Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Judul Percobaan
III.
Selesai Percobaan
IV.
Tujuan Percobaan
:
1. Mempelajari pembuatan garam kompleks kalium dioksalato diaquokromat (III)
2. Mempelajari sifat-sifat cis dan trans garam kompleks kalium
dioksalatodiaquokromat (III)
V.
Dasar Teori
Isomer adalah molekul atau ion yang mempunyai susunan kimia sama, tetapi struktur
berbeda. Perbedaan struktur biasanya tetap ada di dalam larutan, isomer dalam senyawa
kompleks yang penting ialah isomer geometri dan isomer optis.Kompleks yang hanya
mempunyai isomeri hanya kompleks-kompleks yang bereaksi sangat lambat atau
kompleks yang inert.Ini disebabkan karena kompleks-kompleks yang bereaksi cepat atau
kompleks-kompleks yang labil, sering bereaksi lebih lanjut membentuk isomer yang
stabil.
Isomer geometri adalah stereoisomer yang posisinya tidak bisa saling dipertukarkan
(interconverted) tanpa memutus ikatan kimianya. Isomer ini tidak tidak rerdapat pada
kompleks dengan strruktur linear, trigonal planar, atau tetrahedral, tetapi umum terdapat
pada kompleks planar segiempat dan oktahedral. Kompleks yang mempunyai isomer
hanya kompleks-komplek yang bereaksi sangat lambat dan kompleks yang inert. Ini
disebabkan karena kompleks-kompleks yang bereaksi sangat cepat atau komplekskompleks yang labil, sering bereaksi lebih lanjut membentuk isomer yang stabil.
Berdasarkan pada jenis isomer geometrinya, senyawa atau ion kompleks dapat dibedakan
menjadi cis dan trans. Untuk kompleks oktahedral ada dua tipe kompleks yang memiliki
bentuk cis dan trans yaitu MA4B2 dan MA3B3. M merupakan atom atau ion pusat
sedangkan A dan B merupakan ligan monodentat. Jika ligan monodentat diganti dengan
multidentat, misalkan bidentat, maka akan dihasilkan tipe kompleks, ML2B2, L
merupakan ligan bidentat.
Tipe MA4B2
Tipe MA3B3
cis
isomer
trans
isomer
Campuran kompleks bentuk cis dan trans dapat dibuat dengan cara mencampur
komponen-komponen non kompleks (penyusun kompleks). Berdasarkan pada perbedaan
kelarutan antara bentuk cis dan trans maka kedua jenis isomer itu dapat dipisahkan.
Sebagai contoh trans dioksalatodiakuokrom (II) klorida. Dapat dikristalkan secara
perlahan dengan melakukan penguapan larutan yang mengandung campuran bentuk cis dan
trans. Dengan penguapan kesetimbangan bentuk cis trans dapat digeser ke kanan karena
kelarutan isomer trans lebih rendah. Selain itu pemisahan isomer cis dan trans dapat
dilakukan dengan cara mengatur kondisi larutan sedemikian rupa. Sehingga kelarutan
kompleks cis dan trans berbeda.
Isomer cis dan isomer trans sering kali memiliki sifat-sift fisika yangberbeda.
Perbedaan antara isomer pada umumnya disebabkan oleh perbedaan bentuk molekul atau
momen dipol secara keseluruhan. perbedaan ini dapatlah sangat kecil, seperti yang
terlihat pada titik didih alkena berantai lurus 2-pentena
dan isomer cis 37C). Perbedaan isomer cis dan trans juga dapat sangat bersar, seperti
pada kasus siklooktena. Isomer cis senyawa ini memiliki titik didih 145 C, sedangkan
isomer transnya 75 C. Perbedaan yang sangat besar antara kedua isomer siklooktena
disebabkan oleh terikan cincin yang besar untuk trans-siklooktena, yang juga
menyebabkannya kurang stabil dibandingkan isomer cis. Bahkan, kedua isomer asam 2butenadioat memiliki sifat-sifat dan reaktivitas yang sangat berbeda sehingga mempunyai
nama yang berbeda pula. Isomer cisnya disebut asam maleat, sedangkan isomer transnya
disebut asam fumarat. Polaritas merupakan faktor kunci yang menentukan titik didih
relatif senyawa karena ia akan meningkatkan gaya antar molekul, sedangkan simetri
merupakan faktor kunci yang menentukan titik leleh relatif karena iamengijinkan
penataan molekul yang lebih baik pada bentuk padat. Oleh karena itu, trans-alkena yang
kurang polar dan lebih simetris cenderung memiliki titik didih yang lebih rendah dan titik
leleh yang lebih tinggi. Sebaliknya cis-alkena secara umum memiliki titik didih yang
lebih tinggi dan titik leleh yang lebih rendah.
Secara teoritis, titik leleh isomer cis dan trans garam kompleks kalium
dioksalatodiakuokromat (III) tidak lebih dari 300oC.
Teori Medan Kristal
Menurut Teori Medan Kristal (CFT),
diakibatkan oleh tarikan antara kation logam yang bermuatan positif dan elektron bukanikatan ligan yang bermuatan negatif. Teori ini dikembangkan menurut perubahan energi
dari lima degenerasi orbital-d ketika dikelilingi oleh ligan-ligan. Ketika ligan mendekati
ion logam, elektron dari ligan akan berdekatan dengan beberapa orbital-d logam dan
menjauhi yang lainnya, menyebabkan hilangnya kedegeneratan (degeneracy). Elektron
dari orbital-d dan dari ligan akan saling tolak menolak. Oleh karena itu, elektron-d yang
berdekatan dengan ligan akan memiliki energi yang lebih besar dari yang berjauhan
dengan ligan, menyebabkan pemisahan energi orbital-d. Pemisahan ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut:
sifat-sifat ligan yang mengelilingi ion logam. Efek ligan yang lebih kuat akan
menyebabkan perbedaan energi yang lebih besar antara orbital 3d yang berenergi
tinggi dengan yang berenergi rendah.
Struktur kompleks yang paling umum adalah oktahedral; dalam struktur ini, enam
ligan membentuk oktahedral di sekitar ion logam. Pada oktahedral simetri, orbital-d akan
berpisah menjadi dua kelompok energi dengan perbedaan energi oct. Orbital dxy, dxz dan
dyz akan memiliki energi yang lebih rendah daripada orbital dz2 and dx2-y2. Hal ini
dikarenakan orbital dxy, dxz dan dyz memiliki posisi yang lebih jauh dari ligan-ligan,
sehingga mendapatkan gaya tolak yang lebih kecil. Kompleks tetrahedral juga merupakan
struktur yang umum; dalam struktur ini, empat ligan membentuk tetrahedral disekitar ion
logam. Dalam pemisahan medan kristal tetrahedral, orbital-d kembali berpisah menjadi
dua kelompok dengan perbedaan energi tet. Orbital dz2 dan dx2-y2 akan memiliki energi
orbital yang lebih rendah, dan dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi orbital yang lebih
tinggi. Hal bertolak belakang dengan struktur oktahedron. Selain itu, dikarenakan
elektron ligan pada simetri tetrahedal tidaklah berorientasi pada orbital-orbital-d,
pemisahan energi akan lebih kecil daripada pemisahan energi oktaherdal. Struktur
geometri datar persegi juga dapat dideskripsikan oleh CFT.
Besarnya perbedaan energi antara dua kelompok orbital tergantung pada beberapa
faktor, seperti sifat-sifat ligan dan struktur geometri kompleks. Beberapa ligan selalu
menghasilkan nilai yang kecil, sedangkan beberapa lainnya akan selalu menghasilkan
nilai yang lebih besar. Alasan di balik perbedaan ini dapat dijelaskan dengan teori medan
ligan . Deret spektrokimia berikut adalah daftar-daftar ligan yang disusun berdasarkan
perbedaan energi yang dihasilkan (disusun dari yang kecil ke yang besar):
I < Br < S2 < SCN < Cl < NO3 < N3 < F < OH < C2O42 < H2O < NCS <
CH3CN < py < NH3 < en < 2,2'-bipiridina < phen < NO2 < PPh3 < CN < CO
Keadaan oksidasi logam juga memengaruhi besarnya antara aras energi (energy
level) yang tinggi dan rendah. Semakin tinggi keadaan oksidasi logam, semakin tinggi
pula . Kompleks V3+ akan memiliki yang lebih besar dari kompleks V 2+. Hal ini
dikarenakan perbedaan rapatan muatan yang mengijinkan ligan lebih dekat dengan ion
V3+ daripada ion V2+. Jarak antar ligan dan ion logam yang lebih kecil akan menyebabkan
nilai yang lebih besar karena elektron logam dan ligan lebih berdekatan, sehingga gaya
tolak menolak menjadi lebih besar.
oct yang lebih kecil. Makan, ion [FeBr6]3, yang juga memiliki 5 elektron-d, akan
memiliki diagaram pemisahan elektron yang kelima orbitalnya dipenuhi secara tunggal.
Agar pemisahan spin rendah terjadi, energi yang dibutuhkan untuk menempatkan
elektron ke orbital yang sudah berlektron tunggal harus lebih kecil dari energi yang
dibutuhkan untuk menempatkan elektron tambahan ke orbital e g sebesar . Jika energi
yang diperlukan untuk memasangkan dua elektron lebih besar dari menempatkan satu
elektron di orbital eg, pemisahan spin tinggi akan terjadi.
Energi pemisahan medan kristal untuk kompleks logam tetrahedron (empat ligan),
tet, kira-kira sama dengan 4/9oct. Oleh karena itu, energi yang diperlukan untuk
memasangkan dua elektron biasanya lebih besar dari energi yang diperlukan untuk
menempatkan elektron di orbital yang berenergi lebih tinggi. Sehingga, kompleks
tetrahedron biasanya merupakan spin-tinggi.
Diagram pemisahan ini dapat membantu kita dalam memprediksikan sifat-sifat
magnetik dari senyawa koordinasi. Senyawa yang memiliki elektron yang takberpasangan
pada diagram pemisahannya bersifat paramagnetik dan akan ditarik oleh medan magnet.
Sedangkan senyawa yang tidak memiliki elektron takberpasangan pada diagram
pemisahannya bersifat diamagnetik dan akan ditolak oleh medan magnet.
Energi stabilisasi medan kristal
Energi stabilisasi medan kristal (Bahasa Inggris:crystal field stabilization energy),
disingkat CFSE, adalah stabilitas yang dihasilkan dari penempatan ion logam pada medan
kristak yang dibentuk oleh sekelompok ligan-ligan. Ia muncul karena ketika orbital-d
terpisah pada medan ligan, beberapa dari orbital itu akan memiliki energi yang lebih
rendah. Sebagai contoh, pada kasus oktahedron, kelompok orbital t2g memiliki energi
yang lebih rendah dari energi orbital pada sentroid. Sehingga, jika terdapat sembarang
elektron yang menempati orbital-orbital ini, ion logam akan menjadi lebih stabil pada
medan ligan relatif terhadap sentroid dengan nilai yang dikenal sebagai CFSE.
Sebaliknya, orbital-orbital eg (pada kasus oktaheral) memiliki energi yang lebih tinggi
pengganti ligan pada kompleks platina bujur sangkar menunjukkan bahwa ligan-ligan
tertentu dapat melabilkan gugus/ligan lain yang berada pada posisi trans dengan ligan
pengganti tersebut. Ligan yang telah dilabilkan itu kemudian akan diganti dengan ligan
yang dating berikutnya.
Kekuatan efek trans dari beberapa ligan dapat diurutkan seperti berikut:
H2O < OH < NH3 < Cl- < Br-< I- = NO2- = PR3 << CO = C2H4 = CN
Umumnya pembentukan isomer cis dan trans pada kompleks oktahedral dapat
dijelaskan dengan menggunakan pengertian efek trans ini.
VI.
2 Buah
o Gelas Kimia 50 ml
2 Buah
o Gelas Arloji
2 Buah
o Pemanas Spiritus
1 Set
o Cawan Penguapan
1 Buah
o Gelas Ukur 10 ml
1 Buah
o Pipet Tetes
4 Buah
o Timbangan Digital
1 Buah
o Oven
1 Buah
o Eksikator
1 Buah
o Kertas Saring
4 Buah
Bahan :
o Asam oksalat, H2C2O4
o Kalium dikromat, K2Cr2O7
o Etanol
o Larutan ammonium hidroksida encer (0,1 M)
o Aquadest
IX.
untuk
mempelajari
pembuatan
garam
kompleks
kalium
dioksalatodiaquokromat (III) dan mempelajari sifat cis dan trans garam kompleks kalium
dioksalatodiaquokromat (III).
1. Pembuatan isomer trans-kalium bisoksalatodiakuokromat (III)
Pada percobaan yang pertama ini bertujuan untuk membuat isomer trans-kalium
bisoksalatodiakuokromat (III) dengan cara mereaksikan asam oksalat ( H 2 C 2 O 4 )
dengan kalium dikromat ( K 2 Cr 2 O4 ). Serbuk putih asam oksalat sebanyak 3,0009
gram direaksikan dengan 1 tetes akuades yang telah mendidih didalam gelas kimia 50
mL, dihasilkan gumpalan berwarna putih dan demikian juga dengan serbuk kalium
dikromat berwarna jingga sebanyak 1,0029 gram direaksikan dengan 1 tetes akuades
panas didalam gelas kimia 50 mL, dihasilkan gumpalan berwarna jingga. kemudian
kedua zat tersebut direaksikan dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit kalium
dikromat yang telah direaksikan dengan akuades panas kedalam gelas kimia yang
berisi campuran asam oksalat dihidrat dan akuades panas. Digunakan akuades panas
agar mempercepat reaksi yang terjadi antara akuades dengan kedua zat tersebut
maupun reaksi antara kedua campuran. Kedua campuran yang telah bereaksi termasuk
dalam reaksi eksoterm yang ditandai dengan timbulnya panas (kalor) dan disertai
dengan timbulnya gas
disebabkan
oleh
terbentuknya
senyawa
kompleks
kalium
( C 2 O4 )
H2O .
dengan menggunakan penangas air hingga terjadi penguapan dan volumenya menjadi
setengah dari volume awal, dalam penguapan ini tidak terjadi berubahan warna, hanya
volume yang berkurang. Setelah volumenya menjadi setengahnya, dilanjutkan lagi
dengan penguapan di suhu ruang hingga volumenya menjadi sepertiga dari volume
awal. Dilakukan penguapan hingga dua kali bertujuan agar air yang masih tersisa
dalam senyawa kompleks
komposisi dari senyawa kompleks tersebut. Jika dalam senyawa kompleks tersebut
masih banyak mengandung
yang terdapat dalam senyawa kompleks tersebut melebihi jumlah yang seharusnya.
Setelah diuapkan hingga volume tinggal 1/3 campuraan tersebut disaring dengan
kertas saring, dihasilkan filtrat berupa larutan berwarna hitam dan residu berwarna
hitam kecoklatan. Kemudian endapan yang dihasilkan dicuci dengan akuades lalu
dilanjutkan dengan etanol. Perlakuan tersebut bertujuan untuk menghilangkan
pengotor yang masih tersisa dalam senyawa kompleks yang terbentuk. Untuk
mendapatkan kristal senyawa kompleks maka dilakukan pengovenan hingga terbentuk
kristal. Dan untuk mendapatkan berat konstan dari kristal senyawa kompleks tersebut,
dilakukan penimbangan hingga didapatkan berat konstan. Untuk penimbangan berat
konstan dilakukan dengan media eksikator agar berat kristal tidak berubah saat keluar
dari oven dan saat didalam alat timbang. Dari penimbangan tersebut diperoleh berat
konstan kristal sebesar 1,4458 gram. Dan dari berat konstan tersebut, maka dapat
K [ Cr ( C 2 O4 )2 ( H 2 O )2 ]
kaca arloji untuk menutup gelas kimia sehingga kalor yang keluar dari sistem dapat
diminimalisir.
Perubahan mulai terlihat ketika proses berjalan beberapa saat yang ditandai
dengan berubahnya warna campuran kedua zat menjadi hijau kehitaman. Untuk
menghindari terjadinya kesetimbangan campuran antara isomer cis dan trans maka
dijaga jangan sampai terbentuk larutan. Perubahan warna yang awalnya berawal dari
serbuk putih dan serbuk jingga menjadi hijau kehitaman tersebut disebabkan oleh
terbentuknya senyawa kompleks kalium bisoksalatodiakuokromat yang sebagian
berbentuk endapan. Berikut ini merupakan reaksi yang terjadi.
7 H 2 C 2 O4 .2 H 2 O+ K 2 Cr2 O7 2 K [ Cr ( C 2 O4 )2 ( H 2 O )2 ] +6 CO2 +7 H 2 O
( C 2 O4 )
H2O .
yang
K [ Cr ( C 2 O4 )2 ( H 2 O )2 ]
didapatkan dari
kristal
sebesar
trans-kalium
X.
Diskusi
Pada pembuatan trans kalium bisoksalatodiakuokromat (III) percobaan kami
gagal, karena hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori. Berdasarkan teori ketika
kristal trans kalium bisoksalatodiakuokromat (III) ditetesi dengan ammonia encer,
dihasilkan padatan berwarna coklat muda, namun pada percobaan yang kami lakukan
dihasilkan :
Percobaan 1 : berupa padatan berwarna hijau yang tidak larut ( gagal )
Percobaan 2 : berupa padatan berwarna hijau kecoklatan yang tidak larut
( gagal )
Percobaan 3 : berupa padatan tak berwarna ( gagal )
Kegagalan pada percobaan kami yang pertama mungkin dikarenakan ketika
setelah gumpalan H2C2O4 dan K2Cr2O7 dicampurkan kemudian mengalami reaksi,
kami terlupa tidak memanaskan air sebagai penangas. Karena langkah selanjutnya
setelah gumpalan H2C2O4 dan K2Cr2O7 bereaksi adalah menguapkan campuran diatas
penangas. Sehingga kami langsung memasukkan campuran ke dalam penangas
sementara air di dalam penangas tersebut masih dingin. Mungkin ini yang
menyebabkan masih tersisanya air yang didalam campuran yang dapat menyebabkan
kegagalan kami dalam membuat trans kalium bisoksalatodiakuokromat (III). Dan
kegagalan kemungkinan disebabkan oleh ketika mencuci dengan aquades dan etanol.
Ketika mencuci kami langsung menuangkan aquades dan etanol ke endapan
seluruhnya, tidak kami teteskan sedikit demi sedikit, hal ini mungkin masih
menyebabkan pengotor masih tertinggal di endapan yang kami dapatkan. Karena
tujuan dari mencuci dengan aquadest dan etanol ini adalah untuk menghilangkan
pengotor yang masih tersisa pada endapan yang kami hasilkan.
Kegagalan pada percobaan kami yang kedua mungkin dikarenakan ketika
gumpalan H2C2O4 dan K2Cr2O7 dicampurkan, kami mengocoknya karena kami berpikir
ketika campuran dikocok maka campuran akan cepat bereaksi, sebenarnya didalam
alur percobaan dikatakan bahwa setelah gumpalan H2C2O4 dan K2Cr2O7 dicampurkan,
campuran dibiarkan bereaksi dengan sendirinya. Mungkin hal ini yang menyebabkan
percobaan kami gagal.
Kegagalan pada percobaan kami yang ketiga mungkin dikarenakan kami kurang
teliti dalam melakukan praktikum. Pada saat gumpalan H 2C2O4 dan K2Cr2O7
dicampurkan, kami menuangkan K2Cr2O7 kedalam gelas kimia yang berisi H2C2O4
tidak merata. Hal ini menyebabkan masih ada gumpalan H 2C2O4 yang tidak bereaksi
dengan K2Cr2O7. Sehingga masih terdapat sisa gumpalan H2C2O4 didalam campuran
tersebut dan menyebabkan hasil yang didapatkan tidak sesuai atau gagal, selain itu,
dalam menguapkan larutan kami juga kurang teliti, mungkin larutan belum mencapai
volume dari volume awal, kami sudah mengangkatnya dari penangas, sehingga
masih terdapat sisa air di dalam campuran tersebut.
Dari pengulangan tiga kali percobaan
pembuatan
trans
kalium
bisoksalatodiakuokromat (III) kami tidak ada yang berhasil atau gagal. Hal ini
disebabkan oleh ketidaktelitian dan ketidaksesuaian kami dengan prosedur percobaan
yang sudah dibuat.
Pada pembuatan cis kalium bisoksalatodiakuokromat (III) percobaan kami
mengalami kegagalan sebanyak dua kali dan satu kali berhasil. Dihasilkan :
Percobaan 1 : berupa padatan berwarna coklat ( gagal )
Percobaan 2 : berupa larutan berwarna coklat tua ( gagal )
Percobaan 3 : larutan berwarna hijau tua yang dengan cepat menyebar merata
(berhasil)
Kegagalan kami pada percobaan pertama kemungkinan disebabkan ketika
serbuk
H2C2O4
K 2 Cr 2 O4 dicampurkan, campuran
sudah menjadi larutan baru ditambahkan dengan etanol, sebenarnya pada alur
percobaan dikatakan bahwa campuran dijaga agar tidak menjadi larutan karena ketika
menjadi larutan yang dihasilkan bukan isomer cis namun simer trans. Sehingga hasil
yang kami dapatkan ketika diuji dengan ammonia encer bukan berwarna hijau namun
berwarna coklat.
Kegagalan pada percobaan kedua disebabkan ketika serbuk
kalium dikromat
H 2 C 2 O 4 dengan
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa simpulan
sebagai berikut :
1. Kompleks cis dan trans kalium bisoksalatodiakuokromat (III) dapat dibuat dengan cara
mereaksikan asam oksalat ( H 2 C 2 O 4 ) dengan kalium dikromat ( K 2 Cr 2 O4 )
dengan teknik penambahan aquadest yang berbeda (aquadest panas, mendidih, dan
aquadest biasa).
2. Trans kalium bisoksalatodiakuokromat (III)
Berat konstan : 1,4458 gram
Persen rendemen : 70,19%
3. Cis kalium bisoksalatodiakuokromat (III)
Berat konstan : 1,9338 gram
Persen rendemen : 93,88%
Titik leleh : 248C
4. Panjang gelombang maksimum dari isomer cis-kalium bisoksalatodiakuokromat (III)
sebesar pada panjang gelombang maksimum 565,00 dan 414,00.
5. Absorbansi maksimum dari isomer cis-kalium bisoksalatodiakuokromat (III) sebesar
0,578 dan 0,924.
kalium
dioksalato
diakuo
kromat
(III).
(online)
(http://riana1926.blogspot.com/2011/09/pembuatan-dan-sifat-sifat-isomer
cis.html, diakses pada 26 Maret 2016 pukul : 19.55 WIB)
Shevla, G. 1990. Analisis Organik Kualitatif Makro Dan Semimakro. PT. Kalman
Media Pustaka. Jakarta.
Tim Dosen Kimia Anorganik III.2016.Penuntun Praktikum Kimia Anorganik III
Unsur Unsur Golongan Transisi.Surabaya : Laboratorium Kimia
Anorganik, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Unesa.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
K 2 Cr 2 O7
= 1.0029 gram
H 2 C 2 O 4 .2 H 2 O = 3.0009 gram
Massa
Mr K 2 Cr 2 O7
Mr
= 293.8 gram/mol
H 2 C 2 O 4 .2 H 2 O
= 126 gram/mol
Mr K [ Cr ( C 2 O4 )2 ( H 2 O )2 ] = 302,9 gram/mol
Massa trans yang didapat = 1,4458 gram
: Massa K [ Cr ( C 2 O4 )2 ( H 2 O )2 ]
Ditanya
Penyelesaian :
Mol K 2 Cr 2 O7 =
Mol H 2 C 2 O4 .2 H 2 O=
7 H 2 C 2 O4 .2 H 2 O+ K 2 Cr2 O7 2 K [ Cr ( C 2 O4 )2 ( H 2 O )2 ] +6 CO2 +7 H 2 O
m : 0,0238 mol
0,0034 mol
r : 0,0238 mol
0,0034 mol
s :
0,0068 mol
0,0068 mol
massa K [ Cr ( C 2 O4 )2 ( H 2 O )2 ]=mol Mr
0,0068 mol 302,9 gram/mol
2,0598 gram
persenhasil kristal=
1,4458 gram
100
2,0598 gram
70,19
K 2 Cr 2 O7
= 1.0031 gram
H 2 C 2 O 4 .2 H 2 O = 3.0013 gram
Massa
Mr K 2 Cr 2 O7
Mr
= 293.8 gram/mol
H 2 C 2 O 4 .2 H 2 O
= 126 gram/mol
Mr K [ Cr ( C 2 O4 )2 ( H 2 O )2 ] = 302,9 gram/mol
Massa cis yang didapat = 1,9338 gram
: Massa K [ Cr ( C 2 O4 )2 ( H 2 O )2 ]
Ditanya
Penyelesaian :
Mol K 2 Cr 2 O7 =
Mol H 2 C 2 O4 .2 H 2 O=
7 H 2 C 2 O4 .2 H 2 O+ K 2 Cr2 O7 2 K [ Cr ( C 2 O4 )2 ( H 2 O )2 ] +6 CO2 +7 H 2 O
m : 0,0238 mol
0,0034 mol
r : 0,0238 mol
0,0034 mol
s :
0,0068 mol
0,0068 mol
massa K [ Cr ( C 2 O4 )2 ( H 2 O )2 ]=mol Mr
0,0068 mol 302,9 gram/mol
2,0598 gram
persenhasil kristal=
1,9338 gram
100
2,0598 gram
93,88