Vous êtes sur la page 1sur 56

Laporan Praktikum

Agroklimatologi
PENGENALAN ALAT-ALAT KLIMATOLOGI

NAMA

: ST. SALMIATI

NIM

: G111 15 351

KELAS

:F

ASISTEN

: MUHAMMAD

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan
sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian budidaya tanaman atau
bercocok tanam serta pembesaran hewan ternak, meskipun cakupannya dapat
pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan
produk lanjutan.
Seiring dengan kebutuhan manusia akan produksi pertanian semakin
meningkat, pengembangan dalam bidang pertanian pun semakin diupayakan.
Namun pada kenyataannya, ada banyak faktor yang harus diperhitungkan agar
pertanian dapat berjalan sukses. Salah satunya adalah faktor lingkungan yang
dalam hal ini lebih ditekankan pada cuaca dan iklim.
Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bukan hanya pada
bidang pertanian melainkan pada kehidupan organisme di permukaan bumi baik
tumbuhan, hewan, maupun manusia diberbagai aspek. Iklim dapat diartikan
sebagai sintesis atau bentukan dari unsur-unsur cuaca hari demi hari dalam jangka
panjang yang terjadi pada suatu daerah yang luas. Sintesis tersebut meliputi nilai
rata-rata, ekstrim, (maksimum dan minimum), frekuensi terjadinya nilai tertentu
dari unsur cuaca maupun frekuensi dari tipe iklim. Sedangkan cuaca merupakan

keadaan rata-rata udara dalam waktu yang relatif singkat dan berlangsung dalam
wilayah yang sempit.
Cuaca dan iklim terbentuk melalui interaksi unsur-unsur di atmosfer yang
meliputi penerimaan radiasi dan lama penyinaran, suhu udara dan tanah,
kelembaban udara dan tanah, tekanan udara, angin, awan, presipitasi, dan
evaporasi. Interaksi antara unsur tersebut dapat berlangsung sangat cepat sehingga
perubahan yang ditimbulkan sulit diprediksi.
Berdasarkan permasalahan yang muncul akibat kerumitan dalam
memprediksi keadaan iklim dan cuaca yang dikhususkan pada bidang pertanian
maka muncullah ilmu yang mengkaji tentang klimatologi dalam kaitannya dengan
bidang pertanian yang kemudian disebut agroklimatologi. Perkembangan ilmu
agroklimatologi tak terlepas dari penemuan pealatan (instrument) dalam waktu
yang lama. alat-alat tersebut hingga kini memberikan banyak kontribusi dalam
bidang pertanian salah satunya dengan memberikan gambaran perbedaan suhu
diberbagai daerah sehingga aktifitas pembudidayaan berbagai jenis tanaman dapat
dilakukan sesuai dengan suhu yang dibutuhkan.
Melihat begitu besarnya manfaat alat-alat klimatologi dalam bidang
pertanian, maka pengenalan alat-alat agroklimatologi menjadi hal yang penting
bagi subyek yang terkait dalam aktivitas pertanian guna menunjang kesuksesan
pertanian.

1.2 Tujuan dan Kegunaan


1.2.1 Tujuan
1. Untuk mengenal alat-alat klimatologi.
2. Untuk mengetahui nama serta prinsip kerja penggunaan alat-alat
klimatologi.
1.2.2 Kegunaan
1. Sebagai pembekalan dalam pengetahuan dasar tentang agroklimatologi.
2. Dengan mengetahui alat-alat klimatologi diharaapkan mahasiswa dapat
memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pertanian sehingga dapat
berjalan lancar dan memperoleh hasil optimum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 BMKG (Badan Meterologi, Klimatologi Dan Geofisika)
Sejarah pengamatan meteorologi, klimatologi, dan geofisika di Indonesia
dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara
perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun
kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil
pengamatan cuaca dan geofisika. Pengamatan tersebut kemudian menjadi awal
munculnya instansi pemerintah yang disebut Observatorium Magnetik dan
Meterologi, pada masa pendudukan Jepang nama instansi meteorologi, dan
geofisika tersebut diganti menjadi Kisho Kauso Kusho dan setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua
yakni:
1. Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat
Indonesia, Yogyakarta, khusus untuk melayani kepentingan Angkatan Udara.
2. Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang berada di Jakarta di bawah
Kementerian Pekerjaan Umum, dan Tenaga (Anonim1,2016).
Pada tanggal 21 Juli 1947, Jawatan Meteorologi, dan Geofisika diambil alih
oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en
Geofisiche Dienst dan setelah diambil alih oleh Indonesia kembali badan ini
berganti nama beberapa kali hingga terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor
61 Tahun 2008, BMG berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi,

dan Geofisika dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen
(Anonim1, 2016).
Kata meterologi berasal dari bahasa yunani yaitu meteoros yang artinya
mengah; tinggi (di angkasa) dan logia yang berarti ilmu. Meteorologi adalah ilmu
interdisipliner yang mempelajari atmosfer (Anonim1, 2016), adapun pengertian
meterologi yaitu cabang ilmu yanag membahas perubahan cuaca serta prosesproses fisika yang terjadi di atmosfer (Sabaruddin 2014), sedangkan menurut
Ayoade (1983), secara luas menyatakan bahwa atmosfer memiliki kaitan secara
fisik, dinamik, dan menyangkut status kimia atmosfer dan interaksi antara
atmosfer bumi dengan permukaan bumi.
Fenomena meteorologi adalah aktivitas cuaca yang dapat diamati dan
dijelaskan dengan ilmu meteorologi. Aktivitas tersebut terikat dengan variabel
yang ada di atmosfer bumi seperti temperatur, tekanan udara, uap air, dan gradien
interaksi setiap variabel serta bagaimana mereka berubah seiring dengan waktu.
Perbedaan spasial dipelajari untuk menentukan bagaimana sistem cuaca terbentuk
secara lokal, regional, dan global serta dampaknya (Anonim1, 2016).
Ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut klimatologi, yakni ilmu yang
mengkaji gejala-gejala cuaca, tetapi sifat-sifat atau karakteristik gejala-gejala
cuaca tersebut mempunyai siat yang umum dalam jangka waktu yang relative luas
pada tmosfer bumi. Para ahli terlebih dahulu menganalisis tentang uaca sebelum
menetapkan pola dan kecenderungan iklim di suatu wilayah. Data yang dianalisis
berupa suhu, cahaya matahari, curah hujan, kelembaban, dan angin yang

kemudian diinterpretasikan untuk kebutuhan perkiraan iklimdalam skala bulanan


atau tahunan (Fergusons, 2011).
Meterologi dan klimatologi pada dasarnya merupakan cabang ilmu atmosfer,
keduanya memiliki persamaan dalam aspek unsur yang membentuknya namun
berbed dalam hal waktu dan cangkupan wilayahnya. Meterologi lebih
menekankan pada proses terjadinya cuaca misalnya mengapa sampai terjadi suhu
ekstrim, hujan lebat, kelembaban rendah, penguapan tinggi, sedangkan
klimatologi lebih kepada penyebaran hasil dari proses tersebut misalnya
penyebaran suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, frekuensi terjadinya
banjir, kekeringan, El Nino, baik dalam skala harian, bulanan maupun tahunan
(Sabaruddin, 2014).
Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi
menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga
meteorologi, elektrisitas atmosfer dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika untuk
mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas
permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di
dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan
kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal.
Dalam skala yang berbeda, metode geofisika dapat diterapkan secara global yaitu
untuk menentukan struktur bumi, secara lokal yaitu untuk eksplorasi mineral dan
pertambangan termasuk minyak bumi dan dalam skala kecil yaitu untuk aplikasi
geoteknik (penentuan pondasi bangunan dll) (Anonim1, 2016).

1.2 Agroklimatologi Bagi Pertanian


Agroklimatologi berkaitan dengan interaksi antara faktor iklim dan
hidrologi, di satu sisi, dan pertanian dalam arti luas, termasuk peternakan dan
kehutanan, di sisi lain. Tujuannya adalah untuk menerapkan informasi iklim
untuk tujuan meningkatkan praktek pertanian dan meningkatkan produktivitas
pertanian dalam hal kuantitas dan kualitas. Karena dampak iklim pada adaptasi
hewan dan kehutanan kurang kompleks dan kurang dapat menerima manipulasi
dibandingkan pada tanaman, penelitian di bidang agroklimatologi sebagian besar
terpusat pada tanaman (Anonim1, 2016). Adapun menurut Sabaruddin (2014),
klimatologi pertanian (agroklimatologi) adalah cabang ilmu klimatologi yang
mengkaji tentang hubungan timbal balik antara unsur-unsur iklim terhadap
kegiatan pertanian.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan
sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang
sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop
cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya
dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan
produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi
semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan (Anonim2, 2016).

Agroklimatologi sangat penting bagi pertanian karena dalam agroklimatologi


terjelaskan mengenai klimatologi yang menurut Handoko (1993) klimatologi
memiliki tiga manfaat penting yaitu:
1. Meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan munculnya bahaya
akibat cuaca ekstrim yang ditimbulkan (banjir, badai dan kekeringan).
2. Menyesuaikan atau berusaha menyelenggarakan kegianatn yanag sesuai sifat
atau

karakter

iklim

agar

terhindar

dari

pengaruh

negatif

yang

ditimbulkannya. Sebagai contoh penentuan musim tanam, jenis tanaman


yang akan dikembangkan sedapat mungkin disesuaikan dengan kelakuan
iklim.
3. Menyusun rekayasa bidang teknik seperti pembuatan hujan buatan, pertanian
hidroponik, pemanfaatan rumah kaca, teknik penyiraman melalui sistem
pertanaman.
1.3 Hubungan Alat Stasiun Klimatologi Terhadap Pertanian
Alat-alat stasiun pada dasarnya memiliki banyak manfaat bagi pertanian karena
dengan data dari alat-alat tersebut perkiraan cuaca dan iklim dapat diilakukan
sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang dapat menyebabkan gagal panen.
Stasiun klimatologi didirikan untuk melayani informasi cuaca dan iklim pada
suatu daerah dan juga untuk membantu para petani dalam mengamati cuaca
(Nurdianto, 2014).
Beberapa alat-alat stasiun klimatologi yang berhubungan dengan kegiatan
pertanian contohnya penakar hujan Hellman dan termohigrograf. Penakar hujan
jenis Hellman merupakan suatu instrument/alat untuk mengukur curah hujan.
Dengan mengetahui intensitas curah hujan dalam suatu wilayah makan jenis
tanaman yang dapat ditanam sedapat mungkin akan disesuaikan dengan

kondisinya agar optimalisasi pertumbuhan dapat tercapai. Karena setiap tanaman


memiliki kebutuhan atau kadar air yang berbda-beda untuk petumbuhannya.
Sedangkan termohigrograf merupakan gabungan termograf dan higrograf. Alat ini
memiliki fungsi untuk mengukur suhu dan kelembaban udara secara otomatis.
Dengan adanya data yang akurat mengenai suhu, petani dapat menentukan jenis
dan waktu tanam setiap tumbuhan yang hendak dibudidayakan. Misalnya jika
suhu cenderung tinggi maka tanaman yang cocok adalah tanaman yang memiliki
respon yang positif terhadap suhu tinggi. Misalnya kelapa, jagung, dan padi. Hal
tersebut pun berlaku untuk kelembaban setiap tumbuhan memiliki syarat
kelembaban tertentu untuk dapat tumbuh (Sinta, 2015).
Selain alat-alat tersebut sebenarnya masih banyak lagi alat-alat stasiun
klimatologi yang penting dalam pertanian karena pada dasarnya fungsi alat-alat
tersebut dalam berbagai bidang hampir sama dan sulit untuk dibedakan
(Nurdianto, 2014).
1.4 Syarat Penempatan Stasiun
Penempatan stasiun klimatologi/meteorologi sedapat mungkin memenuhi
syarat antara lain :
1. Sekeliling luasan terpelihara dengan tanaman penutup (rerumputan atau
tanaman yang rendah) sebatas pada pengaruh gerakan angin.
2. Disekitar atau dekatnya tidak ada jalan raya (jalan besar).
3. Tempatnya pada tanah yang datar.
4. Bebas atau jauh dari bangunan dan pohon-pohon besar.

5. Letak stasiun jangan terlalu jauh dengan pengamat dan keperluan


pengamatan. Hal ini akan lebih baik dalam ketepatan waktu dan kondisi
yang dapat dipercaya.
Tujuan stasiun agroklimatologi adalah mendapatkan data klimatologis
yang pengukurannya dilakukan secara kontinu dan meliputi periode waktu
yang lama paling sedikit sepuluh tahun. Bagi stasiun klimatologi pengamatan
utama yang dilakukan meliputi unsur curah hujan, suhu udara, arah dan laju
angin, kelembaban, macam dan tinggi dasar awan, banglas horisontal, durasi
penyinaran matahari dan suhu tanah. Oleh karena itu persyaratan stasiun
klimatologi ialah lokasi, keadaan stasiun, dan lingkungan sekitar yang tidak
mengalami perubahan agar pemasangan dan perletakan alat tetap memenuhi
persyaratan untuk menghasilkan pengukuran yang dapat mewakili (Handoko,
2000).
1.5 Alat-Alat Klimatologi
2.5.1 Alat pengukur radiasi matahari
Pengukuran lamanya sinar matahari bersinar dimaksudkan untuk
mengetahui intensitas dan berapa lama/ jam matahari bersinar mulai terbit hingga
terbenam. Matahari dihitung bersinar terang jika sinarnya dapat membakar pias
campble stokes. Lamanya matahari bersinar dapat dinyatakan dalam presentase
atau jam. Untuk keperluan pemasangan dan pengamatan perlu diketahui hal-hal
yang menyangkut waktu smeu lokal dan waktu rata-rata lokal. True solar day
yaitu waktu antara dua gerakan matahari melintasi meridian. Waktu yang
didasarkan panjang hari ini disebut apparent solartime atau waktu semu lokal.
Waktu ini dapat ditunjukkan oleh sunshine recorder. Waktu semu lokal ialah

waktu yang ditentukan oleh gerakan relatif matahari terhadap horizon. Sepanjang
tahun lamanya (panjangnya) true solar day berbeda-beda. Untuk memudahkan
perhitungan dibayangkan adanya matahari fiktif yang beredar mengelilingi bumi
dengan kecepatan tetap selama setahun (Anonim2, 2016).
1. Pengukur sinar matahari campbell stokes
Campbell stokes, lamanya penyinaran sinar matahari dicatat dengan
jalan memusatkan (memfokuskan) sinar matahari melalui bola gelas hingga
fokus sinar matahari tersebut tepat mengenai pias yang khusus dibuat untuk
alat ini dan meninggalkan pada jejak pias. Dipergunakannya bola gelas
dimaksudkan agar alat tersebut dapat dipergunakan untuk memfokuskan sinar
matahari secara terus-menerus tanpa terpengaruh oleh posisi matahari. Pias
ditempatkan pada kerangka cekung yang konsentrik dengan bola gelas dan
sinar yang difokuskan tepat mengenai pias. Jika matahari bersinar sepanjang
hari dan mengenai alat ini, maka akan diperoleh jejak pias terbakar yang tak
terputus. Tetapi jika matahari bersinar terputus-putus, maka jejak dipiaspun
akan terputus-putus. Dengan menjumlahkan waktu dari bagian-bagian
terbakar yang terputus-putus akan diperoleh lamanya penyinaran matahari
(Anonim2, 2016).

2. Pengukur sinar matahari jenis jordan


Alat ini mencatat sendiri lamanya matahari bersinar dalam sehari yang
terdiri dari dua kotak berbentuk setengah silinder dan tertutup. Di bagian
dalam dipasang kertas yang sangat peka terhadap sinar matahari langsung.
Apabila seberkas matahari langsung mengenai kertas ini akan meninggalkan
bekas yang gelap. Alat ini diatur sedemikian sehingga satu pias dipakai untuk
pagi dan pias lainnya untuk siang hari (Anonim2, 2016).
3. Solarimeter dan piranometer
Untuk mengukur radaiasi matahari total, memperoleh data intensitas
matahari secara kontinue, solarimeter dihubungkan ke sebuah alat pencatat
yang dinamakan chart recorder yang mempunyai sifat self balancing
potentiometric

yaitu

suatu

rekorder

yang

bekerjanya

berdasarkan

keseimbangan antara signal (tenaga listrik yang masuk berasal dari solarimeter
dengan tenaga listrik dari power supply (Anonim2, 2016).
2.5.2 Alat pengukur kelembaban udara
1. Psychrometer bola basah dan bola kering
Psychrometer ini terdiri dari dua buah thermometer air raksa, yaitu :
1. Termometer bola kering

: tabung air raksa dibiarkan kering

sehingga akan mengukur suhu udara sebenarnya.


2. Termometer bola basah
: tabung air raksa dibasahi agar suhu
yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu; suhu yang
diperlukan agar uap air dapat berkondensasi
Suhu udara didapat dari suhu pada termometer bola kering (Anonim2, 2016).
2. Psychrometer putar (whirling)

Psychrometer sling/ whirling, alat ini terdiri dari 2 termometer yang


dipasang pada kerangka yang dapat diputar melalui sumbu yang tegak lurus
pada panjangnya. Sebelum pemutaran bola basah dibasahi dengan air murni.
Psychrometer diputar cepat-cepat (3 putaran/ detik). Selama + 2 menit,
dihentikan dan dibaca cepat-cepat. Kemudian diputar lagi, dihentikan dan
dibaca seterusnya sampai diperoleh 3 data. Data yang diambil adalah suhu
bola basah terendah. Jika ada 2 suhu bola basah terendah yang diambil suhu
bola kering (Handoko, 2000).
Keuntungan ini adalah bentuknya yang portabel dan kemurahan
harganya

dibandingkan

dengan

psychrometer

assmann,

sedangkan

kerugiannya adalah harus diputar diluar sangkar, kedua termometernya


dipengaruhi radiasi dan dari badan si pengamat. Waktu hujan tetesan air hujan
bias melekat sehingga merendahkan pembacaan. Kecepatan udara (ventilasi)
mungkin terlalu kecil (Anonim1, 2016).
3. Higrometer rambut
Higrometer rambut merupkan pengukuran kelembapan dengan rambut
menunjukkan perubahan dimensi jika kelembaban udara berubah-ubah.
Perubahan dimensi dapat dipakai sebagai indikasi kelembaban nisbi udara.
Higrometer rambut ada yang bersifat non rekording dan rekording (higrograf)
(Anonim2, 2016).
2.5.3 Alat pengukur arah dan kecepatan angin
Angin merupakan pergerakan udara yang disebabkan karena adanya
perbedaan tekanan udara di suatu tempat dengan tempat lain. Dengan adanya

pergerakan udara di atmosfer ini maka terjadilah distribusi partikel-partikel di


udara, baik partikel kering (debu, asap, dsb) maupun partikel basah seperti uap air.
Pengukuran angin permukaan merupakan pengukuran arah dan kecepatan angin
yang terjadi dipermukaan bumi dengan ketinggian antara 0.5 sampai 10 meter.
Salah satu alat pengukur kecepatan angin adalah anemometer (Anonim2, 2016).
Alat ini terdiri dari tiga buah mangkuk yang dipasang simetris pada sumbu
vertikal. Pada bagian bawah dari sumbu vertikal dipasang generator, yang terputar
oleh ketiga mangkuk. Tegangan dari generator sebanding dengan kecepatan
berputar dari mangkuk-mangkuk. Wind Vane atau alat penunjuk arah angin adalah
sebuah instrumen yang digunakan untuk mengetahui arah horizontal pergerakan
angin (angin permukaan). Alat ini terdiri dari suatu objek tidak simetris
(contohnya suatu anak panah atau panah berbentuk ayam jago yang menempel
pada pusat gravitasinya sehingga panah itu dapat bergerak dengan bebas di sekitar
poros horizontalnya) yang dihubungkan pada vane/weather cock sensor pada
anemometer (Anonim2, 2016).
2.5.4 Alat pengukur curah hujan
1. Penakar curah hujan biasa atau pengukuran curah hujan manual
Penakar hujan ini termasuk jenis penakar hujan non-recording atau tidak dapat
mencatat sendiri. Bentuknya sederhana, terdiri dari :
Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat.
Bak tempat penampungan air hujan.
Kaki yang berbentuk tabung silinder.
Gelas penakar hujan (Anonim2, 2016).
2. Penakar hujan jenis hellman

Penakar hujan jenis hellman termasuk penakar hujan yang dapat


mencatat sendiri. Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian
terkumpul dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung
serta tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat
tongkat pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung.
Gerakkan pena dicatat pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam
yang dapat berputar dengan bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir
penuh, pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai
atau melewati puncak lengkungan selang gelas, air dalam tabung akan keluar
sampai ketinggian ujung selang dalam tabung dan tangki pelampung dan pena
turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus vertikal. Dengan
demikian jumlah curah hujan dapat dhitung/ ditentukan dengan menghitung
jumlah garis-garis vertikal yang terdapat pada pias (Sinta, 2105).
2.5.6 Pengukur suhu
1.

Termometer Suhu Biasa


Digunakan untuk mengukur suhu udara sesuai dengan naik turunnya

cairan atau perubahan sensor logam yang ada pada tabung termometer yang
dapat dibaca suhunya (Anonim2, 2016).
2. Termometer Maksimum dan Minimum
a. Termometer Maksimum :
Ciri khas dari termometer ini adalah terdapat penyempitan pada pipa
kapiler di dekat resevoir. Air raksa dapat melalui bagian yang sempit ini pada
suhu naik dan pada suhu turun air raksa tetap berada pada posisi sama dengan
posisi suhu tertinggi. Air raksa dapat dikembalikan ke resevoir dengan
perlakukan khusus (diayun-ayunkan). Termometer maksimum ini diletakkan

pada posisi hampir mendatar agar mudah terjadi pemuaian, pengamatan sekali
dalam 24 jam (Anonim2, 2016).
b. Termometer Minimum :
Termometer ini berguna untuk mengukur suhu udara ekstrim rendah. Zat
cair dalam kapiler gelas adalah alkohol yang bening. Pada bagian ujung atas
alkohol yang memuai atau menyurut terdapat indeks. Indeks ini hanya dapat
didorong kebawah pada suhu rendah oleh tegangan permukaan bagian ujung
kapiler alkohol. Bila suhu naik alkohol memuai, indeks tetap menunjukkan
posisi suhu rendah (Sinta, 2015).
Prinsip kerja termometer minimum adalah dengan cara menggunakan
sebuah penghalang pada pipa alkohol, sehingga apabila suhu menurun akan
menyebabkan indeks ikut tertarik ke bawah namun bila suhu meningkat maka
indeks tetap pada posisi dibawah selain itu peletakan thermometer (Anonim2,
2016).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pengenalan alat-alat klimatologi dilaksanakan di laboratorium
agroklimatologi jurusan Agronomi Fakultas pertanian Universitas Hasanuddin,
Makassar. Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 15 Februari 2016 berlangsung
dari pukul 09.50-11.30 WITA . Adapun Praktikum lapang pengenalan alat-alat
klimaologi dilaksanakan di Instalasi Pengamatan Peramalan dan Pengendalian
OPT (IPPT OPT) Wilayah V, Kecamatan Tiroang, Pinrang, Sulawesi Selatan.
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 April 2016 berlangsung dari pukul
15.00-18.00 WITA.
3.2 Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu alat tulis, kamera, anemometer, campbell
stokes, penakar hujan tipe observatorium dan hellman, sangkar cuaca, termometer
maksimal dan minimum, termometer tanah, AWS (Automatic Weather Stations),
dan panci evaporasi.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Prosedur Kerja Laboratorium
1. Kegiatan praktikum pengenlan alat ini dilakukan dengan cara demonstrasi
menggunakan alat-alat klimatologi yang tersedia di laboratorium
klimatologi.
2. Proses tanya jawab yang dilakukan pembimbing atau asisten terhadap
praktikan atau mahasiswa.
3.3.2 Prosedur Kerja Lapangan
1. Melakukan pengamatan terhadap alat yang tersedia di stasiun alat.

2. Mencacat

penjelasan

pendamping/asisten

menyangkut

alat-alat

klimatologi.
3. Mengambil gambar alat-alat klimatologi yang tersedia di stasiun.
4. Menuliskan hasil pengamatan pada lembar kuisioner.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.2 Campbell-Stokes

1. Bagian Alat:
a. Lensa bola kaca pejal dengan jari-jari 7.3 cm
b. Busur pemegang bola kaca pejal
c. Sekrup pengunci kedudukan lensa
d. Sekrup pengatur kemiringan
e. Mangkuk tempat kertas pias
2. Prinsip Kerja Alat:
Sinar ditangkap lensa dan difokuskan ke atas kertas pias, sehingga kertas pias
terbakar, kemudian panjang kertas pias yang terbakar tersebut diukur untuk
mengetahui PP aktual.
3. Pemasangan Alat Dilapangan:
Alat dipasang pada tempat terbuka dan diletakkan di atas beton yang agak
tinggi, sedemikian rupa sehingga sensor dapat menangkap sinar matahari dalam
keadaan normal pada ketinggian 3 m di atas horizon.
Pemasangan Solarimeter :

1)

Mangkuk tempat pemasangan kertas pias harus menunjuk

2)

arah timur-barat.
Bagian bawah alat harus benar-benar datar (diatur dengan
leveling)

3)

Lensa bola bersama dengan tempat kertas pias dimiringkan

sesuai dengan letak lintang tempat pengamatan.


4) Satuan Pengamatan Dan Pengambilan Data:
a. Satuan Alat : jam
b. Satuan Pengukuran: %
c. Kertas pias dipasang dan diganti setiap sore hari pada pukul 18.00
d. Kertas pias yang digunakan ada 3 macam, yaitu bentuk lurus, bengkok
panjang, dan bengkok pendek
e. Jadwal penggunaaan masing-masing bentuk kertas pias tergantung pada
letak pengamatan dan kedudukan matahari terhadap tempat tersebut
f. Pengukuran PP aktual dilakukan dengan ketelitian 0,1 jam dengan
ketentuan sebagai berikut :
1) Noda langsung bundar, dihitung 0,5 panjang garis tengah noda
2) Noda berbentuk titik, setiap 2 atau 3 titik dihitung 0,5 jam
3) Noda berbentuk garis berlubang, dihitung dikurangi 0,1 jam setiap
pemutusan
4) Noda berbentuk garis tidak berlubang, tidak perlu dikoreksi
5) Kebaikan dan Kelemahan Alat
Kelebihannya adalah biasanya alat ini dipasang di atas pilar beton yang
ditanam sehingga posisinya tidak berubah dan alatnya tidak bergetar.
Kelemahannya,

panjang

garis

pembakaran/waktu

terjadinya

pengukuran

tergantung pada kepekaan pias dan kejernihan bola kaca. Radiasi harga umumnya
antara 0,2 cal/cm2 / menit sampai 0,4 cal/cm2/menit, dimana di bawah intensitas

ini tidak terjadi pencatatan. Selain itu, pembakaran pias ada kecenderungan
melebar sehingga ada resiko hitungan terlalu besar.
6. Hasil Percobaan: Alat tidak berfungsi.
4.1.2 Sangkar Cuaca

1. Bagian Alat:
a) Beton; Permukaan Lantai Sangkar; Pintu Sangkar 2 (dua) daun, bagian
muka dan belakang; dan papan penutup ruang sangkar (tebal 2 cm)
berlubang 5 (lima) @=2,5 cm.
b) Di dalam sangkar cuaca berisi : Temperatur maksimum minimum;
Termometer

basah

kering;

Barograf;

Termohigrograf;

Swing

termometer; Evaporimeter jenis Piche atau jenis Keshner.


2. Prinsip Kerja Alat :
Dimaksudkan agar pengukuran suhu tidak terkena langsung sinar matahari
tetapi sirkulasi udara masih lancar, sehingga sangkar cuaca dibuat sedemikian
rupa sehingga memenuhi persyaratan pengukuran.
3. Pemasangan Alat Dilapang:

Sangkar dipasang pada ketinggian 120 cm di atas tanah berumput pendek,


sedangkan letaknya paling dekat dua kali ( sebaiknya empat kali) tinggi benda
yang berada di sekitarnya. Sangkar harus dipasang kuat, berpondasi beton,
sehingga tidak dapat bergerak atau bergoyang jika angin kencang. selain itu
agar angkar tidak mudah di makan rayap. Sangkar dipasang dengan pintu
membuka/ menghadap utara-selatan, sehingga alat-alat yang terdapat di
dalamnya tidak terkena radiasi matahari langsung sepanjang tahun. Jika
matahari berada pada belahan bumi selatan, pintu sebelah utara yang dibuka
untuk observasi atau sebaliknya.
4. Satuan Pengamatan Dan Pengambilan Data:
Satuan pengamatan dan pengambilan data disesuaikan dengan alat-alat
yang ada di dalam sangkar.
5. Kebaikan Dan Kelemahan Alat
Kelebihan sangkar cuaca yaitu dapat menyimpan beberapa alat
pengamatan dalam satu tempat. Sedangkan kelemahannya yaitu data yang
didapatkan dari pengukuran masing-masing alat ini masih berupa data mentah
sehingga harus dihitung lagi untuk mendapatkan data yang sesungguhnya.
6. Hasil Percobaan : 4.2.3 Termometer

1. Bagian alat
a.

Reservoir

b.

Pipa kapiler berisi air raksa

c.

Pipa kapiler berisi alkohol

d.

Indeks penunjuk suhu maksimum

e.

Indeks penunjuk suhu minimum

f.

Tombol pengembali indeks

2. Prnsip Kerja Alat


Prinsip kerja alat ini yaitu muai zat cair
3. Pemasangan Alat di Lapangan
alat dipasang pada meteo dengan posisi tegak.
4. Satuan Pengamatan dan Pengambilan Data
a) Satuan alat : oC
b) Satuan ukur : oC
c) Ketelitian
: 0,5 oC
Pengambilan data:
a) Suhu maksimum dan minimum dibaca pada ujung bawah indeks
b) Indeks bagian kanan menunjukan suhu maksimum, indeks bagian kiri
menunjukkan suhu minimum.
c) Pengamatan dilakukan pada pukul 16.00
d) Setelah pengamatan, tombol kemudi ditekan sedemikian rupa sehingga
ujung bawah indeks berhimpit dengan permukaan kolom air raksa,
untuk pengamatan berikutnya.
5. Kebaikan dan Kelemahan Alat
Kelebihan thermometer maksimum:
a) Praktis, mudah dibawa kemana-mana karena bentuknya itu yang
sederhana
b) Didalam menggunakan
prosesnya

thermometer

maksimum

itu

cepat

c) Mudah digunakan, atau mudah dibaca. Karena, thermometer


maksimum berlapiskan kaca.
d) Tidak memerlukan alat bantu lain.
e) Harga thermometer maksimum relative lebih murah dibanding alat
meteorology yang lain.
f) Didalam penggunaannya, thermometer maksimum cocok untuk
perlengkapan percobaan praktek pada laboratorium kimia.
g) Tidak menciut ketika udara menyusut, karena thermometer
maksimum berisi air raksa yang jika udara menyusut tidak
membeku. Sehingga tak pecah tabungnya.
h) Bisa mengukur suhu yang panas atau yang menaik
Kekurangan thermometer maksimum:
a) Mudah pecah karena terbuat dari kaca dan lapisan kaca dari
termomter maksimum itu tipis.
b) Harus hati-hati dalam penggunaan-nya/pembacaannya
c) Karena alat ini tidak seperti alat lain yang tahan ketika terkena
d)
e)
f)
g)

benda lain
Harus dipaskan dulu dari awal ketika menggunakannya.
Tidak mau menyusut air raksanya ketika temperatur mendingin.
Hanya bisa mengukur temperature yang panas saja.
Sangat sensitive jika terkena sesuatu benda yang panas

temperaturnya
6. Hasil Percobaan: Alat Rusak
4.1.4 Panci Evaporasi

1. Bagian Alat:
a) Panci evaporasi (d:120,7cm, t:25cm, tbl: 0,8cm)
b) Rangka kayu/besi
c) Tabung peredam riak atau gelombang (d:10cm)

d) Hook (batang kall) dan skala ukur (nonius)


e) Sekrup pemutar batang pengukur
2. Prinsip Kerja Alat:
Perbedaan ketinggian antara awal pengukuran dan akhir pengukuran akibat
penguapan air. Cara kerja : Setiap pemutar batang pengukur disetel sehingga hook
menempel pada awal air, tunggu beberapa menit dan disetel kembali sehingga
hook menempel pada air dan diukur antar selisih awal dan akhir akibat evaporasi
tersebut.
3. Pemasangan Alat Dilapangan:
Panci diletakkan pada balok kayu yang disusun datar di atas permukaan
tanah. Air bersih dimasukkan setinggi 20cm, permukaan air dijaga jangan kurang
dari 2,5cm dari batas tersebut, jika tinggi air kurang dari 10cm dari dasar dapat
berakibat kesalahan hingga 15%.
4. Satuan Pengamatan Dan Pengambilan Data:
Satuan pengamatan panci evaporasi adalah milimeter. Mula-mula ujung kail
(hook) diatur dengan sekrup pemutar tepat menyentuh permukaa air, kemudian
tinggi air dapat dibaca pada penera (sampai ketelitian 0,02mm). Pada sore hari
berikutnya, ujung kail diatur kembali sampai menyentuh permukaan air. Selisih
pembacaan pertama (PI) dengan pembacaan kedua (PII) merupakan besarnya
penguapan air. Jika terdapat hujan, maka rumus perhitungan evaporasi : PI PII +
CH (dalam mm). kapasitas maksimum jika terjadi hujan sebesar 50mm pada
periode pengamatannya. Penguapan yang terukur adalah pada permukaan air
terbuka.
5. Kebaikan dan Kelemahan Alat

Alat ini berprinsip sama dengan pitche evaporimeter, bedanya yaitu


menggunakan Hook dan skala nonius dengan prinsip pelampung untuk
pengamatannya. kelebihan alat ini ketelitian dapat mencapai 0.02 m dan
merupakan dasar berbagai teknik untuk memperkirakan penguapan danau atau
evapotranspirasi. Namun kekurangannya, kesalahan yang besar dari pengukuran
evaporasi terletak pada tinggi air dalam panci, muka air selamanya dikembalikan
pada tinggi semula yaitu 5cm di bawah bibir panci.
6. Hasil Percobaan : -

4.1.10 Cup Counter Anemometer

1. Bagian Alat :
a) Tiga buah mangkok sebagai baling-baling yang dibatasi sudut 123o
b) Counter
c) Tiang
2. Prinsip Kerja Alat yaitu GGL induksi. Cara kerja : Dengan adanya balingbaling/mangkok yang berputar jika adanya angin, kecepatan sudut putar
mangkok terhadap sumbu vertikal dan kecepatan sudut putar baling-baling

pada sumbu horizontal sebanding dengan laju angin dan dengan desain
sistem mangkok dan baling-baling yang baik. Dengan mengukur
banyaknya baling-baling berputar melalui alat mekanik dapat diketahui
kecepatan anginnya.
3. Pemasangan Alat Di lapangan
Alat dipasang pada tiang/menara dengan ketinggian 0,5 m, 2 m, atau 10 m
sesuai dengan masing-masing penggunaan. Pemasangan harus pada tempat
terbuka, jarak benda terdekat paling sedikit 10 kali tinggi benda tersebut.
4. Satuan Pengamatan Dan Pengambilan Data :
a) Satuan alat
b) Satuan pengukuran
c) Ketelitian kerja

: km
: km/jam
: 1 km

Cara pengamatan Agroklimat Cup Counter: Anemometer diamati pada


jam 07.00 WS, 07.30 WS, 10.00 WS, 13.30 WS, 14.00 WS, 16.00 WS, 17.30
WS dan jam 18.00 WS. Rerata kecepatan angin dapat dihitung dari besarnya
selisih pembacaan hari II dengan pembacaan I (jarak tempuh angin) dibagi
dengan waktu antara beda pengamatan tersebut (periode satu hari : 24 jam).
5. Kebaikan Dan Kelemahan Alat :
Kelebihannya adalah hasil pengukurannya dapat mewakili angin sampai
ketinggian 10m dari tanah jika tidak penghalang. Namun kekurangan dari alat

ini adalah penempatannya yang di atap bangunan akan menghasilkan


pengukuran yang kurang akurat.
6. Hasil Percobaan : 4.1.6 Anemometer 10 Meter & Wine Vine

1. Bagian Alat
a. Power
b. Tombol hold
c. Tombol knot
d. Tombol record dan recall
e. Baling-baling
2. Prinsip Kerja Alat:
Pengukuran arah angin. Cara Kerja : Arah angin dapat dibaca dari wind
vane dimana ujung depan (terdapat bola besi) adalah menunjukkan arah
datangnya angin yang dapat diartikan sebagai arah angin.
3. Pemasangan Alat Dilapangan:
Anemometer dan arah angin harus dipasang di tempat yang bebas dari
halangan, tetapi harus mewakili suatu lingkungan yang datanya diperlukan,

serta alat harus dipasang vertikal dengan ketinggian tertentu dari permukaan
tanah (biasanya 2 meter untuk klimatologi dan 10 meter untuk lapangan).
4. Satuan Pengamatan Dan Pengambilan Data:
Satuan: Arah Angin (8 mata angin) Kecepatan Angin : Knots (1 Knots =
1.8 Km/Jam). a. Tiap pagi pukul 07.00 dibaca angka pada alat pencatat.
b. Rerata kecepatan angin dapat dihitung dari besarnya selisih pembacaan hari
kedua dengan hari pertama (jarak tempuh angin) dibagi waktu antara beda
pengamatan tersebut (periode satu hari = 24 jam).
5. Kebaikan Dan Kelemahan Alat
Kelebihan wind vane yaitu dalam pengukurannya tidak menggunakan
sistem atau komputer dalam pembacaannya, sehingga menghemat penggunaan
energi atau dapat diamati secara manual. Kelamahan alat yaitu jika alat rusak
sulit untuk diperbaiki karena ketinggian alat.
6. Hasil Percobaan: 4.1.7 Penakar Hujan Tipe Observatorium

1. Bagian Alat:
a) Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat, mulut
corong ( bagian atasnya ).
b) Bak tempat menampung air hujan.
c) Kran, untuk mengeluarkan air dari dalam bak ke gelas ukur.

d) Kaki yang berbentuk silinder, tempat memasang penakar hujan pada


pondasi kayu dengan cara disekrup.
e) Gelas ukur penakar hujan untuk luas corong 100 Cm2 , dengan skala
ukur 0 s/d 25 mm. Keseragaman pemasangan alat, cara pengamatan,
dan waktu observasi sangat diperlukan untuk memperoleh hasil
pengamatan yang teliti, dengan maksud data yang dihasilkan dapat
dibandingkan satu sama lain.
2. Prinsip Kerja Alat:
Penampung curah hujan. Cara kerja : Air hujan masuk kemulut penangkar
kemudian melalui corong sempit masuk ketabung penampung. Membuka kran
untuk mengambil airnya, dilakukan 3 X (pukul: 07.00, 13.00, 18.00 WIB).

3. Pemasangan Alat Dilapangan:


Alat di tempatkan pada lapangan terbuka dengan jarak terhadap pohon
atau bangunan terdekat sekurang-kurangnya sama dengan tinggi pohon atau
banguna tersebut. Permukaan mulut corong harus benar-benar horizontal dan
dipasang pada ketinggian 120 cm dari permukaan tanah.
4. Satuan Pengamatan Dan Pengambilan Data:
a) Pengamatan untuk curah hujan harus dilakukan tiap hari pada jam
07.00 waktu setempat, atau jam-jam tertentu.

b) Buka kunci gembok dan letakkan gelas penakar hujan dibawah kran,
kemudian kran dibuka agar airnya tertampung dalam gelas penakar.
c) Jika curah hujan diperkirakan melebihi 25 mm. sebelum mencapai
skala 25 mm. kran ditutup dahulu, lakukan pembacaan dan catat.
Kemudian lanjutkan pengukuran sampai air dalam bak penakar
habis, seluruh yang dicatat dijumlahkan.
d) Untuk menghindarkan kesalahan parallax, pembacaan curah hujan
pada gelas penakar dilakukan tepat pada dasar meniskusnya.
e) Bila dasar meniskus tidak tepat pada garis skala, diambil garis skala
yang terdekat dengan dasar meniskus tadi.
f)

Bila dasar meniskus tepat pada pertengahan antara dua garis skala,
diambil atau dibaca ke angka yang ganjil, misalnya : 17,5 mm.
menjadi 17 mm.. 24,5 mm. menjadi 25 mm.

g) Untuk pembacaan setinggi x mm dimana 0,5 / x / 1,5 mm, maka


dibaca x = 1 mm.
h) Untuk pembacaan lebih kecil dari 0,5 mm, pada kartu hujan ditulis
angka 0 (Nol) dan tetap dinyatakan sebagai hari hujan.
i) Jika tidak ada hujan, beri tanda ( ) atau ( . ) pada kartu hujan.

j) Jika tidak dapat dilakukan pengamatan dalam satu atau beberapa


hari, beri tanda (X) pada kartu hujan.
k) Apabila gelas penakar hujan biasa (Obs.) pecah, dapat digunakan
gelas penakar hujan Hellman dimana hasil yang dibaca dikalikan 2.
Atau dapat juga dipakai gelas ukur yang berskala ml.
5. Kebaikan Dan Kelemahan Alat
Penakar hujan observatorium mempunyai kebaikan berupa : mudah
dipasangnya, mudah dioperasikannya karena langsung terukur pada gelas ukur
dan pemeliharaannya juga relatif mudah karena tak ada bagian-bagian
tambahan pada alat. Akan tetapi kelemahan adalah data yang didapat hanyalah
data jumlah curah hujan selama periode 24 jam. Resiko kerusakan gelas ukur
dan resiko kesalahan pembacaan dapat terjadi saat membaca permukaan dari
tinggi air di gelas ukur, sehingga hasilnya dapat berbeda.
6. Hasil Percobaan: Alat rusak
4.1.8 Penakar Hujan Tipe Hellman

1. Bagian Alat:
a. Corong penakar dengan luas 200 cm persegi.

b) Tabung dengan pelampung yang dihubungkan dengan pena.


c) Jam pemutar dan kertas pias.
d) Pipa siphon untuk menentukan batas ketinggian air pada tabung
pelampung 10 mm.
e) Panci penampung air hujan
f) Body penakar.
2. Prinsip Kerja Alat:
Saat hujan, air hujan yang tercurah masuk dalam corong penakar. Air yang
masuk dalam corong penakar dialirkan masuk dalam tabung pelampung.
Penambahan air hujan yang masuk dalam tabung pelampung akan
mengangkat pelampung yang berhubungan dengan pena ke atas. Pergerakan
pena akan membentuk grafik pada pias yang diputar oleh jam pemutar, dimana
sumbu X adalah waktu antara jam 07.00 hari ini sampai jam 07.00 hari esok
dan sumbu Y adalah jumlah curah hujan dengan nilai 0 10 mm. Setelah
mencapai nilai 10 mm pada pias, air yang tertampung dalam tabung
pelampung dikeluarkan melalui pipa siphon dan pena turun hingga nilai 0
pada pias . Pergerakan naik turunnya pena akan terus berlangsung sampai
hujan berhenti. Air yang dikeluarkan dari tabung pelampung kemudian
tertampung dalam penci penampung dan pada saat penggantian pias, air yang
tertampung ditakar dengan gelas ukur dan dicatat pada pias.

3. Pemasangan Alat Dilapangan:


Penakar hujan harus dipasang pada lapangan terbuka, tanpa ada gangguan
disekitar penakar, seperti pohon dan bangunan, kabel atau antene yang
melintang diatasnya. Jarak yang terdekat antara pohon / bangunan dengan
penakar hujan adalah 1 kali tinggi pohon / bangunan tersebut. Penakar hujan

tidak boleh dipasang pada tanah miring (lereng bukit), puncak bukit, diatas
dinding atau atap. Penakar dipasang dengan cara disekrup / dipaku pada balok
bulat yang dicat putih dan ditanam pada pondasi beton (lihat gambar),
sehingga tinggi penakar hujan dari permukaan corong sampai permukaan
tanah 120 Cm.(lihat gbr), letak penampang corong harus datar (horizontal)
bukaan kran diberi kunci gembok sebagai pengaman. Penakar harus dipagar
keliling dengan kawat, ukuran 1.5 m x 1.5 m dengan tinggi 1m, agar tidak
dapat diganggu binatang dan orang yang tidak berkepentingan.
4. Satuan Pengamatan Dan Pengambilan Data:
Data yang dihasilkan hujan dengan alat ini adalah waktu (saat) terjadinya
hujan (jam), periode hujan (jam), intensitas curah hujan (mm/menit atau
mm/jam) dan jumlah curah hujan (mm) . Semua pengukuran tersebut untuk
periode waktu 24 jam atau 1 hari.
5. Kebaikan Dan Kelemahan Alat
Kelebihan dari penakar hujan tipe Hellman ini yaitu pengamatannya lebih
efisien karena grafik akan terbentuk secara otomatis dengan perubahan
volume air di dalam tabung penampung. Dengan data yang berbentuk grafik
dapat diperoleh informasi mengenai curah hujan secara bersinambungan
dalam periode tertentu. Namun, alat ini mempunyai kelemahan yaitu daya
tampungnya hanya 60 mm sehingga tidak bisa mengamati curah hujan lebih
dari ukuran itu. Selain itu juga kelemahan pada ketelitian alat yang mencapai 2
mm sehingga data yang dihasilkan kurang valid dibandingkan penakar hujan
tipe observatorium. Hal ini disebabkan data yang dihasilkan berdasarkan

gerakan pena yang dimungkinkan bisa bergerak juga akibat faktor selain pena
seperti halnya akibat tersenggol pengamat.
6. Hasil Percobaan : Alat rusak.
4.1.9 Termometer Tanah

a. Nama alat : Termometer Permukaan Tanah (jeluk 0 cm)


1. Bagian Alat :
a) Termometer zat cair
b) Rerservoir
c) Statif kaki tig
d) Tabung pelindung reservoir ventilasi
2. Prinsip Kerja Alat :
Alat ini bekerja berdasarkan hasil pemuaian zat cair. Cara kerjanya yaitu
kenaikan atau menurunya suhu tanah mempengaruhi reservoir yang terhubung
ada air raksa dakam thermometer. Panjang muai pada zat cair pada skala
tertentu dibaca sebagai suhu tanah.
3. Pemasangan Alat Dilapang : protable ataupun
permukaan tanah.
4. Satuan Pengamatan Dan Pengambilan Data :
a) Satuan alat
b) Satuan pengukuran
c) Ketelitian kerja

: 0C
: 0C
: 0,50C

diletakkan di atas

Cara pangamatan : Setelah stabil suhu dibaca langsung pada skala


yang ditunjukkan. Saat pencatatan suhu tanah harian juga seperti cara
pencatatan suhu udara harian.
5. Kebaikan Dan Kelemahan Alat
Alat ini berprinsip kerja pada pemuaian air raksa. Kelebihannya yaitu
mudah dan praktis dibawa,sederhana dalam pengoperasiannya-hanya saja
tanah yang akan diukur udaranya harus ditata terlebih dahulu.Kekurangannya
yaitu kemampuannya terbatas hanya untuk mengukur suhu diatas permukaan
tanah.
6. Hasil Percobaan : b. Nama alat : Termometer Tanah (jeluk 0-10 cm)
1. Bagian Alat :
a) Ujung sensor sampai jeluk 5cm
b) Termometer zat cair
c) Pegangan tangan
d) Selubung kayu pelindung termometer
2. Prinsip Kerja Alat :
Pemuaian muai zat cair. Cara kerja yaitu alat ditancapkan pada tanah
dalam dengan jeluk 10cm.
3. Pemasangan Alat Dilapang : Protable, bagian ujumg ditancapkan ke dalam
tanah sesuai dengan jeluk yang diamati.
4. Satuan Pengamatan Dan Pengambilan Data :
a) Satuan alat
b) Satuan pengukuran
c) Ketelitian kerja

: 0F
: 0C
: 10F

Cara pangamatan : setelah stabil, suhu tanah diamati dengan membaca


skala yang ditunjuk.
5. Kebaikan dan Kelemahan Alat
Kelebihan dan kekurangan yang sama seperti thermometer permukaan
tanah, hanya saja alat ini lebih dalam jangkauan jeluk yang diukur, yaitu 0-10
cm.
6. Hasil Percobaan : c. Nama alat : Termometer Tanah (jeluk 20 cm)
1. Bagian Alat :
a) Reservoir untuk jeluk tanah 20cm
b) Pipa kapilar berisi air raksa.
2. Prinsip Kerja Alat : Pemuaian zat cair. Cara Kerja : Ujung reservoir
ditancapkan ke dalam tanah dengan kedalaman 20 cm dengan
menggunakan bor.
3. Pemasangan Alat Dilapang : Dibuat lubang pada tanah dengan jeluk
tertentu dengan bor. Bagian reservoir termometer dimasukkan lubang
kemudian ditimbun kembali dengan tanah bekas galian.
4. Satuan Pengamatan Dan Pengambilan Data :
a)

Satuan alat

: 0C

b)

Satuan pengukuran

: 0C

c)

Ketelitian kerja

: 0,10C

Cara pangamatan : setelah stabil, suhu tanah diamati dengan membaca


skala yang ditunjuk.
5. Kebaikan Dan Kelemahan Alat

Kelebihan alat ini yaitu mudah dilihat skalanya setelah ditanam karena
bentuknya bengkok. Kekurangannya yaitu harus menggunakan bor untuk
melubangi tanah 20 cm karena hanya dapat mengukur pada kedalaman
tersebut. Penggunaan bor ini dimaksudkan karena alat bisa rusak jika dipaksa
masuk ke dalam tanah secara langsung.
6. Hasil Percobaan : d. Nama alat : Termometer Tanah (jeluk 50 cm)
1. Bagian Alat :
a) Pipa pelindung thermometer
b) Bagian sensor
c) Termometer zat cair
d) Reservoir, dan Rantai.
2. Prinsip Kerja Alat :
Pemuanian ruang zat cair. Cara kerja thermometer tanah ditancapkan ke
dalam tanah sampai jeluk 50cm.
3. Pemasangan Alat Dilapang :
Dibuat lubang pada tanah dengan jeluk tertentu dengan bor. Bagian
reservoir termometer dimasukkan lubang kemudian ditimbun kembali dengan
tanah bekas galian.
4. Satuan Pengamatan Dan Pengambilan Data :
a) Satuan alat
b) Satuan pengukuran
c) Ketelitian kerja

: 0C
: 0C
: 0,50C

Cara pangamatan : Termometer diangkat dari selubung bagian pelindung,


suhu tanah dapat dibaca langsung pada skala yang ditunjuk. Pembacaan harus
dilakukan dengan cepat.
5. Kebaikan Dan Kelemahan Alat :
Kelebihan alat ini yaitu termometer zat cairnya terlindung oleh pipa
pelindung. Kekurangannya yaitu tanah harus dilubangi sedalam 50 cm dengan
bor dan pembacaan skala suhu harus dilakukan dengan cepat saat skala terlihat
agar tidak terpengaruh oleh suhu udara permukaan luar.
6. Hasil Percobaan : a. Nama alat : Termometer Tanah (jeluk 100 cm)
1. Bagian Alat : Tangkai pemutar, Jarum penunjuk suhu, Tabung bejana berisi
spiral logam sebagai pengantar, dan Ujung peka.
2. Prinsip Kerja Alat : Muai zat cair bertekanan tinggi pada tabung bejana.
Cara kerja : Thermometer ditancapkan ke dalam tanah dengan kedalaman
tertentu.
3. Pemasangan Alat Dilapang : Alat dimasukkan dalam tanah dan tekanan
menurut jeluk yang kita inginkan dengan cara memutar pegangannya.
4. Satuan Pengamatan Dan Pengambilan Data :
a) Satuan alat
b) Satuan pengukuran
c) Ketelitian kerja

: 0C
: 0C
: 10C

Cara pangamatan : setelah jarum penunjuk jarum konstan, suhu dapat


dibaca skala yang ditunjuk.
5. Kebaikan Dan Kelemahan Alat

Termometer ini adalah termometer yang prinsip kerjanya berdasarkan


termometer biasa yang yang dimodifikasi untuk pengamatan suhu tanah. Yaitu
dengan dibuat pelindung termometer atau dibuat bengkok, agar mudah dalam
pengamatannya. Kelebihan alat ini yaitu mampu mengukur hingga kedalaman
100 cm dan skala mudah diamati karena berupa jarum penunjuk.
Kekurangannya, harus mengebor tanah 100 cm terlebih dahulu untuk
memasukkan stick-nya.
6. Hasil Percobaan : -

4.1.10 AWS (Automatic Weather Stations)

7. Bagian Alat:
a. Sensor

1) Wind speed
2) Wind direction
3) Humidity
4) Temperature
5) Solar radiation
6) Air Pressure
7) Rain gauge
b. Data Logger
c. Komputer (sistem perekam dan sistem monitor)
d. Display (optional)
e. Tiang untuk dudukan sensor dan data logger
f. Penangkal petir
8. Prinsip Kerja Alat
Sensor sederhana prinsip kerja dari AWS adalah mengumpulkan data
pengamatan parameter cuaca secara otomatis melalui sensor-sensor secara
berkala, selanjutnya dikirim melalui jaringan GPRS menggunakan layanan GSM
ke seluruh stasiun meteorologi seluruh indonesia.

9. Pemasangan Alat Dilapangan


Di atas tanah yang tertutup rumput pendek atau pada area lokal
reperesentatif. Sensor-sensor meteorologi harus diletakkan jauh dari pengaruh luar
seperti bangunan dan pohon (jarak tergantung daripada variabel jenis
penghalang). Sensor harus diletakkan pada ketinggian yang sama (dan
ditempatkan) sesuai dengan peralatan konvensional. Jaga kestabilan terhadap
lokasi (perubahan tumbuh-tumbuhan, bangunan, dll)
4. Satuan Pengamatan Dan Pengambilan Data:
1.

Nama alat

a.

Fungsi alat

: Wind speed (kecepatan angin)


:Mengukur kecepatan angin secara
horizontal.

b.

Kecepatan mula-mula

: 0,25 m/s

c.

Kecepatan maksimum

: 65 m/s

d.

Resolusi

: 0,1 m/s

e.

Ketelitian

: 2%

f.

Jarak konstan

: 6,5 m

2.

Nama alat

a.

Fungsi alat

: Mengukur arah angin secara horizontal

b.

Kecepatan mula-mula

: 0,25 m/s

c.

Kecepatan maksimum

: 65 m/s

d.

Resolusi

: 1

e.

Ketelitian

: 2

: Wind direction (arah angin)

f.

Jarak konstan

:4m

3.

Nama alat

a.

Fungsi alat

: Mengukur rdiasai matahari

b.

jangkauan

: 0200 watt/m2

c.

Resolusi

: 0,1 watt/m2

d.

Ketelitian

: 2 watt/m2

e.

Gelomnang

: 350-1100 nm

f.

Waktu merespon

: 0,001 S

4.

Nama alat

a.

Fungsi alat

: Mengukur arah angin secara horizontal

b.

jangkauan

: 0100 %

c.

Resolusi

: 1

d.

Ketelitian

: 2

5.

Nama alat : Air temperature

a.

Fungus alat

: Mengukur suhu udara

b.

Resolusi

: 0,1 C

c.

Ketelitian

: 0,5 C (-40 C - 0)

d.

Jangkauan

: -40 C 80 C

6.

Nama alat : Soil temperature (suhu tanah)

a.

Fungus alat

: Mengukur suhu tanah

b.

Resolusi

: 0,2 nm

c.

Ketelitian

: 0,2 C (0 to + 70 C) 0,5 C (-40 C to 0)

d.

Jangkauan

: -40 C 80 C

: Solar radiation (sadiasi matahari)

: Relative humidity (kelembaban nisbi)

7.

Nama alat

: Raingangue (curah hujan)

a.

Fungus alat

: Mengukur curah hujan

b.

Resolusi

: 0,2 nm

c.

Ketelitian

: 1%

d.

Jangkauan

: -40 C 80 C

8.

Nama alat

: Barometric Pressure (tekanan udara)

a.

Fungus alat

: Mengukur tekanan udara

b.

Resolusi

: 1 mbar

c.

Ketelitian

: 1 mbar (950 1050 mbar)

d.

Jangkauan

: 600 1250 mbar

5. Kebaikan Dan Kelemahan Alat :


Kebaikan AWS yaitu :
a) AWS lebih konsisten dalam pengukurannya.
b) AWS menyediakan data lebih besar pada suatu frekuensi.
c) AWS menyediakan data dalam segala cuaca, siang malam, 365 hari per
tahun.
d) AWS dapat diinstall di suatu lokasi yang jarang penduduknya.
e) AWS lebih murah dibanding observasi yang dilakukan manusia.
Adapun Kelemahan AWS yaitu :
a) Beberapa elemen yang sulit untuk mengotomatisasi (awan misalnya).
b) AWS membutuhkan investasi modal besar.
c) AWS kurang fleksibel daripada pengamat manusia.
6. Hasil Percobaan : Alat rusak.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa di dalam stasiun
klimatologi terdapat berbagai macam alat dengan fungsi yang berbeda,
diantaranya yaitu alat untuk mengukur lama penyinaran matahari, pengukur
kecepatan angin, mengukur laju penguapan, dan lain sebagainya. Pengukuran ini
dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui iklim atau cuaca pada suatu daerah.
Ahl tersebut dijelaskan oleh Fergunson yang menyatakan bahwa para ahli terlebih
dahulu menganalisis tentang cuaca sebelum menetapkan pola dan kecenderungan
iklim di suatu wilayah. Data yang dianalisis berupa suhu, cahaya matahari, curah
hujan, kelembaban, dan angin yang kemudian diinterpretasikan untuk kebutuhan
perkiraan iklimdalam skala bulanan atau tahunan (Fergusons, 2011).
Dalam menentukan iklim suatu daerah, diperlukan data yang telah
terkumpul lama atau dalam rentang waktu bertahun-tahun.Data yang terkumpul
untuk iklim diperlukan waktu yang lama, tak cukup satu tahun bahkan 10-30
tahun. Untuk mngukur iklim atau cuaca digunakan alata-alat khusus yang disebut
instrument klimatologi. Alat-alat pengukur memerlukan penetapan waktu tertentu
mengikuti prosedur tertentu yang sama di semua tempat.
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu tanah yaitu temometer tanah
gundul dan termometer tanah vegetasi. Kedua termometer ini dipasang masingmasing pada kedalaman 0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, dan 100 cm. Alai
ini menggunakan prinsip kerja muai ruang zat cair dengan air raksa sebagai
pemuainya.

Alat yang digunakan untuk megukur lama penyinaran matahari yaitu


Campbell Stokes. Pada Campbell Stokes terdapat sebuah bola kaca pejal yang
berfungsi sebagai tempat jatuhnya matahari agar bisa terfokus dan membakar
kertas pias. Kertas pias yang digunakan ada tiga macam yaitu pias lurus, pias
lengkung pendek, dan pias lengkung panjang. Penggunaan kertas pias ini
tergantung pada letak matahari.
Pengukuran curah hujan dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pengukur curah hujan tipe observatorium dan tipe Hellman. Alat penakar curah
hujan tipe observatorium merupakan alat yang digunakan untuk mengukur curah
hujan secara manual. Luas mulut corong penampungnya yaitu 100 cm 2 sedangkan
pada tipe Hellman memiliki luas 200 cm2. Penakar curah hujan tipe Hellman
bekerja secara otomatis yang datanya tercatat secara otomatis oleh pena yang
bergerak naik turun di atas kertas pias. Masing-masing alat penakar curah hujan
ini memiliki kelebihan dan kekurangan, salah satunya yaitu dalam hal keefisienan
hasil pengukuran curah hujan.
Alat yang pertama yaitu AWS. AWS atau Automatic Weather Station
digunakan sebagai alat untuk mengukur temperatur, arah dan kecepatan angin,
kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer, dan net radiometer. AWS
merupakan suatu peralatan atau sistem terpadu yang di disain untuk pengumpulan
data cuaca secara otomatis serta di proses agar pengamatan menjadi lebih mudah.
Panci evaporasi merupakan suatu alat untuk mengukur penguapan. Prinsip
kerja dari alat ini yaitu dengan melihat perbedaan ketinggian antara awal
pengukuran dan akhir pengukuran yang terjadi akibat penguapan air.

Pada dasarnya panci evaporasi kelas A akan menunjukkan nilai penguapan


dari suatu genangan air bersih di atmosfer terbuka. Pengamatan dilakukan secara
rutin pada waktu yang telah ditentukan.Nilai penguapan dapat dihitung dengan
mengaitkan beberapa millimeter jumlah curah hujan yang terjadi.Penggunaaan
alat evaporimeter dimaksudkan agar mampu mengikuti perubahan cuaca terutama
radiasi matahari setiap hari.Pada keadaan khusus sering digunakan evaporimeter
yang berukuran relative kecil, biasanya ditempatkan dalam sangkar cuaca sebagai
evaporigraf.Alat ini jarang dipakai untuk tujuan penelitian atau pengamatan unsur
cuaca yang dilaksanakan secara rutin.
Alat untuk mengukur arah angina disebut . wind vane, sedangkan untuk
mengukur kecepatan angin digunakan cup counter anemometer. Cup counter
nemometer terdiri atas tiga berdasarkan tingginya dari permukaan tanah, yaitu cup
counter anemometer ukuran 0,5 m, 2 m, dan 10 m.
Dan terakhir yaitu sangkar cuaca. Sangkar cuaca digunakan dengan
maksud agar pengukuran suhu tidak terkena langsung sinar matahari tetapi
sirkulasi udara masih lancar, sehingga sangkar cuaca dibuat sedemikian rupa
sehingga memenuhi persyaratan pengukuran. Di dalam sangkar cuaca terdapat
beberapa alat yaitu termometer maximum minimum, termometer bola basah
kering, barograf, termohigrograf, swing termometer, dan Evaporimeter jenis Piche
atau jenis Keshner.
Dengan bantuan dari alat-alat tersebut, kita dapat dengan mudah
menentukan iklim yang ada pada suatu daerah sehingga dalam menentukan jadwal
tanam, pola tanam, musim tanam, panen, pengolahan hasil pertanian sampai

pengangkutan atau pendistribusian hasil pertanian dapat dilakukan dengan mudah.


Hal ini didukung dengan pendapat dari Arifin (2010), bahwa dengan adanya
pengukuran iklim atau cuaca ini maka dapat memperkirakan jenis tumbuhan yang
akan ditanam, pencegahan dari hama penyakit tanaman, dan dapat menimalisir
kerugian dalam bidang pertanian.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Stasiun klimatologi sangat diperlukan untuk mengetahui atau mengidentifikasi
keadaan iklim dan cuaca pada suatu tempat.
2. AWS (Automatic Weather Station) berfungsi untuk mengumpulkan data cuaca
secara otomatis serta di proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. Cara
kerja AWS yaitu RTU (Remote Terminal Unit) yang terdiri atas data logger
dan backup power yang berfungsi sebagai terminal pengumpulan data cuaca
dari sensor tersebut dan di transmisikan ke unit pengumpulan data pada
komputer.
3. Campbell Stokes berfungsi untuk mengukur lama penyinaran matahari. Cara
kerjanya yaitu Sinar yang datang difokuskan pada bola kristal yang
dibawahnya ada kertas pias, jika sinar terfokus akan membuat/menimbulkan
geresan hitam pada kertas hitam. Goresan ini yang digunakan yang digunakan
untuk mengukur intensitas sinar matahari, ini dilakukan setiap hari.
4. Cup Counter Anemometer berfungsi utuk mengukur kecepatan angin. Cara
kerjanya yaitu angin menggerakkan cup anemometer dengan kecepatan
tertentu, kemudian counter akan menunjukkan angka sebagai data dari
kecepatan angin tersebut.
5. Thermometer tanah gundul dan tanah non-vegetasi berfungsi untuk mengukur
suhu tanah dengan kedalaman tertentu (0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50
cm, dan 100 cm). Cara kerjanya yaitu kenaikan atau menurunya suhu tanah

mempengaruhi reservoir yang terhubung ada air raksa dakam thermometer.


Panjang muai pada zat cair pada skala tertentu dibaca sebagai suhu tanah.
6. Penakar hujan tipe observatorium berfungsi sebagai alat untuk mengukur
curah hujan secara manual. Cara kerjanya yaitu Air hujan masuk kemulut
penangkar kemudian melalui corong sempit masuk ketabung penampung.
Membuka kran untuk mengambil airnya, dilakukan 3 X (pukul: 07.00, 13.00,
18.00 WIB).
7. Penakar curah hujan tipe Hellman berfungsi sebagai alat untuk mengukur
curah hujan secara otomatis. Cara kerjanya yaitu alat ini digunakan untuk
mencatat jumlah hujan atau intensitas hujan secara kumulatif. Di dalam bak
terdapat pelampung yang dihubungkan dengan pena pencatat, sehingga air
yang ditampung dan pena ikut bergerak mancatat pada kertas grafik.
8. Wind vane berfungsi untuk mengukur arah angin. Cara kerjanya yaitu arah
angin dapat dibaca dari wind vane dimana ujung depan (terdapat bola besi)
adalah menunjukkan arah datangnya angin yang dapat diartikan sebagai arah
angin.
9. Sangkar cuaca berfungsi untuk mengukur temeratur udara. Cara kerjanya
disesuaikan dengan masing-masing alat yang ada di dalamnya.
10. Panci evaporasi berfungsi untuk mengukur penguapan. Cara kerjanya yaitu
setiap pemutar batang pengukur disetel sehingga hook menempel pada awal
air, tunggu beberapa menit dan disetel kembali sehingga hook menempel pada
air dan diukur antar selisih awal dan akhir akibat evaporasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2016. Agroklimatologi. 21 Februari 2016. https://id.wikipedia.org
/wiki/Agroklimatologi#Ilmu_Pertanian.

Anonim2. 2016. Instrumentasi dan Rekayasa Meteorologi. 21 Februari 2016.


http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/IT.
Ayoade, J. O. 1983. Introduction to Climatologi For the Tropics. John Wily and
Sons. New York.
Fergunsons. 2011. Crees in Focus. Metereology. An Infobase Learning Company.
Handoko [ed]. 1993. Klimatologi dasar. Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer
dan Unsur-Unsur Iklim. Jurusan Geofisika dan Metereologi IPB.
Handoko [ed]. 2000. Klimatologi dasar. Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer
dan Unsur-Unsur Iklim. Jurusan Geofisika dan Metereologi IPB.
Marcelina, Sinta Dewi. 2015. Pengenalan Alat-Alat Bmkg Masgar Lampung. 21
Februari 2016. http://shintadewimarcelina.blogspot.co.id/2015/05/laporanpraktikum-klimatologi-pertanian.html.
Nurdianto. 2014. Alat-Alat Klimatologi. https://nurdianto622.wordpress.com /
2014/05/28/alat-alat-klimatologi/na Teknis/Instrumentasi dan Rekayasa_
Meteorologi.
Sabaruddin, Laode. 2014. Agroklimatologi. Aspek-aspek Klimatik untuk Sistem
Budidaya Tanaman. Bandung: Alfabeta.

Lampiran
GAMBAR

Vous aimerez peut-être aussi