Vous êtes sur la page 1sur 8

Disclosure in Audit Committee Charters and Reports

Joseph V.Carcello, Dana R. Hermanson, dan Terry L.Neal


Ringkasan
Kinerja komite audit menerima banyak perhatian dan kritikan selama beberapa
tahun terakhir. Blue Ribbon Committee (BRC) dibentuk untuk membuat rekomendasi
mengenai perbaikan efektivitas komite audit. Laporan BRC menawarkan 10 rekomendasi,
sebagian besar diadopsi oleh SEC, pasar modal sekuritas, dan Auditing Standards Board.
Salah satu rekomendasi dari BRC adalah meminta setiap perusahaan yang terdaftar untuk
memiliki charter komite audit (BRC 1999, 13). Perusahaan yang terdaftar di New York
Stock Exchange (NYSE), American Stock Exchange (AMEX), dan National Association of
Securities Dealers Automated Quotation System (NASDAQ) sekarang diwajibkan untuk
memasukkan charter komite audit dalam proxy statement mereka setidaknya setiap tiga
tahun sekali (SEC 1999b, 1999c, 1999d).
BRC

juga

merekomendasikan

bahwa

komite

audit

diwajibkan

untuk

mengungkapkan dalam proxy statement apakah mereka telah memenuhi tanggung jawab
mereka seperti yang ditentukan dalam charter (BRC 1999, 13). Sekarang SEC mewajibkan
perusahaan-perusahaan untuk memasukkan laporan komite audit dalam proxy statement
mereka untuk mengomunikasikan apakah komite audit memenuhi tanggung jawabnya
(SEC 1999a). Menurut SEC, meningkatkan pengungkapan komite audit tersebut
seharusnya: (1) meningkatkan transparansi pengawasan komite terhadap proses pelaporan
keuangan, (2) memberikan motivasi tambahan bagi anggota komite untuk melaksanakan
tugas mereka secara efektif, dan (3) meningkatkan kepercayaan investor. Penelitian ini
menyajikan usaha pertama untuk menguji pengungkapan yang terkandung dalam charter
dan laporan komite audit setelah pemberlakuan persyaratan pengungkapan baru oleh SEC
dan pasar modal.
Komite audit menerima perhatian yang besar dalam literatur akademik saat ini.
Artikel review oleh DeZoort et al. (2002) meringkas riset empiris mengenai komposisi,
otoritas, sumber daya, dan kerajinan komite audit. Studi-studi menguji isu-isu meliputi (1)
pengaruh formasi komite audit sukarela (Wild 1996), (2) perbedaan komite audit antara
perusahaan yang melakukan kecurangan dan yang tidak melakukan kecurangan (Abbott et
al. 2000; Beasley et al.2000) atau perusahaan yang memiliki masalah pelaporan keuangan
dan yang tidak memiliki masalah pelaporan keuangan (McMullen dan Raghunandan
1996), (3) hubungan antara karakteristik komite audit dan interaksi dengan pengauditan
1

internal (Raghunandan et al. 2001), (4) hubungan antara karakteristik personal anggota
komite audit dan penanganan perselisihan akuntansi (DeZoort dan Salterio 2001), dan (5)
hubungan antara komposisi komite audit dan pelaporan auditor mengenai perusahaan yang
mengalami kesulitan (Carcello dan Neal 2000). Banyak studi mengusulkan manfaat yang
jelas dan konsisten dari memiliki komite audit yang independen, rajin, dan ahli. Riset
lainnya menunjukkan kepatuhan dengan pengungkapan yang diwajibkan oleh SEC.
Misalnya, Schwartz dan Soo (1996) menguji kegagalan perusahaan untuk mematuhi aturan
SEC

yang

berhubungan

dengan

perubahan

auditor.

Penulis

mengidentifikasi

ketidakpatuhan yang tersebar luas dan menghubungkan ketidakpatuhan tersebut dengan


auditor non-Big 6, ukuran perusahaan yang lebih kecil, dan kesulitan keuangan yang lebih
besar.
Skema yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pengungkapan Piagam & Laporan Interim Oleh


Komite Audit

Pengaruh formasi Komite audit sukarela (Wild 1996)


Perbedaan komite audit antara perusahaan yang melakukan kecurangan &
yg tidak melakukan kecurangan (Abbott et al. 2000; Beasley et al.2000)
Hubungan antara karakteristik komite audit dan interaksi dgn pengauditan
internal (Raghunandan et al. 2001)
hubungan antara karakteristik personal anggota komite audit dan
penanganan perselisihan akuntansi (DeZoort dan Salterio 2001),
hubungan antara komposisi komite audit dan pelaporan auditor mengenai
perusahaan yang mengalami kesulitan (Carcello dan Neal 2000).

Aturan SEC & pasar modal yang baru


mewajibkan perusahaan untuk menyiapkan
charter komite audit

Teori Keagenan
Perusahaan sebagai suatu persimpangan dari
hubungan keagenan&memahami perilaku
organisasional dg menelaah pihak-pihak yg
terlibat dalam hubungan keagenan yg
memaksimalkan utilitas

Teori Coorporate Governance


Pengambaran secara efektif hak & tanggung
jawab setiap kelompok pemegang saham
dalam perusahaan

Hipotesis : Pengaruh charter terhadap


keterlibatan komite audit dalam
pengungkapan laporan interm

Metode penelitian ini menggunakan


metode analisis regresi logistic.

Dalam charter diungkapkan setengah dari sampel perusahaan mengijinkan komite audit
bertindak secara keseluruhan dalam permasalahan yang berhubungan dengan laporan interim
Komite audit lebih memilih mengungkapkan laporan interm dalam charter dibandingkan
dengan apa yang sebenarnya mereka lakukan dilapangan.

Penelitian ini menggunakan 150 perusahaan yang dipilih secara acak, di mana
masing-masing 50 perusahaan dari NYSE, AMEX, dan NASDAQ. Sebelum membaca
charter dan laporan komite audit, peneliti mengembangkan daftar pengungkapan komite
audit potensial. Daftar pengungkapan wajib diperoleh dari membaca Final Rule Audit
Committee Disclosure SEC (1999a) dan aturan yang diterapkan oleh pasar modal sekuritas.
Daftar pengungkapan sukarela potensial diperoleh dari beberapa sumber, seperti misalnya
Institute of Internal Auditors (IIA 2000) serta Burke dan Guy (2001).
A. MOTIVASI PENELITIAN
Sebagai respon terhadap kritik mengenai kinerja komite audit, aturan SEC dan
pasar modal yang baru mewajibkan perusahaan untuk menyiapkan charter komite audit
dan untuk mempublikasikan charter dalam proxy statement mereka setidaknya tiga
tahun sekali. Komite audit juga harus mengungkapkan bagaimana mereka
melaksanakan tanggung jawab mereka selama satu tahun. Tujuan dari analisis ini adalah
untuk memahami aktivitas komite audit dan untuk mengidentifikasi area-area yang
mungkin bagi perbaikan komite audit. Paper ini menyajikan usaha pertama untuk
menguji pengungkapan yang terkandung dalam charter dan laporan komite audit
setelah persyaratan pengungkapan baru oleh SEC dan pasar modal.
B. MASALAH PENELITIAN
Bagaimanakah aktivitas dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh komite
audit baik seperti yang diungkapkan dalam charter maupun laporan komite audit?
C. LANDASAN TEORI
Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori keagenan, dan corporate
governance.

Teori

keagenan

menyatakan

perusahaan

sebagai

suatu

nexus

(persimpangan) dari hubungan keagenan dan mencoba untuk memahami perilaku


organisasional dengan menelaah bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan
keagenan memaksimumkan utilitas mereka. Corporate governance dipandang sebagai
penggambaran secara efektif hak dan tanggung jawab setiap kelompok pemegang
saham dalam perusahaan.

D. KARAKTERISTIK KUALITATIF DESAIN PENELITIAN


1. Rantai Kausal dan Validitas Logika
Penelitian ini memiliki rantai kausal dan validitas logika yang baik karena peneliti
telah menjelaskan terlebih dahulu mengenai kritikan yang muncul terhadap kinerja
komite audit yang menyebabkan dibentuknya BRC yang bertugas untuk membuat
rekomendasi bagi perbaikan efektivitas komite audit. Peneliti kemudian menjelaskan
mengenai salah satu rekomendasi BRC mengenai penyampaian charter komite audit
dan laporan komite audit melalui proxy statement. Pengungkapan komite audit
tersebut dapat meningkatkan transparansi pengawasan komite audit, memberikan
motivasi tambahan bagi anggota komite audit, dan meningkatkan kepercayaan
investor. Peneliti kemudian menjelaskan penelitian-penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan komite audit. Peneliti kemudian menjelaskan mengenai item-item
pengungkapan wajib dan sukarela yang berkaitan dengan komite audit.
2. Validitas Internal
Penelitian ini memiliki validitas internal yang tinggi karena penelitian ini telah
dikembangkan dengan mengacu pada teori yang ada dan data-data yang
dikumpulkan telah diolah dengan baik untuk memperoleh pemahaman mengenai
aktivitas komite audit, pengungkapan aktivitas tersebut melalui charter komite audit
dan laporan komite audit dalam proxy statement.
3. Validitas Eksternal
Validitas eksternal mengacu pada tingkat generalisasi dari hasil sebuah studi kausal
pada situasi, orang, atau peristiwa lain. Validitas eksternal ini berkaitan dengan
teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini
menggunakan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di NYSE, AMEX, dan
NASDAQ, di mana sampel dipilih secara acak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa validitas eksternal penelitian ini adalah tinggi karena hasil penelitian dapat
digeneralisasi secara lebih luas.
4. Pengumpulan dan Analisis Data
Penelitian ini memilih secara acak 150 perusahaan dengan laporan keuangan yang
berakhir pada 31 Desember 2000 yang memfilekan proxy statement pada awal Mei
2001 di mana masing-masing 50 perusahaan diperoleh dari NYSE, AMEX, dan
NASDAQ. Daftar pengungkapan wajib diperoleh dari membaca Final Rule Audit
Committee Disclosure SEC (1999a) dan aturan yang diterapkan oleh pasar modal

sekuritas. Daftar pengungkapan sukarela potensial diperoleh dari beberapa sumber,


seperti misalnya Institute of Internal Auditors (IIA 2000) serta Burke dan Guy
(2001). Informasi yang dikumpulkan mengenai (1) isu dan tugas komite audit yang
umum; (2) ukuran, pertemuan, dan komposisi komite audit; (3) independensi,
financial literacy, dan financial expertise anggota komite audit; (4) pengawasan
pelaporan keuangan; dan (5) pengawasan auditor.
5. Uji Statistik
Dalam analisis tambahan untuk setiap item pengungkapan sukarela dalam charter
atau laporan untuk mengeksplorasi hubungan antara perbedaan pengungkapan
komite audit dan karakteristik industri, perusahaan, atau auditor digunakan analisis
regresi logistik.
6. Konsistensi Hasil Penelitian dengan Simpulan
Telah terdapat konsistensi antara hasil penelitian dan simpulan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian telah dibahas secara mendetail pada bagian hasil penelitian, dan
dinyatakan kembali secara ringkas pada bagian kesimpulan.
7. Implikasi
Hasil penelitian ini memiliki implikasi bagi komite audit atau corporate governance
dalam tiga cara yaitu (1) mendokumentasikan tanggung jawab dan aktivitas komite
audit saat ini; (2) memberikan pengetahuan tambahan mengenai hubungan antara
mekanisme corporate governance dan karakteristik industri, perusahaan, dan auditor;
dan (3) memberikan pengetahuan mengenai kewajiban hukum yang berhubungan
dengan charter komite audit.
E. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal penting. Pertama, BRC menekankan
pentingnya keterlibatan komite audit yang lebih besar dalam pelaporan interim, dan
hasil penelitian menunjukkan bahwa kira-kira setengah dari charter sampel perusahaan
mengizinkan ketua komite audit untuk bertindak bagi komite secara keseluruhan dalam
permasalahan

yang

berhubungan

dengan

pelaporan

interim.

Kedua

charter

menyebutkan lebih banyak pengungkapan dibandingkan yang sebenarnya tampak dalam


laporan komite audit, faktanya 10 dari 12 item sukarela disebutkan 10 persen atau
kurang dalam laporan komite audit. Hal ini menunjukkan, komite audit lebih memilih
untuk mengungkapkan dalam charter mereka apa yang akan mereka lakukan

dibandingkan apa yang sebenarnya mereka lakukan. Ketiga, charter mengusulkan


bahwa komite audit cukup aktif dalam mereview pengendalian internal dan mengawasi
program kepatuhan. Terakhir, rekomendasi BRC dapat mengarah pada eksposur
kewajiban hukum yang meningkat bagi anggota komite audit sehingga banyak komite
audit yang memasukkan bahasa boilerplate dalam charter atau laporan komite audit
dalam suatu usaha yang jelas untuk mengurangi kewajiban hukum komite.
Dengan sedikit keterbatasan harapan, bursa saham mensyaratkan bahwa seluruh
anggota komite audit menjadi independen. Tambahannya, SEC mensyaratkan bahwa
proksi yang diungkapkan baik itu apakah seluruh anggota komite audit independen,
tergantung pada standar dari bursa saham dimana perusahaan terdaftar.
Analisis Tambahan Atas Pengungkapan Sukarela
1.

Lembaga penyimpanan lebih cenderung melakukan pengungkapan pada anggaran


dasar terkait rapat privat dengan audit internal, tinjauan terhadap prosedur audit
internal dan rencana audit, dan keputusan perseorangan.

2.

Anggaran dasar perusahaan yang lebih besar lebih cenderung mensyaratkan


tinjauan atas hasil audit internal dan laporannya di dalam menyebutkan rapat privat
dengan audit internal.

3.

Perusahaan yang terdaftar pada NYSE lebih cenderung untuk menyebutkan rapat
privat dengan auditor eksternal dan internal di dalam anggaran dasar.

4.

Komite audit yang lebih independen lebih cenderung untuk mengungkapkan rapat
privat dengan auditor eksternal baik di dalam anggaran dasar maupun laporan.

F. KESIMPULAN
Hasil mengenai definisi independensi, financial literacy, dan financial expertise
yaitu (1) sebagian besar perusahaan mendefinisikan independensi anggota komite audit
berdasarkan pada standar pasar modal di mana perusahaan terdaftar, dan ada sejumlah
perusahaan menyebutkan opini dewan direksi sebagai suatu elemen dalam
mendefinisikan independensi, (2) definisi financial literacy yang paling sering
digunakan oleh perusahaan secara umum konsisten dengan definisi yang digunakan
dalam laporan BRC, dan (3) kurang terdapat konsistensi antara definisi financial
expertise yang diadopsi oleh BRC dan definisi aktual yang digunakan perusahaan,
definisi yang digunakan oleh perusahaan lebih sempit dibandingkan definisi yang
digunakan oleh BRC.

Secara umum, pengungkapan sukarela cenderung lebih umum di antara lembaga


penyimpanan, perusahaan yang lebih besar, perusahaan yang terdaftar pada NYSE, dan
perusahaan dengan komite audit yang lebih independen. Pentingnya pengendalian
internal dna auditing internal dalam industri perbankan konsisten dengan lebih besarnya
pengungkapan sukarela komite audit oleh lembaga penyimpanan. Tambahannya, ukuran
perusahaan dan komite audit independen dapat merefleksikan sumberdaya yang lebih
besar atau komitmen pengendalian yang lebih besar, juga konsisten dengan
pengungkapan sukarela.

Vous aimerez peut-être aussi