Vous êtes sur la page 1sur 15

ASUHAN KEPERAWATAN UMUM

3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
a. Identitas Klien
Identitas klien, meliputi nama, usia (kebanyakan terjadi pada usia muda),
jenis kelamin (kebanyakan laki-laki karena sering mengebut saat berkendara
tanpa menggunakan helm), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan
diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri dan gangguan dalam mengangkat bahu ke atas,
keluar, dan kebelakang toraks (rotasi). Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang nyeri yang dialami pasien, perawat harus menggunakan
metode PQRS.
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya patologis tulang,
kelainan tulang, infeksi tulang.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien datang dengan keluhan jatuh dari tempat tidur atau trauma
lain. Terjadi pembengkakan pada daerah yang terjadi beberapa hari
setelah trauma.
d. Pola aktivitas sehari-hari
Meliputi aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari- hari memerlukan bantuan
ataupun tidak SMRS dan MRS sehubungan dengan fraktur yang dialami.
e. Psikososialspiritual
Pengkajian mengenai mekanisme koping yang digunakan klien diperlukan
untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun
masyarakat. Kaji apakah ada dampak yang timbul pada klien, seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmamupuan melakukan
aktivitas normal, dan gangguan citra diri. Kaji apakah klien yang menjalani
riwayat rawat inap akan berdampak pada status ekonomi klien karena
perawatan dan pengobatan memerlukan biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan, dan perawatan. Hal ini dapat menganggu keuangan keluarga
sehingga memengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.

Perawat juga memasukkan pengkajian fungsi neurologis mengenai dampak


gangguan neurologis terhadap gaya hidup.
3.1.2 Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan system pernapasan didapatkan bahwa klien fraktur
klavikula tidak mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks,
didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak
ditemukan suara napas tambahan.
2. B2 (Blood)
Pada pemeriksaan system kardiovaskular, didapatkan bahwa klien fraktur
klavikula tidak mengalami kelainan.
3. B3 (Brain)
a. Tingkat kesadaran, biasanya compos mentis.
b. Pemeriksaan fungsi serebral. Status mental: observasi penampilan dan
tingkah laku klien. Biasanya status mental tidak mengalami perubahan.
c. Pemeriksaan saraf cranial:
1) Saraf I. biasanya tidak ada kelainan pada klien fraktur klavikula
dan tidak ada kelainan dan fungsi penciuman.
2) Saraf II. Setelah dilakukan tes, ketajaman penglihatan dalam
kondisi normal.
3) Saraf III, IV, VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak
mata dan pupil isokor
4) Saraf V. umumnya, klien fraktur klavikula tidak mengalami
paralisis pada otot wajah. Selain itu, refleks kornea tidak ada
kelainan.
5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajh
simetris.
6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
7) Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.
8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
9) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada defesiasi pada satu sisi dan
tidak ada vasikulasi. Indra pengecapan normal.
d. Pemeriksaan refleks. Biasanya tidak didapatkan refleks-refleks
patologis.
e. Pemeriksaan sensorik. Biasanya fungsi sensorik tidak ada kelainan.
4. B4 (Bladder)
Kaji keadaan urin yang meliputi warna, jumlah dan karakterikstik urin
termasuk berat jenis urin. Biasanya klien fraktur klavikula tidak mengalami
kelainan pada system ini.

5. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi dan bising usus normal.bila tidak disertai nyeri hebat,
mual dan muntah. Pada defekasi tidak ada kelainan.
6. B6 (Bone)
Klavikula dan Scapula membatu mengangkat bau keatas, keluar, dan
kebelakang toraks. Adanya fraktur klavikula dan scapula akan menganggu
fungsi pergerakan bahu. Klavikula dan scapula merupakan salah satu tulang
tubuh yang sering mengalami fraktur. Tulang ini patah karena trauma
langsung atau tidak langsung, seperti jatuh dengan posisi bertumpu pada
telapak tangan atau bahu.
3.2 Pemeriksaan diagnostik
Berdasarkan pemeriksaan radiologi, klavikula bagian tengah merupakan
daerah yang paling sering mengalami fraktur greenstick atau fraktur total.
Mungkin juga terjadi fraktur pada bagian medial klavikula, yaitu pada daerah
epifisis.
Tujuan penanganannya adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya
dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi.
1) Pemesangan strap kalvikula yang tersedia dipasaran dapat digunakan untuk
mereduksi fraktur, meraik bahu kebelakang, dan mempertahankan posisi. Bila
menggunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai utuk
mencegah cedera kompresi pada pleksus brakialis dan arteri aksilaris.
Perdarahan darah dan fungsi saraf kedua lengan harus dipantau.
2) Tindakan medis pada fraktur sepertiga distal dan terputusnya ligament
korakoklavikularis yang menyebabkan pergeseran ditangani dengan reduksi
terbuka dan fiksasi interna agar penyembuhan tulang lebih baik.
3) Penyuluhan klien dan pertimbangan perawatan di rumah. Klien diingatkan
untuk tidak menaikan lengan lebih tinggi dari bahu sampai ujung patahan
tulang.
3.3
Diagnosa Keperawatan
Masalah yang sering dikeluhkan klien adalah sebagi berikut:
1. Nyeri yang berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal.
3. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entre luka operasi

3.4

Intervensi Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan


Tujuan Perawatan : Nyeri berkurang, hilang atau teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Secara subjektif klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi,
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri.
b. Klien tidak gelisah.
c. Skala nyeri (0-1) atau teratasi.
Intervensi

Rasional

MANDIRI
1. Kaji nyeri dengan skala 0-4

1. Nyeri merupakan respons subjektif


yang
dapat
dikaji
dengan
menggunakan skala nyeri. Klien
melaporkan nyeri biasanya di atas
tingkat cedera.

2. Imobilisasi daerah klavikula 2. Mitela digunakan untuk mereduksi


fraktur kalvikula, menarik bahu
dengan pemasangan mitela.
kebelakang, dan mempertahankan
posisi. Bila menggunakan mitela,
ketiak harus diberi bantalan yang
memadai untuk mencegah cedera.
Kompresi pada pleksus brakialis
dan arteri aksilaris. Peredaran
darah dan fungsi saraf kedua
lengan harus dipantau.

3. Berikan
kesempatan
waktu 3. Istirahat
merelaksasi
semua
istirahat bila terasa nyeri dan
jaringan
sehingga
akan
berikan posisi nyaman, misalnya
meningkatkan kenyamanan
waktu tidur, belakang tubuh klien
dipasang bantal kecil
4. Tingkatkan pengetahuan tentang 4. Pengetahuan
membantu
sebab-sebab nyeri, kemudian
mengurangi
nyeri
dan
hubungkan dengan berapa lama
meningkatkan kepatuhan klien
nyeri akan berlangsung
terhadap rencana terapeutik.
KOLABORASI
5. Kolaborasi dengan dokter dalam 5. Analgesik memblok lintasan nyeri
pemberian analgesik.
sehingga nyeri akan berkurang.

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal.


Tujuan Perawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit perawatan
diri teratasi.
Kriteria Hasil : klien memiliki kemampuan untuk memenuhi perawatan
dirinya.
Intervensi
Rasional
Ansietas
berhubungan
dengan
kurang
pengetahuan
MANDIRI
Tujuan Perawatan : ansietas yang dialami klien hilang atau berkurang
Kriteria
:
1. Hasil
Monitor
kemampuan klien
1. Melihat kemampuan klien
Klien mengenal
perasaannya,
atau fraktur
untuk perawatan diridapat
yang mengidentifikasi
dalam penyebab
hal
melakukan
yang mempengaruhinya,
dan menyatakan ansietas
berkurang atau
mandiri.
perawatan
dirihilang.secara
2. Monitor

kebutuhan klien
untuk
alat-alat
bantu
kebersihan diri, berpakaian,
berhias,
toileting
dan
makan.
bantuan sampai
klien mampu secara utuh
untuk melakukan self-care.

mandiri.
2. Membantu

klien
pemenuhan ADL.

dalam

3. Sediakan

4. Ajarkan keluarga atau klien

untuk
mendorong
kemandirian klien, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
5. Berikan

aktivitas

sehari-hari
kemamampuan .

rutin
sesuai

3. Membantu

klien
untuk
melatih kemampuan dalam
pemenuhan ADL klien.

4. Keluarga

dapat membantu
memenuhi kebutuhan ADL
klien. Dan mengajarkan klien
melakukan pemenuhan ADL
secara mandiri.

5. Melatih klien agar mampu

secara
perlahan-lahan
melakukan aktivitas seharihari klien.

Intervensi
Rasional
1. Kaji tanda verbal dan nonverbal 1. Reaksi verbal atau nonverbal
ansietas. Damping klien. Lakukan
dapat menunjukkan masa agitasi,
tindakan bila klien menunjukkan
marah dan gelisah.
2. Konfrontasi dapat meningkatkan
perilaku merusak
2. Hindari konfrontasi
rasa marah, menurunkan kerja
sama
dan
mungkin

memperlambat penyembuhan.
3. Mulai lakukan tindakan untuk 3. Mengurangi rangsangan eksternal
yang tidak perlu.
mengurangi
ansietas.
Beri
lingkungan yang tenang dan
suasana penuh istirahat.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entre luka
operasi
Tujuan Perawatan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :
a. Suhu dalam rentang normal (36,5 37,5) oC
b. Sel darah putih dalam rentan normal
c. Pasien tetap terbebas dari infeksi
Intervensi
Rasional
1. Meminimalkan risiko infeksi 1. Sarung tangan dapat melindungi
pasien dengan:
tangan pada pada saat memegang
a. Mencuci tangan sebelum dan
luka
yang
dibalut
atau
setelah memberikan perawatan.
melakukan berbagai tindakan.
b. Menggunakan sarung tangan
untuk mempertahankan asepsis
pada
saat
memberikan
perawatan langsung.
2. Pantau hitung sel darah putih
2. Peningkatan sel darah putih total
sesuai program.
mengindikasikan
infeksi.
Penurunan sel darah putih yang
jelas dapat mengindikasikan
penurunan produksi sel darah
putih akibat debilitas ekstrem atau
kekurangan vitamin dan asam
amino yang berat. Semua
kerusakan sumsum tulang dapat
menekan pembentukan sel darah
putih.
3. Bantu pasien mencuci tangan
3. Mencuci
tangan
mencegah
sebelum dan sesudah makan dan
penyebaran patogen terhadap
setelah
dari
kamar
mandi
objek dan makanan lain.
menggunakan pispot atau urinal.
4. Yakinkan asupan nutrisi yang
adekuat.

4. Tindakan
ini
membantu
menstabilkan berat badan ,
meningkatkan tonus dan massa
5. Beri pendidikan kepada pasien
otot.
mengenai :
a. Teknik mencuci tangan yang 5. Tindakan tersebut memungkinkan
baik
pasien untuk berpartisipasi dalam
b. Faktor-faktor
yang
perawatan dan membantu pasien
meningkatkan risiko infeksi
memodifikasi gaya hidup untuk
mempertahankan
tingkat
6. Lakukan higiene mulut pasien
kesehatan yang optimum.
setiap 4 jam.
6. Untuk
mencegah
kolonisasi
bakteri dan menurunkan risiko
infeksiyang diturunkan. Penyakit
dan malnutrisi dapat menurunkan
kelembapan membran mukosa
mulut dan bibir.
3.5 Evaluasi
1. Nyeri terkontrol
2. Aktivitas meningkat
3. Ansietas berkurang
4. Tidak terjadi infeksi

ASKEP KASUS
Fraktur Clavicula
Kasus semu
Sdr. S laki laki usia 18 tahun dibawa ke ruang UGD RSUA setelah mengalami
peristiwa jatuh saat melakukan ujian praktik PENJASKES lompat harimau
dengan posisi bahu kanan sebagai tumpuan. Saat dibawa ke rumah sakit, Sdr.S
terus menerus mengerang sambil memegang pundak kanannya. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan Sdr.S mengalami fraktur klavikula tertutup. Keadaan
umum baik, kesadaran kompos mentis, RR : 22 x/menit, Nadi 105x/menit, suhu :
36,8C, TD : 110/70mmHg
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas klien
Nama
: Sdr. S
Usia
: 18 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Surabaya
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Tanggal MRS
: 20-Maret-2015
Jam MRS
: 10.00 WIB
Nomor register
: 123456xxx
Dx Medis
: Close Fraktur Klavikula
b. Keluhan utama:
Nyeri pada bahu sebelah kanan dan tidak mampu melakukan aktivitas
dengan maksimal.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Px datang ke RSUA pada tanggal 20-Maret-2015 pukul 10.00 WIB
dengan keluhan nyeri bahu sebelah kanan. Px mengatakan dia pagi tadi
sedang mengikuti ujian praktik PENJASKES lompat harimau. Dan px
terjatuh dengan posisi bahu kanan sebagai tumpuan. Ketika mencoba
bangun, px merasakan nyeri yang luar biasa di bagian pundak kanan.
Kemudian oleh guru dan temannya px langsung dibawa ke UGD RSUA.
Selang waktu antara px jatuh hingga sampai di UGD kurang dari 20
menit
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Px tidak mempunyai riwayat patah tulang sebelumnya, tidak mempunyai
riwayat alergi obat.
d. Riwayat penyakit keluarga
Pada pengkajian keluarga tidak didapatkan penyakit yang mungkin
diturunkan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan

1) Keadaan umum pasien baik


2) Tanda-tanda vital : TD : 110/70mmHg, RR : 22x/menit, Nadi :
105x/menit, suhu 36,5C
3) Kesadaran : kompos mentis
b. Review of System
1) B1 (breathing)
Dalam batas normal
RR: 22x/menit
2) B2 (blood)
Terdapat takikardi (nadi cepat lebih dari 100 kali per menit dengan
irama yang teratur)
3) B3 (brain)
Dalam batas normal
4) B4 (blader)
Dalam batas normal
5) B5 (bowel)
Dalam batas normal
6) B6 (bone)
Look : Terdapat fraktur klavikula tertutup sebelah kanan dari
pemeriksaan diagnostic yang telah dilakukan. Terdapat
pembengkakan pada klavikula sebelah kanan.
Feel
: Px mengatakan nyeri pada bahu kanan
Move : Px tidak dapat menggerakkan bahu keatas dan
kebelakang toraks serta mengalami hambatan berkativitas.
Kekuatan otot:
2
5

B. Analisa Data

5
5

No.

1.

2.

3.

1.

Data
PreOp
DS : pasien mengatakan
nyeri pada area sekitar
klavikula yang mengalami
fraktur
DO : ekspresi wajah pasien
terlihat menahan nyeri dan
memegangi daerah yang
sakit
P : kerusakan jaringan
Q : nyeri akut
R : di sekitar tulang
klavikula yang patah
S : Nyeri skala 7
T : Nyeri saat lengan kanan
atas digerakan
DS : Pasien mengatakan
bahwa dirinya mengalami
kesulitan
dalam
mengerjakan
aktifitas
perawatan diri seperti
mandi dan mengganti
pakaian
DO : Pasien terlihat
kesulitan dalam melakukan
perawatan diri
Bahu kanan pasien terlihat
bengkak dan memar
DS : Pasien mengatakan
bahwa
dirinya
sangat
cemas dan takut akan
tindakan
yang
akan
dilakukan
DO: klien tampak gelisah
dan sering menanykan
setelah ini lengannya mau
diapakan.

PostOp
DS: DO : Adanya luka post
operasi di lengan kanan
pasien

Etiologi

Masalah
keperawatan

Fraktur tulang
klavikula

Nyeri akut

Diskontinuitas tulang
Cedera jaringan
lunak
Proses inflamasi
Nyeri

Fraktur klavikula

Defisit perawatan
diri

Kerusakan muskulo
skeletal
Ketidakmampuan
beraktivitas
Defisit perawatn diri

Trauma pada
klavikula

Ansietas

Pra operasi
Kurang
pengetahuan
mengenai kondisi
penyakit, prognosis
dan terapi yang akan
dilakukan
Ansietas
Fraktur Klavikula
Tindakan operasi
Adanya luka post
operasi
Terdapat port de entri
bakteri

Resiko Infeksi

C. Diagnosa Keperawatan
1. PreOp
1) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinyuitas jaringan
tulang
2) Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder
adanya fraktur klavikula
3) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terkait kondisi
penyakit, prognosis dan regimen terapi
2. PostOp
1) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entri bakteri paska
pembedahan
2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka paska
pembedahan

D. Intervensi
Pre-Op
Dx : Nyeri behubungan dengan terputusnya kontinyuitas jaringan tulang
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri berkurang
bahkan hilang
Kriteria Hasil :
a. Nyeri berkurang atau hilang
b. Klien tampak tenang.
Intervensi
Rasional
Lakukan pendekatan pada klien dan Hubungan yang baik membuat klien dan
keluarga
keluarga kooperatif
Kaji tingkat intensitas dan frekuensi nyeri Tingkat intensitas nyeri dan frekwensi
menunjukkan skala nyeri
Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
Memberikan penjelasan akan menambah
pengetahuan klien tentang nyeri.
Observasi tanda-tanda vital.
Untuk mengetahui perkembangan klien
Melakukan kolaborasi dengan tim medis Merupakan tindakan dependent perawat,
dalam pemberian analgesic
dimana analgesik berfungsi untuk
memblok stimulasi nyeri.
Dx: Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder adanya
fraktur klavikula
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit perawatan diri teratasi.
Kriteria Hasil : klien menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk

melakukan ADL.
Intervensi
Monitor kemampuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
bantu kebersihan diri, berpakaian,
berhias, toileting dan makan.
Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
Ajarkan keluarga atau klien untuk
mendorong kemandirian klien, tapi beri
bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai
kemampuan.

Rasional
Melihat kemampuan klien dalam hal
melakukan perawatan diri secara mandiri.
Membantu klien dalam pemenuhan ADL.

Membantu
klien
untuk
melatih
kemampuan dalam pemenuhan ADL klien.
Keluarga dapat membantu memenuhi
kebutuhan ADL klien. Dan mengajarkan
klien melakukan pemenuhan ADL secara
mandiri.
Melatih klien agar mampu secara perlahanlahan melakukan aktivitas sehari-hari

Dx: Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terkait kondisi penyakit,


prognosis dan regimen terapi
Tujuan: ansietas yang dialami klien hilang atau berkurang
Kriteria Hasil : klien mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau
fraktur yang mempengaruhinya, dan menyatakan ansietas berkurang atau hilang.
Intervensi
Rasional
Kaji tanda verbal dan nonverbal Reaksi verbal atau nonverbal dapat
ansietas. Damping klien. Lakukan menunjukkan masa agitasi, marah dan
tindakan bila klien menunjukkan gelisah.
perilaku merusak
Mulai
lakukan
tindakan
untuk Mengurangi rangsangan eksternal yang
mengurangi ansietas. Beri lingkungan tidak perlu.
yang tenag dan suasana penuh istirahat.
Kaji tingkat pengetahuan klien dan Mengetahui seberapa jauh pengalaman dan
keluarga tentang penyakitnya.
pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
Berikan penjelasan pada klien tentang Dengan mengetahui penyakit dan
penyakitnya dan kondisinya sekarang.
kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan
mengurangi rasa cemas.

Post-Op

Diagnosis : Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entri bakteri paska
pembedahan
Tujuan: : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria Hasil:
a. tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus
b. luka bersih tidak lembab dan tidak kotor
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi
Rasional
Pantau tanda-tanda vital.
Mengidentifikasi tanda-tanda peradangan
terutama bila suhu tubuh meningkat.
Lakukan perawatan luka dengan teknik Mengendalikan
penyebaran
aseptik.
mikroorganisme patogen.
Lakukan perawatan terhadap prosedur Untuk
mengurangi
risiko
infeksi
inpasif seperti infus, kateter, drainase nosokomial
luka, dll..
Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi Penurunan Hb dan peningkatan jumlah
untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit dari normal bisa terjadi akibat
leukosit.
terjadinya proses infeksi.
Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen.
Diagnosis: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka paska pembedahan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam kondisi kulit sekitar luka
pasien mengalami perbaikan
Kriteria Hasil:
a. Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit.
b. Berkurangnya derajat pengelupasan kulit, berkurangnya kemerahan,
berkurangnya lecet karena prothesis, penyembuhan area kulit yang telah rusak
Intervensi
Rasional
Lindungi kulit yang sehat terhadap Maserasi pada kulit yang sehat dapat
kemungkianan maserasi (hidrasi stratum menyebabkan pecahnya kulit dan
korneum yang berlebihan) ketika perluasan kelainan primer
memasang balutan basah
Pergunakan sarung tangan jika merawat Sarung tangan untuk menghindari
lesi
kontaminasi
Oleskan/berikan salep atau krim yang Salep atau krim akan melembabkan kulit
telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari.
Berikan diet TKTP dan menghindari Memberikan gizi optimal dan membantu
makanan yang disangka menimbulkan proses penyembuhan kulit.
alergi.
Jika mandi, gunakan air yang hangat, Air panas menyebabkan vasodilatasi yang
jangan panas
akan meningkatkan pruritus
Gunakan sabun yang mengandung Sabun yang mengandung pelembab lebih

pelembab atau sabun untuk kulut sensitiv sedikit kandungan alkalin dan tidak
serta hindari mandi busa
membuat kulit kering, sabun kering dapat
meningkatkan keluhan
Lakukan inspeksi lesi setiap hari dan Mengetahui
dan
mengidentifikasi
pantau adanya tanda-tanda infeksi
kerusakan kulit untuk melakukan
intervensi yang tepat

Vous aimerez peut-être aussi