Vous êtes sur la page 1sur 25

Sumber: http://nasional.republika.co.

id/

REKLAMASI
TELUK JAKARTA
DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI
STRATEGIS BEM FH UI 2016

KAJIAN DEPARTEMEN KAJIAN DAN


MAHASISWA FAKULTAS HUKUM 2016

AKSI

STRATEGIS

BADAN

EKSEKUTIF

Latar Belakang dan Sejarah Reklamasi di Jakarta


Istilah reklamasi merupakan turunan dari istilah Inggris reclamation yang berasal dari
kata kerja reclaim yang berarti mengambil kembali, dengan penekanan pada kata
kembali.1 Dalam hal ini, kata kembali disini merujuk pada pemanfaatan kembali
kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna menjadi lahan yang berguna dengan
cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Menurut Pasal 1 ayat (23)
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Setiap Orang dalam rangka
meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial
ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. DKI Jakarta
dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, meningkatnya kebutuhan lahan, dan
sulitnya

memperoleh

pembebasan

lahan

untuk

pengembangan

Jakarta

menyebabkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan kebijakan terhadap


Pantai Utara Jakarta (Pantura). Kebijakan ini ditandai dengan munculnya program
Pemerintah Daerah untuk mereklamasi pantai. 2 Proyek pengembangan Pantura
bukanlah gagasan baru yang lahir setelah Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun
1995. Proyek ini pernah disinggung Professor Ir. H. Van Breen sewaktu melakukan
kunjungan ke Jakarta yang saat itu bernama Batavia. 3 Reklamasi pantai bukanlah
merupakan hal baru bagi Jakarta. Kegiatan untuk meningkatkan manfaat sumber
daya lahan dengan pengurukan dan pengeringan lahan atau drainase tersebut

1 Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah, Jakarta: 2010, hlm. 351
2 A.R.Soehoed, Bunga Rampai Pembangunan: Antara Harapan dan Masa Depan, Jakarta: Putri Fadjar
Mandiri dan FTUI, 2002, hlm. 107.

3 A.R. Soehoed, Proyek Pantura Transformasi dari Ibukota Provinsi keIbukota Negara: Persiapan-Persiapan
bagi Proyek Multifungsi, Jakarta: Djambatan, 2004, hlm 25.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

sudah mulai dilakukan sejak tahun 1980-an. 4 PT Harapan Indah mereklamasi


kawasan Pantai Pluit selebar 400 meter dengan penimbunan. Daerah baru yang
terbentuk digunakan untuk permukiman mewah Pantai Mutiara. Kemudian, PT
Pembangunan Jaya melakukan reklamasi kawasan Ancol sisi utara untuk kawasan
industri dan rekreasi sekitar tahun 1981. Hutan bakau Kapuk direklamasi untuk
kawasan permukiman mewah yang sekarang dikenal dengan sebutan Pantai Indah
Kapuk pada tahun 1991. Reklamasi dilakukan pada tahun 1995, digunakan untuk
industri, yakni Kawasan Berikat Marunda.5
Reklamasi Pantai Utara Jakarta bertujuan untuk menata kembali kawasan
Pantura dengan cara membangun kawasan pantai dan menjadikan Jakarta sebagai
kota pantai (waterfront city). Untuk mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta mengadakan proyek reklamasi pantai utara Jakarta yang dibagi
dalam beberapa tahap pekerjaan.
1)

Zona Barat, termasuk daerah proyek Pantai Mutiara dan proyek Pantai
Hijau di daerah Pluit serta wilayah Pelabuhan Perikanan Muara Angke dan
daerah proyek Pantai Indah kapuk dimana yang merupakan daerah
reklamasi adalah daerah laut seluas kira-kira 1000 ha (kira-kira 6,5 km x

1,5 km).
2) Zona Tengah, meliputi wilayah Muara Baru dan wilayah Sunda Kelapa,
begitu pula daerah Kota, Ancol Barat dan Ancol Timur hingga pada batas
daerah Pelabuhan Tanjung Priok, dimana yang merupakan daerah
reklamasi adalah daerah laut seluas kira-kira 1400 ha (kira-kira 8 km x 1,7
km).
3) Zona Timur, yang meliputi wilayah Pelabuhan Tanjung Priok ke Timur
termasuk daerah Marunda dengan luas daerah laut yang akan direklamasi
kurang lebih 300 ha (kira-kira 3 km x 1 km).6
4 Rosalina, M puteri, Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta dari era Soeharto sampai Ahok,
http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Teluk.Jakarta.dari.era.S
oeharto.sampai.Ahok diakses pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 22.10 WIB.

5 Ibid.
6 Peraturan Daerah No. 8 tahun 1995 , diakses pada 2 Mei 2016 pukul 17:02 WIB.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

Pro-kontra perizinan reklamasi Teluk Jakarta sudah ada sejak era


kepemimpinan Tjokro Pranolo pada tahun 1981 hingga era Basuki Tjahaja Purnama.
Sejak tahun 1995, Pemprov DKI terlibat perang dingin dengan Kementerian
Lingkungan Hidup terkait perizinan reklamasi. Pemprov DKI berpendapat bahwa
reklamasi dibutuhkan karena Jakarta kekurangan lahan serta membutuhkan solusi
lain untuk mengatasi banjir. Hal ini berbanding terbalik dengan penilaian
Kementerian Lingkungan Hidup.7 Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, proyek
reklamasi akan meningkatkan potensi dan intensitas banjir di Jakarta. 8
Reklamasi untuk menambah ruang pembangunan Jakarta merupakan salah
satu pendapat yang mendukung proyek reklamasi. Kawasan selatan Jakarta sudah
tidak mungkin dikembangkan karena fungsinya sebagai daerah konservasi. Juga
dengan wilayah timur dan barat yang sudah telanjur padat penduduk karena sejak
1985 pengembangan wilayah Jakarta sudah diarahkan ke timur dan barat. 9
Argumentasi pihak yang menentang reklamasi karena akan berdampak
negatif pada lingkungan adalah karena akan mengakibatkan rusaknya habitathabitat ikan yang hidup di daerah pesisir. Seperti yang kita ketahui, daerah pesisir
adalah daerah yang kaya akan terumbu karang dan juga hutan bakau sebagai
tempat berkembangbiaknya ikan-ikan. Rusaknya habitat ikan tentu akan merubah
ekosistem yang ada. Alhasil ikan-ikan yang tidak memiliki tempat untuk berkembang
biak akan mencari tempat lain untuk menaruh telur-telur nya. Konsekuensinya
adalah berkurangnya jumlah ikan tangkapan nelayan dan mengurangi penghasilan
mereka.
Namun di sisi lain, Pemerintah menganggap Reklamasi bersamaan dengan
pembuatan

tanggul

merupakan

langkah

untuk

menyelesaikan

berbagai

7 Harbowo, Nikolaus, https://m.tempo.co/read/news/2016/04/27/090766440/jokowi-akan-keluarkan-perpresreklamasi-teluk-jakarta diakses pada tanggal 28 April 2016 pukul 22.38 WIB.

8 Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, http://www.menlh.go.id/pertanyaan-pertanyaan-yangsering-diajukan-tentang-proyek-reklamasi-pantura-jakarta/ diakses pada 3 Mei 2016 pukul 22.00 WIB.

9 Rosalina, Puteri. "Dilema Reklamasi Pantai Jakarta." Print.kompas.com, diakses pada 29 April 2016 pukul
13.21 WIB.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

permasalahan yang dialami ibukota. berbagai diantaranya adalah banjir rob,


penurunan muka tanah, peningkatan muka air laut, kurangnya lahan perkotaan,
kurangnya suplai air minum, dan persoalan pencemaran air di Teluk Jakarta. 10
Reklamasi atau yang dikenal dengan nama terbarunya National Capital Integrated
Coastal Development atau NCICD, dianggap mampu untuk menjadi solusi dengan
dibentuknya tanggul raksasa bersamaan dengan pulau-pulau untuk mencegah banjir
rob dan tidak lagi melakukan pembangunan gedung yang dapat menurunkan tanah
di bagian utara Jakarta. Pada akhirnya proyek reklamasi Teluk Jakarta ini pun
menuai banyak dukungan sekaligus cacian dari masyarakat. yang mendukung
merasa reklamasi memang diperlukan sebagai obat dari permasalahan yang ada.
Namun yang menolak memperhatikan berbagai aspek ekologis dan juga sosiologis
maupun ekonomis yang akan terjadi. Adapun penolakan ini juga disebabkan oleh
adanya prosedural yang dirasa telah menyalahi peraturan.

Sumber: http://beta.tirto.id/

10 Dian Tri Irawati , Pembangunan Atas Nama Bencana http://ncicd.com/tag/rujak/, diakses pada t Selasa 3
Mei 2016 pukul 19.51 WIB.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

Izin Lingkungan
Secara sederhana proses perizinan lingkungan reklamasi berawal dari perencanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilaksanakan melalui 3
tahapan, yakni inventarisasi lingkungan hidup, penetapan wilayah ekoregion, dan
penyusunan RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).
Inventarisasi lingkungan hidup adalah kegiatan untuk meperoleh data dan informasi
mengenai sumber daya alam yang meliputi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Potensi dan ketersediaan;


Jenis yang dimanfaatkan;
Bentuk penguasaan;
Pengetahuan pengelolaan;
Bentuk kerusakan; dan
Konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan.

Inventarisasi lingkungan hidup kemudian menjadi dasar dalam penetapan


wilayah ecoregion. Penetapan wilayah ecoregion dilakukan oleh Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia. Penetapan wilayah ecoregion kemudian digunakan untuk
menentukan daya dukung dan daya tampung serta cadangan sumber daya alam.
Tahap selanjutnya dari perencanaan adalah penyusunan RPPLH. RPPLH memuat
rencana tentang:
1. Pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber daya alam;
2. Pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi lingkungan hidup;
3. Pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian
sumber daya alam; dan
4. Adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah
lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu
tertentu. RPPLH terdiri atas RPPLH nasional, RPPLH provinsi dan RPPLH
kabupaten/kota. RPPLH kemudian menjadi dasar dan penyusunan rencana
pembangunan jangka panjang dan rencana pembangunan jangka menengah.
RPPLH Nasional akan digunakan untuk RPJM dan RPJP Nasional dan RPPLH
Provinsi atau kabupaten akan digunakan untuk RPJM atau RPJP Daerah.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

Ruang lingkup dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup


selanjutnya adalah tahap pemanfaatan. Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan
berdasarkan RPPLH. Namun apabila RPPLH belum juga tersusun, pemanfaatan
sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup11 dengan memperhatikan:
1. Keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup;
2. Keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan
3. Keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat.
Selain melalui tahap perencanaan yang matang, perizinan reklamasi harus
juga melalui langkah-langkah pencegahan. Langkah pertama adalah diadakannya
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS. KLHS adalah
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam

pembangunan

satu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau

program.12
KLHS berperan penting sebagai bahan pertimbangan dan dasar dalam
pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
atau kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak
dan/atau risiko lingkungan hidup. 13 Hal ini dilakukan guna memastikan bahwa baik
Pemerintah maupun pemerintah daerah memperhatikan adanya aspek lingkungan
dalam setiap pembangunan, baik pembangunan yang ditujukan dalam waktu singkat
maupun dalam waktu yang lebih panjang. Bersama dengan RPPLH, KLHS menjadi
11 Menteri untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup nasional dan pulau/kepulauan; gubernur
untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup provinsi dan ekoregion lintas kabupaten/kota;
bupati/walikota untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup kabupaten/kota dan ekoregion di
wilayah kabupaten/kota.

12 Pasal 1 Angka 10 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

13 Pasal 14 Ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

dasar dalam menetapkan RPJP maupun RPJM, baik nasional, provinsi, ataupun
kabupaten/walikota.
KLHS selain berisi kajian mengenai program pembangunan terhadap
lingkungan disekitarnya, memuat alternatif penyempurnaan program pembangunan
itu

sendiri.

KLHS

juga

memberikan

rekomendasi

perbaikan

untuk

lebih

mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam setiap pembangunan.


Dapat disimpulkan, KLHS merupakan penentu arah pembangunan apakah suatu
proyek dilaksanakan, diperbaiki, ataupun tidak dijalankan sama sekali. 14
Tahapan selanjutnya adalah penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah atau
yang disingkat menjadi RTRW. Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup
dan keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib
didasarkan pada KLHS. Pemerintah Jakarta bersama dengan DPRD DKI Jakarta
sebenarnya telah mengeluarkan Perda Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah. Di dalam perda tersebut telah dicanangkan rencana pemprov untuk
menjalankan proyek reklamasi pada Pantai Utara Jakarta atau Pantura. Idealnya,
perencanaan tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Namun fakta bahwa timbul perdebatan di kalangan ahli lingkungan menimbulkan
pertanyaan, Apakah Pemerintah sudah menerapkan prinsip kehati-hatian pada
aspek lingkungan dalam menjalankan pembangunan?
Namun untuk benar-benar memiliki izin lingkungan terdapat satu dokumen
yang harus lulus tes terlebih dahulu, yakni Amdal atau UKL UPT. Analisis mengenai
dampak lingkungan hidup, atau yang kerap disapa Amdal adalah kajian mengenai
dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup

yang

diperlukan

bagi

proses

pengambilan

keputusan

tentang

penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.15 Pada dasarnya, setiap usaha maupun


14 Pasal 17 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

15 Pasal 1 Angka 11 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

kegiatan yang memiliki dampak penting 16 terhadap lingkungan diharuskan untuk


memiliki amdal. Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang
wajib dilengkapi dengan amdal terdiri atas:
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
2. Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak
terbarukan;
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial

dapat menimbulkan

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan


dan kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan
alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian
kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar
budaya;
6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nunhayati;
8. Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi
pertahanan negara; dan/atau
9. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.

16 Dampak Penting menurut ayat 2 pasal yang sama, memiliki kriteria sebagai
berikut:a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
e. sifat kumulatif dampak;
f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

10. Dokumen Amdal17 merupakan dasar penetapan keputusan kelayakan


lingkungan hidup.18 Dokumen Amdal harus disusun oleh pemrakarsa
dengan melibatkan masyarakat.19 Pelibatan masyarakat20 harus dilakukan
berdasarkan prinsip pemberian informasi yang transparan dan lengkap
serta diberitahukan sebelum kegiatan dilaksanakan. Masyarakat dapat
mengajukan keberatan terhadap dokumen amdal.

17 Berdasarkan Pasal 25 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan HidupDokumen amdal memuat:
a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan;
c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan;
d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi jika rencana usaha
dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;
e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk menentukan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup; dan
f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

18 Berdasarkan Pasal 25 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan HidupDokumen amdal memuat:
a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan;
c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan;
d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi jika rencana usaha
dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;
e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk menentukan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup; dan
f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

19 Pasal 26 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

20 Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:yang terkena dampak;


b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses
amdal.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

Dokumen Amdal kemudian dinilai oleh Komisi Penilai Amdal21 yang dibentuk
oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. 22
Komisi Penilai Amdal wajib memiliki lisensi dari
bupati/walikota

sesuai

Menteri,

gubernur,

atau

dengan kewenangannya. Berdasarkan hasil penilaian

Komisi Penilai Amdal,

Menteri,

gubernur,

atau bupati/walikota penetapkan

keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup sesuai dengan


kewenangannya. Dalam kasus ini, Amdal Reklamasi wajib memiliki:

Jenis Kegiatan

Reklamasi

Skala/Besaran

Wilayah > 25 ha

Alasan Ilmiah Khusus

Berpotensi menimbulkan

Pesisir dan PulauPulau Kecil, dengan


a.

Luas

> 500.000 m

a.

area

reklamasi,

> 50 m (tegak lurus ke

b. Volume material
urug, atau

dampak terhadap, antara lain:

arah laut dari garis


pantai)

Hidrooseanografi,

meliputi

pasang surut, arus, gelombang,


dan sedimen dasar laut.
b. Hidrologi, meliputi curah hujan,
air tanah, debit air sungai atau

c.

Panjang

saluran, dan air limpasan.

Reklamasi
c.

Batimetri,

meliputi

kontur

kedalaman dasar perairan.

21 Keanggotaan Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29


2.
3.
4.
5.
6.

terdiri atas wakil dari unsur:instansi lingkungan hidup;


instansi teknis terkait;
pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan jenis usaha dan/atau kegiatan yang sedang dikaji;
pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan dampak yang timbul dari suatu usaha dan/atau
kegiatan yang sedang dikaji;
wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena dampak; dan
organisasi lingkungan hidup

22 Pasal 29 ayat 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

d.

Topografi,

meliputi

kontur

permukaan daratan.
e. Geomorfologi, meliputi
bentuk dan tipologi pantai.
f. Geoteknik, meliputi sifat-sifat
fisis dan mekanis lapisan tanah.
g. Dampak sosial.

Karena Amdal hanya diwajibkan bagi usaha-usaha tertentu berdasarkan kriteria di


atas, maka usaha-usaha lainnya diwajibkan untuk memiliki UKL UPL. 23 Selain tidak
termasuk dalam kategori berdampak penting di atas, jenis usaha yang wajib memiliki
UKL-UPL adalah kegiatan usaha mikro dan kecil. Apabila jenis usaha bukanlah
mikro atau kecil maka. Usaha dan/atau kegiatan wajib membuat surat pernyataan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKLUPLwajib memiliki izin lingkungan yang diterbitkan berdasarkan keputusan
kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL. Izin lingkungan kemudian
diterbitkan

oleh

Menteri,

gubernur,

atau

bupati/walikota

sesuai

dengan

kewenangannya.
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
wajib menolak permohonan

izin

dengan

kewenangannya

lingkungan apabila permohonan izin tidak

dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL. Izin lingkungan dapat dibatalkan apabila:

23 Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut
UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak
penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

1. Persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat


hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta

ketidakbenaran

dan/atau

pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi;


2. Penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam
keputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi
UKL-UPL; atau
3. Kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL tidak
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Izin lingkungan dapat dibatalkan melalui keputusan pengadilan tata usaha
negara. Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha
dan/atau kegiatan. Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau kegiatan
dibatalkan. Sekarang izin lingkungan memainkan peran vital sebagai usaha
pemerintah dalam mengimplementasikan wawasan lingkungan dari Pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah dapat menghentikan kegiatan usaha yang
tidak memperhatikan dampak kepada lingkungan dengan mencabut izin lingkungan.
Izin lingkungan merupakan salah satu dokumen yang diperlukan ketika memohon
izin reklamasi berdasarkan Perpres 122 Tahun 2012.
Mengenai perizinan dari proyek reklamasi pertama kali telah di atur di dalam
Pasal 34 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014. Pada dasarnya Undang-Undang tersebut
tidak mengatur jauh mengenai reklamasi namun mendelegasikannya pada Pasal 17
Ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012. Di dalam Perpres tersebut
telah diatur mengenai Perencanaan serta Pelaksanaan Reklamasi secara lebih
konkrit. Namun perihal perizinan reklamasi didelegasikan kepada pihak sesuai
dengan

kewenangannya,

dalam

hal

ini

adalah

Menteri,

Gubernur,

atau

Bupati/Walikota.

Dasar Hukum dan Prosedur Perizinan Reklamasi Teluk Jakarta


Proyek reklamasi Teluk Jakarta memanglah bukan hal yang baru. Jauh sebelum
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjabat, wacana ini sudah
dibahas. Bahkan, sejumlah regulasi pun terbit, mulai dari Keputusan Gubernur

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

(Kepgub), Peraturan Gubernur (Pergub), Peraturan Daerah (Perda), Peraturan


Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), serta Undang-Undang (UU).
Namun, Berbagai bentuk peraturan perundang-undangan tersebut menimbulkan
permasalahan mengenai legalitas dari reklamasi teluk Jakarta.
Pertama, berkaitan dengan Keppres Nomor 52 Tahun 1995 yang selama ini
dijadikan dasar hukum dalam proyek reklamasi teluk Jakarta oleh Permprov DKI
Jakarta. Aturan tersebut muncul dalam rangka keperluan pengembangan kawasan
di pantai utara Jakarta itu tegas menyatakan dalam Pasal 4 bahwa wewenang dan
tanggung jawab reklamasi pantai utara Jakarta berada pada Gubernur Kepala
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Namun, Peraturan tersebut sudah tidak berlaku
karena sudah digantikan dengan aturan yang baru, yakni Peraturan Presiden Nomor
122 Tahun 2012. Kepres yang ada sebelum tahun 2000, sebelum amandemen
Undang-Undang Dasar 1945, sejajar dengan perpres berdasarkan Undang-Undang
No. 12 Tahun 2011 Tentang Perundang-Undangan. Dengan kedudukannya yang
sejajar, setelah ada Perpres, yang lama dicabut, dan tidak berlaku lagi. Hal ini
didasarkan pada asas Lex posteriori derogat legi priori, yakni peraturan yang baru
mengalahkan atau melumpuhkan peraturan yang lama. 24
Berdasar Pasal 16 Perpres Nomor 122 Tahun 2012, menteri disebut sebagai
pihak yang memiliki wewenang dalam memberikan izin lokasi dan izin pelaksanaan
reklamasi pada kawasan strategis nasional tertentu, kegiatan reklamasi lintas
provinsi, dan kegiatan reklamasi di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh
pemerintah. Pemerintah yang dimaksud dalam poin tersebut adalah pemerintah
pusat. Masih dalam pasal yang sama, di poin nomor 3 tertulis, pemberian izin lokasi
dan izin pelaksanaan reklamasi pada kawasan strategis nasional tertentu dan
kegiatan reklamasi lintas provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
setelah ada pertimbangan dari bupati/wali kota dan gubernur. Berdasarkan
pengertiannya, kawasan strategis nasional tertentu adalah kawasan yang terkait
dengan kedaulatan negara, pengendalian lingkungan hidup, dan atau situs warisan
dunia, yang pengembangannya diprioritaskan bagi kepentingan nasional. Dengan
demikian, berdasarkan aturan itu, kepala daerah, seperti gubernur, hanya sebatas
24 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty, 2005, hlm. 22.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

merekomendasikan tempat yang sebelumnya telah dipertimbangkan untuk dijadikan


tempat reklamasi. Sementara itu, pihak yang berhak mengeluarkan izin lokasi dan
izin pelaksanaan reklamasi adalah menteri.
Kedua, terkait dengan Perpres Nomor 122 Tahun 2012 Tentang Reklamasi di
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Aturan ini mengatur terkait permohonan
memperoleh izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi diajukan kepada Menteri,
Gubernur, atau Bupati atau Walikota. Dimana, Menteri memberikan izin lokasi dan
izin pelaksanaan reklamasi pada Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT),
kegiatan reklamasi lintas provinsi, dan kegiatan di pelabuhan perikanan yang
dikelola oleh Pemerintah. Selain itu, khusus untuk Kawasan Strategis Nasional
Tertentu (KSNT) dan reklamasi lintas provinsi, dapat diberikan setelah mendapat
pertimbangan dari Bupati atau Walikota dan Gubernur. Sementara, Gubernur dan
Bupati atau Walikota memberikan izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi dalam
wilayah sesuai kewenangannya dan kegiatan reklamasi di pelabuhan perikanan
yang dikelola oleh pemerintah daerah. Jika ditelaah, PP Nomor 26 Tahun 2008
mengatur dan menetapkan kawasan perkotaan Jabodetabek-Punjur termasuk
Kepulauan Seribu, Banten, dan Jawa Barat ke dalam Kawasan Strategis Nasional
(KSN). Memang wewenang pemberian izin pada KSNT berada pada Menteri
Kelautan dan Perikanan.25 Lantas, apakah KSNT dan KSN adalah sama. Namun
pada kenyataannya, saat ini izin reklamasi masih didasarkan oleh Surat Keputusan
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2268 Tahun 2015 tentang
Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau F kepada PT Jakarta Propertindo
tertanggal 22 Oktober 2015; Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 2269 Tahun 2015 Tentang Pemberian Izin Pelaksanaan
Reklamasi Pulau I Kepada PT Jaladri Kartika Pakci Tertanggal 22 Oktober 2015;
Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2485
Tahun 2015 Tentang Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau K Kepada PT
Pembangunan Jaya Ancol, Tbk Tertanggal 17 November 2015.

25 Mengintip Perdebatan Hukum Reklamasi Teluk Jakarta,


http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5714ee87a4db5/mengintip-perdebatan-hukum-reklamasi-telukjakarta, diakses pada 01 Mei 2016 pukul 16.30 WIB.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

Sebetulnya di sinilah masalahnya. Pasal 50 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 2014


menyatakan bahwa Menteri berwenang memberikan dan mencabut izin lokasi dan
izin pengelolaan wilayah perairan, pesisir, dan pulau-pulau lintas provinsi, kawasan
strategis nasional (KSN), kawasan strategis nasional tertentu (KSNT), dan kawasan
konservasi nasional. Sementara, Gubernur berwenang memberikan dan mencabut
izin lokasi dan izin pengelolaan di wilayah perairan pesisir dan pulau-pulau kecil dan
Bupati atau Walikota berwenang memberikan dan mencabut izin di wilayah perairan
pesisir dan pulau-pulau kecil. Namun, UU Nomor 1 Tahun 2014 tegas hanya
membahas izin pengelolaan dan izin lokasi. Sementara, reklamasi sebagaimana
diatur dalam Keppres 52 Tahun 1995 membahas izin prinsip dan izin pelaksanaan.
Dua hal itu berbeda satu dengan lainnya. Lagipula, UU Nomor 1 Tahun 2014 tidak
mengacu pada Keppres 52 Tahun 1995.
Ketiga, Pembangunan yang dilaksanakan dewasa ini telah mampu memacu
pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga membawa pengaruh pada pola
pemanfaatan sumber daya alam dan resiko pada lingkungannya, seperti
pencemaran udara, air, dan sebagainya. Untuk mengurangi pengaruh negatif dan
resiko pada tingkat yang mungkin terjadi dan mengelola resikonya adalah dengan
adanya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Pasal 36 ayat (1) UU No.
32 Tahun 2009 mewajibkan setiap usaha atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL
untuk memiliki izin lingkungan. AMDAL adalah suatu alat penting yang secara aman
melindungi lingkungan.26 AMDAL dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yakni 27:
1. Amdal Secara Tunggal.
Amdal ini dilakukan terhadap satu jenis usaha atau kegiatan yang bersifat
tunggal maka kewenangan pembinaanya berada di bawah satu instansi yang
membidangi usaha dan atau kegiatan tersebut.

26 Arman Hakim, Pendayagunaan Hukum dalam Pencegahan Pencemaran Lingkungan


Akibat LimbahIndustri di Kota Surabaya, Jakarta: LIPI, 1992, hlm. 12.

27 Siahaan, N.H.T, Hukum Lingkungan Dan Ekologi Pembangunan, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, 2004,
hlm. 252-254.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

2. Amdal Sektoral.
Amdal ini merupakan kewajiban Amdal atas suatu kegiatan yang bersifat
sektoral, karena kebijakan tentang penetapan kewajiban Amdalnya ditetapkan
oleh menteri sektoral.
3. Amdal Terpadu atau Multisektoral.
Amdal jenis ini adalah hasil kajian mengenai dampak besar dan penting
dari usaha atau kegiatan yang bersifat terpadu, yang direncanakan terhadap
lingkungan dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dengan melibatkan
kewenangan lebih dari satu instansi yang membidangi kegiatan tersebut.
4. Amdal Regional atau disebut juga Amdal Kegiatan Kawasan.
Hasil kajian mengenai dampak besar dan penting kegiatan terhadap
lingkungan dalam satu kesatuan hamparan ekosistem zona pengembangan
wilayah atau kawasan sesuai rencana ta Sosial.
Amdal ini pada dasarnya sama dengan jenis Amdal yang disebut di atas,tetapi
karena berada dibawah satu instansi yang membidangi usaha tersebut, yakni
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun, penggunaan AMDAL Tunggal ini perlu
dikaji ulang. Hal ini disebabkan pengerukan pasir untuk reklamasi teluk Jakarta
dilakukan di daerah pesisir Banten, sehingga permasalahan ini menyangkut
persoalan lintas provinsi. Meskipun dua situasi yang berbeda antara pengerukan
pasir dan reklamasi itu sendiri, namun keduanya memiliki keterkaitan, sehingga
membutuhkan kajian AMDAL lain. Oleh karena itu, seharusnya kajian yang
digunakan adalah AMDAL Regional, yang merupakan studi kelayakan lingkungan
untuk usaha atau kegiatan yang diusulkan terkait satu sama lain.

Dampak Reklamasi Teluk Jakarta


Mengapa pembangunan yang terjadi di Indonesia ini menggusur orang miskin dan
bukan menggusur kemiskinan?

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

Pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta meniscayakan terjadinya berbagai


dampak serta perubahan sosial-ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan manusia
pada dasarnya akan menyesuaikan diri dengan keadaaan sekitarnya yang terus
berubah baik dari aspek sosial-budaya maupun aspek ekologis. 28 Pengembangan
Teluk Jakarta melalui reklamasi merupakan salah satu cara pemanfaatan sumber
daya untuk menunjang pertumbuhan perekonomian kawasan tersebut. Reklamasi
memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat dan ekosistem pesisir dan laut.
Pemanfaatan lahan baru untuk pemekaran wilayah merupakan salah satu dampak
positif dari reklamasi. Namun, perlu juga dipertimbangkan mengenai dampak negatif
dari reklamasi karena reklamasi merupakan campur tangan manusia terhadap alam.
Dampak yang terjadi bukan hanya yang dikehendaki seperti perubahan ekosistem
akibat urukan pasir yang menimbun ekosistem yang sudah ada, tetapi yang tidak
dikehendaki juga seperti berkurangnya hasil tangkapan yang berimplikasi buruk bagi
kehidupan nelayan.
Dulu, saya bisa dapet 10-20 kilogram ikan tiap harinya, kalau sekarang dapat
5 kilogram saja saya sudah senang, begitu tutur Suhali, salah satu nelayan Teluk
Jakarta yang kini ikut terkena dampak dari proyek reklamasi Teluk Jakarta. 29 Biaya
yang mereka keluarkan untuk membeli faktor produksi lebih besar dibandingkan
hasil yang mereka dapatkan dikarenakan jarak tempuh yang lebih jauh serta hasil
laut yang berkurang drastis. Keadaan inilah yang membuat banyak nelayan
sekitaran Teluk Jakarta gulung tikar. Akibatnya, hal menimbulkan perubahan struktur
sosial masyarakat nelayan Teluk Jakarta. Kini, banyak nelayan-nelayan di Teluk
Jakarta yang beralih profesi menjadi tukang becak atau pemulung disekitaran
Kampung Nelayan Muara Angke. Akibatnya, para nelayan harus kembali
beradaptasi dengan profesi barunya, yang merupakan sesuatu yang asing bagi
mereka. Hal ini dapat berakibat pada terhambatnya proses pengembangan diri dan
kehidupan para nelayan yang terpaksa beralih profesi karena situasi tidak lagi
memungkinkan mereka untuk tetap berprofesi sebagai nelayan.
28 Phill Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung: Bina Cipta, 1977, hlm. 188.
29 Firdaus Ali, Reklamasi dan Kisah Pilu Nelayan Tradisional Teluk Jakarta,
http://www.benarnews.org/indonesian/berita/reklamasi-teluk-jakarta-dan-nasib-nelayan-04132016140007.html
diakses pada 2 Mei 2016 pukul 19.20 WIB.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

Salah satu pihak yang akan terkena dampak besar dari proyek reklamasi ini
adalah nelayan. Nelayan menurut Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 adalah
orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Hal ini berarti
nelayan adalah orang-orang yang menggantungkan kehidupannya pada laut atau
dalam konteks ini adalah wilayah pesisir laut yang akan dijadikan tempat proyek
reklamasi ini diadakan. Selain dampak ekonomi, dampak yang tidak dapat dihindari
dari proyek reklamasi ini yaitu dampak sosial dan budaya.
Dampak sosial yang akan terjadi dengan diadakannya proyek reklamasi ini
adalah yaitu akan memperparah defisit sosial serta merusak struktur sosial
(keharmonisan, dan egalitarian di pesisir). Hal ini karena dengan diadakannya
proyek reklamasi ini, akan banyak menggusur rakyat-rakyat kecil yang berada di
wilayah Teluk Jakarta dan akan semakin memperlihatkan kesenjangan antara si
kaya dan si miskin. Pada Agustus 2015 tingkat pengangguran di DKI Jakarta
mencapai 7,23%, kemiskinan struktural (pertumbuhan orang miskin) sejak tahun
2009-2013 sebesar 18%, dan kesenjangan ekonomi makin timpang (gini rasio DKI
0,43)30 sehingga defisit sosial akan bermunculan akibat dari dampak Reklamasi
dan penggusuran teluk Jakarta. Defisit sosial yang akan muncul yaitu konflik
pemanfaatan ruang, kriminalitas akibat pengangguran, hilangnya ruang hidup
nelayan dari tempat tinggalnya. Dapat dikatakan, dengan diadakannya proyek
reklamasi teluk Jakarta ini akan menimbulkan domino-effect pada beberapa sektor
kehidupan.

Pertentangan Reklamasi dengan Hak Atas Laut


Salah satu tujuan negara, seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD NRI 1945,
adalah memajukan kesejahteraan umum. Memajukan kesejahteraan umum
mempunyai

makna

untuk

memajukan

kesejahteraan

bagi

rakyat

secara

keseluruhan, bukan hanya kesejahteraan orang per orang. Tujuan negara ini
kemudian diperkuat dalam pasal 33 (3) UUD NRI 1945 yang berbunyi:
30 Mony, Ahmad, S.Pi., M.Si., dan Muhammad Karim S.Pi., M.Si., Reklamasi Teluk Jakarta, Penggusuran
dan Dampaknya. http://hallojakarta.com/reklamasi-teluk-jakarta-penggusuran-dan-dampaknya diakses pada 2
Mei 2016 pukul 09.14 WIB.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Serta pasal 33 Ayat (4) UUD NRI 1945 yang berbunyi:
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional.
Dua hal yang patut dicermati dalam dua pasal tersebut adalah pengertian
mengenai frase dikuasai oleh negara dan konsep demokrasi ekonomi. Mohammad
Hatta merumuskan pengertian tentang dikuasai oleh negara, bukan berarti negara
sendiri yang menjadi pengusaha, usahawan atau ordernemer. Lebih tepat dikatakan
bahwa kekuasaan negara terdapat pada pembuat peraturan guna kelancaran jalan
ekonomi, peraturan yang melarang pula penghisapan orang yang lemah oleh orang
yang bermodal. Sementara itu, Mohammad Yamin merumuskan pengertian dikuasai
oleh negara yaitu termasuk pada mengatur dan/atau menyelenggarakan terutama
untuk memperbaiki dan mempertinggi produksi dengan mengutamakan koperasi.
Panitia Keuangan dan Perekonomian bentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang diketuai oleh Mohammad Hatta
merumuskan pengertian dikuasai oleh negara yaitu bahwa Pemerintah harus
menjadi pengawas dan pengatur dengan berpedoman keselamatan rakyat. Dengan
demikian, cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak harus dikuasai oleh negara dalam artian diatur dan diselenggarakan
oleh pihak-pihak yang diberi wewenang oleh negara dan bertindak untuk dan atas
nama negara berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. 31
Demokrasi ekonomi adalah pemberian kesempatan yang sama kepada setiap
orang untuk memperoleh akses atas sumber daya agraria, termasuk di dalamnya
sumber daya agraria yang menjadi objek dari reklamasi. Pemberian kesempatan
yang sama, artinya setiap orang harus berusaha untuk memperoleh, untuk
menggunakan kesempatan itu agar memperoleh hak atas sumber daya alam (dalam
31 Putusan mahkamah konstitusi tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

hal ini laut), agar dapat memanfaatkan sumber daya agraria. Artinya setiap orang
harus berusaha, bersaing satu dengan yang lainnya untuk memperoleh kesempatan,
untuk mendapatkan keuntungan dari sumber daya itu.
Dalam persaingan yang akan terjadi adalah ada warga negara Indonesia
yang dapat memperoleh hak, tetapi tentu ada kelompok masyarakat yang tidak akan
memperoleh hak. Secara sosiologis, yang akan menang tentu adalah mereka yang
mampu memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan untuk memperoleh hak.
Dalam konteks pengelolaan sumber daya agraria, mereka yang punya modal
besar adalah mereka yang memiliki pengelolaan usaha yang baik dan menguasai
teknologi yang tinggi. Sementara kelompok-kelompok masyarakat yang tidak
memenuhi persyaratan, yang tidak termasuk dalam kategori tersebut tentu akan
tersingkir dari proses persaingan. Artinya demokrasi ekonomi hanya akan
menghasilkan sebuah proses persaingan di mana yang kuat akan memperoleh,
yang lemah tidak akan memperoleh. padahal, salah satu aspek dari demokrasi
ekonomi adalah prinsip kebersamaan. Menurut penafsiran mahkamah konstitusi
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, prinsip kebersamaan
harus dimaknai bahwa dalam penyelenggaraan ekonomi termasuk pengelolaan
sumber daya alam bagi keuntungan ekonomi, harus melibatkan rakyat seluasluasnya dan menguntungkan bagi kesejahteraan rakyat banyak. Pengelolaan
sumber daya alam tidak boleh semata-mata memperhatikan prinsip efisiensi untuk
memperoleh hasil sebanyak banyaknya yang dapat menguntungkan kelompok kecil
pemilik modal, tetapi harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat secara
berkeadilan.32
Dalam kasus reklamasi Teluk Jakarta, kelompok masyarakat yang lemah
ialah para nelayan tradisional yang menggantungkan nasibnya pada penghasilan
berupa tangkapan ikan sementara kelompok masyarakat kuat adalah para pemodal
yang mengusahakan diadakannya reklamasi. Dalam kasus ini, reklamasi yang
diusahakan oleh para pemodal tersebut akan berimbas pada menurunnya jumlah
penghasilan nelayan yang selama ini bekerja di beberapa daerah di sekitar Pantai
32 Ibid.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

Utara Jakarta. Hal ini dikarenakan reklamasi akan berimbas pada menurunnya
jumlah ikan di laut sekitarnya serta memperpanjang jalur yang harus ditempuh oleh
para nelayan untuk dapat mencari ikan yang tentunya akan memaksa mereka untuk
menambah modal karena harus membeli bahan bakar lebih.
Jika kita mencermati kasus Reklamasi Teluk Jakarta, kita dapat dengan jelas
melihat pertentangan hak yang terjadi antara nelayan tradisional dengan pihak
pemodal sehingga jika kita mengacu pada UUD NRI 1945, maka pemerintah tidak
seharusnya mengorbankan ribuan nelayan yang menggantungkan kehidupannya
pada hasil laut utara Jakarta dengan memberikan izin kepada pihak pengelola untuk
menjalankan proyek reklamasi Pantai Utara Jakarta.

Reklamasi dalam Perspektif Hak Asasi Manusia


Hak atas perumahan yang layak dituangkan dalam Pasal 11 International Covenant
on Economic, Social, and Cultural Rights (ICESCR). Dalam komentar umum 4,
Komite mengenai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya menyoroti kebutuhan akan hak
keamanan tinggal yang menjamin perlindungan terhadap penggusuran paksa,
seperti halnya yang disampaikan oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja
Indonesia (KSPI), Said Iqbal yang mewakili buruh untuk menolak penggusuan yang
dinilai tidak manusiawi. Menurutnya, penolakan penggusuran secara paksa
merupakan isu bersama.33 Sehingga dengan dilakukannya reklamasi yang berakibat
pada dilaksanakannya penggusuran, hal ini sangat mengganggu terjaminnya
perlindungan terhadap penggusuran paksa.
Selanjutnya perihal penggusuran paksa, telah dijabarkan dalam Komentar
Umum 7.34 Penggusuran paksa didefinisikan sebagai pemindahan secara
permanen atau sementara yang melawan kehendak mereka atas individu, keluarga
33 Achmad Fardiansyah, May Day, Buruh Angkat Isu Tolak Reklamasi dan Penggusuran,
Okezone,http://news.okezone.com/read/2016/04/28/338/1374656/may-day-buruh-angkatisu-tolak-reklamasi-dan-penggusuran, dilihat Hari Kamis, 28 April 2016.

34 Komite mengenai Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Komentar Umum 7 (1997) Dok PBB E/1998/22,
annex IV.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

dan/atau komunitas dari rumah dan/atau tanah yang mereka tempati, tanpa
penyediaan dan akses terhadap bentuk-bentuk perlindungan hukum yang tepat. 35
Definisi tersebut memperlihatkan bahwa adanya reklamasi maka menyebabkan
penggusuran tanpa adanya akses terhadap bentuk-bentuk perlindungan yang tepat.

35 Komentar Umum 7, paragraph 3.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

Selanjutnya, menurut Agus A. Chairuddin, sebagai Direktur Eksekutif


Indonesian for Transparency and Accountability (INFRA), mengatakan yang pada
intinya adalah Ahok sudah berulangkali melakukan

Sumber: http://mediaindonesia.com/

penggusuran menggunakan aparat TNI dan Polri tanpa

melalui mekanisme enam tahapan sesuai peraturan perundang-undangan yang


berlaku, khususnya Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan

Permukiman.

Dalam

penggusuran

tersebut

terdapat

kepentingan

pengembang reklamasi pulau yaitu pasokan air dari aliran 13 sungai di Jakarta untuk
memasok kebutuhan air tawar bagi 17 pulau hasil reklamasi tersebut. 36 Dari hal
tersebut, jelas bahwa adanya reklamasi sangatlah merugikan dan merampas hakhak masyarakat disekitarnya.
Penggusuran yang dilakukan dalam rangka reklamasi, termasuk sebagai
pengambilalihan hak milik untuk memfasilitasi gedung dan pembangunan. Lagi-lagi
sikap hati-hati untuk memastikan diikutinya prosedur hukum harus diambil dan
kompensasi dibayarkan. Patut dicatat bahwa tindak kehati-hatian harus dilakukan
untuk memastikan mereka yang diambil hak miliknya mempunyai akses terhadap
perumahan alternatif yang layak.37
Keputusan sebelumnya dari gubernur yang menyatakan kompensasi sebesar
lima persen ditambah dengan rencana untuk menaikan menjadi lima belas persen,
jika dilihat dari perspektif HAM Internasional, khususnya dengan ICESCR, maka
Reklamasi tidak sesuai. hal ini dikarenakan reklamasi tidak mengikuti ketentuanketentuan yang telah diratifikasi oleh Indonesia yang menghendaki adanya kehatihatian, yaitu pada Putusan MK 3/2010 praktek privatisasi dan komersialisasi wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana terjadi di Jakarta adalah wujud
pembangkangan terhadap konstitusi, dan kesesuaian dengan prosedur yang telah
36 Ini Beda Gubernur Ahok dengan Komjen Buwas, Rmol, http://www.rmol.co/read/2016/04/12/242875/IniBeda-Gubernur-Ahok-Dengan-Komjen-Buwas-, diakses pada Hari Kamis, 28 April 2016.

37 Op.cit, Smith, Rona, K. M.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

ditetapkan, yaitu adanya indikasi korupsi. Meskipun untuk perihal kompensasi,


sudah adanya upaya agar masyarakat yang digusur medapatkan perumahan
alternatif yang layak.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI


STRATEGIS BEM FH UI 2016

Vous aimerez peut-être aussi