spontan dengan produksi urine 300 cc saat di IGD warna kuning
jernih. Di rumah BAK 5-6 x/hari spontan.
7. B5 ( Bowel ) :
8. Analisa Data
N
o
1.
Etiologi
Problem
Mukus dalam
jumlah
berlebihan
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
produktif (+)
TD : 120 / 80 mmhg,
N: 128 x/m,
T : 39O C.
RR: 30 x/menit
2.
3.
Penyakit
Hipertermi
Perubahan/
gangguan
epidermis dan/
dermis
Kerusakan
integritas kulit
Do:
- ruam makulopopular daerah
wajah, leher dan menyebar ke
seluruh bagian tubuh dan kedua
tangan
- terdapat luka lecet bekas garukan
tangan di daerah lengan,
punggung, dan dada
9. Diagnose dan NIC NOC
DIAGNOSA
INTERVENSI
KEPERAWATAN
HASIL (NOC)
(NIC)
Ketidak Efektifan
Bersihan Jalan Napas
Airway Suction
1. Posisikan pasien untuk
1. Respiratory status
memaksimalkan
:Ventilation
2. Respiratory status
:Airway patency
ventilasi
2. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
3. Keluarkan sekret
dengan batuk Auskultasi
DO :
1. TD : 120 / 80 mmhg,
nafas,dibuktikan dengan
2. N: 128 x/m,
kriteria hasil:
3. T : 39O C.
1. Mendemonstrasikan batuk
4. RR: 30 x/menit
permenit
(mampu mengeluarkan
6. pernapasan dangkal,
7. sat 98 %
penggunaan peralatan :
8.
lips)
rhonchi (+)
O2, Inhalasi
8. Berikan O2
9. Berikan bronkodilator
10. Berikan antibiotik
11. Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan secret
Fever Treatment
Thermoregulasi
DS :
1. pasien mengatakan
badan panas menggigil
DO :
Kriteria hasil:
Setelah dilakukan perawatan
1x24 jam maka,
1. TD : 120 / 80 mmhg
2. N: 128 x/m,
3. T : 39O C
Tissue Integrity :
Skin and Mocous
Membranes
Kriteria Hasil :
Ds:
Kerusakan integritas
pasien mengatakan
muncul bercak
kemerahan menyebar
elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada
kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukan pemahaman
dan leher
-
Do:
-
ruam makulopopular
dan mempertahankan
menyebar ke seluruh
perawatan alami
hangat
tangan.
-
Pressure Management
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
D. Kesimpulan
Penularan penyakit campak adalah dengan melalui droplet jalan pernafasan.
Penyakit ini ditandai dengan periode laten selama 10-14 hari dan 2-3 hari periode
prodromal dengan nafas, batuk, pilek dan konjungtivitis dan dikikuti dengan
timbulnya ruam makulopapuler yang khas. Timbulnya ruam bersamaan dengan
timbulnya respons imun dan permulaan hilangnya virus. Selanjutnya virus
campak masuk kelenjar getah bening yang berada di bawah mukosa. Di sini virus
memperbanyak diri kemudian masuk ke sel-sel jaringan limfe local. Pada pasien
Ny I didapatkan bahwa penyakitnya tertular dari anak ke ibu dengan melalui
droplet. Pada pemeriksaan terdapat data kesenjangan yaitu respirasi rate
meningkat, nadi meningkat, suhu meningkat, terdapat pernafasan cuping hidung,
ruam makulopopular daerah wajah, leher dan menyebar ke seluruh bagian tubuh
dan kedua tangan,berwarna kemerahan,dan terdapat luka lecet bekas garukan
tangan di daerah lengan, punggung, dan dada. Pada pasien Ny I pada stadium
erupsi yang ditandai dengan keluarya ruam yang dimulai dari belakang telinga
menyebar ke wajah, dada, punggung, lengan dan kaki di sertai dengan suhu tubuh
yang lebih meningkat. Berdasarakan studi kasus di atas dapat disimpulkan bahwa
pasien Ny. I yang terdiagnosa campak muncul diagnosa keperawatan, yaitu: 1)
Ketidakefektifan jalan nafas, 2) Hipertermi, 3) Kerusakan integritas kulit.
E. Saran
1. Diharapkan mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan dengan
diagnosa medis campak pada pasien dewasa.
2. Diharapkan mahasiswa dapat merumuskan diagnosa medis keperawatan
dengan campak pada pasien dewasa.
3. Diharapkan mahasiswa dapat mengintervensikan dan mengimplementasikan
dengan campak pada pasien dewasa.
DAFTAR PUSTAKA